Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Volvulus merupakan kelainan berupa puntiran dari segmen usus terhadap usus
itu sendiri, mengelilingi mesenterium dari usus tersebut dengan mesenterium itu sendiri
sebagai aksis longitudinal. Volvulus terjadi di berbagai tempat di saluran pencernaan.
Insidensi volvulus di dunia bervariasi, dengan kejadian volvulus usus besar berkisar 1-
5% dari seluruh penyebab obstruksi letak rendah. Di dunia bagian barat, populasi
volvulus usus besar 80% adalah volvulus sigmoid, diikuti dengan volvulus sekum
sebanyak 15%, kolon transversal 3% dan fleksura splenik (kolon antara bagian
transversal dan asending) 2%. Kondisi ini juga serupa dengan kondisi di daerah Afrik,
Asia bagian selatan dan Amerika selatan. Di daerah "volvulus belt" di Afrika dan
Timur Tengah, kejadian volvulus bahkan mencapai 50% dari penyebab obstruksi usus
besar. Volvulus lainnya dapat terjadi di gaster dan midgut.1
Volvulus lebih sering terjadi pada anak yaitu akibat abnormalitas mesenterium
yang terlalu panjang, dengan basis yang sempit, usus yang tidak terfiksasi dengan baik
dan malrotasi saat masa embriologi. Volvulus banyak menyerang usia neonatus 68-
71%. Infant dengan malrotasi, sebanyak 40% bermanifestasi klinis saat minggu
pertama kelahiran, 50% pada bulan pertama, sisanya bermanifestasi lebih dari 1
bulan.1,2
Manifestasi klinis yang ditimbulkan oleh adanya volvulus tergantung dari letak
volvulus, namun secara umum gejala yang ditimbulkan diantaranya adalah gejala
obstruksi saluran cerna berupa nyeri perut, muntah, distensi abdomen, dan
ketidakmampuan flatus serta buang air besar. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya distensi abdomen dan terkadang teraba massa akibat penumpukan makanan.
Gejala klinis tidak terlalu khas untuk mendiagnosis sehingga diperlukan pemeriksaan
penunjang berupa laboratorium dan radiologi untuk menegakan diagnosis volvulus.1,2

1
Volvulus merupakan salah satu kegawatan pada bayi dan anak. Volvulus ini
dapat menyebabkan oklusi terhadap proksimal usus dan obstruksi didalam segmen
tersebut (closed loop obstruction) serta berujung kepada strangulasi dan nekrosis
jaringan usus bila tidak tertangani segera. Oleh karena itu volvulus merupakan salah
satu kegawatdaruratan abdomen karena menimbulkan obstruksi pada saluran cerna
yang akan diikuti dengan komplikasi berupa perforasi, peritonitis, sepsis hingga syok
hipovolemia.1,2

2
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Volvulus merupakan kelainan berupa puntiran dari segmen usus terhadap usus
itu sendiri, mengelilingi mesenterium dari usus tersebut dengan mesenterium itu sendiri
sebagai aksis longitudinal sehingga menyebabkan obstruksi saluran cerna.2

B. Epidemiologi

Variasi geografis di seluruh dunia dalam kejadian sigmoid volvulus dijelaskan


dengan baik. Frekuensi yang lebih tinggi dilaporkan di Afrika, Asia, Timur Tengah,
EropaTimur, dan negara-negara Amerika Selatan.Dalam semua wilayah ini, penduduk
mengkonsumsi makanan tinggi serat, yang dianggap sebagai factor predisposisi untuk
pengembangan volvulus kolon sigmoid. Di daerah-daerah endemic, pasien lebih
mudadan di dominasi laki-laki.

Volvulus kolon merupakan penyebab obstruksi usus besar terbanyak di


Amerika Serikat setelah kanker dan diverticulitis, dimana volvulus kolon
bertanggungjawab untuk sekitar 5% dari semua kasus obstruksi usus dan 10-15% dari
semua kasus obstruksi usus besar. Dalam populasi ini, kolon sigmoid (80%) merupakan
yang paling banyak menyebabkan hal ini, diikuti oleh sekum (15%), usus besar
melintang (3%), dan fleksura lienalis (2%). Dalam masyarakat Barat, rata-rata usia
pasien dengan sigmoid volvulus adalah pada dekade ke delapan, dan kedua jenis
kelamin sama-sama terpengaruh.(Thornton,S C., 2014)

