Anda di halaman 1dari 10

PENGELOLAAN AGAR-AGAR KERTAS

Salah satu upaya yang sangat tepat dalam meningkatkan pemanfaatan sumberdaya rumput laut
adalah dengan cara mengolahnya menjadi produk agar-agar kertas. Agar-agar kertas ini umumnya
diolah dari hasil ekstraksi agar merah (Gracilaria sp.) yang hidup di laut, kemudian dijendalkan, diiris
tipis-tipis, dibungkus kain, dipres, selanjutnya dikeringkan. Teknologi pengolahan agar-agar kertas
benar-benar sangat sederhana dan tepat guna. Oleh karena itu sangat cocok sekali dikembangkan di
pedesaan/pusat produksi rumput laut.
Apabila teknologi pengolahan agar-agar kertas ini dapat dikembangkan dan dapat dimasyarakatkan
dalam bentuk usaha maka nantinya diharapkan ada dampak positif, antara lain : sumberdaya rumput
laut dapat dimanfaatkan lebih maksimal dan rasional; meningkatkan nilai tambah, pendapatan dan
kesejahteraan nelayan/ petani rumput laut; memperluas lapangan kerja; meningkatkan pendapatan
keluarga melalui usaha pengolahan yang bersifat industri rumah tangga; menggalakkan produksi
(budidaya); memenuhi kebutuhan agar-agar di dalam negeri dan sekaligus dapat mengurangi impor
agar-agar dari luar negeri (menghemat devisa).

Bahan Baku

Bahan Mentah.
Rumput laut yang digunakan dalam pengolahan ini adalah jenis agar merah (Gracilaria sp.) dan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : warna merah tua sampai kehitaman, rupa kusam. thallus panjang
bergerigi, kondisi kering agak lembab (kadar air sekitar 40%), banyak tercampur dengan kotoran
seperti pasir, garam, tanah. batu karang, kulit kerang dan jenis rumput laut lainnya.

Bahan pembantu utama yang diperlukan dalam pengolahan adalah :


Air bersih untuk pengolahan (pencucian & perebusan), dapat berasal dari air PAM atau air tanah yang
bersih (air sumur, air pompa, artetis).
Kapur tohor atau kapur bubuk, yang dibuat dari kapur gamping yang ditambah sedikit air. Kapur ini
diperlukan untuk proses rumput taut.
Kalium hidroksida (KOH) teknis atau kalium khlorida (KCl) teknis. Bahan ini diperlukan untuk proses
penjendalan agar-agar.
Bahan bakar minyak tanah atau kayu bakar, untuk pemanasan selama perebusan.

Peralatan
Wadah-wadah untuk perendaman, pencucian dan pemucatan rumput laut, serta alas untuk
penjemuran rumput laut selama proses pemucatan dengan panas matahari.
Kompor pompa minyak tanah atau tungku pemanas, wadah perebusan, pengadukan, gayung plastik,
sarangan bambu dan kain saring.
Cetakan uantuk penjendalan, alat pemotong agar-agar, kain pembungkus dan bak pengepres agar
yang dilengkapi dengan pemberat.
Para-para untuk penjemuran agar-agar, gunting, timbangan kecil dan bahan pengemas atau kantung
plastik.
CARA PEMBUATAN

Pembersihan:
Bahan mentah rumput laut (kering laut) mula-mula direndam dalam air selama beberpa jam (sekitar
2 jam), kemudian dicuci sambil diremas-remas, dipisahkan semua kotorannya, selanjutnya dibilas
beberapa kali dengan air sampai benar-benar bersih.

Pemucatan:
Rumput laut telah bersih kemudian direndam dalam larutan kapur 0,5% se-lama 5 - 10 menit.
Setelah itu dibilas dengan air, ditiriskan dan selanjutnya dijemur matahari (sambil dibalik-balik) untuk
proses pemucatan sampai cukup kering. Rumput laut ini kemudian direndam lagi semalam, dicuci
sambil diremas-remas, selanjutnya dibilas beberapa kali dengan air bersih sampai benar-benar bebas
kapur.

Perebusan
Rumput laut kemudian direbus dengan jumlah air sebanyak 20 kali dari berat rumput laut kering yang
diolah. Dua pertiga (14 kali) bagian dari jumlah air ini digunakan untuk perebusan pertama selama 2
jam. Sedangkan sisanya (6 kali) digunakan untuk perebusan dua atau perebusan ampas (dari hasil
penyaringan perebusan pertama) selama 1,5 jam . Suhu selama perebusan dipertahankan antara 85
- 95 C. Setelah perebusan kemudian dilakukan penyaringan.

