Anda di halaman 1dari 4

Tata Cara Perolehan Hak Guna Usaha

(HGU)
16.53 Sharing Info Dede Mahmud
Setelah pada posting yang lalu Kangdede sudah sharing mengenai sekilas tentang Hak
Guna Usaha (HGU), kali ini Kangdede akan mencoba sharing mengenai tata cara
perolehan Hak Guna Usaha. Siapa tahu ada Sobat Kangdede yang bermaksud mendirikan
usaha Perkebunan, Perikanan atau Peternakan diatas lahan yang mau dimohon haknya
sebagai HGU. Atau setidaknya ini akan menjadi tambahan ilmu dan wawasan bagi kita
semua. Setuju??

Sebelum kita mengajukan permohonan Hak Guna Usaha, hal TERPENTING yang harus
dilakukan oleh kita adalah menguasai tanah yang akan dimohon HGUnya yang
dibuktikan dengan data Fisik dan Yuridis. Data Fisik berupa penguasaan lahan/areal
dibuktikan dengan adanya tanda batas yang jelas, sedangkan Data Yuridis yang diperlukan
seperti dasar penguasaan lahan, bisa berupa akta pelepasan kawasan hutan, akta
pelepasan bekas tanah milik adat atau surat bukti perolehan lainnya. Selain itu, kita juga
dapat memohon pengukuran untuk mendapatkan Peta Bidang Tanah dari instansi
berwenang (BPN) serta memastikan lahan yang kita mohon dalam kondisi clear and clean.

Seperti yang telah kita ketahui pada artikel sekilas tentang Hak Guna Usaha, bahwa yang
boleh memiliki HGU adalah warganegara Indonesia atau Badan Hukum yang didirikan
berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Biar gampangnya, kita yang
akan memohon HGU disebut saja pemohon. Berikut ini tata cara perolehan Hak Guna
Usaha (HGU) yang harus dilakukan oleh pemohon, sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 :

1. Pemohon mengajukan Hak Guna Usaha secara tertulis kepada instansi yang
menetapkan pemberian HGU. Seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa penetapan
HGU dengan luas kurang dari 200 Ha adalah Kepala Kantor Wilayah BPN Propinsi,
sedangkan lebih dari 200 Ha diberikan oleh Menteri / Kepala BPN RI. Surat permohonan
tersebut kita sampaikan kepada Menteri/Kepala BPN RI melalui Kanwil BPN Propinsi dan
tembusan kepada Kepala Kantor Pertanahan dimana objek lahan yang dimohon berada.

2. Permohonan secara tertulis tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :

 Keterangan mengenai diri pemohon. Apabila Perorangan mencantumkan : nama,


umur, kewarganegaraan, tempat tinggal dan pekerjaan. Apabila pemohon adalah Badan
Hukum, mencantumkan : nama badan hukum, tempat kedudukan, akta atau peraturan
pendiriannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
 Keterangan mengenai tanah yang dimohon mencakup data fisik dan yuridis yaitu :
dasar penguasaannya (akta pelepasan kawasan hutan, akta pelepasan hak milik dll ),
letak tanah yang dimohon, batas-batas serta luasnya dan jenis usahanya (pertanian,
peternakan atau perikanan)

 Keterangan lain yang dianggap perlu.

3. Permohonan HGU secara tertulis tersebut juga dilampiri dokumen sebagai berikut :

 Foto copy identitas permohonan atau Akta Notaris/ pendirian perusahaan yang telah
memperoleh pengesahan dan telah didaftarkan sebagai badan hukum;

 Studi Kelayakan atau Proyek Prososal Rencana pengusahaan tanah jangka pendek
dan jangka panjang.

 Izin lokasi atau surat izin penunjukan penggunaan tanah atau surat izin
pencadangan tanah sesuai dengan Rencana tata ruang Wilayah;

 Bukti pemilikan dan atau bukti perolehan tanah berupa pelepasan kawasan hutan
dari instansi yang berwenang, akta pelepasan bekas tanah milik adat atau surat-surat
bukti perolehan tanah lainnya;

 Persetujuan penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal


Asing (PMA) atau surat persetujuan dari Presiden bagi Penanaman Modal Asing
tertentu atau surat persetujuan prinsip dari Departemen Teknis bagi non Penanaman
Modal Dalam Negeri atau Penanaman Modal Asing;

 Surat ukur apabila telah dilakukan pengukuran oleh instansi berwenang.

4. Setelah permohonan HGU tersebut diterima oleh Kanwil BPN Propinsi, berkas-berkas
permohonan akan diteliti kelengkapannya serta memberitahukan kepada Pemohon
mengenai biaya-biaya yang diperlukan untuk penyelesaian permohonan HGU sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan memerintahkan kepada para Kepala Bidang terkait
(Bidang Survey, Pemetaan dan Pengukuran, Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah,
dll) di Kanwil BPN untuk melengkapi bahan-bahan yang diperlukan.
Biasanya biaya yang harus dibayarkan pada saat permohonan HGU di Kanwil BPN dalam
tahap ini antara lain adalah biaya Pengukuran serta Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) atas
layanan pengukuran tanah oleh BPN, serta biaya PNBP Pemeriksaan tanah oleh Panitia
Pemeriksaan Tanah “B”.
5. Dalam hal berkas permohonan HGU masih terdapat kekurangan data, maka pihak BPN
akan memberitahukan kepada pemohon.

