Anda di halaman 1dari 19

PENINJAUAN KAWASAN TEMPAT PEMROSESAN

AKHIR ( TPA ) SAMPAH KEBON KONGOK


OLEH

NI MADE PUSPAYENI

BAB.I

PENDAHULUAH

1. Latar Belakang

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Dusun Kebon Kongok Gapuk adalah tempat
pemrosesan akhir sampah, dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak
mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan atau pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan. Bertempat di Desa Suka Makmur, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok
Barat, itulah alamat lengkap Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Kebon Kongok Gapuk yang
berada sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat ini.

Suasana hilir mudik truk pengangkut sampah dan para pencari sampah (pemulung) menjadi
pemandangan khas di TPA yang berada ditengah perbukitan berbatu tersebut. Menanjak sedikit
keatas tepatnya dipusat tumpukan, aroma khas sisa pembuangan sampah rumah tangga mulai
tercium menyengat hidung.

Kendati demikian, kami dengan sangat antusias mengamati seluruh lokasi, menyisir dari
samping kiri memuter sampai seluruh lokasi dapat diamati, kami menuruni perbukitan sampah
melanjutkan ke bagian pengolahan lindi dan terakhir pada pengolahan lumpur tinja

2. Tujuan

Tujuan dari peninjauan ini adalah :

- Memperoleh gambaran nyata tentang kondisi TPA,


- Memperoleh informasi lengkap dan tambahan pengetahuan tentang TPA Kebon Kongok
Gapuk

3. Methodelogi
- Observasi
- Wawancara
- Pengisian Check list ( seperti di bawah ini )
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tempat Pemrosesan Akhir ( TPA )

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap
terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan atau
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang
benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.
Syarat-syarat lokasi TPA

1. Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, rawan longsor, rawan gempa, dll)
2. Bukan daerah rawan geologis yaitu daerah dengan kondisi kedalaman air tanah kurang
dari 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air, dll
3. Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan >20%)
4. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan seperti bandara, pusat perdagangan
5. Bukan daerah/kawasan yang dilindungi.

Jenis dan fungsi fasilitas TPA terdiri dari :


1. Prasarana jalan yang terdiri dari jalan masuk/akses, jalan penghubung, dan jalan
operasi/kerja. Semakin baik kondisi jalan ke TPA akan semakin lancar kegiatan
pengangkutan sehingga efisiensi keduanya makin tinggi.
2. Prasarana drainase, berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan dengan
tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah. Drainase ini
umumnya dibangun di sekelilinmg blok atau zona penimbunan.
3. Fasilitas penerimaan, yaitu tempat pemeriksaan sampah yang datang, pencatatan data,
dan pengaturan kedatangan truk sampah. Biasanya berupa pos pengendali di pintu masuk
TPA.
4. Lapisan kedap air, berfungsi mencegah rembesan air lindi yang terbentuk di dasar TPA
ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Biasanya lapisan tanah lempung setebal 50 cm atau
lapisan sintesis lainnya.
5. Fasilitas pengamanan gas, yaitu pengendalian gas agar tidak lepas ke atmosfer. Gas yang
dimaksud berupa karbon dioksida atau gas metan.
6. Fasilitas pengamanan lindi, berupa perpipaan lubang-lubang, saluran pengumpul, dan
pengaturan kemiringan dasar TPA sehingga lindi begitu mencapai dasar TPA akan
bergerak sesuai kemiringan yang ada mengarah pada titik pengumpul.
7. Alat berat, berupa bulldozer, excavator, dan loader.
8. Penghijauan, dimaksudkan untuk peningkatan estetika, sebagai buffer zone untuk
pencegahan bau dan lalat.
9. Fasilitas penunjang, seperti pemadam kebakaran, mesin pengasap (mist blower),
kesehatan/keselamatan kerja, toilet, dan lain-lain.