Penjendalan
Filtrat dari hasil penyaringan perebusan pertama dan perebusan kedua kemudian dicampur menjadi
satu. Filtrat ini dapat saja terlebih dahulu dipisahkan kotorannya dengan cara pengendapan atau
dapat saja langsung ditambah 2 - 3% KOH atau KCl (dari berat rumput laut kering yang diolah) dan
dipanaskan selama 15 menit sambil terus diaduk. Filtrat ini kemudian dituangkan kedalam cetakan-
cetakan dan kemudian dibiarkan menjendal selama semalam.

Pemotongan, Pengepresan dan Penjemuran


Agar yang sudah jendal kemudian dikeluarkan dari cetakan, selanjutnya diiris titpis-tipis setebal 8 -
10 mm. Setiap lembar irisan agar-agar kemudian dibungkus dengan kain, disusun dalam bak
pengepresan, selanjutnya dipres (untuk mengeluarkan air) dengan tambahan beban/pemberat secara
bertahap. Setelah dipres, agar-agar dijemur matahari bersama kain pembungkusnya sampai benar-
benar kering. Setelah kering, agar-agar ini kemudian dilepas satu persatu dari kain pembungkusnya.

Sortasi dan Pengemasan Produk Akhir


Agar-agar kertas yang diperoleh dari pengolahan ini kemudian disortir mutunya, dirapikan bentuknya
dan selanjutnya dikemas dalam kantung-kantung plastik dengan berat sekitar 100 gram per kantung

Rumput Laut (Seaweed)

