Anda di halaman 1dari 12

SHOW ME THE MONEY

SANDARA PARK

“Aku menyukaimu, jadilah pacarku.” Aku terdiam mendengar lawan bicaraku yang baru saja
mengatakan kata-kata yang menurutku sulit untuk bisa dipercaya. Apa baru saja ia
mengatakan bahwa ia menyukaiku? Lalu ia juga memintaku untuk menjadi pacarnya???
Hah, itu bohong kan. Song Minho, namja paling populer disekolah mengatakan ia menyukai
yoeja sepertiku. Aku tahu ia suka bercanda, tapi ini keterlaluan.

“Hey, kenapa? Apa begitu susahnya untuk mengataan IYA. Kalau begitu aku akan
memberimu waktu untuk menjawabnya.” Minho-nama panggilannya- menatapku seraya
tersenyum lembut. Aku menatap tak percaya, apa ia serius dengan yang ia katakan barusan.

“Kau tahu kan, seminggu lagi sekolah kita akan mengadakan lomba tahunan. Karena aku
adalah pemenang tahun kemarin, aku hanya tinggal bertanding di final. Lalu saat di final
nanti, aku akan menembakmu di depan murid-murid lain. Aku yakin aku akan menang. Jadi,
jika saat itu tiba kau sudah harus siap untuk menjadi pacarku. Bagaimana? Kau setuju kan?”
Ucap Minho dengan cengiran khasnya. Mataku mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya
aku bisa berbicara.

“Kau tidak sedang bercanda kan?” Entah kenapa, Minho justru tertawa mendengar
ucapanku.

“Ani. Tentu saja tidak. Aku benar-benar serius.” Aku menatap ragu kearahnya, ingin segera
menolak. Namun Minho kembali melanjutkkan ucapannya. “Ya sudah, aku kembali ke kelas
duluan. Sampai nanti Dara.”Ucap Minho dengan suara menyenangkan lalu ia menyentuh
rambut cokelatku dengan lembut dan mengacaknya. Aku masih berdiri menatap tubuh
Minho yang mulai menjauh. Lututku tiba-tiba menjadi sangat lemas, akhirnya aku
berjongkok sambil menyembunyikan wajahku diantara kedua lengan. Aku sedang berusaha
mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi.

AUTHOR

Sementara di tempat yang sama, yang berjarak tak jauh dari tempat Dara sekarang, seorang
namja cupu dengan kacamata bulat berlensa tebal yang ia pakai tegah memperhatikan
Dara. Jiyong mendengar semuanya. Kwon Jiyong. Namja itu terdiam saat menyaksikan
kejadian yang baru saja ia lihat. Jiyong kembali merapatkan tubuhnya didinding ketika ia
melihat Minho pergi. Jiyong berusaha agar Dara dan Minho tidak menyadari akan
keberadaannya.

Jiyong melihat Dara. Melihat bagaimana teman kecilnya ditembak seorang namja tepat
didepan matanya. Jiyong bahkan mengenal namja itu. Ya, bagaimana tidak mengenalnya.
Jiyong, Dara, dan Minho adalah teman sekelas. Tahun ini menjadi tahun terakhir mereka di
Sungri High Shcool.

Raut wajah Jiyong tidak menunjukan perubahan apa-apa. Raut wajahnya terlihat biasa.

Jiyong kembali melihat kearah Dara namun ia ragu untuk menghampiri yoeja itu. Jiyong dan
Dara masih dengan posisi mereka semula, mereka terlihat sibuk dengan pikiran mereka
masing-masing.

Semenit kemudian Jiyong terlihat menarik napas panjang lalu membenarkan letak kacamata
bulatnya. Walau terkesan cupu, namun berkat hidung mancungnya ia terlihat cocok
menggunakan kacamata itu. Dengan langkah pasti, jiyong menghampiri Dara.

“Jangan tidur ditengah jalan.” Ada nada perhatian dari ucapan yang Jiyong lontarkan. Dara
mendongak mendengar suara yang begitu familar di telinganya. Dara terlonjak kaget saat
melihat Jiyong sudah berada dihadapannya. Dara buru-buru berdiri dan merapikan
seragamnya.