3
C. Tinjauan Anatomi
Dalam permulaan perkembangannya, saluran cerna hanya berupa suatu tabung
sederhana dengan beberapa benjolan. Bakal lambung, pada saat ini, berupa suatu
pelebaran kerucut, sedangkan bakal sekum ditandai dengan pelebaran yang asimetris.
Pada usia janin bulan kedua dan ketiga, terjadi suatu proses yang dapat menimbulkan
cacat bawaan pada bayi dikemudian hari. Intestinal fetal mengalami perkembangan
yang pesat saat kehamilan umur 4-8 minggu. Arteri mesenterika superior yang
berfungsi memperdarahi usus halus dan kolon proksimal berperan sebagai aksis rotasi.
Usus tumbuh dengan cepat, memperluas diri dan berada dalam tali pusat (umbilical
coelom) serta membentuk umbilical loop. Masih dalam perkembangan awal, umbilical
loop diposisikan dengan arah sagital (Gambar 2.1). Pada perkembangan berikutnya,
dapat terbentuk suatu duktus omfalomesenterik yang jika tidak terkonstriksi akan
menjadi kelainan Divertikulum Meckel’s.2,3,4
Sewaktu memanjang dan bergerak di umbilical ceolom, umbilical loop berotasi
sebanyak 90° searah jarum jam, sehingga umbilical loop berada di posisi horizontal.
Kira-kira minggu ke-5 dan 6, Umbilical loop terus memanjang hingga mencapai
panjang maksimum (Gambar 2.2). Kelainan kongenital yang dapat terbentuk adalah
omfalokel atau hernia umbilikalis.3

4
Kemudian, sewaktu usus menarik diri masuk kembali ke rongga perut yang
didahului intestinal loop, duodenum, dan sekum berputar di dorsal arteri dan vena
mesenterika superior, sedangkan sekum memutar di ventralnya, sehingga kemudian
sekum terletak di fosa iliaka kanan, dan dikelilingi oleh kolon yang membentang
horizontal dan kolon desenden. Putaran atau rotasi dengan arah berlawanan jarum jam
yang terbentuk sudah melebihi 180°.3,4

Setelah Intestinal loop kembali ke rongga perut, rotasi terus berlanjut, melebihi
270°, kira-kira minggu ke-9 hingga 11, sehingga mesenterium juga berotasi dan akan
berpindah kebagian inferior duodenum dan usus halus (Gambar 2.3).3
Gangguan perkembangan selama minggu ke-10 atau 11 akan mengakibatkan
kelainan yang ditandai dengan misalnya, tidak terbentangnya mesenterium pada
dinding belakang, atau sekum tidak berada di kanan bawah perut melainkan lebih jauh
ke kranial atau sekum ada di tempat normal, tetapi tidak stabil dan tidak terpancang
(disebut dengan sekum mobile atau mudah digerakan). Hal ini disebabkan oleh
malrotasi atau non rotasi dari pertumbuhan dan perkembangan intestinal loop.3,4,5

5
D. Etiologi dan Klasifikasi
Volvulus merupakan puntiran usus dengan mesenterium sebagai aksis
putarannya dan dapat terjadi di berbagai tempat di saluran pencernaan.Volvulus
diklasifikasikan berdasarkan tempat terjadinya. Kasus volvulus sebagian besar terjadi
akibat abnormalitas saluran cerna saat proses embriologi dan kasus banyak ditemukan
pada anak. Namun kasus volvulus juga dapat ditemukan pada orang dewasa dengan
etiologi dan faktor resikoyang berbeda.
C.1 Volvulus Gaster
Volvulus gaster merupakan kasus yang jarang terjadi, namun merupakan salah
satu kasus kegawatan karena menyebabkan inkarserata dan strangulasi.Volvulus gaster
oleh Singleton diklasifikasikan berdasarkan aksis putaran volvulus tersebut yaitu :
1. Organoaksial Gaster berotasi mengelilingi aksis yang menghubungkan
gastroesofageal junction dan bagian antrum pilorus berotasi kearah yang berbeda
dengan rotasi bagian fundus. Volvulus gaster jenis ini lebih sering didapatkan
dibandingkan kasus jenis mesenterikoaksial, yaitu 59% dari seluruh kasus volvulus
gaster. Volvulus gaster tipe organoaksial berhubungan dengan defek diafragmatika.
Komplikasi berupa inkarserasi dan strangulasi lebih sering dijumpai pada tipe ini.6,7,8

