Anda di halaman 1dari 29

Intoleransi Laktosa pada Sistem Pencernaan Manusia

Lund Mila Elfrida Bintari Teme


102013098
Kelompok C2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : mila.teme@yahoo.com

Abstrak

Makanan merupakan faktor yang menentukan kesehatan individu. Makanan yang kurang bergizi
dan makanan yang tidak sesuai dengan keadaan perut dapat menyebabkan kesehatan terganggu,
seperti intoleransi laktosa. Di dalam susu dan produk susu lainnya terkandung komponen gula
atau karbohidrat yang dikenal dengan laktosa (gula susu). Pada keadaan normal, tubuh dapat
memecah laktosa menjadi gula sederhana dengan bantuan enzim laktase. Berbeda dengan
sebagian besar mamalia yang tidak lagi memproduksi laktase sejak masa menyusui. Pada
manusia, laktase terus diproduksi sepanjang hidupnya. Tanpa laktase yang cukup manusia tidak
mampu mencerna laktosa sehingga akan mengalami gangguan pencernaan seperti sakit perut dan
diare yang dikenal sebagai intoleransi laktosa atau defisiensi lactase.

Kata kunci: intoleransi laktosa, susu, enzim lactase.

Abstract

The food is a factor that determines an individual's health. Less nutritious foods and foods that
are not in accordance with the state of the stomach can cause impaired health, such as lactose
intolerance. In milk and other dairy products contained sugar or carbohydrate components,
known as lactose (milk sugar). In normal circumstances, the body can break down lactose into
simple sugars by the enzyme lactase. Unlike most mammals who no longer produce lactase since
lactation. In humans, lactase continues to be produced throughout his life. Without enough
lactase humans are unable to digest lactose so it will experience gastrointestinal disorders such
as abdominal pain and diarrhea, known as lactose intolerance or lactase deficiency.

Keywords: lactose intolerance, milk, lactase enzyme.

1
Pendahuluan

Sistem pencernaan merupakan sistem yang amat erat kaitannya dengan kehidupan kita
sehari-hari. Hidup manusia tidak pernah terlepas dari makan dan minum yang merupakan cara
tubuh kita untuk mencapai homeostasis sekaligus untuk penyerapan energi yang digunakan
untuk motilitas dan berbagai aktivitas pada tingkat selular lainnya.1

Agar makanan tersebut dapat diserap dengan baik, diperlukan proses pencernaan. Proses
pencernaan mengubah makanan dari molekul-molekul besar menjadi molekul kecil yang dapat
diserap dan dibawa oleh darah ke seluruh bagian tubuh. Untuk melakukan proses pencernaan ini
dibutuhkan saluran-saluran pencernaan. Saluran cerna merupakan saluran yang sangat sensitif
dan terdiri atas banyak organ yang memungkinkan terjadinya masalah dengan tingkatan yang
lebih bervariasi dan kompleks.1

Pada makalah kali ini, akan dibahas sistem pencernaan mulai dari lambung hingga ke
anus dan turut membahas organ-orang pencernaan tambahan yang meliputi hati-pankreas-
kandung empedu, serta enzim-enzim yang berperan dalam melakukan proses pencernaan, dan
apa yang akan terjadi jika tubuh mengalami defisiensi serat dan air.

Pembahasan

Struktur anatomi Sistem pencernaan

Gaster

Gaster atau lambung merupakan bagian dari saluran pencernaan yang melebar dan
terletak di bagian atas abdomen atau terletak di antara ujung esofagus dan pangkal usus halus.
Bentuk dan posisi lambung berada di bawah diafragma, agak ke kiri dari garis tengah. Lambung
berbentuk seperti huruf J yang mempunyai dua lubang, yaitu ostium cardiacum dan ostium
pyloricum, dua curvature, yaitu curvature minor dan mayor, serta dua permukaan, yaitu facies
anterior dan facies posterior.2

Bagian-bagian dari gaster

 Fundus: berbentuk kubah, menonjol ke atas, dan terletak di sebelah kiri ostium
cardiacum. Biasanya fundus penuh dengan udara dan terletak di atas lubang esofagus.2

2
 Korpus ventrikuli: setinggi osteum kardiun, suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura
minor, yaitu incisura angularis2.
 Antrum pylorus: bagian lambung berbentuk paling tubular yang mempunyai otot paling
tebal membentuk spchinter pylorus dan rongga pylorus dinamakan canalis pyloricus.2
 Kurvatura minor : terdapat di sebelah kanan lambung terbentang dari osteum kardiaca
sampai ke pilorus.2
 Kurvatura mayor : lebih panjang dari kurvatura minor dan terbentang dari sisi kiri osteum
cardiacum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pylorus inferior.
Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke
limpa2.
 Osteum cardiacum : tempat dimana osofagus bagian abdomen masuk ke lambung.2

Pendarahan

Arteri gastrica dextra dan sinistra mendarahi curvature minor. Aa. Gastricae berves
berasal dari arteri lienalis, memperdarahi fundus ventriculi. Arteri gastroepiploica (gastro
omentalis) sinistra, memperdarahi curvatura major dan omentum majus.2

Vena mengikuti jalannya arteri. Vena-vena mengalirkan darahnya ke dalam sirkulasi


portal. Vena gastrica brevis dan vena gastroepiploica sinistra bermuara ke dalam vena lienalis,
dan vena gastroepiploica dextra bermuara ke dalam vena mesenterica superior.Getah bening nya
adalah Nnll. Gastroomentalis.Getah bening terdapat pada pembuluh nadi sepanjang curvatura
major dan minor akan dialirkan ke dalam nnll. Coeliaca.2

Persarafan gaster oleh sistem saraf otonom:

1. Parasimpatis berasal dari N. X anterior dan posterior.2


2. Simpatis berasal dari nervi spinales T6-T9 melalui plexus coeliacus dan mendistribusikan
melalui anyaman saraf di sekitar arteri gastrica dan arteri gastroomentalis.2

Usus Halus

Usus halus atau intestinum minor adalah sistem pencernaan makanan yang berpangkal
pada pilorus dan berakhir pada caeecum yang panjangnya sekitar 6 m. Usus halus terletak di daerah
umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar. Usus halus mengisi sebagian besar rongga abdomen dan
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.3

3
1. Duodenum
Duodenum atau dikenal dengan sebutan usus duabelas jari adalah saluran berbentuk C,
panjangnya sekitar 25cum, pada bagian belakang abdomen, mengitari caput pankreas.
Duodenum merupakan bagian terpendek dari susu halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamen Treitz. Duodenum terdiri dari empat bagian, yaitu pars superior duodeni,
pars descendens duodeni, pars inferior duodeni, dan pars ascendes duodeni.3

Pars superior duodeni. Terletak pada bidang transpyloric. Pars superior duodeni dimulai
dari pylorus menuju ke belakang dan berakhir pada flexura duodenalis superior. Panjangnya 5
cm dan pars descendens duodeni bermula dari flexura duodeni superior beralih ke bawah
kemudian membelok ke kiri, disebut flexura duodeni. Panjang 10 cm. Pars inferior duodeni.
Terletak setinggi vertebra L3. Panjang 7,5 cm. Pars ascendens duodeni. Terletak setinggi
vertebra L2, kurang lebih 2,5 cm sebelah kiri bidang tengah. Panjang 5 cm.4

Pendarahan duodenum oleh arteri gastroduodenalis, arteri pancreaticoduodenalis superoir


( anterior dan posterior ), dan arteri pancreaticoduodenalis inferior cabang a. mesenterica
superior ). Darah dari vena pancreaticoduodenalis superior dialirkan ke vena porta dan darah dari
vena pancreaticoduodenalis inferior dialirkan ke vena mesenterica superior ke vena porta.4