“Kau dari mana?” Tanya Dara basa basi. Wajah Dara masih terlihat malu-malu dan
memerah. Sungguh menggemaskannya wajah Dara saat ini. Tapi Jiyong terlihat tidak begitu
peduli. Dengan cepat ia menjawab kemudian melanjutkkan langkahnya.

“Perpustakaan.” Jawab Jiyong seraya meninggalkan Dara yang masih terdiam ditempatnya.

Dara menggerutu saat Jiyong meninggalkannya. Dengan langkah panjang Dara mulai berlari
menggejar Jiyong.

“Jiyongggggg, tunggu aku!.” Teriak Dara manja pada Jiyong seperti yang biasanya ia lakukan
didepan namja itu.
Sungri High Shcool adalah sekolah yang sangat terkenal di Gangnam. Sekolah ini memiliki
acara tahunan yang juga sangat terkenal dikalangan remaja. Mereka menyebutnya dengan
Show Me The Money. Sungri High Shcool setiap tahunnya rutin mengadakan kompetisi ini
untuk mencari murid yang berbakat dibidang musik.

Meski tujuan awalnya hanya untuk hiburan semata, namun tak diduga berkat adanya
kompetisi tahunan ini nama Sungri High Shcool semakin di kenal. Bagi pemenang, juga
dapat membawa pulang uang. Seperti nama dari kompetisi ini, Show Me The Money!!.

Sandara Park : yoeja yang baru genap berusia 19 tahun baru saja merasakan perasaan yang
sebelumnya tidak pernah ia rasakan. Betapa terkejur sekaligus senang dirinya mengetahui
jika ia disukai oleh namja paling polpuler disekolah. Ini merupakan pertama kali bagi Dara,
seseorang berani menyatakan perasaanya padanya...karena ini pertama kali untuk Dara, ia
tidak tahu harus berbuat apa? Untungnya namja itu memberikan waktu untuk Dara
menjawab. Tapi, apa benar namja itu tulus menyukai Dara? Ini bahkan pertama kalinya
mereka berbicara berdua. Namja itu bahkan tidak memberikan alasan yang jelas mengapa ia
menyukai yoeja seperti Dara. Lalu, apakah Dara bisa mempercayai namja itu?.

Kwon Jiyong : di umurnya yang ke-19 tahun ini, berarti sudah 10 tahun dirinya menjadi
sahabat Dara. Awal kedekatan mereka saat Jiyong beserta orangtuanya pindah ke sebuah
rumah kosong yang tepat berada disebelah rumah Dara. Walalu memiliki perbedaan sifat
yang sangat jauh mereka tampak tidak kesulitan untuk mengatasinya, justru sebaliknya.
Karena perbedaan itulah yang akhirnya mendekatkan mereka dan bertahan selama 10
tahun.

Dara, panggilan yoeja itu. Cantik, imut, dan polos. Keperibadiannya sangat menyenangkan.
Tak heran jika dirinya banyak dikelilingi oleh teman-teman yang menyayangi dan selalu
merindukan keberadaan yoeja itu. Tubuhnya yang mungil dengan tingkah menggemaskan
mampu membuat teman-teman disekitarnya tersenyum senang ketika melihat Dara. Yang
menjadi daya tarik Dara yang lain adalah rambut cokelat sebahu yang ia miliki. Rambut
cokelat Dara akan terlihat bersinar jika sinar matahari menerpanya, menambah kecantikan
yoeja itu.
Jiyong, nama yang cukup bagus. Hanya saja...kepribadian yang namja itu miliki sedikit
membuatnya berbeda dari siswa lainnya. Cuma Jiyong yang tidak pernah terlihat bergaul
dengan teman-teman sekelasnya kecuali Dara. Cuma Jiyong yang tidak pernah tersenyum
kepada orang lain kecuali pada Dara. Bahkan, Jiyong tidak pernah membagi tawanya kepada
orang lain kecuali Dara. Jiyong tidak peduli jika orang lain mengganggap dirinya aneh. Jiyong
tidak perlu mendengarkan omongan orang lain, asalkan ada Dara disisi Jiyong, baginya itu
sudah cukup. Walaupun Dara hanya mengganggapnya seorang sahabat.