6
2. Mesenterikoaksial Pada tipe mesenterikoaksial, antrum pilorus berotasi
kearah anterior dan superior sehingga permukaan posterior gaster berada di
anterior.Volvulus gaster tipe ini tidak berhubungan dengan defek diafragmatika dan
jarang menimbulkan komplikasi strangulasi, sehingga lebih sering bersifat kronis.6,7,8
3.Kombinasi Tipe kombinasi antara organoaksial dan mesenterikoaksial jarang
ditemukan.6

Etiologi dari volvulus gaster diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, yaitu


idiopatik (tipe 1) dan kongenital (tipe2). Tipe 1 atau tipe idiopatik lebih sering terjadi
dibandingkan tipe 2, yaitu sebanyak 2 dari 3 kasus dan lebih sering terjadi pada orang
dewasa. Tipe ini terjadi oleh karena abnormalitas kelenturan dari ligamen
gastrosplenik, gastroduodenal, gastrofrenik dan gastrohepatik. Abnormalitas ini
menyebabkan bagian cardia dan pylorus gaster menjadi dekat ketika gaster penuh
dengan makanan, sehingga mempermudah terjadinya volvulus.6
Tipe 2 atau tipe kongenital disebabkan oleh defek kongenital berupa defek pada
diafragmatika 43%, ligamen 32%, perlekatan abnormal 9%, asplenisme 5%,
malformasi usus kecil dan usus besar 4%, stenosis pilorus2%, distensi kolon 1% dan
atresia rektal 1%. Penyebab kelainan neuromuskular seperti poliomielitis juga beresiko
terhadap terjadinya volvulus gaster.6
C.2 Volvulus Midgut

7
Midgut merupakan bagian embriologis yang kemudian menjadi duodenum,
jejunum, ileum, sekum, apendiks, kolon asending, kolon bagian fleksura hepatik dan
kolon transversal pada manusia pasca lahir. Volvulus midgut merupakan keadaan yang
disebabkan oleh kegagalan atau malrotasi intestinal loop saat masa embriologi dan
merupakan kasus kegawatan di bidang pediatrika karena menyebabkan adanya
obstruksi dan iskemia jaringan usus.2
Kasus volvulus midgut banyak ditemukan pada satu tahun pertama kehidupan.
Beberapa kasus volvulus midgut bahkan ditemukan saat manusia masih menjadi janin
dan mungkin juga tanpa disertai malrotasi. Etiologi yang mungkin menyebabkan
volvulus midgut, selain akibat kegagalan rotasi adalah akibat tidak adanya otot dari
saluran cerna dan defek mesenterika.9
C.3 Volvulus Sekum
Volvulus sekum terjadi akibat kelainan bawaan kolon kanan yang tidak terletak
retroperitoneal dan tidak terfiksasi dengan baik serta tergantung pada perpenjangan
mesenterium usus halus. Volvulus sekum melibatkan distal ileum dan colon ascending,
dimana keduanya saling terpuntir.1
Pada studi otopsi oleh Anson, sebanyak 10% kolon ascending mempunyai
mesokolon yang mobile, sehingga memudahkan terjadinya volvulus. Selain
mesenterium yang panjang, Anomali dimana terdapat undescended right colon, sekum
yang mudah bergerak (mobile) serta adanya space occupying lession pada pelvis
seperti tumor ovarium merupakan factor resiko terjadinya volvulus pada sekum.1,4
Sebagai contoh, sebuah kasus volvulus juga ditemukan pada kehamilan,
walaupun kasus ini tergolong jarang.11

8
C.4 Volvulus Kolon Transversal
Volvulus pada kolon transversal merupakan kasus yang jarang terjadi, yaitu
sebanyak 4% dari seluruh kasus volvulus serta banyak menyerang perempuan. Faktor
predisposisi meliputi adanya mesokolon yang panjang serta jarak yang dekat antara
kolon bagian fleksura hepatik dan bagian fleksura splenik atau interposisi
hepatodiafragmatika kolon (Sindrom Chilaiditi). Obstruksi kolon bagian distal juga
dapat memperpanjang dan memperluas kolon transversal sehingga beresiko terjadi
volvulus.1
C.5 Volvulus Sigmoid
Volvulus sigmoid merupakan volvulus dengan kejadian terbanyak
dibandingkan volvulus ditempat lain. Volvulus sigmoid terjadi akibat perpanjangan
sigmoid sehingga panjang sigmoid berlebihan disertai dengan basis mesenterium yang
sempit.4
Studi di beberapa penelitian menyatakan bahwa volvulus sigmoid berhubungan
dengan konstipasi kronik, ditemukan pada pengguna obat laksatif dan enema,
berhubungan dengan diet tinggi serat, dan adanya massa di cavum pelvis serta Penyakit
Chagas dan Hirsprung. Arah terjadinya puntiran sigmoid adalah searah dengan jarum
jam. Konstipasi kronis dan diet tinggi serat menghasilkan sigmoid yang penuh dengan
feses dan beratnya menghasilkan momentum yang menginisiasi volvulus. Massa