2. Jejunum

Jejunum atau usus kosong adalah bagian kedua dari usus halus, yang terletak diantara usus dua
belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus
halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian dari jejunum.4

3. Ileum

Ileum atau usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia. Ileum memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
danberfungsi untuk menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.3

Usus Besar

Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Sekum membentuk kantung
buntu di bawah pertemuan antaa usus halus dan usus besar di katup ileosekum. Tonjulan kecil
seperti jari di dasar sekum adalah apendiks, suatu jaringan limfoid yang mengandung limfosit.1

4
Apendiks memiliki lumen yang sempit. Apendiks berhubungan dengan mesenterium
ileum oleh mesenterium pendek berbentuk segitiga yang di dalamnya berjalan pembuluh darah
dan pembuluh limfe appendicular.4

Kolon, yang membentuk sebagian besar usus besar, tidak bergelung seperti usus halus
tetapi terdiri dari tiga bagian relatif lurus, yaitu kolon asendens, kolon transversum, dan kolon
desendens. Bagian terakhir kolon desendens membentuk huruf S, membentuk kolon sigmoid,
kemudian lurus membentuk rektum.2

Kolon ascendens membentang dari caecum pada fossa iliaca dextra ke sisi kanan
abdomen sampai flexura colica dextra di bawah lobus hepatis dexter. Pada flexura colica dextra
kolon membelok ke kiri dengan tajam dan menyilangi abdomen sebagai kolon transversum
dalam lengkungan yang dapat menggantung lebih rendah daripada umbilikus, dan baik pada sisi
kiri berakhir pada flexura colica sinistra di bawah lien. Pada flexura colica sinistra, colon
membelok kembali berjalan ke bawah pada sisi kiri absdomen sampai tepi pelvis, tempat colon
berlanjut sebagai colon sigmoid. Colon sigmoid memiliki beberapa lengkungan di dalam pelvis
dan berakhir pada sisi yang berlawanan dengan pertengahan sekum tepatnya berhubungan
dengan rektum.4

Rektum memiliki panjang seitar 12cm dn mendapat namanya karena berbentuk lurus atau
hampir lurus. Rektum dimulai pada pertengaha sakrum dan berakhir pada canalis analis.
Hubungan rektum pada bagian posterior adalah setengah bawah sakrum dan coccygeus, lateral
dengan musculus levator ani, anterior pria dengan vesica uriaria- vesicula seminalis- galndula
prostatica, dan anterior wanita dengan cervix uteri serta vagina.4

HEPAR

Hepar menempati sebagian besar rongga abdomen kanan atas. Konsistensi hati ; kenyal
seperti jeli. Berat hati bervariasi, rata-rata 1 ½ kg. Hepar dilapisi peritonium, kecuali bagian
belakang yang langsung melekat pada diaphragma dan disebut BARE AREA ( area nuda ). Pada
penampang sagital hepar, tampak bagian depan lebih rendah daripada bagian belakang. Hepar
dibedakan menjadi dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri. Batas lobus kanan dan kiri adalah
sebuah alur berbentuk huruf H yang ditempati oleh lig. Teres hepatis dan lig. Venosum Arantii
diselah caudal, dan lig. Falciforme hepatis disebelah cranial. Secar anatomis dan fungsional batas
lobus kanan dan kiri sesuai bidang yang melalui alur yang dibentuk oleh kantung empedu dan v.

5
Cava inferior ( tidak terlihat dari luar ). Lobus kanan terbagi menjadi lobus caudatus dan
quadratus oleh porta hepatis dan fossa sagitalis dextra.2

Dari luar hepar terlihat sebagai berikut :3

 Bagian yang berhubungan dengan diafragma ( facies diaphragmatica )


 Bagian yang menghadap cavum abdomen ( facies visceralis/ facies inferior)
Peralihan dari facies superior ke facies inferior di sebelah belakang tidak jelas,
sedangkan peralihan disebelah depan jelas sekali, yaitu pada tepi yang tajam
atau margo anterior/ margo inferior.

Pendarahan hepar :

 Pembuluh nadi : a. Hepatica communis, a. Hepatica propia, a. Hepatica dextra


dan sinistra.2
 Pembuluh balik : menampung darah balik dari alat-alat tractus gastrointestinal
melalui v. Porta. V. Porta merupakan bagian dari pembuluh balik sistema
portal yang mengumpulkan darah dari alat-alat gastrointestinal untuk dialirkan
ke hepar.2

Kandung Empedu
Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang berada di permukaan bawah
lobus kanan hati. Dari kadung empedu ini duktus sistikus, yang panjangnya sekitar 3 sampai
4cm, berjalan ke belakang dan ke bawah untuk menyatu dengan duktus hepatikus komunis dan
bersama-sama membentuk duktus empedu. Bila empedu, yang disekresikan oleh hati tidak
segera diperlukan untuk pencernaan, empedu ini melewati duktus sistikus masuk ke dalam
kadung empedu dimana keduanya disimpan.5

Pankreas
Pankreas adalah organ panjang pada bagian belakang abdomen atas. Organ ini terdiri dari
caput (di dalam lengkungan duodenum), collum, corpus, dan cauda (yang mencapai lien). Terdiri
dari sel yang menyekresi getah pankreas dan pulau sel intraalveoli, di sebut juga pulau-pulau
Langerhans. Getah melalui duktus yang melewati panjang kelenjar utuk bergabung, pada caput
kelenjar dengan duktus biliaris, duktuss membuka bersama ke dalam duodenum. Getah pankreas
adalah cairan pencernaan.4

6
Rektum

Panjang rectum 12-15 cm. Rectum merupakan lanjutan colon sigmoideum yang
memanjang dari vertebra S3 sampai anus. Setinggi vertebra S3 taenia colon sigmoideum
berubah menjadi lapisan otot polos longitudinal dan appendices epiploicae menghilang.
Berbeda dengan colon, rectum tidak mempunyai haustra, taenia, appendices epiploicae,
mesocolon.2,3
Pendarahan : arteri rectalis superior, arteri rectalis media, arteri rectalis inferior.
Persarafan simpatis (melalui saraf spinalis Nn splanchnicus lumbales dan plexus
hypogastricus/plexus pelvicus) dan parasimpatis (berasal dari nervus spinalis S2-4 melalui N.
Splanchnicus pelvicus, plexus hypogastricus inferior kanan dan kiri menuju plexus
rectalis/pelvicus ).2

Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphingter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi(buang air besar), yang merupakan fungsi utama anus.5

Struktur Mikroskopis Saluran Pencernaan


Gaster
 Tunika Mukosa
- Merupakan epitel selapis torak tanpa bersel goblet, tidak terdapat vili intestinalis.6
- Terdapat foveola gastrika/pit gaster yang dibentuk epitel, lamina propia dan muskularis
mukosa. Seluruh gaster terdapat rugae (lipatan mukosa dan submukosa) yang bersifat
sementara dan menghilang saat gaster distensi oleh cairan dan material padat.7
- Foveola tersebut terdapat sel mukosa yang menyekresi mucus terutama terdiri dari:6
 Sel neck : Menghasilkan secret mukosa asam kaya glikosaminoglikan
 Sel parietal : Menghasilkan HCl
 Sel chief : Menghasilkan pepsin
 Sel argentaffin : Menghasilkan intrinsic factor castle untuk pembentukan darah

7
 Tunika submukosa
- Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah dan saraf pleksus meissner.6

 Tunika muskularis
- Terdiri atas otot oblik (dekat lumen),otot sirkular (bagian tengah) dan otot longitudinal
(bagian luar). Diantara otot sirkuler dan longitudinal tersebut sedikit dipisah pleksus saraf
mienterikus auerbach.7
 Tunika Serosa
- Peritoneum visceral dengan epitel selapis gepeng, yang diisi pembuluh darah dan sel-sel
lemak.7