KWON JIYONG

Aku tengah menunggu Dara menyelesaikan piketnya. Sudah menjadi kebiasaan kami untuk
berangkat dan pulang sekolah bersama.

“Ayo, aku sudah selesai.” Ucap Dara sambil menyambar tas sekolahnya yang berada
dipangkuanku. Aku mengikuti Dara dan mensejajarkan tubuh kami.

“Bagaimana harimu?.”

“Menyenangkan seperti biasanya.” Ucapnya menoleh padaku lalu memberikanku senyuman


lembut seperti yang biasa ia berikan.

“Apa tidak ada hal yang ingin kau bagi denganku?. Aku menatap Dara. Memperhatikan
ekspresi yoeja itu. Dara terlihat gugup mendengar ucapanku.

“S-Seperti apa?.” Dara balik bertanya dengan nada suara seperti berbisik.

“Entahlah. Lupakan saja.” Kataku kemudian. Aku memutuskan untuk tidak ingin memaksa
Dara jika ia tidak mau membahas tentangnya dan Minho. Aku akan menunggu sampai Dara
sendiri yang ingin menceritakannya padaku. Aku berjalan cepat menuju halte bus, tanpa
sadar aku telah meninggalkan Dara jauh dibelakang.

“Jiyong?.” Panggil Dara.

“Mmm...”

“Bagaimana jika aku punya pacar. Apa kau tidak keberatan. M-Maksudku, mungkin kau akan
merasa aku akan berubah dan tidak memperhatikanmu lagi seperti biasanya.” Wajahku
menegang. Tapi aku berusaha untuk menyembunyikan kekhawatiranku.
“Berhentilah mengkhawatirkanku Dara. Kita bukan lagi anak berumur 9 tahun. Kita sam-
sama sudah tumbuh dewasa sekarang, akan banyak yang berubah dari kita. Kau tidak perlu
khawatir denganku jika kau memiliki pacar. Apapun keputusanmu aku akan
mendukungnya.” Ucapku sambil menatap Dara dari balik lensa kacamata ku yang tebal ini.
Bahkan dari balik lensa saja, aku dapat melihat betapa cantiknya Dara. Aku memalingkan
wajahku. Wajar jika Minho meminta Dara untuk menjadi pacarnya. Mereka akan menjadi
pasangan yang sempurna.

Aku melirik Dara yang seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun bus kami sudah datang.
Aku segera menyuruh Dara untuk naik duluan. Dara menurut tanpa menaruh curiga padaku.
Lalu ia mulai menatap heran kearahku yang hanya berdiri terpaku sambil menatap
kearahnya.

“Kenapa tidak naik?.” Tanya Dara yang sudah berada didalam bus.

“kau pergilah duluan. Ada yang harus aku beli. Aku tidak tahu mengapa aku menjadi sangat
aneh saat ini.

“Kalau begitu, kita beli bersama.” Dara hendak turun dari dalam bus namun aku segera
menghentikannya.

“Hanya hari ini. Biarkan aku sendirian hari ini.” Kataku menatap langsung pada mata Dara.
Dara diam sebentar kemudian menganguk kecil lalu senyum manis terukir di bibir Dara,
seolah ia mengrti dengan apa yang diinginkan olehku. Aku segera mengalihkan pandangan
ku kearah supir bus.

“Jalan pak.” Ucapku pelan pada si supir. Aku menarik napas panjang ketika dara sudah
duduk dikursi samping jendela dan menatapku dari dalam bus. Tatapan matanya
menyiratkan kekhawatiran. Aku mencoba tersenyum meyakinkanya bahwa aku baik-baik
saja. Bus akhirnya menghilang dari pandanganku, dan aku melanjutkan langkahku dengan
lemah.