9
didalam usus berupa cacing juga dapat menyebabkan momentum sehingga beresiko
terjadi volvulus.1,12

E. Patofisiologi
Volvulus usus merupakan suatu kondisi terputarnya segmen usus terhadap usus
itu sendiri, mengelilingi mesenterium dari usus tersebut, dimana mesenterium itu
sebagai aksis longitudinal sehingga menyebabkan obstruksi saluran pencernaan, baik
obstruksi lengkap maupun parsial. Hal tersebut mengakibat terjadinya penurunan
terhadap suplai darah bersamaan dengan terjadinya peningkatan tekanan intaluminal
sehingga akan menyebabkan nekrosis dan perforasi.

Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan
gas yang merupakan gas yg ditelan. Peningkatan tekanan intralumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Peregangan usus yang
terus menerus menyebabkan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi
cairan ke dalam usus. Pengaruh atas kehilangan tersebut adalah pengerutan ruang
cairan ekstrasel yang mengakibatkan hipovolemi, pengurangan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Efek lokal peregangan usus
adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai
absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik
untuk menyebabkan bakteriemia. Bakteriemia dan hipovolemi ini kemudian
menyebabkan proses sistemik menyebabkan SIRS.

Bagian paling umum dari traktus gastrointestinal yang sering membentuk


volvulus adalah usus besar dan bagian yang paling sering adalah bagian sigmoid,
bagian lainnya yang juga dapat terjadi volvulus adalah sekum, kolon asending, dan
kolon transversum. Pada beberapa kasus, volvulus sigmoid merupakan suatu kondisi
yang diakibatkan oleh terjadinya pemanjangan lingkaran sigmoid dan peregangan

10
sigmoid mesokolon.(Sundresh,2014

F. Manifestasi Klinis
E.1Anamnesis
1. Gejala Klinis

Volvulus sigmoid dapat dibedakan ke dalam 2 jenis berdasarkan onset dan


perjalan penyakit : tipe fulminant akut (pasien dengan obstruksi) dan tipe
progresif yang subakut (pasien dengan suboklusi). Pada tipe pertama tersebut
dikarakteristikkan dengan onset yang terjadi secara tiba-tiba yang ditandai
dengan adanya sakit/nyeri pada abdomen, lebih sering terlokalisasi pada regio
umbilikal, muntah pada awal waktu, abdomen yang teraba keras, konstipasi dan
timbul tanda-tanda kelemahan aktivitas fisik. Gangren biasanya berkembang
pada awal waktu dan syok serta perforasi dapat muncul dengan cepat.

Sedangkan, untuk pasien dengan tipe progresif yang subakut (pasien dengan
suboklusi) dikarakteristikan dengan onset dan progresivitas yang tidak tampak
dengan jelas dan frekuensinya lebih sering terjadi pada pasien usia tua. Tipe ini
sering menunjukkan gejala klinis yang tidak spesifik yang ditimbulkan seperti
rasa kram pada abdomen dan terkadang terlokalisasi pada regio kiri perut.
Demam dan muntah jarang dijumpai pada awal gejala (Cirocchi, 2010)

11
2. Pemeriksaan Fisik

Pada volvulus sigmoid, distensi abdomen biasanya bersifat masif, besar dan
mengganggu. Pada perkusi perut didapatkan bunyi hipertimpani karena
penimbunan gas yang berlebihan. Pada inspeksi dan palpasi abdomen, biasanya
kontur sigmoid dapat tampak atau teraba di dinding abdomen seperti ban mobil
(de jong). Jika didapatkan tanda-tanda peritonitis maka curiga adanya ruptur
pada usus. Jika perforasi sudah berlanjut menjadi peritonitis maka juga
mungkin didapatkan tanda toksisitas sistemik atau SIRS. 1 Adanya komplikasi
dicurigai jika ditemukan adanya takikardi, pireksia, rebound tenderness,
defense muscular dan gangguan bising usus. Monitoring terhadap tanda vital
sangat penting untuk memantau terjadinya komplikasi.