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT


1. 1. Pembuatan Agar-agar Kertas dari Rumput Laut Gracilaria
 Bahan baku
Bahan baku yang digunakan untuk mengolah agar kertas biasanya adalah
rumput laut jenis Gracilaria yang juga dikenal sebagai agar merah, yaitu jenis Gracilaria
alam yang banyak dijumpai di Pantai Selatan P. Jawa dan Bali. Jenis rumput luat lain
yang digunakan adalah rumput laut jenis Gracilaria dari hasil bididaya di tambak. Jenis
rumput laut agar merah dapat di gunakan sendiri atau dicampur dengan Gracilaria
tambak sendiri biasanya menghasilkan agar-agar yang lembek sehingga sulit dilakukan
preparasi. Oleh karena itu, untuk memperkuat gel agar-agar yang terbentuk, Gracilaria
tambak di campur dengan agar merah dengan perbandingan tertentu. Ciri-ciri kedua
jenis rumput laut ini sebagai berikut:
* Rumput laut agar merah berwarna tua sampai kehitaman, agak kusam, talus agak
panjang, cukup kering tetapi agak lembab (kadar air sekitar 40%), biasanya banyak
tercampur kotoran (pasir, garam, karang, kulit kerang, rumput laut lain, benda asing
lain).
* Rumput Gracilaria tambak biasanya berwarna hijau gelap, kehijauan sampai keputih-
putihan agak kusam, talus kecil dan panjang sehingga sering disebut bulu kambing,
cukup kering (kasar) atau agak lembab, dan biasanya hanya sedikit tercampur kotoran
(tanah, lumpur, pasir, benda asing lain).
 Bahan pembantu
Bahan bantu utama yang diperlukan dalam pengolahan agar-agar kertas adalah:
* Air bersih untuk pencucian dan perebusan.
* Kapur tohor atau kapur bubuk (diperoleh dengan menambahkan air ke kapur
gamping) untuk pemucatan rumput laut.
* Kalium khlorida (KCI) teknis untuk proses penjendalan agar-agar.
* Bahan bantu lain, misalnya bahan bakar (minyak, kayu) untuk perebusan.
 Peralatan
Peralatan yang diperlukan juga cukup sederhana, yaitu peralatan untuk: perendaman,
pencucian, dan pemucatan rumput laut, perebusan dan penyaringan hasil ekstraksi,
penjendelan, pemotongan, pembungkusan, dan pengepresan agar-agar, penjemuran
dan pengepakan produk agar-agar kertas kering.
 Pembersihan
Ada tiga perlakuan dalam tahap ini, yaitu perendaman, pencucian, dan sortasi. Rumput
laut agar merah kering direndam dalam air bersih sekitar 2 jam, sedangkan untuk
campuran agar merah dan Gracilaria tambak direndam 1 malam. Rumput laut diremas-
remas sambil disortasi untuk memisahkan kotoran (pasir, karang, jenis rumput laut lain,
dsb), kemudian dibilas sampi bersih.
 Pemucatan
Setelah pembersihan, dilakukan pemucatan dengan cara merendam rumput laut di
dalam larutan kapur 0,5% selama 5-10 menit. Rumput laut kemudian dicuci sambil
diremas-remas, dibilas dengan air bersih, ditiris dan dijemurdi di panas matahari
sampai kering. Ketika dijemur tersebut terjadi proses pemucatan sehingga rumput laut
menjadi lebih putih. Setelah itu, rumput laut direndam kembali dengan air bersih
selama semalam, dicuci sambil daremas-remas dan dibilas sampai rumput laut/bau
kapur.
 Ekstraksi dengan perebusan
Selanjutnya rumput laut diekstraksi. Ekstraksi agar merah dilakukan dalam dua tahap
dengan direbus dengan air dengan total air perebusan sebanyak 20 kali berat rumput
laut kering. Perebusan pertama dilakukan dengan air perebus 14 kali berat kering
selama 2 jam (suhu 850-950C, pH 6-7) sambil diaduk. Hasil perebusan disaring
dengan kain saring dan ampasnya diekstrak lagi selama 1,0 jam dengan air perebus 6
kali berat rumput laut kering. Hasil perebusan disaring, ampas dibuang, dan filtratnya
dicampurkan ke filtat hasil penyaringan pertama. Campuran ini lalu diendapkan untuk
memisahkan kotoran halus yang masih ada.
Ekstraksi rumput laut campuran dilakukan sekali dengan menggunakan air
perebus sebanyak 12 kali berat kering campuran rumput laut. Ekstraksi dilakukan
selama 2 jam pada suhu 80-850 dan pH 4,5. Hasil perebusan lalu dan diendapkan.
 Penjendalan
Setelah pengendapan, dilakukan penjedelan dengan menambahkan bahan
penjendalan (KCI atau KOH0 sambil dipanaskan selama 15 menit dan terus diaduk.
Untuk hasil ekstraksi rumput laut agar merah digunakan bahan penjendal 2-3% KOH
atau KCI, sedangkan hasil ekstraksi campuran rumput laut dengan 2,5% KCI. Hasilnya
dituang ke dalam pan pencetak dan dibiarkan selama sampai agar-agar menjendal
cukup keras.
 Pemotongan dan pengepresan
Kemudian agar-agar yang diperoleh diiris tipis dengan alat pemotong agar dengan
ketebalan 8-10 mm. Tiap irisan dibungkus kain dan disusun dalam alat pengepres dan
dilakukan pengepresan untuk mengeluarkan air dari agar-agar dengan beban
pengepres ditambah secara bertahap. Pengepresan dihentikan jika lembaran agar-
agar dudah cukup tipis. Jika agar-agar belum cukup tipis, pengepresan dilanjutkan
dengan menambahkan beban secara bertahap.
 Pengeringan
Selanjutnya lembaran agar-agar hasil pengepresan yang sudah tipis tersebut dijemur di
panas matahari sampai kering berikut kain pembungkusny. Selama penjemuran agar-
agar dibalik-balik sampai agar benar-benar keting.
 Sortasi dan pengemasan
Setelah kering benar, agar-agar dilepas satu persatu dari kain pembungkus. Agar-agar
kering disortasi untuk memisahkan yang rusak, sobek, dan kotor sekaligus dilakukan
pengelompokan mutunya. Agar-agar kertas dikemas dalam kantong plastik, atau
tergantung perinitaan pasar.
 Produk akhir
Jumlah agar kertas yang diperoleh dari hasil pengolahan (rendemen) dipengaruhi oleh
banyak faktor, di antaranya mutu rumput laut yang digunakan. Dari hasil pengolahan
rumput laut agar merah biasany dapat diperoleh rendemen 20-25% dari berat rumput
laut.