AUTHOR

Sore ini cuaca diselimuti awan tebal, namun Jiyong mengabaikannya. Tidak peduli dengan
udara yang mulai semakin dingin, Jiyong masih tetap berjalan tanpa tujuan pasti. Jiyong
berbohong saat ia bilang ingin membeli sesuatu, sebenarnya ia hanya ingin sendirian
sekarang...

Jiyong menaikan resleting jaketnya, ia harus mengakui jika udara saat ini bertambah dingin.
Seperti disengaja, seseorang menubruk keras Jiyong hingga namja itu mundur beberapa
langkah kebelakang. Matanya melebar ketika melihat namja berseragam sekolah yang sama
dengannya. Ya, namja itu adalah Song Minho dan temannya yang kini sudah berada didepan
mata Jiyong. Jiyong berusaha menahan marah saat Minho dan temannya mulai tertawa
mengejeknya padanya.

“Wah, apa ini. Sepertinya kita mendapat tangkapan bagus.” Ucap Minho lalu diiringi tawa
dari teman-temannya yang berada dibelakang namja itu. Minho menatap Jiyong sinis lalu
menyeringai.

“CUPU, mana dompetmu hah?!.” Kata Minho setengah berteriak. Belum sempat Jiyong
menjawab, Minho sudah mengambil dompet Jiyong yang kebetulan berada disaku jaketnya.
Jiyong hanya diam menerima perlakuan Minho padanya. Tidak berusaha untuk melawan.

Jiyong merasa ia tidak mampu untuk melawan Minho. Ini bukan kali pertama Minho dan
teman-temannya meminta uang padanya. Dan setiap kali Jiyong mencoba melawan,
akhirnya Jiyong hanya akan mendapat luka diwajah dan tubuhnya. Bahkan pernah Jiyong
harus menerima 3 jahitan diwajah hanya karena pukulan keras Minho untuknya.

Dan sekaran Jiyong memilih untuk diam. Bahkan untuk bercerita pada orang lain saja dia
tidak. Termasuk Dara. Jiyong tidak ingin ia semakin terlihat menyedihkan. Apalagi didepan
Dara, jika yoeja itu mengetahui jika dirinya terlalu lemah sampai-sampai untuk melindungi
diri sendiri saja ia tidak bisa.

“Uwaaaah, sebenarnya perusahaan apa sih yang dimiliki orang tuamu. Sampai-sampai kau
memiliki uang saku sebanyak ini.” Ucap Minho sambil mengeluarkan semua uang dari dalam
dompet Jiyong lalu memperlihatkannya kepada teman-temannya. Teman-teman Minho
hanya bisa menatap takjub dengan banyaknya uang yang Minho pegang, mereka mulai
membayangkan nimatnya berpesta dengan uang Jiyong.
“Kau itu sangat kaya. Kau tidak akan bangkrut hanya karena kami mengambil uang
sakumu.” Minho melempar kasar dompet Jiyong tepat kemuka namja itu.

“Aku dengar dia lumayan dekat dengan Sandara Park.” Ucap teman Minho yang memiliki
tatto palsu disekujur lengan kirinya. Jiyong mengenal namja itu. Jay Park. Murid bermasalah
yang baru sebulan lalu dikeluarkan oleh Sungri High Shcool lewat komite kedisiplinan.

“Benarkah itu?.” Ucap Minho dengan nada tidak suka. Ia memandang Jiyong dengan
tatapan membunuh sebelum mengancamnya.

“Menjauh darinya selagi aku bisa berbuat baik, CUPU.” Kata Minho menarik kerah Jiyong
kasar. Jiyong tetap diam dengan semua gertakan Minho. Tiba-tiba Jiyong merasakan sakit di
bagian perutnya. Ternyata Minho baru saja memukul keras Jiyong, membuat namja itu jatuh
tersungkur dijalanan sambil memegangi perutnya yang terasa perih. Jiyong benci keadaan
seperti ini! Keadaan dimana dirinya terlihat semakin mirip dengan seorang pecundang...