Usus halus

Ciri khas terdapat plika sirkularis kerkringi, vili intestinalis, dan mikrovili. Plika
sirkularis kerkringi merupakan lipatan mukosa (dengan inti submukosa) permanen. Vili
intestinales merupakan tonjolan permanen mirip jari pada lamina propia ke arah lumen diisi
lakteal (pembuluh limfe sentral). Mikrovili merupakan juluran sitoplasma (striated brush border).
Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn, didasarnya terdapat sel paneth
(penghasil lisozim-enzim antibakteri pencerna dinding bakteri tertentu dan mengendalikan
mikroba usus halus) dan sel enteroendokrin (penghasil hormone-gastric inhibitory
peptide,sekretin dan kolesistokinin/pankreozimin.6,7

Duodenum
 Tunika Mukosa
- Epitel kolumner simpleks dengan mikrovili, terdapat vili intestinalis dan sel goblet. Pada
lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn.6
 Tunika Submukosa
- Jaringan ikat longgar. Terdapat kelenjar duodenal Brunner (ciri utama pada duodenum
yang menghasilkan mucus dan ion bikarbonat).7
 Tunika Muskularis

Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Diantaranya dipisah
oleh pleksus mienterikus auerbach.7

 Tunika Serosa

8
- Merupakan peritoneum visceral dengan epitel gepeng simpleks, yang diisi pembuluh
darah dan sel-sel lemak.6

Jejunum dan Ileum

Secara histologis sama dengan duodenum, perkecualiannya tidak ada kelenjar duodenal brunner
ataupun agmina peyeri.6

Usus Besar

Terdapat caecum, colon ascendens, tranversal, descendens, sigmoid, rectum serta anus.
 Tunika Mukosa
Terdiri epitel selapis torak, mempunyai sel goblet (lebih banyak dibanding usus halus) tapi tidak
mempunyai plika sirkularis maupun vili intestinalis. Pada lamina propia terdapat kelenjar
intestinal lieberkuhn yang lebih banyak dan nodulus limpatikus. Tidak terdapat sel paneth tapi
terdapat sel enteroendokrin. Dibawah lamina terdapat muskularis mukosa.8
 Tunika Submukosa
Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel lemak dan saraf pleksus
meissner.8
 Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Otot sirkular
berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli). Diantaranya dipisah
oleh pleksus mienterikus auerbach.8
 Tunika Serosa/Adventisia
Merupakan peritoneum visceral dengan epitel gepeng simpleks, yang diisi pembuluh darah dan
sel-sel lemak. Colon tranversum dan sigmoid melekat ke dinding tubuh melalui mesenterium,
sehingga tunika serosa menjadi lapisan terluar bagian colon ini. Sedangkan adventisia
membungkus colon ascendens dan descendens karena letaknya peritoneal.8

Rektum
 Tunika Mukosa
- Terdiri epitel selapis torak, mempunyai sel goblet dan mikrovili, tapi tidak mempunyai plika
sirkularis maupun vili intestinalis. Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn,
sel lemak, dan nodulus limpatikus. Dibawah lamina terdapat muskularis mukosa.7,8

9
 Tunika Submukosa
- Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel lemak dan saraf pleksus
meissner.8
 Tunika Muskularis
- Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Otot sirkular
berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli). Diantaranya
dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.7
 Adventisia
- Merupakan jaringan ikat longgar yang menutupi rectum, sisanya ditutupi serosa.7

Anus
 Tunika Mukosa
- Terdiri epitel gepeng tanpa tanduk, lamina propia tapi tidak ada terdapat muskularis mukosa.8
 Tunika Submukosa
- Menyatu dengan lamina propia. Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah,
saraf pleksus hemorroidalis dan glandula sirkum analis.8
 Tunika Muskularis
- Bertambah tebal. Terdiri atas sfingter ani interna (otot polos, perubahan otot sirkuler), sfingter
ani eksterna (otot rangka) lalu diluarnya m. levator ani. Otot sirkular berbentuk utuh tapi otot
longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli). Diantaranya dipisah oleh pleksus
mienterikus auerbach.7,8
 Tunika Adventisia - Terdiri jaringan ikat longgar.6

Fungsi Organ pencernaan

Gaster

Fungsi lambung yang terpenting adalah menyimpan makanan yang masuk sampai
makanan dapat disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan
penyerapan yang optimal. Diperlukan waktu beberapa jam untuk mencerna dan menyerap satu
porsi makanan. Lambung perlu menyimpan makanan dan menyalurkannya secara mencicil ke
duodenum dengan kecepatan yang tidak melebihi kapasitas usus halus.9

10
Fungsi yang kedua adalah untuk memproduksi kimus. Melalui gerakan mencampur
lambung, makanan yang tertelan dihaluskan dan dicampur dengan sekresi lambung untuk
menghasilkan campuran cairan kental yang dikenal seagai kimus. Isi lambung harus diubah
mejadi kimus sebelum dapat dialirkan ke duodenum. Fungsi yang terakhir adalah untuk digesti
protein. Lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCl) dan enzim yang dapat memicu
pencernaan protein.9

Usus Halus

Usus halus memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah untuk mensekresi cairan usus,
menerima empedu dan getah pankreas untuk melakukan pencernaan makanan. Getah usus dan
pankreas yang mengandung enzim dapat mengubah protein menjadi asam amino, karbohidrat
menjadi glukosa-maltosa-galaktosa, lemak menjadi asam lemak-gliserol (dengan bantuan garam
empedu di dalam empedu yang dikeluarkan ke dalam empedu oleh kontraksi kantong empedu).4

Pencernaan menjadi lengkap setelah makanan dipecah menjadi bentuk yang lebih
sederhana dan diserap melalui dinding usus halus ke dalam darah atau limfe. Selain menyerap
hasil pecahan makanan, usus halus juga menyerap air, garam dan vitamin. Gerakan isi usus
sepanjang usus oleh kontraksi segmental pendek dan gelombang rush yang menggerakan isis
sepanjang usus lebih cepat.4

Usus Besar

Usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorpsi makanan. Bila isi usus halus
mencapai sekum maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan sisinya cair. Selama perjalanan
di dalam kolon isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan ketika rektum dicapai maka
feses bersifat padat-lunak. Diperlukan waktu kira-kira enam belas sampai dua puluh jam bagi
isinya untuk mencapai flexura sigmoid.5

Fungsi kolon dapat diringkas sebagai berikut, yaitu untuk absorpsi air-garam-glokosa,
sekresi musin oleh kelenjar di dalam lapisan dalam, penyiapan selulosa yang berupa hidrat
karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan sayuran hijau dan penyiapan sisa protein
yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna eksresi. Fungsi paling akhirnya nanti berujung
pada proses defekasi atau pembuangan air besar.5

11
Hati

Fungsi hati terdiri atas tiga bagian yaitu fungsi metabolik, penyimpanan, dan sekresi.
Fungsi metabolik meliputi hal-hal berikut ini: lemak yang disimpan dipecah-pecah untuk
membentuk energi (proses desaturasi), kelebihan asam amino dipecah dan diubah menjadi urea,
obat-obatan dan racun didetoksifikasi, vitamin A disintesis dari karoten, plasma protein
disentesisi, sel-sel jaringan yang dipakai dipecah untuk membentuk asam urat dan urea,
kelebihan karbohodrat diubah menjadi lemak untuk disimpan, protombin dan fibrinogen
disintesis dari asam amino, antibodi dan antitoksin diperoduksi, terakhir heparin diproduksi.3

