1.4 Gangguan atau Masalah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Gangguan Cairan
a. Hipovolemi : Terjadi karena kekurangan pemasukan air atau
pengeluaran berlebihan.
Penyebab:
1) Muntah, diare berlebihan
2) Perdarahan
3) Demam
b. Hipervolemi : Terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam
proporsi isotonik sindrom ruang ke tiga berefek kekurangan vulume
cairan ekstrasel. Disebabkan karena infeksi trauma.
c. Dehidrasi : Terjadi jika ada kehilangan cairan tanpa di sertai
kehilangan elektrolit yang proporsional faktor resiko terjadinya
dehidrasi.
d. Edema :Akumulasi cairan abnormal di jaringan infertital atau rongga
tubuh.
Penyebab :
1) Peningkatan tekanan hidostatik.
2) Penurunan tekanan asmotik plasma.
3) Sumbatan imfalik.
4) Refensi urine.
5) Kerusakan pembuluh darah kapiler.
2. Gangguan Elektrolit
a. Hiponatremia : Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium
dalam plasma darah yang di tandai dengan mual,muntah dan diare.
b. Hipernatremia : Merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium
dalam plasma tinggi yang di tandai dengan mukosa kering.
Oliguria/anuria, turgor kulir buruk dan permukaan kulit membengkak,
kulit kemerahan,lidah kering dan kemerahan ,suhu badan naik.
c. Hipokalemia : Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.
Di tandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah,
tidak nafsu makan, muntah-muntah,perutnya kembung, denyut
jantungnya tidak beraturan.
d. Hiperkalemia : Merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium
dalam darah tinggi . di tandai dengan adanya mual,hiperaktivitas
sistem pencernaan, aritmia kelemahan, jumlah urine sedikit sekali,
diare, adanya kecemasan dan iritabilitas.
e. Hipokalsemia : Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma
darah ditandai dengan adanya kram otot, kram perut, kejang, bingung,
kesemutan pada jaridan sekitar mulut.
f. Hiperkalsemia : Merupakan suatu keadaan kelebihab kadar kalsium
dalam darah di tandai dengan adanya nyeri pada tulang,relaksasi otot,
batu ginjal,mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih
dari 4,3mEq/L.
g. Hipomagnesia : Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam
darah ditandai dengan adanya iritabilitas,tremor,kram pada kaki dan
tangan, lakikardi, hipertensi,kadar magnesium dalam darah kurang
dari 1,3 mEq/L.
h. Hipermagnesia : Merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium
dalam darah ditandai dengan adanya koma,gangguan pernafasan,dan
kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L. ( Hidayat, AAA dan Uliyah.
2011)
II. Rencana Asuhan Keperawatan dengan gangguan kebutuhan Cairan dan Elektrolit
2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau
resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
1. Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan penting untuk mengetahui klien yang
beresiko mengalami gangguan keseiombangan cairan dan elektrolit.
Pengkajian tersebut meliputi sebagai berikut :
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan parenteral), haluaran cairan.
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostasis cairan dan
elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (prilaku emosional).
Pengukuran Klinis
Pengukuran klinis sederhana yang dapat perawat lakukan tanpa instruksi
dari dokter adalah pengukuran tanda-tanda vital, penimbangan berat
badan, serta pengukuran asupan, dan haluran cairan.
a. Berat badan. Pengukuran berat badan dilakuakan disaat yang sam
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama. Peningkatan atau
penurunan 1 kg berat badan serta dengan penamabahan atau
pengeluaran satu liter cairan.
b. Tanda-tanda vital. Perubahan tanda-tanda vita (suhu, nadi, pernapasan,
dan tekanan darah serta tingkat kesadaran) bisa mendakan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolitt.
c. Asupan cairan. Asupan cairan meliputi cairan oral (NGT dan oral),
cairan pariental (obat-obat intravena), makanan yang mengandung air,
irigasi kateter. Kaji manifestasi pengukuran klinik melalui cairan
hipertonik adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya
melebihi cairan tubuh, contohnya larutan dekstrosa 5% dan NaCl
normal, dekstrosa 5% dalam RL, dekstrosa 5% dalam NaCl 0,45%.
Cairan hipotonik adalah cairan yang konsentrasi zat
terlarut/ kepekatannya kurang.
d. Haluaran cairan/kaji input output. Haluaran cairan meliputi urine
(volume, kepekatan), fases (jumlah, konsistensi), drainase, dan IWL.
e. Status hidrasi. Status hidrasi meliputi adanya edema, rasa haus yang
berlebihan, kekeringan pada membran mukosa.
f. Proses penyakit. Kondisi penyakit yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan dan elektrolit (misalnya deabetes melitus,
kanker, luka bakar, hematemesis, dan lain-lain).
g. Riwayat pengobatan. Obat-obat atau terapi yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan dan elektrolit (misalnya steroid, diuretik,
dialisis).
2. Pemeriksaan fisik
a. Integumen: turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani, dan sensai
rasa.
b. Kardiovaskular: distensi vena jugularis, tekanan darah, dan bunyi
jantung.
c. Mata: cekung, air mata kering.
d. Neurologi: refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal: mukosa mulut, mulut, lidah, bising usus.
3. Pemeriksaan labolatorium
a. Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel
darah merah, hemoglobin (Hb), dan hematokrit (Ht).
1) Ht naik: adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
2) Ht turun: adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
3) Hb naik: adanya hemokonsentrasi.
4) Hb turun: adanya perdarahan hebat, reaksi hemolitik.
b. Pemeriksaan elektrolit serum. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.
c. pH dan berat jenis urine. Berat jenis menunjukan kemampuan ginjal
untuk mengatur konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8
dan berat jenisnya 1,003-1,030.
d. Analisis gas darah. Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2,HCO3-
,PCO2 dan saturasi O2. Nilai PCO2 normal 35-40 mmHg, PO2 normal
80-100 mmHg, HCO3-normal 25-29 mEq/l. Sementara saturasi
O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen
yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95%-98%) dan
vena (60%-85%).
2.2 Diagnosa
1. Kekurangan Volume cairan
Berisiko mengalami dehidrasi vaskular, selular, atau intraselular.
a. Batasan karakteristik
1) Mayor
a) Ketidakcukupan asupan cairan per oral
b) Balans negatif antara asupan dan haluaran
c) Penurunan berat beban
d) Kulit/membran mukosa kering (turgor menurun)
2) Minor
a) Peningkaatan natrium serum
b) Penurunan haluaran urine atau haluaran urine berlebih
c) Urine pekat atau sering berkemih
d) Penurunan turgor kulit
e) Haus, mual/anoreksida
f. Rasional
1) Kondiasi dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus.
Akibatnya, haluaran urine tidak dapat membersihkan limbah secara
adekuat sehingga kadar BUN dan elektroit meningkat.
2) Pengukuran berat badan yang akurat dapat mendeteksi kehilangan
cairan.
3) Untuk memmantau berat badan secara efektif, penimbangan harus
dilakukan disaat yang sama dengan mengenakan pakaian yang
beratnya hampir sama.
4) Konsumsi gula, alkohol, dan kafein dalam jumlah besar dapat
meningkatakan produksi urine dan menyebabkan dehidrasi