Jiyong meringis menahan sakit diperutnya lalu ia bangkkit berdiri. Jiyong mengambill ponsel
yang ada disaku celana, ponselnya bergetar tanda pesan baru masuk. Jiyong membuka
pesan, ternyata Dara lah yang mengiriminya.

From : Duck

“YA, KWON JIYONG! Kau dimana? Aku sudah berada dikamarmu dan menunggumu
seharian. Apa kau lupa dengan tugas sejarah kita?!.” Jiyong mengerutkan keningnya dan
teringat akan tugas sejarah yang dibelikan gurunya seminggu yang lalu. Ia dan Dara berada
dikelompok yang sama dalam membuat tugas itu, dan besok adalah hari terakhir batas
penggumpulan. Jiyong buru-buru memasukan ponselnya kembali tanpa membalas pesan
Dara terlebih dahulu.

Tepat saat itu suara guntur diikuti kilat mulai bermunculan. Sedetik kemudian rintik-rintik air
hujan mulai turun dan menjadi besar. “Sial.” Maki Jiyong. Jiyong sadar jika ia tidak memiliki
uang sama sekali untuk naik bus. Jiyong memutuskan untuk beristirahat terlebih dulu
dipinggiran toko yang tidak sedang beroperasi. Jiyong mencoba menghubungi Dara lewat
ponselnya namun tidak ada jawaban dari yoeja itu. Jiyong kemudian berniat mengirimi Dara
pesan agar tetap menunggunya namun sayang, ponsel Jiyong tiba-tiba mati. Jiyong
menjambak rambutnya frustasi. Kesialannya hari ini sudah kelewat ambang batas.

Hari semakin malam dan dingin. Perut Jiyong sudah tidak sakit lagi. Hujan juga sudah
berhenti. Jiyong berdiri dari duduknya dan berjalan pulang.

Saat Jiyong ingin melewati gang yang biasanya ia lewatiuntuk sampai dirumahnya dengan
cepat, mata tajamnya melihat Minho dan temannya sedang nongrong didepan pintu sebuah
karaoke. Jiyong ragu untuk tetap melanjutkan jalannya atau berbalik, mengambil jalan
memutar.

Namun Jiyong tidak ingin menghindar dan kembali menjadi seorang pengecut. Akhirnya
Jiyong tetap melanjutkan jalannya. Saat Jiyong sudah semakin dekat dengan Minho, Jiyong
menyadari sesuatu. Jiyong dapat mendengar pembicaraan antara Minho dan kedua
temannya. Lalu Jiyong berhenti sebentar untuk mendengakan apa yang mereka bicarakan
karena topik yang mereka bahas terdengar serius.

“... aku rasa bukan begitu. Walau kau merasa sangat yakin jika dia menyukaimu, tapi
menurutku dia sangat perhatian pada si CUPU itu. Lagian gosip sudah menyebar, gosip
tentang kedekatan mereka.” Ucap teman Minho yang menutupi rambut pirangnya dengan
topi hitam. Jiyong tidak bisa melihat siapa namja itu, karena namja itu membelakangi
dirinya. Namun jika dilihat dari siluet badanya Jiyong sudah bisa tahu jika namja tadi adalah
Zico, teman baik Minho disekolah.

Namun yang bikin Jiyong heran adalah ketika Zico mengatakan nama CUPU. Apa mungkin
dirinya yang Zico maksud?.

“HENTIKAN! Aku tidak suka kau membahas cupu brengs*k itu terus menerus. Kalian liat saja
nanti, siapa yang akhirnya akan mendapatkan SANDARA PARK.” Jiyong dapat melihat jika
Minho emosi. Jay yang berada disebelah Minho memandang bosan pada kedua temannya
sambil menyesap rokornya kemudian berkata.

“Aissss, kalian berduan ini bikin telingaku sakit saja. Tapi, jangan lupakan taruhan yang
sudah kalian buat sebelumnya. Karena aku hanya berperan sebagai wasit tapi kali ini aku
akan menjadi seorang penonton.” Kata Jay Park sembari melempar rokoknya yang sudah ia
hisap habis.

