Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang
utama. Salah satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab
infeksi susunan saraf pusat adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain.
Meningitis merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian berkisar antara 18-
40% dan angka kecacatan 30-50%.
Bakteri penyebab meningitis ditemukan di seluruh dunia, dengan angka
kejadian penyakit yang bervariasi. Di Indonesia, dilaporkan bahwa Haemophilus
influenzae tipe B ditemukan pada 33% diantara kasus meningitis.
Pada penelitian lanjutan, didapatkan 38% penyebab meningitis pada anak
kurang dari 5 tahun. Di Australia pada tahun 1995 meningitis yang disebabkan
Neisseria meningitidis 2,1 kasus per 100.000 populasi, dengan puncaknya pada
usia 0 – 4 tahun dan 15 – 19 tahun . Sedangkan kasus meningitis yang disebabkan
Steptococcus pneumoniae angka kejadian pertahun 10 – 100 per 100.000 populasi
pada anak kurang dari 2 tahun dan diperkirakan ada 3000 kasus per tahun untuk
seluruh kelompok usia, dengan angka kematian pada anak sebesar 15%, retardasi
mental 17%, kejang 14% dan gangguan pendengaran 28%.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi meningitis?
2. Bagaimana klasifikasi meningitis?
3. Apa etiologi meningitis?
4. Bagaimana patofisiologi meningitis?
5. Bagaimana pathway meningitis?
6. Bagaimana gambaran klinik meningitis?
7. Bagaimana penatalaksanaan meningitis?
8. Bagaimana asuhan keperawatan meningitis?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi meningitis.
2. Mengetahui klasifikasi meningitis.
3. Mengetahui etiologi meningitis.
4. Mengetahui patofisiologi meningitis.
5. Mengetahui pathway meningitis.

1
6. Mengetahui gambaran klinik meningitis.
7. Mengetahui penatalaksanaan meningitis.
8. Mengetahui asuhan keperawatan meningitis?
D. Metode penulisan
Metode penulisan yang digunakan pada penyusunan makalah ini adalah
dengan menggunakan metode penulisan studi pustaka. Yang mana penulisan
makalah ini berdasarkan referensi buku-buku dan penelusuran internet pada situs-
situs yang dapat dipercaya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Meningitis adalah Peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal
dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat
(yuliani, 2010).
Meningitis adalah peradangan pada susunan saraf, radang umum pada
araknoid dan piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, rikersia atau protozoa, yang
dapat terjadi secara akut dan kronis (arif mansjoer, 2010).
Mmeningitis adalah peradangan selaput, semsum tulang belakang, atau
keduanya penyebabnya adalah bakteri atau virus, miningitis sering didahului oleh
infeksi pernafasan, tenggorok atau tanda dan gejala flulike. Sejumlah kuman
neisseria meningitidis merupakan penyebab meningitis yang sering. Penyakit ini
mempunyai insiden tertingi pada anak dibawah usia 5 th, dengan puncak insidensi
pada anak usia 3-5 bulan. Bentuk meningitis yang berat, yaitu meningokoksemia
yang memiliki serangan cepat dan dapat menyebabkan kematian. Tanda dan gejala
meliputi demam tinggi, letargi, menggigil, dan timbul ruam pada kulit (kathleen,
2008).
Jadi meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau
semua apisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang
belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh
bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.
B. Klasifikasi
1. Meningitis bakterial
Melalui invasi langsung atau invasi tidak langsung dan infeksi pada lokasi
tubuhyang lain (gigi, sinus , paru , tonsil)
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
3. Meningitis Virus (Meningitis aseptic)

3
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa
sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi
awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar
kesistem saraf pusat melalui sistem vaskuler. Ini terjadi pada penyakit yang
disebabkan oleh virus spt: campak, mumps, herpes simplek dan herpes zoster.
Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel sehingga sell cepat
mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atau
neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan
neurologic.
4. Meningitis Jamur
Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf
pusat pada klien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari
system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi Respon
inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya sistem imun antara
lain: bisa demam/tidak, sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya status
mental.
C. Etiologi
1. Bakteri : Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
2. Faktor predisposisi : jenis kelamin, laki-laki lebih sering dibandingkan dengan
wanita.
3. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan.
4. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin, anak
yang mendapat obat-obat imunosupresi.
5. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan.
D. Patofisiologi
Meningitis terjadi akibat masuknya bakteri ke ruang subaraknoid, baik
melalui penyebaran secara hematogen, perluasan langsung dari fokus yang
berdekatan, atau sebagai akibat kerusakan sawar anatomik normal secara
konginetal, traumatik, atau pembedahan. Bahan-bahan toksik bakteri akan