G. Diagnosis Banding
Gejala berupa nyeri abdomen menyerupai dengan nyeri abdomen pada
obstruksi usus (ileus obstruksi, intusepsi), gastroenteritis, kolesistitis, infeksi saluran
kemih, batu saluran kemih dan ulkus peptikum. Distensi abdomen juga terdapat pada
obstruksi usus. Pada bayi dan anak, diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan
adalah intusepsi, megakolon kongenital,divertikulum meckel dan penyakit
Hirschprung. Untuk menyingkirkan diagnosis banding perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang laboratorium dan radiologi.2

H.Diagnosis
Diagnosis volvulus didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Secara garis besar pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan gejala dan tanda obstruksi saluran pencernaan.

G.1 Pemeriksaan Laboratorium

12
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah
rutin untuk mendapatkan jumlah leukosit dan hemoglobin, pemeriksaan kadar
elektrolit darah dan gula darah. Pemeriksaan penunjang laboratorium tidak banyak
membantu diagnosis volvulus, namun berguna untuk persiapan operasi. Pemeriksaan
penunjang laboratorium juga dapat mengkonfirmasi adanya komplikasi dari
volvulus.2,13
Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya
ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal.
Peningkatan serum amilase sering didapatkan pada obstruksi saluran cerna.
Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi. Hematokrit yang
meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan
elektrolit. Analisa gas darah menunjukan abnormalitas pada pasien dengan alkalosis
metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda - tanda syok dan
dehidrasi.2,13
G.2Pemeriksaan Radiologis
Untuk mendapatkan diagnosis pasti, pemeriksaan imaging atau radiologis
diperlukan. Secara umum, pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah :
1. Foto Abdomen
Foto polos abdomen anterior-posterior dan lateral dapat menunjukan adanya
obstruksi usus, dengan adanya pelebaran loop, dilatasi lambung dan duodenum, dengan
atau tanpa gas usus serta batas antara udara dengan cairan (air-fluid level). Foto dengan
kontras dapat menunjukan adanya obstruksi, baik bagian proksimal maupun distal.
Malrotasi dengan volvulus midgut patut dicurigai bila duodenojejunal junction berada
di lokasi yang tidak normal atau ditunjukan dengan letak akhir dari kontras berada.
Foto dengan kontras juga dapat menunjukan obstruksi bagian bawah, dilakukan juga
pada pasien dengan gejala bilious vomiting untuk mencurigai adanya penyakit
Hirschsprung, meconium plug syndrome dan atresia.2

2. Ultrasonografi

13
Pemeriksaan ultrasonografi tidak banyak membantu diagnosis volvulus,
namun pada pemeriksaan ini dapat didapatkan cairan intraluminal dan edema di
abdomen. Kemudian, adanya perubahan anatomikal arteri dan vena mesenterika
superior dapat terlihat, hal ini menunjukan adanya malrotasi, walaupun tidak selalu.2
3. CT scanning
CT scanning mempunyai sensitivitas spesifisitas yang baik untuk
mendiagnosis adanya obstruksi usus, termasuk volvulus.Pengambilan titik transisi di
beberapa lokasi dengan CT scan signifikan untuk mendiagnosis volvulus. Penelitian
Shandu, 2007, menyatakan bahwa titik transisi yang berhubungan dengan volvulus
cenderung terlokasi lebih dari 7 cm anterior spinal. “The Whirl Sign” merupakan
gambaran khas pada CT scan yang menunjukan adanya volvulus. Arah putaran
volvulus juga dapat dilihat pada CT scan.2,16,17
Volvulus gaster dapat didiagnosis dengan foto thorax, dimana terdapat
gambaran air fluid level di retrocardiaka. Dengan kontras, gambaran obstruksi lambung
di tempat volvulus terjadi dapat mengkonfirmasi adanya volvulus.8

Diagnosis volvulus sekum jarang ditegakkan melalui gejala klinis, 50%


ditegakan melalui gambaran radiologi dengan karakteristik coffe bean atau tear drop
(bascule) appearances. Foto dengan kontras barium beresiko terjadi perforasi karena
agar kontras barium mencapai kolon bagian kanan, insuflasi yang ekstensif diperlukan.
Namun jika diagnosis belum dapat dipastikan dari foto, kontras water soluble dapat
dimasukan melalui kolonoskopi. Laparotomi juga dapat dilakukan dalam rangka
diagnosis volvulus.1