“Kalian berdua sama-sama menyebalkan. Lebih baik kita masuk sekarang. Sepertinya sudah
ada ruangan yang kosong.” Ajak Minho kemudian, yang diikuti anggukan dari Zico dan Jay.

Sementara itu, Jiyong merekam apa yang ia lihat dan dengar. Ekspresi wajahnya berubah,
tidak setenang sebelumnya. Matanya menggelap karena emosi yang tertahan. Jiyong paham
apa yang barusan Minho katakan bersama kedua temannya. Jiyong berjalan cepat, ia ingin
menghampiri Minho dan memberinya beberapa pukulan. Namun sayang, Minho dan kedua
temannya telah memasuki gedung karaoke. Jiyong hanya bisa berteriak marah. Meluapkan
semua kekesalannya dengan menendang kaleng bir kosong didepannya.

“Aku tidak akan membiarkanmu menang begitu saja Minho. Mungkin mudah bagimu
menyakitiku. Tapi, tidak dengan Dara. Aku tidak akan membiarkan Dara disakiti oleh sampah
seperti mu. kau lihat saja nanti, Song Minho.” Ada janji yang terucap dari ucapan Jiyong.

KWON JIYONG

“Aku pulang.”

Tidak ada jawaban. Bodoh sekali jika aku berpikir akan ada yang menyambutku ketika aku
pulang kerumah. Eomma dan Appa tidak mungkin berada di rumah, mereka terlalu sibuk
mengurus pasien-pasien rumah sakit. Bahkan saking sibuknya mereka, untuk mengurus satu
orang anak saja mereka tidak bisa. Appa-ku adalah kepala direktur R.S HUNSEOK dan
eomma ku adalah salah satu profesor RS. Tersebut.

Aku menghela napas berat saat memasuki rumah. Aku menyalakan semua lampu ruangan
dan bergegas menuju kamarku yang berada dilantai dua. Aku langsung teringat akan Dara.
Yoeja itu sebelumnya mengatakan jika ia berada dikamarku dan sedang menungguku. Aku
menggelengkan kepala, ini sudah lebih dari 5 jam saat terakhir kali Dara mengirimiku pesan.
Jadi mana mungkin jika Dara masih menungguku.

Dara pasti sudah tertidur dikamarnya. Entah kenapa aku sedikit merasa menyesal...
Aku masuk kedalam kamar. Kamarku sangat luas,tapi entah kenapa terasa sempit dan
menyesakkan. Aku menyalakan lampu dan seketika cahaya putih dan kuning bergantian
menyala. Mataku berkeliling melihat semua interior mewah yang ada didalam kamarku. Lalu
aku menggantung tas ku dan berjalan menuju tempat tidur. Pikiran ku sangat kacau, aku
sangat ingin beristirahat.

Namun mataku menangkap sosok familiar. Dara tertidur di kasurku. Seketika bibirku
membentuk sebuah senyuman kecil.

Aku berjongkok didepan wajah Dara. Yoeja itu memiliki wajah yang lembut dan bentuk
rahang yang bagus, hidung kecilnya adalah hal yang menjadi favoritku. Mataku berpaling
kearah buku yang ada disamping Dara. Buku sejarah. Aku teringat akan tugas kami yang
belum selesai. Dan besok batas terakhir pengumpulan tugas. Aku segera berdiri lalu
mengambil buku sejarah milik Dara dan membawanya kemeja belajarku. Aku berniat untuk
mengerjakan tugas itu seorang diri.

Segera aku duduk dimeja belajarku, menyalakan komputer, dan mulai mengerjakan tugas.

30 menit...

1 jam...

2 jam...

Dan akhirnya aku selesai mengerjakan tugas kami. “Dara beruntung bisa satu kelompok
dengan orang jenius seperti ku”. Aku tersenyum sambil terus membanggakan diri ku.

“Hey, Duck.” Panggilku sambil menepuk pipi lembut Dara.

“Mmm...” Dara sedikit tersadar lalu mencoba membuka matanya.