Sementara fungsi penyimpanan meliputi: penyimpan vitamin A dan D, faktor anti-


anemia, zar besi dari diet dan dari sel darah yang telah dipakai, terakhir sebagai penyimpanan
glikogen yang dapat diubah kembali menjadi glukosa. Fungsi sekresi meliputi sekresi empedu
yang dibentuk dari unsur-unsur yang dipecah oleh darah.3

Kandung Empedu

Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu. Juga melakukan
fungsi penting yaitu getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat. Di dalam waktu
setengah jam setelah makanan masuk, segera sesudah sfinker oddi mengendor untuk
mengizinkan getah emedu masuk duodenum, kandung empedu berkontraksi. Dengan demikian
aliran getah empedu tidak kontiyu, tetapi sesuai dengan selang pencernaan bila makanan masuk
ke duodenum.5

Pankreas

Pankreas memiliki fungsi eksokrin dan endokrin. Fungsi eksokrin pankreas berkaitan
dengan sintesis dan pengeluaran enzim-enzim pencernaan dan larutan natrium bikarbonat dari
sel-sel khusus pankreas yang disebut sel asinus (acini). Sel-sel asinus mengeluarkan isinya ke
dalam duktus pankreatik. Dari duktus pankreatik, enzim dan larutan bikarbonat mengalir
melewati sfingter oddi masuk ke bagian pertama dari susu halus, yaitu duodenum. Enzim
pankreatik dan larutan bikarbonat berperan dalam proses pencernaan dan penyerapan makanan di
usus halus. Sementara itu, fungsi endokrin pankreas adalah memproduksi dan melepaskan
hormon insulin, glukagon, da somatostatin. Hormon ini masing-masing diproduksi oleh sel-sel
khusus yang berbeda di pankreas, yang disebut pulau Langerhans.9

12
Mekanisme Pencernaan

Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien, air,dan
elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Dimanadalam
proses memindahkan zat tersebut sistem pencernaan melaksanakan 4 proses dasar,yaitu motilitas,
sekresi, digesti, dan absorpsi.9
1. Motilitas
Motilitas adalah kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi
saluran pencernaan, otot polos di dinding saluran pencernaan secara terus menerus berkontraksi
dengan kekuatan rendah yang disebut dengan tonus. Tonus ini sangat penting
untuk mempertahankan agar tekanan pada isi saluran pencernaan tetap dan untuk mencegah
dinding saluran pencernaan melebar secara permanen setelah mengalami distensi (peregangan).9
Dalam proses motilitas terjadi dua gerakan yaitu:
- Gerakan propulsif yaitu gerakan mendorong atau memajukan isi saluran pencernaan
sehingga berpindah tempat ke segmen berikutnya, dimana gerakan ini pada setiap segmen akan
berbeda tingkat kecepatannya sesuai dengan fungsi dari regio saluran pencernaan,contohnya
gerakan propulsif yang mendorong makanan melalui esofagus berlangsung cepat tapi sebaliknya
di usus halus tempat utama berlangsungnya pencernaan dan penyerapan makanan bergerak
sangat lambat.9
.- Gerakan mencampur, gerakan ini mempunyai 2 fungsi yaitu mencampur makanan
dengan getah pencernaan dan mempermudah penyerapan pada usus. Yang berperan dalam kedua
gerakan ini salah satunya yaitu muskularis eksterna suatu lapisan otot polos utama disaluran
pencernaan yang mengelilingi submukosa. Di sebagian besar saluran pencernaan lapisan ini
terdiri dari dua bagian yaitu lapisan sirkuler dalam dan lapisan longitudinal luar.Serat-serat
lapisan otot polos bagian dalam berjalan sirkuler mengelilingi saluran, kontraksiserat-serat
sirkuler ini menyebabkan kontriksi, sedangkan kontraksi serat-serat di lapisan luar yang berjalan
secara longitudinal menyebabkan saluran memendek, aktivitas kontraktillapisan otot polos ini
menghasilkan gerakan propulsif dan mencampur.9
2. Sekresi
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke lumen saluran pencernaan oleh kelenjar eksokrin.
Sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik spesifik seperti enzim,
garam empedu, atau mukus. Sekresi ini memerlukan ATP, baik untuk transport aktif bahan-
bahan ke dalam sel maupun untuk sintesis produk sekretorik oleh reticulum endoplasma. Sekresi

13
tersebut dikeluarkan ke lumen saluran pencernaan karena adanya rangsangan saraf atau hormon
yang sesuai.9
3.Digesti
Digesti merupakan proses penguraian makanan dari struktur yang kompleks menjadi satuan-
satuan yang lebih kecil sehingga dapat diserap oleh enzim-enzim yang diproduksi didalam sistem
pencernaan. Pencernaan dilakukan melalui proses hidrolisis enzimatik.Dengan menambahkan
H2O di tempat ikatan, enzim dalam sekresi pencernaan memutuskanikatan-ikatan yang
menyatukan subunit-subunit. Karbohidrat atau polisakarida menjadimonosakarida, lemak yang
pada umumnya adalah trigliserida dipecah menjadi monogliseridadan asam lemak, sedangkan
protein diubah menajdi asam-asam amino.9
4. Absorbsi
Setelah proses digesti molekul-molekul yang telah menjadi satuan-satuan kecil dapat diabsorpsi
bersama dengan air, vitamin, dan elektrolit, dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau
limfe. Absorpsi sebagian besar terjadi di usus halus.9

Mekanisme Lambung

1. Motilitas Lambung
a) Pengisian

Ketika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50ml tetapi volume lambung dapat bertambah
hingga sekitar 1 liter saat makan. Lambung dapat terisi tanpa mengalami perubahan tegangan
didindingnya melalui mekanisme berikut. Bagian inferior lambung membentuk lipatan-lipatan
dalam yaitu rugae. Sewaktu makan, lipatan menjadi lebih kecil dan nyaris mendatar sewaktu
lambung sedikit melemas setiap kali makanan masuk. Relaksasi refleks lambung sewaktu
menerima makanan ini disebut relaksasi reseptif. Relaksasi ini meningkatkan kemampuan
lambung menampung volume makanan dengan hanya menyebabkan sedikit peningkatan tekanan
lambung.9

b) Penyimpanan

Sekelompok sel pemacu yang terletak di fundus bagian atas lambung menghasilkan potensial
gelombang lambat yang menyapu ke bawah sepanjang lambung menuju sfingter pilorus dengan
frekuensi tiga kali per menit. Pola ritmik depolarisasi spontan ini (BER) terjadi terus menerus
dan disertai oleh kontraksi lapisan otot sirkular.9

14
Sekali dimulai, gelombang peristaltik menyebar melalui fundus dan korpus ke antrum dan sfigter
pilorus. Karena lapisan otot di fundus dan korpus tipis maka kontraksi di bagian ini lemah.
Ketika mencapai antrum, gelombang kontraksi menjadi jauh lebih kuat karena otot disini lebih
tebal. Karena di fundus dan korpus gerakan mencampur berlangsung lemah maka makanan yang
disalurkan ke lambung disimpan di bagian korpus yang relatif tenang tanpa mengalami
pencampuran.9

c) Pencampuran

Kontraksi peristaltik antrum yang kuat mencampur makanan dengan sekresi lambung untuk
menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum mendorong kimus maju menuju
sfingter pilorus. Kontraksi tonik sfingter pilorus normalnya menyebabkan sfigter ini nyaris
tertutup. Lubang yang terbentuk cukup besar untuk dilalui oleh air dan cairan lain tetapi terlalu
kecil untuk kimus kental kecuali jika didorong oleh kontraksi peristaltik antrum yang kuat.9