14
Berdasarkan penelitian, volvulus sigmoid paling sering terjadi diantara
volvulus lainnya. Volvulus sigmoid ditegakan melalui gambaran radiologifoto polos
abdomen dimana menggambarkan karakteristik "omega" atau"inverted loop". Pada
kasus yang meragukan, foto dengan kontras dapat menunjukan adanya gambaran
"beaked apperances" yaitu gambaran seperti paruh burung di bagian kolon sigmoid.1

15
I. Komplikasi

Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat


obstruksi usus. Volvulus sendiri merupakan obstruksi usus yang cepat menyebabkan
inkarserasi dan starngulasi. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang
mematikan, hasil-hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik, yang jika terjadi perforasi
makan akan menyebabkan peritonitis. Namun tanpa terjadi perforasi, bakteri secara
permeabel dapat menuju pembuluh darah dan menyebabkan infeksi yang berlanjut
menjadi sepsis.13

J. Tata Laksana

I. 1 Resusitasi

Prioritas utama penyelamatan pasien adalah dengan mendiagnosis adanya


volvulus, letak volvulus dan kemudian mencegah adanya nekrosis jaringan dan syok
hipovolemik akibat muntah dan kehilangan cairan di abdomen. SIRS juga dapat
menyertai komplikasi dari volvulus, sehingga perlu untuk dilakukan tatalaksana
resusitasi yang cepat jika ada tanda-tanda komplikasi.1

Prinsip resusitasi adalah dengan mengurangi kehilangan cairan dan


mencegah terjadinya inkarserasi dan strangulasi. Lakukan resusitasi cairan segera,
sementara menunggu untuk dilakukan tindakan operatif. Pipa nasogastrik
direkomendasikan untuk mengurangi muntah serta pipa rectal untuk dekompresi
volvulus usus besar serta untuk mengurangi obstruksi akibat feses dan gas.2,13

I. 5 Volvulus Sigmoid

Pengobatan volvulus sigmoid telah dilakukan semenjak beberapa decade


yang lalu, dari pembedahan segera untuk mengkoreksi volvulus dengan mortalitas yang
tinggi hingga tindakan sigmoidoskopi dan pembedahan elektif dengan mortalitas yang
lebih rendah. Bahkan sejak jaman hipokrates, penurunan mortalitas akibat volvulus
telah terlihat, dengan menggunakan suppositoria sepanjang 10 digit melalui rektum.

16
Metode ini kembali digunakan oleh Gay, 1859, namun tidak banyak diikuti hingga
pertengahan abad berikutnya. Di abad ke 20, deflasi perkutaneus menggunakan trochar
diperkenalkan oleh Crips, dengan menggunakan cadaver sebagai alat coba.
Laparotomy dengan fiksasi dan reseksi sigmoid diperkenalkan oleh Atherton,1883,
walaupun angka mortalitasnya tinggi, mencapai 50%. Begitu pula dengan
sigmoidopexy, angka mortalitasnya juga tinggi. Metode lain berupa deflasi transanal
dengan sigmoidoskopi diperkenalkan Bruusgard, 1947, yang mempunyai angka
mortalitas lebih rendah sehingga lebih banyak diterima.1

Disisi lain, penelitian yang dibawakan oleh Bak, menyatakan bahwa


mortalitas akibat operasi tidaklah besar, yaitu sekitar 6%. Arnold et al, juga
menambahkan bahwa mortalitas yang tinggi terjadi pada populasi tua. Kemudian
disimpulkanlah bahwa operasi setelah episode pertama gejala dapat dilakukan pada
umur dibawah 70 tahun, sedangkan untuk umur diatas 70 operasi dilakukan setelah
episode ulangan.1

Penelitian ini juga diinterpretasikan dengan makna lain. Angka kejadian


ulangan pada pasien diatas umur 70 tahun kemungkinan karena pasien meninggal
akibat keadaan lain atau karena tua. Sedangkan yang dibawah 70 tahun dapat
mengalami kejadian ulangan karena masa hidup yang masih lama. Hal lain yang
dipertimbangkan adalah keadaan umum, status kardiorespirasi dan metabolik pasien.
Akhir-akhir ini, penatalaksanaan volvulus dengan operatif, sigmoidoskopi, dan
perkutaneus deflasi diperbaharui dan angka mortalitas turun drastis.

