Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
jalapa berbunga putih, kita hanya memperhatikan satu sifat beda, yaitu
mengenai warna. Dipandang dari jumlah sifat beda ini, maka F1 sebagai hasil
kawin silang kita sebut suatu monohibrida. Dalam praktek, dua varietas itu
dapat mempunyai sifat beda lebih daripada satu, kecuali mengenai warna,
bunga dapat berbeda dalam bentuknya, demikian pula mengenai daun dan
bijinya. Maka hasil kawin silang antara dua varietas yang mempunyai 2, 3 atau
membentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang
pada piringan metafase meiosis pertama. Uji silang (test cross) adalah
fenotipe tipe keturunan yang dihasilkan oleh suatu uji silang mengungkapkan
jumlah macam gamet yang dibentuk oleh genotipe parental yang diuji. Bila
semua gamet individu diketahui, maka genotipe individu itu juga akan
menunjukkan bahwa ada satu pasang faktor yang memisah. Suatu uji silang
1
dihibrida menghasilkan ratio 1:1:1:1, menunjukkan bahwa ada dua pasang
kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau
polihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki 2 atau lebih karakter
2. Tujuan Eksperimen
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Persilangan dihibrida atau persilangan dengan dua sifat beda, melibatkan dua
pasang gen. Pada saat pembentukan gamet setiap pasangan gen akan memisah,
selanjutnya gen/alel yang telah memisah ini akan mengelompok dengan gen/alel
yang lain secara bebas. Oleh mendel hal ini disebut sebagai prinsip
bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas
dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini
dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang
memiliki satu atau lebih karakter yang berbeda. Dihibrid adalah hibrid dengan 2
sifat beda. Fenotif adalah penampakan atau perbedaan sifat dari suatu individu
mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah susunan atau
konstitusi genetik dari suatu individu yang ada hubungannya dengan fenotif;
biasanya dinyatakan dengan simbol atau tanda pertama dari fenotif. Oleh karena
individu itu bersifat diploid, maka genotif dinyatakan dengan huruf dobel,
misalnya AA, Aa, aa, AABB,dsb. Sebelum melakukan percobaan, harus diketahui
cara pewarisan sifat. Dua pasang yang diawasi oleh pasangan gen yang terletak
3
dengan menanam kacang ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula tanaman
galur murni yang memiliki biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan
tanaman galur murni yang memiliki biji keriput berwarna hijau, maka F1
seluruhnya berupa tanaman yang berbiji bulat berwarna kuning. Biji-biji dari
tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan tanaman yang tumbuh dibiarkan
kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji keriput berwarna kuning :
: 3 : 1 ).
Bila semua gamet individu diketahui, maka genotipe individu itu juga akan
menunjukkan bahwa ada satu pasang faktor yang memisah. Suatu uji silang
dihibrida menghasilkan ratio 1:1:1:1, menunjukkan bahwa ada dua pasang faktor
Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi
mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu sifat tetap ada dalam
populasi. Demikian juga akan dimengerti bagaimana pewarisan dua sifat atau
lebih Banyak sifat pada tanaman, binatang dan mikrobia yang diatur oleh satu
gen. Gen-gen dalam individu diploid berupa pasangan-pasangan alel dan masing-
masing orang tua mewariskan satu alel dari satu pasangan gen tadi kepada
4
keturunannya. Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua kepada
Mendel melakukan persilangan ini dan memanen 315 ercis bulat-kuning, 101
pasang faktor tidak bergantung pada distribusi pasangan yang lain. Hal ini dikenal
sebagai hukum pemilihan bebas . Ciri khas karya Mendel yang cermat ialah
bahwa ia lalu menanam semua ercis ini dan membuktikan adanya genotipe
terpisah di antara setiap ercis dengan kombinasi baru ciri-cirinya (Kimball, 1983).
ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk
dan warna biji. Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda
assortment of genes”. Atau pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini berlaku
ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-
masing kutub ketika meiosis. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna
kuning dan k untuk warna hijau. Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote
(BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1
berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka
tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina
dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat
5
kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara
fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi
baru (Gooddenough,1984).
pembuatan gamet. Dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing masing kutub
meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu
persilangan dari dua individu yang memiliki dua atau lebih karakter yang berdeba.
Hukum ini juga disebut hukum Asortasi. Hibrid adalah turunan dari suatu
persilangan antara dua individu yang secara genetik berbeda Persilangan dihibrid
yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum
pengelompokan gen secara bebasArti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh
9:3:3:1, ratio ini diperoleh oleh alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan
hubungan dominan dan resesif. Ratio ini dapat dimodifikasi jika atau kedua lokus
berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah
fenotipe dan genotipenya. Dua sifat beda yang dipelajari Mendel yaitu bentuk dan
warna kapri. Pada penelitian terdahulu diketahui bahwa biji bulat (W) dominan
terhadap biji berkerut (w), dan menghasilkan nisbah 3:1. Pada keturunan F2,
Mendel juga mendapatkan bahwa warna biji kuning (G) dominan terhadap biji
6
hijau (g), dan segregasi dengan nisbah 3:1. Persilangan kapri dihibrida berbiji
kuning bulat dan berbiji hijau berkerut menghasilkan nisbah fenotipe 9:3:3:1.
yang sama di antara 16 genotipe yang terlihat dalam segitiga Punnett (Crowder,
1999).
Menurut Goodenough (1984) mendel memperoleh hasil yang tetap sama dan
khatulistiwa metafase I dengan cara bebas dan tetap bebas selama meiosis.
kata lain, gen-gen yang tidak terpaut mengalami pemilihan bebas secara meiosis
hukum pilihan acak, yang menyatakan bahwa gen-gen yang menentukan sifat-
sifat yang berbeda dipindahkan secara bebas satu dengan yang lain, dan sebab itu
yang berisi bahwa “Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada
AaBb dalam proses pembentukan gamet alel A dapat bebas berpadu dengan B
atau b, juga a bebas memilih B atau b. Akibat perpaduan bebas ini maka setiap
7
jenis gamet yang terbentuk, yaitu AB, Ab, aB, dan ab akan mempunyai frekuensi
yang sama. Dalam kasus dihibrid akan mempunyai frekuensi masing-masing 0,25.
penggabungan bebas gamet - gamet dalam perkawinan maka dalam kasus alel
dengan munculnya turunan uji silang dengan perbandingan 1:1:1:1 untuk fenotipe
8
BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM
B. Langkah Kerja
40 BM
40 Bm X 40 BM
40 Bm
40 bM 40 bM
40 bm 40 bm
M M
B B
Genotif = MMBB
9
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
1. MM BB 10 Manis Bulat
2. MM Bb 21 Manis Bulat
3. MM bb 14 Manis Kisut
4. Mm BB 20 Manis Bulat
5. Mm Bb 30 Manis Bulat
6. Mm bb 19 Manis Kisut
7. mm BB 11 Asam Bulat
8. mm Bb 28 Asam Bulat
9. mm bb 7 Asam Kisut
Jumlah 160
B. Pembahasan
Jadi dari praktikum ini mebuktikan bahwa pada persilangan dihibrid juga
terjadi proses pemisahan gen yang sealel dimana yang awalnya induk jantan
asam kisut (mb) disilangkan dengan induk betina asam bulat ( mB) setelah
10
Dari pemisahan gen yang sealel ini mengakibatkan terjadinya pemasangan
Bulat : Asam Kisut, didapat rasio ideal 9 : 3 : 3 : 1 dan rasio praktikum jika
dperkecil adalah 9 : 3,6 : 4,3 : 0,7. Dari hasil yang didapatkan menunjukan jika
adanya hukum berpasangan secara bebas acak. Walaupun angka rasio fenotip
praktikum tidak sama persis dengan rasio fenotip pada percobaan mendel yaitu
9 : 3 : 3 : 1.
Rasio yang diperoleh dari praktikum ini jika dibandingkan dengan, rasio
idealnya yang fenotip diperoleh rasio fenotip Manis Bulat : Manis Kisut :
Asam Bulat : Asam Kisut, didapat rasio ideal 9:3:3:1 dan rasio praktikum 9 :
3,6 : 4,3 : 0,7 maka sebanarnya cukup mendekati walaupun tidak sama persis
dengan rasio ideal tapi praktikum ini sudah cukup membuktikan jika
pasangan alel bersegregasi secara bebas satu sama lain. Dengan kata lain maka
asalkan setiap gamet memiliki satu alel untuk setiap gen. Dalam contoh
sebanding MB, Mb, mB, mb. Dan jika sperma dari kempat kelas memfertilisasi
11
sel telur dari keempat kelas, maka akan menghasilkan kombinasi alel yang
dengan rasio perbandingan 9 : 3,6 : 4,3 : 0,7 yang hampir mendekati rasio
perbandingan dari Mendel yaitu 9:3:3:1. Maka pada praktikum ini dapat
pasangan alel bersegregasi secara bebas terhadap pasangan alel-alel lain selama
pembentukan gamet.
Dengan demikian hukum ini berlaku pada gen-gen (pasangan alel) yang
terletak pada kromosom yang berbeda. Artinya, pada kromosom yang tidak
homolog. Gen-gen yang terletak dekat satu sama lain pada kromosom yang
sifat yang lebih kompleks daripada yang diprediksikan oleh hukum pemilihan
bebas.
12
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
3. Dari hasil praktikum perbandingan dari keempat kelas yang didapat ialah 9
B. Saran
prosedur kerja serta saling bekerja sama antar anggota. Selain itu, diusahakan
13
LAMPIRAN
14