Dari sekitar 30 ml kimus yang dapat ditampung di antrum, biasanya hanya beberapa mililiter
yang terdorong ke duodenum pada setiap gelombang peristaltik. Masa kimus antrum yang
sedang terdorong maju tetapi tidak dapat masuk ke duodenum tertahan mendadak di sfingter
yang tertutup dan memantul balik ke antrum, hanya untuk didorong kembali ke sfingter dan
memantul balik oleh gelombang peristaltik baru. Gerakan maju mundur ini disebut retropulsi
yang berfungsi untuk mencampur kimus secara merata.9

d) Pengosongan

Selain mencampur isi lambung, kontraksi peristaltik antrum adalah gaya pendorong untuk
mengosongkan isi lambung. Jumlah kimus yang lolos ke duodenum bergantung pada kekuatan
peristalsis. Intensitas peristaltis antrum dipengaruhi oleh faktor lambung dan duodenum. Karena
itu, pengosongan lambung juga dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut
mempengaruhi eksitabilitas lambung dengan sedikit mendepolarisasi atau menghiperpolarisasi
otot polos lambung, yang kemudian dapat menentukan derajat akivitas peristaltik antrum.6

Faktor lambung yang mempengaruhi adalah jumlah kimus dan derajat keenceran kimus.
Jumlah kimus menimbulkan efek langsung pada eksitabilitas otot polos lambung, serta bekerja
melalui pelksus intrinsik, saraf vagus dan gastrin. Akibatnya, peningkatan jumlah kimus
merangsang motilitas dan pengosongan. Derajat keenceran memiliki efek langsung karena isi
harus berbentuk cair sebelum dievakuasi. Semakin encer, maka semakin cepat pengosongannya.
Faktor duodenum meliputi adanya lemak, asam, hipertonisitas, dan peregangan duodenum.

15
Kesemuanya itu memulai refleks enterogastrik atau memicu pelepasan enterogastron. Faktor-
fakto yang ada di duodenum ini menghambat motilitas dan pengosongan lambung lebih lanjut
sampai duodenum mengatasi faktor-faktor yang ada.9

2. Sekresi lambung

Setiap hari lambung mensekresikan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel yang
mengeluarkan getah lambung berada di lapisan dalam lambung, mukosa lambung, yang dibagi
menjadi dua daerah berbeda. Daerah yang pertama adalah mukosa oksintik yang melapisi korpus
dan fundus. Daerah kedua adalah daerah kelenjar pilorus yang melapisi antrum.9

Di dinding foveola gastrika dan kelenjar mukosa oksintik ditemukan tiga jenis sel
sekretorik eksokrin lambung, yaitu sel mukus, chief cell, dan parietal sel. Sel mukus melapisi
foveola gastrica dan pintu masuk kelenjar. Sel-se ini mengelurkan mukus encer. Bagian lebih
dalam di kelenjar lambung dilapisi oleh chief cell dan sel parietal. Chief cell yang jumlahnya
lebih banyak menghasilkan prekursor enzim pepsinogen. Sel parietal mengeluarkan HCl dan
faktor intrinsik.9

Sel-sel parietal secara aktif mengeluarhan HCl ke dalam lumen kantung lambung, hal ini
menyebabkan pH lumen turun sampai pH 2 Pepsinogen merupakan enzim inaktif yangdisintesa
oleh aparatus golgi dan retikulum endoplasma kemudian disimpan di sitoplasmadalam vesikel
sekretorik yang dikenal dengan granula zimogen. Pepsinogen
mengalami penguraian oleh HCl menjadi enzim bentuk aktif yaitu pepsin. Pepsin berfungsi untk
mengaktifkan kembali pepsinogen (proses otokatalitik) dan sintesa protein dengan memecah
ikatan asam amino menjadi peptida.Sekresi mukus berfungsi sebagai sawar protektif daricedera
terhadap mukosa lambung karena sifat lubrikalis dan alkalisnya dengan menetralisasiHCl yang
terdapat di dekat mukosa lambung. Hormon gastrin disekresikan oleh sel-sel gastrin(sel-sel G)
yang terletak di daerah kelenjar pilorus lambung, gastrin merangsang peningkatansekresi getah
lambung yang bersifat asam, dan mendorong pertumbuhan mukosa lambung danusus halus,
sehingga keduanya dapat mempertahankan kemampuan sekresi mereka.9

3. Pencernaan Lambung
Dua proses pencernaan terpisah berlangsung di dalam lambung. Di korpus lambung,
makanan berada dalam keadaan setengah padat karena kontraksi peristaltik di bagian ini terlalu
lemah untuk melakukan pencampuran. Karena di korpus lambung makanan tidak dicampur maka
disini tidak berlangsung banyak pencernaan protein.5

16
Namun, di bagian dalam masa makanan, pencernaan karbohidrat berlanjut dibawah
pengaruh amilase liur. Meskipun asam menginaktifkan amilase liur, namun bagian dalam masa
makanan yang tidak tercampur, bebas dari asam. Pencernaan oleh getah lambung itu sendiri
berlangsung di antrum lambung, tempat makanan dicampur merata dengan HCl dan pepsin, yang
mengawali pencernaan protein.5,8

4. Penyerapan Lambung

Tidak ada makanan atau air yang diserap ke dalam darah melalui mukosa lambung.
Namun, dua bahan non-nutrien dapat diserap langsung dari lambung. Kedua bahan tersebut .
adalah etil alkohol dan aspirin. Alkohol bersifat agak larut lemak sehingga zat ini dapat berdifusi
melalui membran lemak sel epitel yang melapisi bagian dalam lambung dan dapat masuk ke
darah melalui kapiler submukosa.9

Mekanisme Hati dan Kandung Empedu

Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpeting di tubuh. Perannya dalam sistem
pencernaan adalah sekresi garam empedu, yang membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
Saluran tipis pengangkut empedu, kanalikulus biliaris, berjalan di antara sel-sel di dalam setiap
lempeng hati. Hepatosit terus menerus mengeluarkan empedu ke dalam saluran tipis ini, yang
mengangkut empedu ke duktur biliaris. Duktus biliaris dari berbagai lobulus menyatu untuk
akhirnya membentuk duktus biliaris komunis, yang mengangkut empedu dari hati ke duodenum.9

Lubang duktus biliaris ke dalam duodenum dijaga oleh sfingter oddi, yang mencegah
empedu masuk ke duodenum kecuali sewaktu pencernaan makanan. Ketika sfingter ini tertutup,
sebagian besar empedu yang disekresikan oleh hati dialihkan balik ke dalam kandung empedu.
Empedu kemudian disimpan dan dipekatkan di kandung empedu diantara waktu makan. Setelah
makan, empedu masuk ke duodenum akibat efek kombinasi pengosongan kandung empedu dan
peningkatan sekeresi empedu oleh hati.9

Empedu mengandung beberapa konstitiuen organik, yaitu garam empedu, kolesterol,


lesitin, dan bilirubin dalam suatu cairan encer alkalis serupa dengan sekresi NaHCO3 pankreas.
Garam empedu adalah turunan kolesterol. Garam empedu membantu pencernaan lemak melalui
efek deterjennya, dimana ia akan mengubah globulus-globulus lemak besar menjadi emulsi
lemak (butir lemak kecil yang ada di kimus).9

17
Garam ini secara aktif disekresikan ke dalam empedu dan akhirnya masuk ke duodenum
bersama dengan konsituen empedu lainnya. Setelah ikut dalam pencernaan dan penyerapan
lemak, sebagian besar garam empedu diserap kembali ke dalam darah oleh mekanisme transpor
aktif khusus yang terletak di ileum terminal. Dari sini garam empedu dikembalikan ke hati. Daur
ulang empedu ini disebut sirkulasi enterohepatik.9