2. Gelidium sp sebagai Bahan Baku Pembuatan Agar-Agar dan kertas


 Proses Pembuatan Agar-Agar
Pembuatan agar secara komersial adalah dengan cara menggunakan airpanas
yang dilanjutkan dengan proses pembekuan dan thawing.
Mula-mula rumput laut direndam dan dicuci dengan air tawar dan diekstrak dengan
airmendidih. Kalsium hipoklorit atau sodium bisulfit digunakan untuk memutihkanagar
yang dihasilkan. Ekstrak yang dihasilkan kemudian disaring dalam keadaanpanas dan
residu diekstrak lagi satu atau dua kali. Ekstraksi yang dihasilkanmenjadi dingin,
membentuk gel kemudian dibekukan. Setelah itu gel bekudilelehkan, dikeringkan,
digiling dan dikemas (Glicksman, 1982).Kualitas agar-agar yang berasal dari Gelidium
lebih tinggi dibanding dari Gracilaria.Kekuatan gel dari agar-agar berhubungan dengan
perbandinganagarosa terhadap agaropektin yang terkandung dalam agar. Pada
umumnya genus Gracilaria memiliki perbandingan agarosa terhadap agaropektin
sekitar 20 : 1 jauh lebih besar daripada genus Gelidium yang sekitar 5 : 1, sehingga gel
dari Glacilaria lebih kuat dan kokoh.(Salamah, 2005)
 Proses Pembuatan Kertas
1. Proses pembuatan kertas dari rumput laut, tidak berbeda dari pembuatankertas
dari kayu. Ada lima proses pokok
2. Penyiapan bahan bakuProses produksi dimulai dari panen rumput laut merah,
kemudiandijemur, dibersihkan, dan dipotong-potong.(2)
3. Pemasakan rumput laut Lalu, rumput laut dimasukan dalam tungku dan dimasak
pada suhutinggi (boiling).(3)
4. Ekstraksi rumput lautKemudian, pemasakan pada suhu tinggi mengakibatkan
keluarnya ekstrak ”inti” berupa agar untuk pangan.
5. PemutihanAmpas rumput laut yang telah diambil agarnya kemudian
diputihkan(bleaching) lalu dihancurkan jadi bubur rumput laut merah (pulp).(5)
PencetakanBubur rumput laut merah inilah yang kemudian diolah lalu dicetak
jadikertas.(Haryo, 2007) 2.5.2 Kelebihan Kertas Dari Gelidium sp. Dibandingkan
dengan Kertas DariKayu
Kunci sukses transformasi rumput laut jadi kertas, adalah ditemukannyaserat atau
fiber. Bila kayu mengandung serat selulosa, rumput laut mengandungserat agalosa
selebar 3-7 mikrometer dan panjang 0,5-1 milimeter, denganfleksibilitas tinggi, tiada
jejak lignin, dan mengandung substansi perekat cair.
MENGENAL RUMPUT LAUT
Pengertian Rumput Laut
Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun sebenarnya
dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari
bahasa latin yaitu algor yang berarti dingin. Ganggang laut adalah tanaman tingkat
rendah yang tidak memiliki perbedaan susnan kerangka seperti akar, batang, dan
daun. Meskipun wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi sesungguhnya
merupakan bentuk thallus belaka. Bentuk thallus ganggang laut bermacam – macam,
ada yang bulat seperti tabung, kantung, rambut, dan sebagainya (Duddington, 1971).
Menurut Atmadja W. S dkk (1996), rumput laut yang dalam bahasa Inggris
disebut “seaweed” adalah alga makro yang bersifat bentik dan termasuk tumbuhan
tingkat rendah (Thallophyta). Tumbuhan tersebut mempunyai sistem morfologi dan
reproduksi tersendiri yang umumnya berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi
(tumbuhan berbunga) yang biasa hidup di darat.
Rumput laut merupakan ganggang yang hidup di laut dan tergolong dalam divisio
thallophyta. Keseluruhan dari tanaman ini merupakan batang yang dikenal dengan
sebutan thallus, bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam ada yang bulat
seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan lain sebagainya.
Thallus ini ada yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel
(multiseluler) (Soegiarto et al, 1978).
Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu carragaenophtytes
yaitu rumput laut penghasil karagenan, yang berupa senyawa polisakarida. Karagenan
dapat terekstraksi dengan air panas yang mempunyai kemampuan untuk membentuk
gel. Sifat pembentukan gel pada rumput laut ini dibutuhkan untuk menghasilkan pasta
yang baik, karena termasuk ke dalam golongan Rhodophyta yang menghasilkan florin
starch (Winarno 1990).
Morfologi Rumput Laut
Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat pada
substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati, tetapi hanya
menyerupai batang yang disebut thallus. Bentuk thallus ini beragam, ada yang bulat
seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, atau ada juga yang seperti rambut.
Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan diri pada karang, lumpur, pasir, batu
dan benda keras lainnya. Selain benda mati, rumput lautpun dapat melekat pada
tumbuhan lain secara epifitik (Jana-Anggadiredjo, 2006).
Bentuk morfologi dari Kappaphycuss alvarezii tidak mempunyai perbedaan susunan
kerangka antara akar, batang, dan daun. Keseluruhan tanaman ini merupakan batang
yang dikenal sebagai talus (thallus). Thallus ada yang berbentuk bulat, silindris atau
gepeng bercabang-cabang. Rumpun terbentuk oleh berbagai sistem percabangan ada
yang tampak sederhana berupa filamen dan ada pula yang berupa percabangan
kompleks. Jumlah setiap percabangan ada yang runcing dan ada yang tumpul.
Permukaan kulit luar agak kasar, karena mempunyai gerigi dan bintik-bintik kasar.
Kappaphycuss alvarezii memiliki permukaan licin, berwarna coklat tua, hijau coklat,
hijau kuning, atau merah ungu. Tingginya dapat mencapai 30 cm. Kappaphycuss
alvarezii tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-
cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengn ciri
khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari. Cabang-cabang tersebut ada
yang memanjang atau melengkung seperti tanduk (Aslan, 1995).
Percabangan talus ada yang dichotomus (dua-dua terus-menerus), pinnate (dua-dua
berlawanan sepanjang talus utama), pectinate (berderet searah pada satu sisi talus
utama), ferticillate (berpusat melingkar aksis atau batang utama), dan yang sederhana
tanpa percabangan.substansi talus juga bervariasi, ada yang gelatinous (lunak seperti
gelatin), calcareous (keras diliputi atau mengandung zat kapur), cartilagenous (seperti
tulang rawan), dan spongious (berserabut). Semua sifat talus itu membantu dalam
pengenalan jenis atau pengklasifikasian spesies (Poncomulyo, dkk.2006).
Klasifikasi Rumput Laut
Sebagian besar alga laut berwarna indah dan ada yang bercahaya. Pigmen –
pigmen dari kromatophor menyerap sinar matahari untuk fotosintesis. Berdasarkan
warna yang dimiliki masing – masing alga ini dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu :
1. Alga Merah (Rhodophyceae)
Menurut Aslan (1991) Rhodophyta memiliki ciri – ciri umum sebagai berikut :
o Thalli (kerangka tubuh tanaman) bulat silindris atau gepeng
o Berwarna merah, merah – coklat, hijau – kuning
o Bercabang selang – seling tidak teratur di atau tricotomus
o Memiliki benjolan (bulat nodule) dan duri – duri atau spines
o Substansi thalli gelatinous dan atau kartilagenous
Alga pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak. Alga
dari divisi ini memilki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan
fikosianin (berwarna biru), bersifat adaptasi kromatik, yaitu memilki penyesuaian antara
proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan
berbagai warna pada thalli, seperti merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning, dan
hijau. Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carrageenan, porpiran, dan
selaran (Aslan, 1998).
Contoh : Euchema cottoni
2. Alga Coklat (Phaeophyceae)
Warna alga ini umumnya coklat. Mempunyai pigmen klorofil a dan c, beta
karoten, violasantin, dan fukosantin. Alga coklat ini hampir semuanya merupakan
tumbuhan laut dan hanya sedikit yang hidup di air tawar yang diantaranya berukuran
sangat besar. Alga coklat berupa tumbuh – tumbuhan bercabang berbentuk benang
kecil yang halus (ectocarpus), bertangkai pendek dan berthallus lebar (Copstaria,
Alaria, dan Laminaria), bentuknya bercabang banyak (Fucus, Agregia) dan dari Pasifik
terdapat alga berukuran raksasa dengan tangkai yang panjang dan daunnya seperti
kulit yang panjang (Nereocystis, Pelagophycus, Macrocystis), berbentuk rantai seperti
sosis yang kopong dan kasar, dan panjangnya 30 cm atau lebih.
3. Alga Hijau (Chlorophyceae)
Alga ini berwarna hijau, Chlorophyceae merupakan kelompok alga yang
berwarna hijau rumput. Sel – selnya mengandung satu sampai beberapa buah
kloroplas. Pigmen fotosintetik yang terdapat di dalam plastida terdiri dari klorofil dan b
yang jumlahnya sangat banyak sehingga menutupi pigmen lainnya, yaitu karoten dan
xanthofil sehingga alga ini berwarna hijau (Soenardjo, 2001).
Alga kelas ini juga mempunyai bentuk yang sangat beragam, tetapibentuk umum yang
djumpai bentuk filamen dengan septa atau tanpa septa, dan berbentuk lembaran
(Romimohtarto, 2001)
Sedangkan menurut Soelistyo (1987), rumput laut terbagi atas empat kelas yaitu :
1. Chlorophyceae
Umumnya berwarna hijau karena sel-selnya mengandung khlorofil a dan b serta
sedikit karoten. Tumbuh di daerah pasang surut yang sering mengalami kekeringan,
daerah dangkal dengan penetrasi cahaya matahari tinggi hingga ke dasar.
2. Phaeophyceae
Tumbuhan berwarna kuning kecoklatan karena sel-selnya banyak mengandung klorofil
a dan c. Tumbuh pada daerah pasang surut yang lebih dalam dari daerah tumbuh
Chlorophyceae.
3.Rhodophyceae
Berwarna merah, coklat, nila, hijau. Sel-selnya banyak mengandung fikoeritrin.
4. Cyanophyceae
Umumnya berwarna ungu. Sel-selnya terdiri dari pigmen fikosianin. Mudah tumbuh
pada daerah yang lembab Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan untuk menentukan
divisi dan mencirikan kemungkinan filoginetik antara kelas secara khas digunakan
komposisi plastida, pigmen, struktur karbohidrat dan komposisi dinding sel.
Komposisi Kimia Rumput Laut
Komposisi kimia rumput laut bervariasi antar individu, spesies,
habitat,kematangan dan kondisi lingkungannya. Kandungan rumput laut segar adalah
air yang mencapai 80-90 %, sedangkan kadar protein dan lemaknya sangat kecil.
Walaupun kadar lemak rumput laut sangat rendah, tetapi susunan asam lemaknya 6
sangat penting bagi kesehatan. Lemak rumput laut mengandung asam lemak omega-3
dan omega-6 dalam jumlah yang cukup tinggi. Kedua asam lemak ini merupakan asam
lemak yang penting bagi tubuh, terutama sebagai pembentuk membran jaringan otak,
syaraf, retina mata, plasma darah dan organ reproduksi. Dalam 100 gram rumput laut
kering mengandung asam lemak omega-3 berkisar 128-1.629 mg dan asam lemak
omega-6 berkisar 188-1.704 mg (Winarno 1990).
Tabel 1. Komposisi kimia rumput laut Kappaphycus alvarezii
Bahan Kimia Komposisi
Air 83,3 (%)
Protein 0,7 (%)
Lemak 0,2 (%)
Abu 3,4 (%)
Serat makanan tidak larut 58,6 (%)
Serat makanan larut 10,7 (%)
Total serat makanan 69,3 (%)
Mineral Zn 0,01 (mg/g)
Mineral Mg 2,88 (mg/g)
Mineral Ca 2,80 (mg/g)
Mineral K 87,10 (mg/g)
Mineral Na 11,93 (mg/g)

