Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Jerawat adalah suatu proses peradangan kronik kelanjar polisebasea

yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul dan nodul (Harper, 2007).

Beberapa mekanisme penyebab jerawat yaitu perubahan keratinisasi pada

folikel infundibulum, peningkatan ukuran kelenjar sebasea atau peningkatan

aktivitas kelenjar sebasea karena pengaruh hormonal, adanya

Propionibacterium acnes yang mengubah lipid dalam sebum menjadi asam

lemak yang proinflamasi serta adanya induksi inflamasi pada folikel rambut

(Robbins dan Cotran, 2005).

Pada saat ini digalakkan pencarian bahan alam sebagai bahan baku

obat. Kondisi ini mendorong untuk mendapatkan bahan alam untuk mengobati

jerawat. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan ialah Propolis.

Propolis atau lem lebah merupakan suatu bahan resin yang

dikumpulkan oleh lebah madu dari berbagai macam jenis tumbuhan. Salah

satu jenis lebah yang mampu menghasilkan propolis dalam jumlah banyak

yaitu jenis Trigona sp (Sabir, 2005). Propolis mengandung beberapa senyawa

seperti flavonoid, adenosin trifosfat, asam fosfat, asam amino, terpen dan

derivat asam sinamat. Senyawa flavonoid dapat menghambat pertumbuhan

bakteri P.acnes (Russo, Longo and Vanella, 2002). Menurut Praharini dkk

(2013), senyawa flavonoid memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan

bakteri P.acnes dengan beberapa mekanisme yang berbeda, antara lain


flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding bakteri,

mikrosom dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA

bakteri P.acnes.

Untuk efisiensi dan efektivitas penggunaan maka propolis dibuat

sediaan topikal, salah satu sediaan topikal adalah krim. Krim adalah sediaan

setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60%

dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Keuntungan sediaan bentuk krim

antara lain mudah diaplikasikan, nyaman digunakan pada wajah, tidak lengket

dan mudah dicuci dengan air (Sharon dkk, 2013). Penelitian yang dilakukan

oleh Manggau, Marianti (2016), diperoleh hasil bahwa krim propolis dapat

menghambat pertumbuhan P.acnes pada konsentrasi 5% ekstrak etanol

propolis dan memiliki diameter hambatan sebesar 13.72 mm dengan kontrol

negatif yaitu 7.25 mm.

Kestabilan krim dipengaruhi oleh emulgator, sumber emulgator berasal

dari alam dan sintetik. Ada beberapa emulgator yang sudah dipatenkan

diantaranya Novomer®. Novomer® terdiri atas air, acrylates, minyak mineral,

dan polisorbate-85 (The lubrizol corporation). Konsentrasi Novomer® yang

bisa digunakan adalah 1-4 %.

Syarat yang harus dipenuhi suatu sediaan emulsi yang baik adalah

stabil secara fisika. Ketidakstabilan emulsi terlihat dengan terjadinya kriming,

flokulasi, dan penggumpalan yang dapat juga disertai dengan pemisahan fase,

perubahan kekentalan emulsi, serta terjadinya inversi fase (Gennaro,1990).


I.2 Rumusan Masalah

Apakah krim dari ekstrak etanol Propolis lebah Apis trigona yang

diformulasikan menggunakan emulgator Novomer® memenuhi persyaratan

kestabilan fisik suatu krim ?

I.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa emulgator Novomer® dapat

memberikan kestabilan fisik pada krim ekstrak etanol Propolis lebah Trigona

Sp.

Anda mungkin juga menyukai