Mekanisme Usus Halus

1. Motilitas Usus Halus


a) Segmentasi

Segmentasi merupakan mode motilitas utama usus halus sewaktu pencernaan makanan, yang
meliputi proses mencampur dan mendorong kimus secara perlahan. Segementasi terdiri dari
kontraksi otot polos sirkular yang berulang dan berbentuk cincin disepanjang usus halus. Cincin
kontraktil ini tidak menyapu di sepanjang usus seperti halnya gelombang peristaltik. Setelah
suatu periode singkat segmen-segmen yang berkontrasi melemas dan kontraksi berbentuk cincin
ini muncul di bagian-bagian yang sebelumnya melemas. Kontraksi baru mendorong kimus di
bagian yang semula rileks untuk bergerak ke kedua arah ke bagian-bagian yang kini melemas
disampingnya. Karena itu, segmen yang baru melemas menerima kimus dari kedua segmen yang
berkontraksi tepat di belakang dan depannya. Segera setelah itu bagian yang berkontraksi
melemas kembali berganti. Dengan cara ini kimus dipotong, digiling dan dicampur secara
merata. Fungsi dari proses segmentasi ini adalah untuk mencampur kimus dengan getah
pencernaan yang disekresikan ke dalam lumen usus halus dan memanjankan semua kimus ke
permukaan absorptif mukosa usus halus.9

b) Migrating Motility Complex

Ketika sebagian besar makanan telah diserap, kontraksi segmentasi berhenti dan diganti di antara
waktu makan oleh migrating mitility complex. Motilitas disini berbentuk gelombang peristaltik
lemah berulang yang bergerak dalam jarak pendek ke hilir sebelum lenyap. Gelombang
peristaltik ini memerlukan waktu sekitar 100 sampai 150 menit untuk akhirnya bermigrasi dari
lambung ke ujung usus halus, dengan setiap kontraksi menyapu maju sisa-sisa makanan
sebelumnya.9

18
2. Sekresi Usus Halus

Setiap hari sel-sel kelenjar eksokrin di mukosa usus halus mensekresikan ke dalam lumen
sekitar 1,5 liter larutan cair garam dan mukus yang disebut sukus enterikus (jus usus). Sekeresi
meningkat setelah makan sebagai repons terhadap stimulasi lokal mukosa usus halus oleh adanya
kimus.9

Mukus di dalam sekresi berfungsi untuk melindungi dan melumasi. Selain itu, sekresi
cair menyediakan banyak H2O untuk berperan dalam pencernan makanan oleh enzim. Tidak ada
enzim pencernaan yang disekresikan ke dalam getah usus ini. Usus halus memang mensintesis
enzim pencernaan, tetapi enzim-enzim ini berfungsi di dalam membran brush-border sel epitel
yang melapisi bagian dalam lumen dan tidak disekresikan langsung ke dalam lumen.9

3. Pencernaan Usus Halus

Pencernaan di lumen usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas, dengan


pencernaan lemak ditingkatkan oleh sekresi empedu. Akibat aktivitas enzim-enzim pankreas,
lemak di reduksi secara sempurna menjadi unit-unit monogliserida dan asam lemak bebas yang
dapat diserap. Protein diuraikan menjadi fragmen-fragmen peptida kecil dan beberapa asam
amino. Karbohidrat diubah menjadi disakarida dan beberapa monosakarida. Karena itu,
pencernaan lemak telah selesai di dalam lumen usus halus, tetapi pencernaan karbohidrat dan
protein belum tuntas.9

Nantinya, pencernaan karbohidrat dan protein akan dituntaskan di brush border yang
mengandung tiga kategsri enzim yang melekat ke membran. Yaitu: enterokinase (mengaktifkan
enzim pankreas tripsinogen), disakaridase meliputi maltase-sukrase-laktase (menuntaskan
pencernaan karbohidrat), dan aminopeptidase (menghidrolisis fragmen-fragmen peptida kecil
menjadi komponen asam aminonya).9

4. Penyerapan Usus Halus

Semua produk pencernaan karbohidrat, lemak dan protein, serta sebagian besar elektrolit,
vitamin, dan air, normalnya diserap oleh usus halus. Hanya penyerapan kalsium dan besi yang
biasanya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Karena itu semakin banyak makanan yang
dikonsumsi, semakin banyak yang akan dicerna dan diserap. Penyerapan sebagian besar
berlangsung di duodenum dan jejunum. 50% bagian dari usus halus dapat diangkat tanpa

19
menyebabkan gangguan penyerapan, namun jika ileum terminal diangkat, maka akan terjadi
gangguan penyerapan vitamin B12 dan garam empedu.9

Beberapa Penyerapan terjadi di usus halus, antara lain:

 Penyerapan air dan garam

Air diabsorpsi melalui mukosa usus ke dalam darah hampir seluruhnya melalui osmosis.
Jumlah air yang diserap per harinya dari makanan adalah 2000 ml dan darigetah-getah
pencernaan sebanyak 7000 ml/ harinya. 95%nya diabsorpsi dan hanya100-200 ml air per
hari yang dikeluarkan bersama feses. Natrium diserap secaratranspor aktif dari dalam sel
epitel melalui bagian basal dan sisi dinding sel masuk kedalam ruang paraseluler.
Sebagian Na diabsorpsi bersama dengan ion klorida, dimanaion klorida bermuatan
negatif secara pasif ditarik oleh muatan listrik positif ionnatrium.6

 Penyerapan Karbohidrat.
Karbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa.Disakaridase
yang ada di brush border menguraikan disakarida ini menjadi monosakarida yang dapat
diserap yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh
transportasi aktif sekunder sedangkan fruktosa diserap melalui difusi terfasilitasi.6

 Penyerapan Protein.
Protein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida, asam amino diserap
menembus sel usus halus melalui transpor aktif sekunder, peptide masuk melalui bantuan
pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di
brush border atau oleh peptidase intrasel, dan masuk ke jaringan kapiler yang ada di
dalam vilus. Dengan demikian proses penyerapan karbohidrat dan protein melibatkan
sistem transportasi khusus yang diperantarai oleh pembawa dan memerlukan pengeluaran
energi serta kotransportasi Na.6,9

 Penyerapan Lemak.
Lemak diabsorpsi dalam bentuk monogliserida dan asam lemak bebas,keduanya akan
larut dalam gugus pusat lipid dari misel empedu, dan zat-zat ini dapatlarut dalam kimus.
Dalam bentuk ini, monogliserida dan asam lemak bebas ditranspor ke permukaan
mikrovili brush border sel usus dan kemudian menembus ke dalam ceruk diantara
mikrovili yang bergerak. Dari sini keduanya segera berdifusi keluar misel dan masuk ke

20
bagian dalam sel epitel. Proses ini meninggalkan misel empedu tetap di dalam kimus,
yang selanjutnya akan melakukan fungsinya berkali-kali membantu absorpsi
monogliserida dan asam lemak.6