Rumput laut mengandung berbagai jenis mineral makro dan mikro dalam
perbandingan yang baik untuk nutrisi. Winarno (1990) menyatakan bahwa kandungan
gizi terpenting dari rumput laut terletak pada trace element terutama iodium.
Sumbangan gizi yang cukup bermakna dari rumput laut, terutama dari jenis merah dan
coklat, adalah kandungan mineral (trace element), seperti K, Ca, P, Na, Fe dan Iodium
Siklus Hidup dan Repoduksi Rumput Laut
Reproduksi Rumput Laut menurut Aslan, 1998 dibedakan menjadi 3 pola, yaitu :
a) Reproduksi generatif (seksual) dengan gamet
Ada tiga tipe daur hidup dalam reproduksi seksual algae (Aslan,1998), yaitu :
•Haplobantik, yaitu hanya ada satu individu kehidupan bebas (satu frase) yang terlibat
dalam daur hidup. Keadaan ini dapat dinyatakan sebagai Haplobantik haploid disingkat
Hh. Dalam hal ini kromosom pada individu tersebut adalah haploid. Reproduksi
semacam ini banyak terdapat pada algae hijau.
•Haplobiontik diploid, disingkat Hd. Dalam hal ini individu yang melakukan daur hidup
adalah diploid. Meiosis terjadi pada gamet (gametik meiosis) yang berkembang
menjadi individu dewasa. Tipe reproduksi semacam ini banyak terdapat pada alga hijau
yang menyerupai sifon dan pada algae coklat.
•Diplobiontik, disingkat D, h + d. Dalam proses pembiakan terdapat dua individu (fase)
yang terlibat dalam daur hidup yaitu gametophyt (gametofit) haploid yang
menghasilkan gamet dan sporophyte (sporofit) diploid yang menghasilkan spora. Tipe
reproduksi semacam ini umumnya terdapat pada algae hijau, coklat dan merah.
b) Reproduksi vegetatif (aseksual) dengan spora
Pada algae, reproduksi aseksual berupa pembentukan suatu individu baru melalui
perkembangan spora, pembelahan sel dan fragmentasi. Pembiakan dengan spora
berupa pembentukan gametofit dari tetraspora yang dihasilkan dari tetrasporofit. Tipe
pembiakan ini umumnya terdapat pada algae merah (Aslan,1998).
c) Reproduksi fragmentasi dengan potongan thallus (stek)
Dalam usaha budidaya rumput laut, misalnya marga Eucheuma dan Gracilaria,
umumnya dilakukan dengan penyetekan (pemotongan thalli) sebagai bibit untuk
dikembangbiakan secara produktif. Dalam hal ini, dari rumpunan thalli algae dibuat
potongan-potongan dengan ukuran tertentu untuk dijadikan bibit (Aslan,1998).
Habitat Rumput Laut
Pertumbuhan/Penyebaran dipengaruhi oleh toleransi fisiologi biota tersebut
untuk beradaptasi terhadap faktor lingkungan seperti; substrat, salinitas, temperatur,
intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi.Tumbuh di perairan dangkal sebatas masih
menerima cahaya matahariBersifat benthic melekatkan diri (Thallus) pada substrat
pasir, karang, fragmen karang mati dll.Sebaran rumput laut yang tumbuh alami (Wild
Stock) terdapat di hampir seluruh perairan laut Indonesia yang memiliki rataan terumbu
karang
Wilayah Sebaran Rumput Laut di Indonesia.
Gulma laut atau rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat
di wilayah pesisir dan laut. Istilah "rumput laut" adalah rancu secara botani karena
dipakai untuk dua kelompok "tumbuhan" yang berbeda. Yang dimaksud sebagai gulma
laut adalah anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga("ganggang").
Sumber daya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan
keberadaan ekosistem terumbu karang. Gulma laut alam biasanya dapat hidup diatas
substrat pasir dan karangmati. Di beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan
pantai barat Sumatera, gulma lautbanyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal
yang melindungi pantai dari deburan ombak. Di pantai selatan Jawa Barat dan Banten
misalnya, gulma laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di
Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di
daerah pantai barat Sumatera, gulma laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi
Lampung sampai pesisir Sumatera utara dan Aceh/Nanggroe Aceh Darussalam.
Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis gulma laut juga banyak
dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis gulma laut
yang banyak dibudidayakan diantaranya adalah Euchema cottonii dan Gracilaria spp.
Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak
melakukan usaha budidaya gulma laut ini di antaranya berada di wilayah pesisir
KabupatenAdministrasi Kepulauan Seribu,Provinsi Kepulauan Riau, Sulawesi,Maluku
Pulau Lombok dan Papua.
Wilayah sebaran jenis rumput laut ekonomis penting di Indonesia, tersebar
diseluruh kepulauan.Untuk rumput laut yang tumbuh alami ( wild stock) terdapat di
hampir seluruh perairan dangkal Laut Indonesia yang mempunyai rataan terumbu
karang. Sedangkan sebaran rumput laut komersial yang dibudidayakan hanya terbatas
jenis Eucheuma dan Glacelaria. Jenis Eucheuma dibudidayakan di laut agak jauh
dari sumber air tawar, sedang Glacelaria dapat dibudidayakan dilaut dekat dengan
muara sungai karena untuk jenis ini salinitas yang sesuai berkisar antara 15 – 25 per
mil. Lokasi budidaya Eucheuma tersebar diperairan pantai di beberapa Kepulauan
Riau,Bangka Belitung,Lampug selatan, Pulau Panjang (Banten) Pulau Seribu, Karimun
Jawa ( Jawa tengah) Selatan Madura,Nusa dua,Nusa Lembongan dan Nusa Penida
(Bali) , Lombok barat,Lombok tengah (Teluk Ekas) Sumbawa,Larantuka Teluk
Maoumere, Sumba,Alor,Kupang, P Rote,Sulawesi utara, Gorontalo,Bualemo,Bone
Bolango, Samaringa (Sulawesi tengah) Sulawesi tenggara, Jeneponto,
Takalar,Selayar, Sinjai dan Pangkep ( Sulawesi selatan); Seram Ambon, dan Aru
(Maluku), Biak serta Sorong.Sementara untuk budidaya Glacelaria dalam tambak
tersebar luas di daerah daerah serang (Banten) Pantai Utara Jawa
(Bekasi,Karawang,Subang Cirebon,Indramayu Pemalang, Brebes, dan Tegal).
Sebagian pantai utara Jawa timur ( Lamongan dan Sidoarjo) untuk daerah di luar pulau
Jawa hampir di semua perairan tambak Sulawesi selatan dan Lombok barat serta
Sumbawa.
RUMPUT LAUT BERNILAI EKONOMIS
KELAS JENIS RUMPUT LAUT KANDUNGAN
RHODOPHYCEAE 1.Eucheuma cottonii
2. Eucheuma spinosum KARAGINAN
3. Hypnea sp
RHODOPHYCEAE 1. Gracilaria verrucossa
2. Gracilaria gigas AGAR
3.Gelidium sp.
PHAEOPHYCEAE Sargassum sp. ALGINAT

Klasifikasi Rumput Laut Komersial dan Produk Olahannya


a. Euecheuma
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Solierisceae
Marga : Euecheuma
Jenis : E. spinosum dan E cottonii
Nama untuk jenis ini nama dagangnya lebih dikenal adalah E.cottonii , ciri cirinya
Yaitu thalus silindris, permukaan yang licin, cartilageneus (menyerupai tulang
rawan/muda), berwarna hijau terang, hijau olive dan coklat kemerahaan. Percabangan
thallus berujung runcing atau tumpul,ditumbui nodulus (tonjolan tonjolan), duri lunak
tumpul untuk melindungi gametangia. Percabangan bersifat alternates ( selang seling),
tidak beraturan, serta dapat bersifat dichotomus (percabangan dua dua), atau
trichotomus (system percabangan tiga tiga). Habitat rumput laut ini memerlukan sinar
matahari untuk proses foto sintesis. Oleh karena itu rumput laut ini hanya hidup
didaerah lapisan fotik, yaitu kedalaman sejauh sinar matahari masih dapat menembus
kedalaman air. Di alam jenis ini hidup berkumpul dalam satu komunitas atau koloni dan
indikator jenisnya hidup di rataan terumbu karang dangkan sampai kedalaman 6 m,
melekat di batu karang atau benda keras lainnya. Faktor yang sangat berpengaruh
pada pertumbuhan jenis ini yaitu cukup arus deras dengan salinitas (kadar garam)
yang stabil yaitu berkisar 28 -34 per mil. Oleh karena itu rumput laut ini baik jika
tumbuh jauh dari muara sungai.
b. Hypnea sp
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Hypneaceae
Marga : Hypnea
Jenis : Hypnea sp

c. Glacelaria
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Glacelariaeceae
Marga : Glacelaria
Jenis : Glacelaria gigas
Glacelaria verrucosa
Glacelaria lichenoides
Habitat rumput laut jenis ini pada umumnya dapat hidup sampai 300 –
1000 m dari pantai, salinitas air berkisar 15 – 30 per mil dengan suhu air
berkisar antara 20 -28 ◦C kedalaman air 0.5 – 1 m dengan kondisi air jernih
sehingga sinar matahari mampu menembus ke dalam air. Oleh karenanya
jenis rumput laut ini sebaiknya dekat dengan muara sungai.
d. Gelidium
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gilidiales
Suku : Gelidiaceace
Marga : Gelidium
Jenis : Gelidium sp
e. Sargassum
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa : Fucales
Suku : Sargassacaceae
Marga : Sargassum
Jenis : Sargassum polyfolium
Rumput laut coklat jenis Sargassum adalah rumput laut yang mempunyai cabang
seperti jari, dan merupakan tanaman yang berwarna coklat, berukuran relatif besat,
tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat. Bagian tanaman menyerupai
semak yang berbentuk simetris bilateral atau radikal serta dilengkapi dengan bagian
bagian untuk pertumbuhan ( Atmadja et al, 1996)
Thalus berbentuk silindris atau gepeng percabangannya menyerupai tanaman
perdu di darat, daun melebar, lonjong atau seperti pedang, mempunyai gelembung
udara ( bladder), umumnya hidup soliter dan panjangnya dapat mencapai 7 m.
Rumput laut ini tumbuh di perairan yang terlindung ataupun dapat juga diperairan yang
berombak besar pada habitat berkarang, atau pada bongkahan karang (Kadi dan
Atmaja, 1988). Di perairan Indonesia terdapat 28 spesies yang berasal dari 6 genus.

Anda mungkin juga menyukai