Terapi non-operative yang dapat dilakukan adalah pertama dengan


memasukan pipa melalui anus, ukuran 30-36 panjang 50 cm, menuju tempat obstruksi.
Barium dimasukan ke dalam pipa dan tekanan hidrostatik untuk memasukan barium
akan membuka puntiran volvulus. Foto dengan kontras barium melalui anus yang
dilakukan oleh radiologis ternyata dapat mendetorsi volvulus. Keberhasilan akan
dikonfirmasi dengan dekompresi atau keluarnya feses dan gas. Cara lainya adalah

17
dengan menggunakan rektoskopi atau dengan kolonoskopi yang dimasukan melalui
anus menuju tempat obstruksi.24

Beberapa pendapat menyatakan bahwa setelah dilakukan dekompresi


volvulus sigmoid pasien sebaiknya dilakukan sigmoidektomy untuk mencegah
kekambuhan. Setengah dari pasien volvulus sigmoid setelah dekompresi akan
mengalami satu kali episode kekambuhan dan biasanya ahli bedah melakukan reseksi
setelah timbul episode kekambuhan.24

Pasien dengan strangulasi dan nekrosis disarankan untuk dilakukan


pembedahan. Terapi operatif untuk volvulus sigmoid adalah dengan laparotomi yaitu
dengan melakukan dekompresi dan koreksi terhadap puntiran volvulus dan memasukan
pipa rektal ke segmen yang terdilatasi.24

Saat ini, pada pasien yang dilakukan operasi emergensi untuk volvulus
sigmoid, ususnya tidak lagi viabel. Oleh karena itu, prosedur pilihannya adalah reseksi
sigmoid, baik dengan anastomosis kolorektal atau dengan prosedur Hartmann.24

Pembedahan laparotomi dengan reseksi dilakukan atas dasar anatomis,


dimana proksimal rektum dekat dengan distal kolon, akibat basis mesokolon yang
menyempit, memfasilitasi end to end anastomosis. Untuk pasien yang kolon
sigmoidnya masih viabel dapat dilakukan sigmoidopexy, fiksasi sigmoid ke dinding
lateral abdomen.24

I. 7 Pemberian Antibiotik

Antibiotik spektrum luas direkomendasikan pada pasien dengan curiga


adanya nekrosis jaringan dan infeksi, terlebih jika didapatkan komplikasi perforasi,
peritonitis dan sepsis. Antibiotik spektrum yang disarankan adalah golongan ampisilin,
klindamisin dan gentamisin. Antibiotik ini terbukti efektif dalam menurunkan angka
kejadian infeksi post operatif.2

18
K. Prognosis

Prognosis pasien dengan volvulus tergantung dari komplikasi yang menyertai


serta cepatnya penanganan. Volvulus midgut mempunyai angka mortalitas 3-15%.
Penundaan operasi akan meningkatkan angka mortalitas. Pada pasien dengan nekrosis
saluran cerna, reseksi dapat meningkatkan angka kelangsungan hidup. Angka kejadian
kekambuhan juga banyak dilaporkan pada tindakan sekopeksi dan sigmoidopeksi serta
tindakan dekompresi tanpa tindakan operatif.1,2,24

19
BAB IV KESIMPULAN

1.Volvulus merupakan kelainan berupa puntiran dari segmen ususterhadap usus itu
sendiri, mengelilingi mesenterium dari usus tersebutdengan mesenterium itu sebagai
aksis longitudinal2

2.Volvulus diklasifikasikan berdasarkan letak terjadinya yaitu di gaster,midgut, yang


merupakan kelainan embriologi, kolon transversal,sekum dan sigmoid.

3.Volvulus terbanyak merupakan terjadi pada daerah sigmoid. Volvulus sigmoid


memiliki manifestasi yang hampir sama dengan volvulus pada umumnya.

5. Pemeriksaan penunjang radiologis dilakukan untuk mendiagnosisadanya volvulus


dan letak volvulus yaitu dengan foto abdomen,ultrasonografi dan CT scan, dengan
sensitivitas dan spesifitas terbaik adalah CT Scan, Pada pemeriksaan penunjang dengan
barium enema nampak parrot appearance atau bird appearance

6. Komplikasi dari volvulus adalah adanya inkarserasi dan strangulasiyang berujung


kepada peritonitis, sepsis dan hipovolemi.

7. Tata laksana dari volvulus sigmoid dapat menggunakan teknik operative dan non
operative yakni dengan memasukkan pipa ke dalam anus.