4
menimbulkan reaksi radang berupakemerahan berlebih (hiperemi) dari pembuluh
darah selaput otak disertai infiltrasi sel-sel radang dan pembentukan eksudat.
Perubahan ini terutama terjadi pada infeksi bakteri streptococcus pneumoniae dan
H. influenzae dapat terjadi pembengkakan jaringan otak, hidrosefalus dan infark
dari jaringan otak.
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis
yang dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan
peningkatan TIK. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah hiperemi pada
meningen. Edem dan eksudasi yang kesemuanya menyebabkan peningkatan
intrakranial. (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed.2, 2015)
E. Pathway

F. Gambaran klinik
1. Neonatus
a. Suhu di bawah normal
b. Pucat

5
c. Demam, biasanya derajat rendah
d. Rewel,muntah,kejang
e. Kurang makan dan/atau mengisap
f. Diare
g. Peningkatan sekresi hormon SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic
Hormone)
h. Tonus buruk
i. Muntah
j. Kejang
2. Bayi dan Anak Kecil
a. Anoreksia, rewel
b. Pucat, mual muntah, makin sering menangis, minta di gendong
c. Peningkatan tekanan intrakranial
d. Peningkatan lingkar kepala
e. Kejang
3. Anak yang Lebih Besar
a. Sakit kepala, demam
b. Muntah, pucat, rewel
c. Kaku kuduk tulang belakang
d. Syok
e. Kejang
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
b. Steroid untuk mengatasi inflamasi
c. Antipiretik untuk mengatasi demam
d. Antikonvulsant untuk mencegah kejang
e. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
Dipertahankan
f. Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton)
g. Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti
asering atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui
penurunan berat badan anak atau tingkat dehidrasi. Ini diberikan karena
anak yang menderita meningitis sering datang dengan penurunan kesadaran

6
karena kekurangan cairan akibat muntah, pengeluaran cairan melalui proses
evaporasi akibat hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat
kesadaran yang menurun.
h. Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal
diberikan diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena.
Setelah kejang dapat diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis awal
pada neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan yang
lebih 1 tahun 75 mg. Untuk rumatannya diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg
BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian diberikan selama 2 hari. Sedangkan
pemberian fenobarbital 2 hari berikutnya dosis diturunkan menjadi 4-5
mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian. Pemberian diazepam selain
untuk menurunkan kejang juga diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh
karena selain hasil toksik kuman peningkatan suhu tubuh juga berasal dari
kontraksi otot akibat kejang.
i. Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan
suara, cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat
membangkitkan kejang pada anak karena peningkatan rangsangan
depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat.
j. Pembebasan jalan nafas dengan menghisap lendir melalui suction dan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan
pembebasan jalan nafas dipadu dengan pemberian oksigen untuk
mensupport kebutuhan metabolisme yang meningkat selain itu mungkin
juga terjadi depresi pusat pernafasan karena peningkatan tekanan
intrakranial sehingga perlu diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang
lebih mudah masuk ke saluran pernafasan. Pemberian oksigen pada anak
dengan meningitis dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa tinggi melalui
masker oksigen.
k. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
Antibiotik yang sering dipakai adalah ampisillin dengan dosis 300-
400mg/KgBB dibagi dalam 6 dosis pemberian secara intrevena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam 4 dosis
pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur dari
pembelian cairan serebrospinal melalui lumbal fungtio.
2. Penatalaksanaan di Rumah

7
a. Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu
panas dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi
mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang cukup karena anak yang
menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobik yang praktis
membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang cukup
oksigen juga berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat berfungsi
dengan baik. Adapun lingkunganyang panas selain mempersulit
perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat terjadi sebaliknya kadang
anak yang justru menerima paparan sinar dari lingkungan.
b. Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi
kepala miring hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari
tertekuknya jalan nafas sehingga mengganggu masuknya oksigen ke saluran
pernafasan.
c. Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam.
Kompres ini berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi.
Perpindahan panas anak supaya dapat lebih efektif dipadukan dengan
pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh anak mudah berpindah
ke lingkungan.
d. Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak).
Untuk patokan umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1
tahun 60 – 120 mg, 1-5 tahun 120-150 mg, 5 tahun ke atas 250-500 mg
yang diberikan rata-rata 3 kali sehari.
e. Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata
kebutuhan 30-40 cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk
mengganti cairan yang hilang karena peningkatan suhu tubuh juga
berfungsi untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuhyang sebagian besar
komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan minuman hangat dapat
membantu mengencerkan sekret yang kental pada saluran pernafasan.
H. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma riwayat
pembedahan pada otak, cedera kepala
2. Pada neonatus : kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks menghisap
kurang, muntah dan diare, tonus otot kurang, kurang gerak dan menagis lemah

8
3. Pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah
yang diikuti dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan
teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak,
penurunan kesadaran, kaku kuduk, opistotonus, tanda kernig dan Brudzinsky
positif, reflex fisiologis hiperaktif, petchiae atau pruritus.
4. Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya demam, malas
makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dangan merintih, ubun-
ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.
Pemeriksaan Penunjang
1. Lumbal Pungsi:
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan
protein, cairan serebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
TIK.
2. Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan
protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis
bakteri.
3. Glukosa & dan LDH : meningkat.
4. LED/ESRD: meningkat.
5. CT Scan/MRI: melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom, hemoragik.
6. Rontgent kepala: mengindikasikan infeksi intrakranial.
7. Kultur Darah dan Kultur Swab Hidung dan Tenggorokan

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan


intrakranial
Tujuan :
- Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
- Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Rasa sakit kepala berkurang
- Kesadaran meningkat

9
- Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat.