“Kau tidak bisa tidur disini. Ayo bangun, aku akan mengantar ke rumah mu.” Kataku sembari
menarik tangan Dara dan melingkarkannya dipunggungku. Aku lalu menggendong Dara yang
setengah terbangun. Dara tidak protes saat aku menggendongnya.

“Ji...”

“Tidur saja Duck.” Kataku penuh perhatian


“Kapan kau pulang?”

“2 jam yang lalu.” Jawabku, lalu hening kembali melanda kami berdua. Tiba-tiba aku merasa
Dara tertawa pelan dari balik punggungku, aku berhenti dan menoleh heran kearahnya.

“Kenpa tertawa?”

“Saat kau menggendongku seperti ini, aku jadi teringat kenangan dulu saat kita masih SMP.
Saat itu, setiap pulang sekolah aku akan memintamu menggendongku dipunggung. Dan jika
kau tidak mau melakukannya, aku tidak mau pulang. Hehehe.”

“Ya, dan aku selalu menurutinya.” Ucapku sebal. Tawa Dara semakin kencang tepat
ditelingaku. Membawa kehangatan yang dulu selalu aku rasakan. Aku sangat merindukan
kebersamaan kami berdua. Meski kami tetap bersama, bahkan tetap satu sekolah dan kini
berada dikelas yang sama, aku merasa ada jarak yang jauh yang tercipta di antara kami.

Aku menoleh untuk melihat Dara, namun ternyata yeoja itu kembali tertidur. Senyum kecil
tiba-tiba terukir saat aku asik memandangi wajah Dara. Aku buru-buru menggelengkan
kepalaku. Dan segera mengantar Dara kerumahnya.

Sesampainya dirumah Dara, ternyata thunder -adik Dara- sudah menunggu didepan rumah
dengan wajah cemas. Thunder melihatku dan buru-buru menghampiri kami.

“Hyung, nuna bersamamu? Aku sangat cemas saat tahu nuna belum pulang.” Ucap Thunder
kemudian mengecek Dara yang tertidur.

“Iyaa, kami baru selesai mengerjakan tugas. Biar aku saja yang membawa Dara sampai
kekamarnya, aku takut nanti Dara terbangun.” Ucapku cepat saat Thunder ingin membawa
Dara bersamanya.

“Ooh, iyaa hyung. Biarku bukakan pintu dulu.” Aku mengikuti Thunder dan masuk kedalam
rumah Dara. Aku langsung menuju kamar Dara yang ada dilantai dua. Saat aku masuk
kekamar Dara, ternyata kamar Dara sudah jauh berubah. Kini kamar Dara dipenuhi dengan
warna Pink. Wajahku terasa memerah, aku tiba-tiba merasa malu. Sudah sangat lama aku
tidak masuk kekamar Dara.
“Hyung, sepertinya kau lelah. Biar aku saja yang membaringkan nuna.” Aku langsung
tersadar dan segera menggeleng.

“Aku tidak apa-apa, biar aku saja.” Kataku, sembari berjalan kearah kasur Dara dan
membaringkan yoeja itu dengan hati-hati. Thunder menyelimuti Dara lalu menatapnya
dengan penuh sayang. Entah kenapa aku merasa tersentuh.

Lalu, aku segera pamit untuk pulang dan beristirahat. Thunder mengantarku sampai
didepan pintu.

“Hyung, terimakasih sudah menjaga nunaku. Aku harap seterusnya, hyung tetap menjaga
nuna.” Ucap Thunder sambil membunguk padaku. Aku tersenyum lalu mengacak rambut
hitamnya.

“Jangan khawatir. Aku akan menjaga Dara sampai kau tumbuh dewasa.” Ucapku sambil
tersenyum kearahnya.

“Terimakasih hyung.” Thunder tersenyum senang mendengar ucapanku. Namun,


senyumku hilang saat aku kembali teringat akan Minho dan teman-temannya yang ingin
menyakiti Dara. Tentu saja aku tidak akan membirkannya menyakiti Dara, apalagi aku sudah
berjanji pada Thunder untuk menjaga yoeja itu. Tapi, aku masih belum tahu apa yang harus
aku lakukan.

Anda mungkin juga menyukai