8. Prognosis dari kejadian volvulus sigmoid tergantung dari penatalaksanaan dan


kecepatan diagnosis yang jika penanganan terlambat akan cenderung mengalami
nekrosis oleh karena strangulasi. Pencegahan kekambuhan volvulus sigmoid dapat
menggunakan kolostomi endoskopi perkutan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Ballantyne, Garth.H. Laparoscopic Treatment of Volvulus of the Colon . http


://www.lapsurgery.com/volvulus.htm. Diakses TanggalJanuari, 25, 2010

2. Markowitz, J.E. Volvulus. http://www.emedicine.medscape.com. Diakses Januari,


25, 2010

3. Anonim. Modul of Embriology : Intestinal Rotation.


http://www.embryology.ch/anglais/sdigestive/mitteldarm01.html.DiaksesJanuari, 25,
20104.Sjamsuhidajat, R., de Jong, W. Usus Halus, Apediks, Kolon dan Anorektum.In:
Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2004. 616-7

5. Anonim. Modul of Embriology : Pathology of Midgut .


http://www.embryology.ch/anglais/sdigestive/patholdigest04.html.DiaksesFebruari, 5,
2010

6. Hope, Wiliam W. Gastric Volvulus. http://www.emedicine.medscape.com. Diakses


Februari, 6, 2010

7. Anonim. Volvulus Gaster . http://www.learningradiology.com Diakses Februari 6,


2010

8. Schoeffel, U., M. Schein. Diafragmatic Emergencies. In: Schein’s CommonSense


Emergency Abdominal Surgery. 2nd Edition. New York : Springer.2005; 121-23

9. Park, Seok Jun., S.J. Cha., BG. Kim., YS. Choi., IT. Chang., GW. Kim.Intrauterine
Midgut Volvulus without Malrotation : Diagnosis from the“Coffee Bean Sign”. World
J Gastroenterol . 2008; 14: 1456-8

10. Hill, Mark. Gastrointestinal Tract Abnormalities.


http://www.embryology.med.unsw.edu.au/notes/git2.htmlDiakses Februari,5, 2010

11. John, T., T.Gyr., G. Giudici., S. Martinoli., A.Marx. Cecal Volvulus inPregnancy :
Case Report and Review of Literature. Arch Gynecol Obstet.1996;258: 161-4

21
12. Ropiak. Sigmoid Volvulus . http://www.learningradiology.com Diakses Februari
6, 2010

13. Nobi, BA. Small Bowel Obstruction. Dihttp:// www.emedicine.medscape


.comDiakses Februari, 5, 2010

14. Cribbs, Randolph K., KW, Gow., ML, Wulkan. Gastric Volvulus in Infantsand
Children. Pediatrics. 2008; 122: 752-62

15.Khan, AN.Sigmoid Volvulus. http: //www.emedicine.medscape.comDiakses


Februari, 5, 2010

16. Shandu, Parmbir., BN. Joe., FV. Coakley., A. Qoyum., EM. Webb., BM.Yeh.
Bowel Transition Points: Multiplicity and Posterior Location at CT areAssociated with
Small-Bowel Volvulus. Radiology. 2007; 245: 160-7

17. Jabra, A., J.Eng., CG. Zaleski., GE. Abdenour., HV. Voung., UO. Aideyan.,EK.
Fishman. CT of Small-Bowel Obstruction in Children : Sensitivity andSpecificity.
AJR.2001; 177: 431-6

18. Boudiaf, Mourad., P. Soyer., C. Terem., JP. Pleage., E. Maissiat., R Rymer.CT


Evaluation of Small Bowel Obstructive. RG. 2001; 21: 613-24

19. Khurana, Bharti. The Whirl Sign. Radiology. 2003; 226: 69-70

20. Anonim.Caecal Volvulus. http://www.radrounds.com Diakses Februari 6, 2010

21. Anonim. Beaking in Volvulus Sigmoid . http://www.radrounds.comDiakses


Februari 6, 2010

22. Feldman, D. The Coffee Bean sign. Radiology. 2000; 216: 178-9

23.Parish, A. Intestinal Malrotation. http://www.emedicine .medscape.comDiakses


Februari, 5, 2010

22
24. Per-Olof Nystrom. Colonic Obstruction. In:Schein’s Common Sense Emergency
Abdominal Surgery. 2nd Edition. New York : Springer. 2005;225-824

23

Anda mungkin juga menyukai

  • Obat Anti Jamur
    Obat Anti Jamur
    Dokumen11 halaman
    Obat Anti Jamur
    marindada
    Belum ada peringkat
  • Y
    Y
    Dokumen106 halaman
    Y
    marindada
    Belum ada peringkat
  • Obat Nsaid
    Obat Nsaid
    Dokumen8 halaman
    Obat Nsaid
    marindada
    Belum ada peringkat
  • K
    K
    Dokumen17 halaman
    K
    marindada
    Belum ada peringkat