Di lokasi pemrosesan akhir tidak hanya ada proses penimbunan sampah, tetapi juga wajib
terdapat 4 (empat) aktivitas utama penanganan sampah di lokasi TPA, yaitu :

 Pemilahan sampah
 Daur ulang sampah non-hayati (an-organik)
 Pengomposan sampah hayati (organik)
 Pengurugan/penimbunan sampah residu dari proses di atas di lokasi pengurangan atau
penimbunan (landfill).

Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka
waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih
lambat sampai puluhan dan ratusan tahun seperti plastik. Hal ini memberi gambaran bahwa di
TPA masih terdapat proses-proses yang menghasilkan beberapa zat yang dapat mempengaruhi
lingkungan.

Sejumlah dampak negatif dapat ditimbulkan dari keberadaan TPA. Dampak tersebut bisa
beragam seperti :

- Pandangan tak sedap dan bau tak sedap dari pembusukan sampah
- Kerusakan infrastruktur misalnya kerusakan ke akses jalan oleh kendaraan berat
- Pencemaran lingkungan setempat seperti pencemaran air tanah oleh kebocoran dan
pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah penutupan TPA
- Pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik (metana
adalah gas rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial daripada karbon dioksida,
dan dapat membahayakan penduduk setempat
- Tempat bersarangnya vektor penyakit seperti tikus dan lalat, khususnya dari TPA
yang dioperasikan secara salah
- Pencemaran udara misalnya oleh debu, bau busuk
- Asap pembakaran
- Pencemaran leachate
- Kebisingan dengan adanya lalu lalang kendaraan ke lokasi TPA
- Dampak sosial, keresahan warga dari dampak yang ditimbulkan TPA seperti tersebut
diatas.
B. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja ( IPLT )
1. Umum
Pengoperasian instalasi pengolahan air lumpur tinja (IPLT) mengacu pada
Petunjuk Teknis No.CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT
Sistem Kolam. Ruang lingkup dalam petunjuk teknis ini memuat ketentuan teknis dan
cara persiapan pengoperasian, pelaksanaan pengoperasian, pemeliharaan dan
pengendalian IPLT.
Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk pengoperasian dan pemeliharaan
IPLT adalah sebagai berikut:
a. Di instalasi dilengkapi dengan gambar bangunan
b. Setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan
c. Air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja
d. Tersedia influen air Iimbah
e. Tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai
f. Telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran
g. Ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang
h. Tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola
i. Kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan perundangan pengolahan air Iimbah dan ketentuan
kesehatan dan keselamatan kerja
j. Masyarakat sudah diberi informasi.

2. Persyaratan teknis unit-unit dalam IPLT

Persyaratan teknis dalam operasional IPLT memuat ketentuan tentang kriteria dan
persyaratanyang harus diikuti untuk mendapatkan efisiensi pengolahan sesuai dengan yang
telahdirencanakan.

2.1. Persyaratan teknis ini meliputi :

a. Kualitas dan kuantitas influent lumpur tinja (air limbah) yang akan masuk ke tiap
unit pengolahan di dalam IPLT
b. Waktu retensi (waktu tinggal) lumpur tinja di dalam tiap unit
c. Kriteria disain lainnya.
d. Kualitas lumpur tinja yang masuk ke dalam IPLT harus memenuhi:
• Laju/kapasitas lumpur tinja (cairan dan endapan) sebesar 0,5 L/org/hari
• KOB (BOD5) = 5.000 mg/L
• TS = 40.000 mg/L
• TVS = 2.500 mg/L
• TSS = 15.000 mg/L 1

Bila parameter-parameter influent lumpur tinja yang masuk ke IPLT melebihi


konsentrasitersebut, maka diperlukan pengenceran dengan persyaratan:

- Bahan yang digunakan sebagai pengencer tinja dapat menggunakan air sungai atau air
pengencer lain dengan konsentrasi KOB (BOD5) maksimal 10 mg/L
- Unit pengolahan yang memerlukan pengenceran adalah influent pada tangki imhoff
dengan kadar minyak dan lemak tinggi dan influent pada kolam stabilisasi fakultatif
dengan KOB yang melebihi 400 mg/L Pengolahan lumpur tinja yang digunakan pada
IPLT menggunakan pengolahan secara biologis dengan memanfaatkan mikroba untuk
menguraikan material organik yang berada didalamnya. Mikroba sebagai makhluk hidup
menggunakan lumpur tinja sebagai sumber nutrien untuk hidup dan berkembang biak.
Oleh karena sifatnya sebagai makhluk hidup, maka pengolahan limbah dengan mikroba
memerlukan kehati-hatian terkait dengan kualitas influent yang masuk karena akan
mempengaruhi kinerja mikroba.

2.2. Pengolahan Lumpur

Secara umum, pengolahan lumpur terbagi atas 2 jenis yaitu pengolahan secara biologi dan bukan
biologi dengan tahapan mulai dari stabilisasi, pengkondisian dan akhirnya pengeringan.

a) Stabilisasi Lumpur
Tujuannya adalah:
 Mereduksi bakteri pathogen
 Mengurangi bau
 Mencegah, mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor pembusukan
Keberhasilan dari stabilisasi lumpur tergantung dari pengaruh proses stabilisasi
terhadap materi-materi organik yang dikandung oleh lumpur tersebut.
Kemampuan hidup bakteri patogen, pembebasan bau dan pembusukan yang
terjadi selama mikroorganisme menghancurkan materi organik di dalam lumpur,
yang meliputi:
 Pengurugan meteri organik secara biologi
 Oksidasi secara kimia materi organik
 Penambahan zat-zat kimia ke dalam lumpur
 Pengolahan dengan proses untuk mendefinisikan atau menstrerilkan lumpur
b) Pengkondisian
Bertujuan untuk mempermudah pengeringan, yang dapat dilakukan dengan metode
kimia maupun metode panas.
c) Pengeringan
Bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung dalam lumpur. Hal yang harus
dipertimbangkan dalam tahap pengeringan antara lain:
 Biaya yang diperlukan untuk mengangkut lumpur kering akan lebih murah
apabila telah dikeringkan
 Penguraian kadar air dilakukan untuk mencegah bau dan pembusukan
 Lahan yang tersedia
Pengeringan dapat di lalukan pada bak pengering lumpur, dimana
keuntungannya antara lainbiaya operasi yang murah, tidak dibutuhkan operator
yang banyak, tidak dibutuhkan keahliankhusus untuk mengoperasikannya,
keperluan energi yang kecil, serta tidak terlalu sensitifterhadap variasi perubahan
lumpur. Lumpur dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu dari unitpengolahan
awal (preliminary treatment) dan dari unit pengolahan sekunder (kolam
fakultatifdan kolam maturasi). Lama waktu yang diperlukan untuk
mengeringkan lumpur adalah sekitar(1-2) minggu (tergantung pada ketebalan
lumpur yang ditampung).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian dan pemeliharaan bak
pengering lumpuradalah:
- Ketebalan lumpur di dalam setiap sel bak pengering harus selalu dijaga
setebal 0,1-0,3 m
- Pengisian bak pengering lumpur dilakukan secara bertahap (satu per satu
atau sel demi sel)
- Pengambilan lumpur kering dari setiap sel kolam pengering dilakukan
setelah lumpur menetap selama 10 hari setelah waktu pengisiannya
- Apabila setelah hujan lebat, di atas permukaan pasir yang masih kosong
biasanya akan terdapat kotoran-kotoran yang menggumpal dan akan
mengganggu proses perembesan sehingga perlu dibersihkan atau dikeruk
- Pada saat pengerukan, perhatikan apakah ada lapisan pasir yang
terangkat. Apabila ada maka perlu penambahan pasir agar ketebalan
media di dalam bak pengering lumpur tetap terjaga. Hasil buangan
endapan lumpur dari Tangki Imhoff akan mengalami pengeringan
dengan panas matahari yang berlangsung selama 14 hari (saat kemarau).
Tanah/hasil dari proses pengeringan dapat dibuang ke TPA atau
digunakan sebagai pupuk alam.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tempat Pemrosesan Akhir ( TPA )

