BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semula istilah yang dipakai untuk biopori adalah mulsa vertikal (vertical mulch).
Kamir R. Brata, sebagai penemu, peneliti dari Institut Pertanian Bogor, sebetulnya sudah
meneliti tentang biopori sejak ia mengikuti perkuliahan S2 bidang studi Soil Physics di
University of Western Australia mulai tahun 1992. Beberapa penelitian yang dilakukannya
antara lain “Pemanfaatan Sisa Tanaman Sebagai Mulsa Vertikal dalam Usaha Konservasi
Tanah dan Air pada Pertanian Lahan Kering di Latosol Darmaga” (1993), “Efektivitas
Mulsa Vertikal dalam Pengendalian Aliran Permukaan, Erosi, dan Kehilangan Unsur Hara
Pada Pertanian Lahan Kering di Latosol Darmaga” (1994), dan “Penggunaan Cacing
Tanah Untuk Peningkatan Efektivitas Mulsa Vertikal Sebagai Tindakan Konservasi Tanah
dan Air Terpadu pada Pertanian Lahan Kering di Latosol Darmaga” (1995) Berdasar
temuan penelitian-penelitiannya, maka mulsa vertikal yang semula digunakan terutama
untuk penyehatan pohon dan tumbuhan lain, bertambah manfaatnya juga untuk penyerapan
air, kesehatan tanah, dan penanganan limbah organik.
Penelitian-penelitian tersebut mulai dikenal luas ketika terjadi peristiwa banjir di
Jakarta pada tahun 2017. Pada saat itu, kalangan media-massa ramai mencari berbagai
solusi untuk mengatasi banjir. Sebagian diantaranya datang dan bertanya ke IPB. Ketika
Kamir R. Brata menerangkan teknologi mulsa vertikal hasil penelitiannya, mereka sangat
terkesan. Waktu itu, kalangan media mengusulkan agar teknologi mulsa vertikal tersebut
diganti namanya menjadi biopori agar lebih mudah diingat dan diucapkan. Hal tersebut
disetujui oleh Kamir R. Brata sehingga sampai sekarang teknologi itu lebih dikenal sebagai
biopori, suatu teknologi peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat
lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan
kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi
fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah.
Selain IPB yang menjadi inventor biopori, berbagai kampus lain kini telah memulai
membuat biopori untuk penghijauan. Sejumlah BUMN, Perusahaan swasta, Stasiun
televisi, biro surat kabar, hingga individu telah membuat biopori sebagai tema utama Hari
Bumi 2014.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana mengatasi berbagai masalah sampah, banjir dan genangan air yang terjadi
di lingkungan permukiman?
2. Bagaimana cara pembuatan lubang resapan biopori yang effektif dan effisien untuk
lingkungan permukiman
C. Tujuan
1. Untuk mengatasi berbagai masalah sampah, banjir dan genangan air yang terjadi di
lingkungan permukiman
2. Untuk mengetahui cara pembuatan lubang resapan biopori yang effektif dan effisien
untuk lingkungan permukiman
BAB II
PEMBAHASAN
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah
sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara
meningkatkan daya resap air pada tanah.
Alat pembuat lubang, ada yang berbentuk screw , Auger dan juga ada yang
berbentuk garpu (seperti supit kepiting)
Pipa paralon Ø 4” ( 10 cm ) panjang 100 cm beserta tutupnya yang sudah dilubangi
Linggis/cetok
Tutupi lubang dengan tutup paralon, jika tidak ada tutup paralon, maka
dapat diganti dengan roster atau angin-angin
Setelah semuanya selesai, untuk selanjutnya yang kita lakukan adalah pemeliharaan
seperti memeriksa tutup biopori apakah lubangnya tersumbat sampah, untuk memanen
kompos yang ada di lubang biopori kita perlu waktu antara 2 – 3 minggu, setelah dipanen
komposnya maka lubang harus kita isi lagi dengan sampah daun kering/basah. Lama
pembuatan kompos juga tergantung jenis tanah.
C. PEMELIHARAAN
Selain itu, biopori juga bermanfaat secara arsitektur lanskap sehingga telah
digunakan sebagai pelengkap pertamanan di berbagai rumah mewah dan rumah minimalis
yang menerapkan konsep rumah hijau. Biopori kini menjadi pelengkap penerapan
kebijakan luas minimum ruang terbuka hijau di perkotaan bersamaan dengan pertanian
urban.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan lubang resapan biopori maka masalah sampah, banjir dan genangan air yang
terjadi di lingkungan permukiman dapat diatasi, selain itu manfaat lain yang dapat
diperoleh adalah :
- Pemanfaatan sampah organic
- Memelihara biodiversitas tanah ( fungsi/struktur tanah )
- Penyuburan tanah
- Mencegah emisi gas rumah kaca
- Memperluas daya resapan air/cadangan air
- Mencegah genangan air
- Mencegah erosi dan longsor
- Mencegah intrusi air asin
- Mencegah penyakit menular
- Peningkatan kebersihan lingkungan
Pembuatan lubang resapan biopori sangat sederhana dan dapat dilakukan dengan
mudah sehingga merupakan salah satu alternative pilihan yang effektif dan effisien jika
diterapkan untuk lingkungan permukiman.
B. Saran