Mekanisme Usus Besar


1. Motilitas Usus Besar
a) Gerakan Mencampur (Haustrasi)

Umumnya gerakan usus besar belangsung lambat dan tidak mendorong sesuai fungsinya sebagai
tempat penyerapan dan penyimpanan. Motilitas utama kolon adalah kontraksi haustra yang
dipicu oleh ritmisitas otonom sel-sel otot polos kolon. Kontraksi ini, yang menyebabkan kolon
membentuk haustra, serupa dengan segemntasi usus halus tetapi terjadi jauh lebih jarang. Lokasi
kantung haustra secara bertahap berubah sewaktu segmen yang semula melemas dan membentuk
kantung mulai berkontraksi secara perlahan sementara bagian yang tadinya berkontrasi melemas
secara bersamaan membentuk kantung baru. Gerakan ini tidak mendorong isi usus tetapi secara
perlahan mengaduknya masju-mundur sehingga isi kolon teroanjan ke mukosa penyerapan.
Kontraksi haustra umumnya dikontrol oleh refleks lokal yang melibatkan pleksus intrinsik.9

b) Gerakan Massa

Tiga atau empat kali sehari, terjadi peningkatan mencolok motilitas saat segmen-segmen besar
kolon asendens dan transversum berkontraksi secara simultan, mendorong tinja sepertiga sampai
seperempat panjang kolon dalam beberapa detik. Kontraksi pasif ini yang secara tepat dinamai
gerakan massa, mendorong isi kolon ke bagian distal usus besar, tempat bahan disimpan sampai
terjadi defikasi. Ketika makanan masuk ke lambung, terjadi refleks gastrokolon, yang menjadi
pemicu utama gerakan massa di kolon. Ketika makanan masuk ke saluran cerna, terpicu refleks-
refleks yang memindahkan isi yang sudah ada ke bagian distal untuk menyediakan tempat bagi
makanan yang baru masuk. Refleks gastroileum memindahkan isi usus halus yang masih ada ke
dalam usus besar, dan refleks gastrokolon mendorong isi kolon ke dalam rektum, memicu
defekasi.9

c) Refleks defekasi

Ketika gerakan masa di kolon mendorong tinja ke dalam rektum, peregangan yang terjadi di
rektum merangsang reseptor regang di didinding rektum, memicu refleks defekasi. Refleks

21
defekasi memicu sfingter ani internus (otot polos) melemas dan rektum serta kolon sigmoid
berkontraksi lebih kuat. Jika sfingter ani eksternus (otot rangka) juga melemas maka terjadi
defekasi. Karena otot rangka, sfingter ani eksternus berada di bawah kontrol volunter, jika
keadaan tidak memungkinkan untuk defekasi maka akan terjadi pengencangan sfingter ani
eksternus secara segaja. Jika defekasi ditunda maka dinding rektum yang semula teregang secara
perlahan melemas, dan keinginan unntuk buang air besar mereda sampai gerakan massa
berikutnya mendorong lebih banyak tinja ke dalam rektum dan kembali meregangkan rektum
serta memicu refleks defekasi. Jika defekasi terjadi maka biasanya dibantu oleh gerakan
mengejan volunter yang melibatkan kontraksi otot abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis
tertutup secara bersamaan.9

2. Sekresi Usus Besar

Usus besar tidak mengeluarkan enzim pencernaan apapun. Tidak ada yang diperlukan karena
pencernaan telah selesai sebelum kimus mencapai kolon. Sekresi kolon terdiri dari larutan mukus
basa (NaHCO3) yang fungsinya adalah melindungi mukosa usus besar dari cedera mekanis dan
kimiawi. Mukus mempermudah feses bergerak, sementara HCO3 menetralkan asam iritan yang
diproduksi oleh fermentasi bakteri lokal.9

3. Pencernaan Usus Besar


Dalam usus besar tidak terjadi pencernaan karena tidak terdapat enzim pencernaan. Bakteri
kolon mampu mencerna sebagain selulosa namun untuk kepentingan metabolisme mereka
sendiri.9
4. Penyerapan Usus Besar

Kolon dalam keadaan normal menyerap garam dan H2O. Natrium diserap secara aktif, Cl-
mengikuti secara pasif menuruni gradien listrik, dan H2O mengikuti secara osmotis. Kolon
menyerap sejumlah elektrolit lain serta vitamin K yang disintesis oleh bakteri kolon. Melalui
penyerapan garam dan H2O terbentuk massa tinja yang padat. Tinja atau feses merupakan hasil
akhir dari sistem pencernaan. Dimana feses terdiri dari 100gr H2O, 50gr bahan padat meliputi
selulosa-bilirubin-bakteri-sejumlah kecil garam, dan residu makanan yang tidak diserap. Selain
mengeluarkan feses, terdapat pula gas yang turut dikeluarkan yang disebut flatus.9

22
Enzim dan hormon pencernaan

Pencernaan Kimiawi

Pencernaan makanan secara kimiawi terjadi dengan bantuan zat kimia tertentu. Enzim
pencernaan merupakan zat kimia yang berfungsi memecahkan molekul bahan makanan yang
kompleks dan besar menjadi molekul yang lebih sederhana dan kecil. Molekul yang sederhana
ini memungkinkan darah dan cairan getah bening (limfe) mengangkut ke seluruh sel yang
membutuhkan. Secara umum enzim memiliki sifat : bekerja pada substrat tertentu, memerlukan
suhu tertentu dan keasaman (pH) tertentu pula. Suatu enzim tidak dapat bekerja
pada substrat lain. Molekul enzim juga akan rusak oleh suhu yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi. Demikian pula enzim yang bekerja pada keadaan asam tidak akan bekerja pada suasana
basa dan sebaliknya.10

Macam-macam enzim pencernaan yaitu :

1. Enzim ptialin

Enzim ptialin terdapat di dalam air ludah, dihasilkan oleh kelenjar ludah. Fungsi enzim ini ialah
mengubah amilum menjadi glukosa.10

2. Enzim amylase

Enzim amilase dihasilkan oleh kelenjar ludah (parotis) di mulut dan kelenjar pankreas. Kerja

enzim amilase yaitu :

Amilum sering dikenal dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan karbohidrat
atau sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amilase memecah molekul amilum ini
menjadi sakarida dengan molekul yang lebih sederhana yaitu maltosa.10

3. Enzim maltase

Enzim maltase terdapat di usus dua belas jari, berfungsi memecah molekul maltosa menjadi
molekul glukosa.

23
Glukosa merupakan sakarida sederhana (monosakarida).Molekul glukosa berukuran kecil dan
lebih ringan dari pada maltosa, sehingga darah dapat mengangkut glukosa untuk dibawa ke
seluruh sel yang membutuhkan.10

4. Enzim pepsin

Enzim pepsin dihasilkan oleh kelenjar di lambung berupa pepsinogen.


Selanjutnya pepsinogen bereaksi dengan asam lambung menjadi pepsin. Cara kerja enzim pepsin

yaitu :

Enzim pepsin memecah molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana
yaitu pepton. Molekul pepton perlu dipecah lagi agar dapat diangkut oleh darah.10

5. Enzim tripsin

Enzim tripsin dihasilkan oleh kelenjar pancreas dan dialirkan ke dalam usus dua belas jari

(duodenum). Cara kerja enzim tripsin yaitu :

Asam amino memiliki molekul yang lebih sederhana jika dibanding molekul pepton.
Molekul asam amino inilah yang diangkut darah dan dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan.
Selanjutnya sel akan merakit kembali asam amino-asam amino membentuk protein untuk
berbagai kebutuhan sel.10

6. Enzim renin

Enzim renin dihasilkan oleh kelenjar di dinding lambung. Fungsi enzim renin untuk
mengendapkan kasein dari air susu. Kasein merupakan protein susu, sering disebut keju. Setelah
kasein diendapkan dari air susu maka zat dalam air susu dapat dicerna.10

24
7. Enzim lipase

Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan ke dalam usus dua belas
jari (duodenum). Enzim lipase juga dihasilkan oleh lambung, tetapi jumlahnya sangat sedikit.