Tempat Pemrosesan Akhir ( TPA ) Kebon Kongok Gapuk yang berlokasi di dusun Kebon
Kongok, Desa Suka Makmur, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat ,Propinsi
Nusa Tenggara Barat, ± 10-15 Km dari Pusat Kota Mataram dengan batas lahan adalah :

 Sebelah Utara : Tegalan dan Sungai


 Sebelah Timur : Tegalan dan Sungai
 Sebelah Selatan : Bukit dan Kebon
 Sebelah Barat : Sungai dan Bendungan

Jarak Lokasi ke Lingkungan binaan Pemukiman ± 300 m dan Jarak ke lingkungan hidup
alami ( sungai ) ± 50 m.

TPA Kebon Kongok Gapuk adalah tempat pemrosesan Sampah Regional terutama dari Kota
Mataram dan Kabupaten Lombok Barat. Keberadaan TPA ini diawali dengan survey dan
penyiapan lahan di tahun 1990 (saat itu Kota Mataram masih berupa Kota Administratif bagian
dari Lombok Barat) dan mulai dioperasikannya TPA ini pada tahun 1994 dengan sistem Open
Dumping.
Seiring perkembangan dalam pengelolaan persampahan, pada tahun 2006 hingga 2010 dilakukan
revitalisasi TPA dengan membuat lahan efektif landfiil sampah yang terdiri dari 4 blok landfiil
dengan luas sekitar 5,4 ha dari total Luas lahan TPA 8,6 ha. Dengan sistem Sanitary Landfiil ini
diharapkan bahwa Sistem pengelolaan sampah di TPA Kebun Kongok tetap berwawaskan
lingkungan. Sisa lahan yang 3,20 Ha dipergunakan untuk pos jaga, kantor, jembatan timbang,
garasi alat berat, bangunan genset, tempat cuci truk, jalan, tempat pengomposan, kolam lindi dan
IPLT.

Dengan kapasitas ± 951.859 m³ sampah TPA Kebun Kongok dapat menampung sampah Kota
Mataram hingga 2021, atau jika difungsikan sebagai TPA Regional (Mataram dan Lobar)
diprediksi umur TPA hanya hingga 2017.

Pengamatan TPA kami lakukan bulan Mei 2017 dan hasil dari pengamatan , wawancara dan
pengisian check list di peroleh :

1. Lokasi TPA
a. Jarak lokasi TPA dengan pemukiman terdekat : ± 300 m
b. Jarak lokasi TPA dengan sumber air yang dipergunakan penduduk ± 300 m
c. Jarak lokasi TPA dari pusat Kota Mataram : ± 15 km
d. Jarak lokasi TPA dengan tepi jalan besar : ± 3 km
2. Sarana dan Prasarana Lokasi TPA
b. Alat berat untuk pengolahan sampah :
 Excavator : 2 buah
 Buldozer : 2 buah

c. Peralatan pemadam kebakaran dan P3K , Alat keselamatan kerja/ APD.tersedia


- Alat Pemadam kebakaran berupa tabung kebakaran dan hydrant yang berfungsi
- Alat keselamatan kerja tidak difungsikan oftimal, Sepatu boot terpakai, sarung
tangan dan masker ada yang memakai ada yang tidak.
d. Pipa gas dilakukan secara vertical , dibiarkan lepas ke udara tanpa sarana untuk
menampung gas-gas yang keluar dari tumpukan sampah.
e. Sumur control terdapat 1 buah