6. Selanjutnya apabila berkas-berkas telah lengkap, Kepala Kanwil BPN Propinsi akan
membentuk susunan Panitia Pemeriksaan Tanah B sebagai berikut :

 Kepala Kantor Wilayah BPN sebagai ketua merangkap anggota;

 Kepala Bidang Survey, Pengukuran dan Pemetaan pada Kantor Wilayah, sebagai
Anggota;

 Kepala Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah pada Kantor Wilayah, sebagai
Anggota;

 Kepala Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan pada Kantor Wilayah, sebagai
Anggota;

 Kepala Bidang Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat pada


Kantor Wilayah, sebagai Anggota;

 Pejabat Kabupaten/Kota yang terkait dan yang bersangkutan (Misalnya Kepala


Dinas dibidang Perkebunan, Peternakan, atau Perikanan), sebagai Anggota;

 Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan, sebagai Anggota;

 Kepala Dinas/Badan/Kantor Instansi Teknis Provinsi terkait, sebagai Anggota;

 Kepala Dinas/Badan/Kantor Kehutanan Provinsi, sebagai (apabila tanah yang


dimohon berasal dari pelepasan kawasan hutan atau berbatasan dengan kawasan
hutan); dan

 Kepala Seksi Penetapan Hak Tanah Perorangan atau Kepala Seksi Penetapan Hak
Tanah Badan Hukum atau Kepala Seksi Pengaturan Tanah Pemerintah pada Kantor
Wilayah, sebagai Sekretaris bukan Anggota.

Pemeriksaan, penelitian, dan pengkajian oleh Panitia B ini dilaksanakan untuk memperoleh
kebenaran formal atas data fisik dan data yuridis dalam rangka penyelesaian permohonan
pemberian , perpanjangan atau pembaharuan HGU. Setelah dilakukan penelitian data fisik
dan yuridis, Panitia Pemeriksaan Tanah B akan menerbitkan Risalah Pemeriksaan Tanah B
yang ditanda tangani oleh seluruh anggota yang telah ditetapkan oleh Kepala Kanwil BPN.

7. Dalam hal pemberian HGU dilimpahkan kepada Kepala Kanwil BPN (HGU Kurang dari
200 ha) atas dasar Risalah Panitia B, Kepala Kanwil BPN Propinsi dapat menerbitkan Surat
Keputusan Pemberian HGU (SK HGU) atau penolakan pemberian SK HGU disertai
alasannya.

8. Namun apabila areal yang dimohon lebih dari 200 Ha, maka Kepala Kanwil BPN Propinsi
akan mengirimkan berkas permohonan HGU tersebut kepada Menteri/Kepala BPN Pusat
dengan dilengkapi pendapat dan pertimbangannya.

9. Setelah berkas permohonan HGU diterima oleh Menteri / Kepala BPN, Menteri / Kepala
BPN akan memerintahkan pejabat yang ditunjuk (Direktur Pengurusan Hak – Hak atas
Tanah cq. Kepala Sub Direktorat Hak Guna Usaha) untuk memeriksa dan meneliti kembali
kebenaran berkas yang dilampirkan.

10. Apabila berkas permohonan HGU tersebut telah lengkap, maka permohonan tersebut
akan dibahas oleh Tim Pertimbangan HGU Perkebunan Besar.

11. Atas dasar dan rekomendasi dari Tim Pertimbangan HGU Perkebunan Besar ini, maka
Menteri/Kepala BPN akan menerbitkan Surat Keputusan penetapan HGU (SK HGU) atau
surat penolakan HGU disertai dengan alasannya.

12. Surat Keputusan Pemberian HGU/Penolakan HGU tersebut akan disampaikan kepada
Pemohon melalui Kepala Kanwil BPN.

13. Setelah Pemohon menerima kutipan SK HGU tersebut, pemohon harus segera
mendaftarkan SK HGU tersebut ke Kantor Pertanahan kabupaten dengan terlebih dahulu
memenuhi kewajiban yang dicantumkan dalam SK HGU antara lain membayar Pemasukan
Negara berupa BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah) untuk perolehan HGU atau PNBP
(Pemasukan Negara Bukan Pajak) untuk perpanjangan dan Pembaharuan HGU.

14. Pemohon mendaftarkan SK HGU tersebut ke Kantor Pertanahan dengan mengisi


formulir pendaftaran, melampirkan SK HGU Asli, Peta Bidang Tanah (Asli), Sertifikat HGU
Asli (apabila perpanjangan), Copy Akta Pendirian Perusahaan serta AD dan ART, KTP
Pemohon, Surat Kuasa (apabila dikuasakan), SPPT PBB tahun berjalan, dan Bukti Setor
BPHTB.

15. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten akan menjalankan perintah sesuai SK HGU
tersebut untuk menerbitkan Sertifikat HGU nya.

Demikian gambaran singkat Tata Cara Perolehan Hak Guna Usaha (HGU), semoga
bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai