Anda di halaman 1dari 10

Laporan Tentang Koloid

Semester Genap Tahun Ajaran 2017/2018

Disusun Oleh
Claudya Rolen Magdalena
Emyliana Peny

Smk Kesehatan Widya Tanjungpinang


Jurusan Perawat

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Kimia, yaitu berjudul “ Penerapan Konsep
Sistem Koloid Dalam Dunia Industri dan Manfaat Koloid Dalam Dunia Industri”
tepat pada waktunya.
Dalam penulisan ini, penulis sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak
yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang kepada pihak-pihak yang telah membantu keberhasilan
jalannya tulisan ini.
Harapan penulis semoga laporan ini membantu menambah pengetauan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi
laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Laporan ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis
miliki sangat kurang, oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

2
Daftar Pustaka

Cover 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

BAB I Pendahuluan 4

1.1 Latar Belakang 4

BAB II Landasan Teori 5

2.1 Pengertian Sistem Koloid 5

2.2 Sifat-sifat Koloid 6

2.3 Cara Pembuatan Koloid 7

2.4 Jenis Koloid 7

BAB III Pembahasan Masalah 8

3.1 Penerapan Konsep Sistem Koloid Dalam Dunia Industri 8

BAB IV Penutup 9

4.1 Kesimpulan 9

4.2 Saran 9

Daftar Pustaka 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era globalisasi merupakan era atau zaman yang mengedepankan industri. Sehingga,
tidak mengherankan jika di era globalisasi ini, dunia industri berkembang semakin pesat. Hal
ini dapat dilihat dari menjamurnya berbagai macam perusahaan di bidang industri dewasa
ini.Perkembangan industri yang semakin pesat ini tidak lepas dari dukungan berbagai faktor,
seperti sumber daya alam (S D A), sumber daya manusia (S D M), serta ilmu pengetahuan
dan teknologi (I P T E K). Dengan perpaduan ketiga faktor di atas yang bekerja secara
sinergis dan continue, maka akan dapat menciptakan suatu kemajuan yang tentunya akan
berimbas pada tingkat kesejahteraan masyarakat.
Industri yang berkembang saat ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai ilmu
pengetahuan. Salah satu contoh industri yang ada adalah industri cat. Dalam industri cat ini,
salah satu cabang ilmu pengetahuan yang digunakan adalah ilmu kimia. Cabang ilmu kimia
yang diaplikasikan dalam industri cat adalah penerapan konsep sistem koloid. Dimana, dalam
cat ini ada 2 (dua) fase zat yang bercampur menjadi satu. Partikel-partikel yang bercampur
tidak dapat diamati dengan mata telanjang, melainkan harus menggunakan suatu alat bantu
yang berupa mikroskop ultra[1]. Dalam hal ini, fase zat yang terdispersi adalah zat padat dan
zat cair sebagai medium pendispersinya. Pada pencampuran dua zat yang berbeda fase ini
tidak terjadi pengendapan. Sehingga konsep sistem koloid ini sangat tepat digunakan dalam
industri cat.
Lebih jauh, konsep sistem koloid yang diterapkan dalam dunia industri tidak hanya
sebatas zat padat yang terdispersi dalam medium pendispersi yang berupa zat cair. Berbagai
jenis sistem koloid telah diterapkan di dunia industri dan hasilnya terciptalah berbagai produk
industri yang bisa dinikmati, seperti susu, kerupuk, mentega, dan lain sebagainya. Jadi sistem
koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Dalam dunia industri, kadangkala dijumpai suatu bahan yang tidak dapat larut dalam
suatu pelarut. Oleh karena itu, untuk membuat bahan tersebut stabil (dapat larut)
diterapkanlah konsep sistem koloid ini. Hal ini karena koloid mempunyai gerak Brown. Sifat
inilah yang menyebabkan suatu bahan yang tidak stabil menjadi stabil. Karena partikel-
partikel bergerak terus-menerus, maka partikel-partikel koloid dapat mengimbangi gaya
grafitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi (pengendapan). Sehingga, pembelajaran dan
pemahaman mengenai berbagai jenis sistem koloid, khususnya yang diaplikasikan dalam
dunia industri sangat diperlukan untuk menunjang kemajuan dunia perindustrian.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sistem Koloid


Nama koloid untuk pertama kali diberikan oleh Thomas Graham pada tahun 1861.
Istilah koloid berasal dari bahasa Yunani, yaitu kolla yang berarti lem dan oid yang berarti
seperti. Secara harfiah, koloid dapat diartikan seoerti lem. Karena, koloid diibaratkan seperti
lem dalam hal kemampuan difusinya.Nilai difusi koloid sama rendahnya dengan lem. .
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar
secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran
homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut
bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran
yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan
hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak
sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa
diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid
adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain
tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan
juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi
atau solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam.
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat
yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100
nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak
terpengaruh oleh gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi
pengendapan, misalnya.
Secara sepintas, koloid hampir sama dengan larutan. Namun, untuk membuktikan
apakah suatu campuran itu dapat digolongkan koloid atau bukan, maka diperlukan suatu alat
bantu, yaitu mikroskop ultra karena ukuran Berdasarkan tabel di atas, koloid terdiri dari dua
fase zat. Salah satu zat bersifat continue dan yang lain bersifat discontinue (terputus-putus).
Selanjutnya, fase continue disebut sebagai medium dispersi dan zat yang berfase discontinue
disebut sebagai zat terdispesi.

5
2.2 Sifat-sifat Koloid
Berikut ini merupakan sifat-sifat dari koloid antara lain sebagai berikut :
1. Efek Tyndall
Cara yang paling mudah untuk membedakan suatu campuran merupakan larutan,
koloid, atau suspensi adalah menggunakan sifat efek Tyndall . Jika seberkas cahaya
dilewatkan melalui suatu sistem koloid, maka berkas cahaya tersebut kelihatan dengan jelas.
Hal itu disebabkan penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid. Gejala seperti itulah
yang disebut efek Tyndall koloid.
Istilah efek Tyndall didasarkan pada nama penemunya, yaitu John Tyndall (1820-1893)
seorang ahli fisika Inggris. John Tyndall berhasil menerangkan bahwa langit berwarna biru
disebabkan karena penghamburan cahaya pada daerah panjang gelombang biru oleh partikel-
partikel oksigen dan nitrogen di udara. Berbeda jika berkas cahaya dilewatkan melalui
larutan, nyatanya berkas cahaya seluruhnya dilewatkan. Akan tetapi, jika berkas cahaya
tersebut dilewatkan melalui suspensi, maka berkas cahaya tersebut seluruhnya tertahan dalam
suspensi tersebut.
2. Gerak Brown
Dengan menggunakan mikroskop ultra (mikroskop optik yang digunakan untuk
melihat partikel yang sangat kecil) partikel-partikel koloid tampak bergerak terus-menerus,
gerakannya patah-patah (zig-zag), dan arahnya tidak menentu. Gerak sembarang seperti ini
disebut gerak Brown. Gerak Brown ditemukan oleh seorang ahli biologi berkebangsaan
Inggris, Robert Brown ( 1773 – 1858), pada tahun 1827.
Gerak Brown terjadi akibat adanya tumbukan yang tidak seimbang antara partikel-partikel
koloid dengan molekul-molekul pendispersinya. Gerak Brown akan makin cepat, jika
partikel-partikel koloid makin kecil. Gerak Brown adalah bukti dari teori kinetik molekul.
3. Elektroforesis
Koloid ada yang netral dan ada yang bermuatan listrik. Bagaimana mengetahui suatu
koloid bermuatan listrik atau tidak? Dan mengapa koloid bermuatan listrik?
Jika partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik, berarti partikel koloid
tersebut bermuatan listrik. Jika sepasang elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid,
partikel koloid yang bermuaran positif akan menuju elektrode negatif (katode) dan partikel
koloid yang bermuatan negatif akan menuju elektrode positif (anode). Pergerakan partikel-
partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode disebut elektroforesis . Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa elektroforesis dapat digunakan untuk
menentukan jenis muatan koloid.
Pada sel elektroforesis, partikel-partikel koloid akan dinetralkan muatannya dan
digumpalkan di bawah masing-rnasing elektrode. Di samping untuk menentukan muatan
suatu partikel koloid, elektroforesis digunakan pula dalam industri, misalnya pembuatan
sarung tangan dengan karet. Pada pembuatan sarung tangan ini, getah karet diendapkan pada
cetakan berbentuk tangan secara elektroforesis. Elektroforesis juga digunakan untuk
mengurangi pencemaran udara yang dikeluarkan melalui cerobong asap pabrik. Metode ini
pertama-tama dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877 - 1948) dari Amerika Serikat.

6
Metode ini dikenal dengan metode Cottrell . Cerobong asap pabrik dilengkapi dengan suatu
pengendap listrik (pengendap Cottrell), berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik
yang akan menggumpalkan partikel-partikel koloid dalam asap buangan.
4. Absorpsi
Suatu partikel koloid akan bermuatan listrik apabila terjadi penyerapan ion pada
permukaan partikel koloid tersebut. Contohnya, koloid Fe(OH) 3 dalam air akan menyerap
ion H + sehingga bermuatan positif, sedangkan koloid As 2 S 3 akan menyerap ion-ion negatif.
Kita tahu bahwa peristiwa ketika permukaan suatu zat dapat menyerap zat lain
disebut absorpsi . Berbeda dengan absorpsi pada umumnya, penyerapan yang hanya sampai
ke bagian dalam di bawah permukaan suatu zat, suatu koloid mempunyai kemampuan
mengabsorpsi ion-ion. Hal itu terjadi karena koloid tersebut mempunyai permukaan yang
sangat luas.

2.3 Cara pembuatan Koloid


1. Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi
partikel koloid. Cara ini dapat diliakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi
redoks, hidrolisis, dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.

2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi
dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara
busur Bredig).
Cara Dispersi
Prinsip : Partikel Besar —————-> Partikel Koloid

2.4Jenis jenis koloid


Sistem dispersi koloid dapat terjadi dari dispersi zat padat, zat cair, atau zat gas ke
dalam zat pendispersi dalam fase padat, cair, atau gas. Gas yang terdispersi dalam gas tidak
disebut koloid karena selalu bersifat homogen (menghasilkan larutan, bukan koloid).
Sistem koloid diberi nama berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya.
1. Koloid Sol
Koloid sol merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi padat.
2. Koloid Emulsi
Koloid emulsi merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi cair.
3. Koloid Buih
Koloid buih merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi gas

7
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Penerapan Konsep Sistem Koloid Dalam Dunia Industri


Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan larutan yang komposisinya
(susunannya) merata dan stabil (tidak memisah jika didiamkan). Dari contoh-contoh koloid
yang telah disebutkan, kita dapat melihat kecenderungan industri membuat produknya dalam
bentuk koloid. Misalnya, industri kosmetik, industri makanan, industri farmasi, dan lain-lain.
Mengapa harus koloid? Hal ini dilakukan karena koloid merupakan satu-satunya cara untuk
menyajikan suatu campuran dari zat-zat yang tidak saling melarutkan secara "homogen" dan
stabil (pada tingkat mikroskopis). Cat, sebagai contoh, mengandung pigmen yang tidak larut
dalam air atau medium cat, tetapi dengan sistem koloid dapat dibuat suatu campuran yang
"homogen" (merata) dan stabil. Koloid juga sangat diperlukan dalam industri cat, keramik,
plastik, tekstil, kertas, karet, lem, semen, tinta, kulit, film foto, bumbu selada, mentega, keju,
makanan, kosmetika, pelumas, sabun, obat semprot insektisida, detergen, selai, gel, perekat,
dan sejumlah besar produk-produk industri lainnya.
Berbagai jenis sistem koloid diterapkan di dalam dunia industri, yaitu sebagai berikut:
1. Industri kosmetika
Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream dan deodorant berbentuk koloid dan
umumnya sebagai emulsi.
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-
sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat
pengemulsi (emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai
emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan
dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat
disebut krimia
2. Industritekstil
Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya serapnya terhadap
zat warna dapat menggunakan zat warna koloid karena memiliki daya serap yang tinggi
sehingga melekat pada tekstil.
Industri sabun dan deterjen
Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak)
dengan air.
3. Cotrell Pabrik Industri.
Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik, digunakan suatu alat
yang disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk menyerap partikel-partikel koloid yang terdapat
dalam gas buangan yang keluar dari cerobong asap pabrik
4. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat, lumpur,
dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya
layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat

8
dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2(SO4)3). Ion Al3+ yang
terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang
bermuatan positif melalui reaksi:

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan:
· Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat
yang bersifat homogen.
· Sistem Koloid ada tiga jenis, yaitu:
Koloid Sol, Koloid Emulsi, Koloid Buih
4.2 Saran
Koloid merupakan hal yang penting dalam industri, karna sangat banyak digunakan
dalam industri, sebagai contoh yaitu untuk pembuatan kosmetik, pembuaatan makanan,
pembuatan pupuk dll. Oleh sebab itu saya sebagai penulis mengharapkan agar kita semua
untuk mempelajari tentang koloid supaya wawasan kita semakin bertambah dan
mempermudah kita dalam berkehidupan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sudarmo Unggul. 2005. Kimia untuk SMA kelas XI seri SMS. Surakarta: Erlangga
Purba, Michael. 2007. Kimia 2B untuk SMA Kelas XI, semester 2. Jakarta: Erlangga.
Pratiwi, Dra. D.A., dkk. 2007. Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://sistemkoloid11.blogspot.com/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/koloid/
http://sahri.ohlog.com/komponen-dan-pengelompokkan-sistem koloid.
http://kylite.blogspot.com/2010/10/koloid.html
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007

10

Anda mungkin juga menyukai