f. Sarana Pembuatan kompos ada, tetapi kegiatannya tidak setiap hari


g. Pohon pelindung di sekitar lokasi ada.
3. Sistem Pengelolaan sampah di TPA
a. Kegiatan awal pembuangan sampah :
- Penerimaan sampah di pos pengendalian, sampah ditimbang dan dicatat
- Pengangkutan sampah dari pos penerimaan ke lokasi yang ditetapkan
- Pembongkaran sampah ( dengan cara menimbun sampah diatas lahan )
- Ada pemilahan oleh pemulung tapi tidak sepenuhnya, karena sisa pemilahan
berupa botol-botol rusak ( karena tidak bernilai ekonomi) disisihkan tanpa
ada pengelolaan.
b. Methode Pengurugan:
- Tanah setelah ditumpahkan dari truk, dipadatkan dan dilakukan pengurugan,
tapi disini tidak dilakukan setiap hari.
- Tanah pengurug di pakai dari tanah gunung yang memang dipersiapkan untuk
itu
- Lapisan urugan tidak begitu tebal sehingga waktu kita injak masih terlihat
lapisan sampah
c. Penbentukan gas pada landfill
- Ventilasi gas slope dilakukan dengan sitem perpipaan vertical , tanpa
dilakukan pengumpulan/penampungan Gas terpusat
d. Pembentukan leachate
- Saluran pengumpul/penyalur leachate
- Bak pengumpul leachate
- Pengamanan Leachate, termasuk katagori sedang, walaupun ada penyaluran
leachate ke penampungan Lindi , tetapi keadaan sekarang kurang memenuhi
syarat ,karena banyak terlihat kebocoran-kebocoran /keretakan pada
tempat/bak penampungan sementara leachate, sehingga menggenang pada
selokan-selokan yang pada saat hujan tentu saja akan meluber ke jalan dan
ikut aliran air hujan atapun meresap kedalam tanah. Yang menurut penjelasan
petugas sekali waktu terpaksa disedot dengan pompa dan dialirkan ke kolam
lindi.

e. Pengolahan Lindi
- Ada 4 bak pengolahan yaitu:
Bak Stabilisasi, Bak fakultatif, Bak Maturasi dan Bak Sanitasi
- Pada Bak IV yang semestinya air olahan dapat dibuang ke badan air atau
dimanfaatkan kembali, tidak dapat dilakukan karena secara fisik,
bakteriologis dan kimia limbah tidak memenuhi syarat sehingga
penanganannya hanya mengandalkan proses penguapan dari matahari.
- Keretakan juga terlihat pada dinding bak lindi pertama, sehingga ada
rembesan keluar sampai kejalan
4. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Mataram setiap enam ( 6 )
bulan sekali. Pengambilan sampel di lakukan pada:
a. Sumur bor di lokasi TPA dan hasil pemeriksaan bakteriologis : MPN Coliform
2200 /100 ml air sampel
b. Pada sumur warga terdekat dengan hasil pemeriksaan bakteriologis : 1700 /100
ml air sampel
c. Pada sumur warga di tengah dengan hasil pemeriksaan bakteriologis : 460 /100 ml
air sampel
d. Pada sumur control di lokasi TPA dengan hasil bakteriologis : ≥ 2400 /100 ml air
sampel
e. Sedangkan pemeriksaan kimia terbatas hanya dilakukan pada kolam lindi terakhir.
5. Vektor penyakit
- Pengukuran kepadatan lalat dilakukan 2 kali setahun
Hasil pengukuran termasuk katagori sedang ( 3 - 5 ekor selama 30 detik per block
grill )
- Kegiatan penyemprotan lalat dilakukan tetapi tidak rutin
- Tikus : tidak terlihat tikus berkeliaran di TPA
6. Lain-lain
- Bau : Termasuk katagori sedang , karena tidak tercium bau pada jarak 1 km
diluar batas TPA/ pemukiman terdekat sesuai arah angin
- Asap : Termasuk baik, tidak ada timbul asap, karena memang tidak ada
pembakaran sampah di TPA
- Pengaliran genangan air termasuk katagori baik, tidak terlihat ada genangan air pada
permukaan TPA sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat berkembang giaknya
nyamuk.

B. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja ( IPLT )

Mesin pada IPLT belum berfungsi, dan sementara ini pengolahan lumpur tinja hanya
mengandalkan system Oksidasi dan pengeringan. Hasil pengeringan dipakai untuk pengurugan
TPA

BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Kebon Kongok Gapuk termasuk katagori Sedang

2. Saran
Semestinya sudah harus ada rencana untuk rehabilitasi Lokasi TPA sehingga tidak akan
memberikan dampak yang serius bagi lingkungan dan orang yang berkecimpung di lokasi
TPA. Hal-hal yang harus mendapat perhatian antara lain :
a. Harus ada pengendalian leahcate, yang terbentuk dari proses dekomposisi sampah
agar tidak mencemari tanah, air tanah maupun badan air yang ada.
b. Harus ada pengendalian gas dan bau hasil dekomposisi sampah, agar tidak
mencemari udara, menyebabkan kebakaran atau bahaya asap dan menyebabkan
efek rumah kaca.
c. Harus ada pengendalian vektor penyakit.
d. APD harus dimanfaatkan secara oftimal, butuh pembinaan yang rutine dalam
penyadaran pekerja

Lampiran : Lembar Check List

DAFTAR KUESIONER DALAM RANGKA KEGIATAN PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN


TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH

I.Lokasi TPA
- Desa / Jalan :_____________________
- Kecamatan :_____________________
- Kab. /Kota :_____________________

1.Berapa jarak lokasi TPA dengan permukiman terdekat ................ Km.


2.Berapa jarak lokasi TPA dengan sumber air yang dipergunakan penduduk .....Km.
3.Berapa jarak lokasi TPA dari pusat kota ............ Km.
4.Berapa jarak lokasi TPA dengan tepi jalan besar ............. Km

II.Sarana dan Prasarana Lokasi TPA

1.Apakah ada peralatan untuk pengolahan sampah (alat berat) ................


2.Adakah peralatan Pemadam Kebakaran,P3K, alat keselamatan kerja di kantor TPA
3.Apakah ada pipa gas untuk menampung gas -gas yang dikeluarkan oleh tumpukan
sampah....
4.Apakah ada sumur kontrol di lokasi TPA ............ buah
5.Adakah sarana pembuatan kompos di lokasi TPA ................
6.Adakah pohon pelindung di sekitar lokasi T PA .........

III. Sistem Pengelolaan Sampah

1.Metode apa saja yang digunakan dalam sistem pengelolaan sampah di lokasi TPA
tersebut?
2.Apakah ada sistem pengolahan terhadap lindi yang dikeluarkan tumpukan sampah .

III.Pengambilan Sampel

1.Pernahkah dilakukan pengambilan / pemeriksaan sampel air terhadap sumber air


bersihdisekitar lokasi TPA ................ (Ya/Tidak)
2.Bila Ya, parameter apa saja yang menonjol (Parameter kimia) .......
3.Pernahkah dilakukan pemeriksaan sampel air di laboratorium da ri sumur kontrol
di lokasiTPA(Ya/Tidak).....
4.Bila Ya, parameter apa saja yang menonjol .....
5.Adakah Pengambilan sampel dari Bak lindi….

IV.Vektor penyakit
1.Berapa kali pengukuran angka kepadatan lalat dalam satu tahun ............
2.Berapa angka kepadatan lalat rata-rata .....
3.Berapa kali frekwensi penyemprotan lalat dalam 1 (satu) tahun .....
4. Pengawasan tikus………….

Anda mungkin juga menyukai