Cara kerja enzim lipase yaitu :

Lipid (seperti lemak dan minyak) merupakan senyawa dengan molekul kompleks yang
berukuran besar. Molekul lipid tidak dapat diangkut oleh cairan getah bening, sehingga perlu
dipecah lebih dahulu menjadi molekul yang lebih kecil. Enzim lipase memecah
molekul lipid menjadi asam lemak dan gliserolyang memiliki molekul lebih sederhana dan lebih
kecil. Asam lemak dan gliserol tidak larut dalam air, maka pengangkutannya dilakukan oleh
cairan getah bening (limfe). Enzim pencernaan bekerja untuk mempercepat reaksi pada
pencernaan makanan, tetapi enzim pencernaan tidak ikut diproses.10

Hormon-hormon yang Mengatur Pencernaan

1. Gastrin

Gastirn diproduksi di dinding lambung. Distimulus untuk produksi makanan dalam lambung.
Pengaruh hormon ini dalam mengatur pencernaan sebagai perangsang sekresi terus-menerus
getah lambung. 11

2. Enterogastron (sekretin)

Sekretin distimulus untuk produksi bubur makanan (chime) asam dalam duodenum. Pengaruh
hormon ini dalam proses pencernaan yaitu merangsang pankreas untuk mengeluarkan
bikarbonat, yang menetralkan bubur makanan (chime) asam dalam duodenum. 11

3. Cholecystokinin (CCK)

Cholecystokinin (CCK) diproduksi di dinding duodenum. Dirangsang untuk produksi asam


amino atau asam lemak dalam chime. Pengaruhnya untuk merangsang pancreas mengeluarkan
enzim pancreas ke dalam usus halus, merangsang kantung empedu untuk berkontraksi, yang

mengeluarkan empedu ke dalam usus halus.11

25
4. Enterogastron lain

Tempat produksi dinding duodenum. Dirangsang untuk produksi chime dalam duodenum.
Pengaruhnya menghambat peristalsis (memperlambat masuknya makanan dalam usus halus.11

Tabel 1. Enzim-Enzim Pencernaan11

Enzim Sumber Sekresi Aksi

Karbohidrat

Amilase Kelenjar saliva Zat tepung maltose


saliva(ptialin)

Amilase pancreas Pankreas Zat tepung disakarida dan maltose

Maltase Usus halus Maltosa glukosa

Sukrase Usus halus Sukrosa glukosa dan fruktosa

Laktase Usus halus Laktosa glukosa dan galaktosa

Protein

Pepsin Lambung Protein Polipeptida

Tripsin Pankreas Protein dan peptida pepetida yang lebih


kecil

Kimotripsin Pankreas Protein dan peptida peptida yang lebih kecil

Peptidase Usus halus Dipeptida asam amino

Lemak

26
Lipase pancreas Pankreas Trigiserida monogliserida dan asam lemak

(dengan garam
empedu)

Lipase usus Usus halus Monogliserida asam lemak dan gliserol

(dengan garam
empedu)

Intoleransi Laktosa

Laktosa merupakan sumber energi utama dan hanya terdapat di dalam susu mamalia.
Laktosa ini akan diuraikan oleh enzim laktase (β-galactosidase) yang terdapat di brush border
mukosa usus halus menjadi glukosa dan galaktosa yang kemudian akan diserap oleh tubuh di
usus halus. Enzim Laktase ini terdapat di bagian luar pada brush border mukosa usus halus, dan
jumlah yang sedikit. Intoleransi laktosa ini terjadi karena adanya defisiensi enzim laktase
tersebut sehingga laktosa tidak dapat diurai dan diserap oleh usus halus.12

Laktosa yang terdapat didalam susu mamalia, akan diuraikan menjadi glukosa dan
galaktosa oleh enzim laktase2. Namun apabila enzim laktase ini tidak ada, maka laktosa tidak
dapat diuraikan. Penyebab penurunan produksi enzim laktase ini terbagi menjadi 2 bagian besar,
yaitu penurunan laktase primer (primary lactase deficiency) dan penurunan laktase
sekunder (secondary lactase deficiency).12

Intoleransi laktosa akibat penurunan produksi laktase primer (primary lactase


deficiency) ini disebabkan oleh faktor genetik karena tubuh akan menurunkan tingkat produksi
enzim laktase mulai pada usia 2 tahun. Kecepatan proses penurunan produksi ini tergantung dari
masing-masing individu. Berdasarkan hasil studi menunjukkan bahwa penduduk Asia dan Afrika
lebih banyak pada tipe ini. Tipe ini juga sering terdapat pada anak 2 tahun keatas hingga dewasa.
Intoleransi laktosa akibat penurunan produksi laktase sekunder (secondary lactase
deficiency) disebabkan rusaknya mukosa usus halus karena adanya infeksi akut oleh rotavirus

27
atau bakteri pada usus halus yang merusak mukosa usus halus sehingga menghambat produksi
enzim laktase. Tipe ini biasanya dijumpai pada anak usia kurang dari 2 tahun.12

Enzim laktase yang berfungsi memecah gula susu (laktosa) terdapat di mukosa usus
halus. Enzim tersebut bekerja memecah laktosa menjadi monosakarida yang siap untuk diserap
oleh tubuh yaitu glukosa dan galaktosa. Apabila ketersediaan laktase tidak mencukupi, laktosa
yang terkandung dalam susu tidak akan mengalami proses pencernaan dan akan dipecah oleh
bakteri di dalam usus halus. Proses fermentasi yang terjadi dapat menimbulkan gas yang
menyebabkan kembung dan rasa sakit di perut. Sedangkan sebagian laktosa yang tidak dicerna
akan tetap berada dalam saluran cerna dan tidak terjadi penyerapan air dari feses sehingga
penderita akan mengalami diare.13

Penatalaksanaan pada penderita intoleransi laktosa yaitu dengan diet bebas laktosa. Pasien
dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi segala bahan makanan yang mengandung laktosa
(misalnya susu mamalia dan turunannya seperti keju). Pada anak dapat mengkonsumsi susu yang
rendah laktosa dan juga harus mencari bahan makanan pengganti yang bebas laktosa namun
mengandung gizi yang terdapat dalam susu mamalia, misalnya susu kedelai.13

Kesimpulan

Hipotesis diterima bahwa seseorang akan mengalami rasa sakit perut dan diare setelah
mengonsumsi produk produk yang mengandung susu, karena disebabkan adanya intoleransi
laktosa pada usus halus. Hal ini dipengaruhi oleh suatu keadaan laktosa yang tidak tercerna,
masih tetap berada di lumen yang mengakibatkan penimbunan laktosa. Oleh karena itu,
terjadilah peregangan usus oleh cairan dan gas yang menimbulkan nyeri(kejang) dan diare
setelah memakan atau meninum produk susu.

28
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.h.82-3.
2. Snell RS. Anatomi klinis. Jakarta: EGC; 2011.h.671-84.
3. Pearce EC. Anatomi & fisiologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2005.h.87-90.
4. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern. Jakarta: EGC; 2004.h.28-31.
5. Watson R. Anatomi dan fisiologi. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2004.h.39-40.
6. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC. 2003. hal. 450-92.
7. Mescher AL. Junqueira’s basic histology, text and atlas. 12th ed. 2010. Singapore : Mc
Graw Hill. Pg. 249-72.
8. Leeson RC, Leeson S, Papao A. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC; 2003.
9. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.h.641-92.Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta:
EGC; 2004.h.450-92.
10. Thomas M. Textbook of Biochemistry with Clinical Correlations. 5th ed. 2010. pg 803-
45.
11. Guyton, Arthur C. Fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2006.h.771-825.
12. Egayanti, Yusra. Kenali intoleransi laktosa lebih lanjut dalam Info POM. vol.9(1),
Januari 2008.h.1-3.
13. Arifin, Zainal. Intoleransi terhadap air susu sapi. Berkala Ilmu Kedokteran vol.28(2), Juni
1996.h.99-103.

29

Anda mungkin juga menyukai