INTERVENSI RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan Perubahan pada tekanan intakranial akan
posisi tidur terlentang dapat meyebabkan resiko untuk
tanpa bantal terjadinya herniasi otak
Monitor tanda-tanda status Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt
neurologis dengan GCS.
Monitor tanda-tanda vital Pada keadaan normal autoregulasi
seperti TD, Nadi, Suhu, mempertahankan keadaan tekanan darah
Resoirasi dan hati-hati sistemik berubah secara fluktuasi.
pada hipertensi sistolik Kegagalan autoreguler akan
menyebabkan kerusakan vaskuler
cerebral yang dapat dimanifestasikan
dengan peningkatan sistolik dan diiukuti
oleh penurunan tekanan diastolik.
Sedangkan peningkatan suhu dapat
menggambarkan perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan
IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi
terutama pada pasien yang tidak sadar,
nausea yang menurunkan intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan
muntah, batuk. Anjurkan intrakranial dan intraabdomen.
pasien untuk Mengeluarkan napas sewaktu bergerak
mengeluarkan napas atau merubah posisi dapat melindungi
apabila bergerak atau diri dari efek valsava
berbalik di tempat tidur.
Kolaborasi
Berikan cairan perinfus Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler
dengan perhatian ketat. dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan
dan cairan dapat menurunkan edema

10
cerebral
Monitor AGD bila diperlukan Adanya kemungkinan asidosis disertai
pemberian oksigen dengan pelepasan oksigen pada tingkat
sel dapat menyebabkan terjadinya
iskhemik serebral
Berikan terapi sesuai advis
dokter seperti: Steroid, Terapi yang diberikan dapat menurunkan
Aminofel, Antibiotika. permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunkan metabolik sel / konsumsi dan
kejang.

2. Nyeri sehubungan dengan adanya iritasi lapisan otak


Tujuan:
- Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol
Kriteria hasil:
- Pasien dapat tidur dengan tenang
- Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.
INTERVENSI RASIONALISASI
Mandiri
Pantau berat ringan nyeri yang Mengetahui tingkat nyeri yang
dirasakan dengan dirasakansehingga memudahkan
menggunakan skala nyeri pemberian intervensi
Pantau saat muncul awitan nyeri Menghindari pencetus nyeri merupakan
salah satu metode distraksi yang
efektif
Usahakan membuat lingkungan Menurukan reaksi terhadap rangsangan
yang aman dan tenang ekternal atau kesensitifan terhadap
cahaya dan menganjurkan pasien
untuk beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala Dapat menyebabkan vasokontriksi
dan kain dingin pada mata pembuluh darah otak
Lakukan latihan gerak aktif atau Dapat membantu relaksasi otot-otot yang

11
pasif sesuai kondisi dengan tegang dan dapat menurunkan rasa
lembut dan hati-hati sakit / disconfort
Kolaborasi
Berikan obat analgesic Mungkin diperlukan untuk menurunkan
rasa sakit. Catatan: Narkotika
merupakan kontraindikasi karena
berdampak pada status neurologis
sehingga sukar untuk dikaji.

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


Tujuan:
- Suhu tubuh klien menurun dan kembali normal.
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C

INTERVENSI RASIONALISASI
Ukur suhu badan anak setiap 4 jam suhu 38,9 – 41,1 menunjukkan proses
penyakit infeksius
Pantau suhu lingkungan Untuk mempertahankan suhu badan
mendekati normal
Berikan kompres hangat Untuk mengurangi demam dengan
proses konduksi
Berikan selimut pendingin Untuk mengurangi demam lebih dari
39,5 0C
Kolaborasi dengan tim medis : Untuk mengurangi demam dengan
pemberian antipiretik aksi sentralnya di hipotalamus

Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan sesuai dengan intervensi yang sudah ditetapkan (sesuai dengan literature).

12
Evaluasi
Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus pada
criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pedoman pembuatan SOAP, atau
SOAPIE pada masalah yang tidak terselesaikan atau teratasi sebagian.

Asuhan Keperawatan pada Tn.D dengan Penyakit Meningitis


Kasus
Tn.A (30) datang ke RS. Respati diantar keluarga dengan keluhan sakit kepala (pada
bagian frontal), kaku leher dan demam tinggi sejak satu minggu yang lalu .Istri klien
mengatakan bahwa klien sering mengalami kejang-kejang kurang lebih 30 detik. Istri
klien juga mengatakan suaminya juga sering mengeluh sulit tidur ketika hendak tidur.
Hal ini membuat klien terlihat lemah dan juga lemas .
Dari hasil pemeriksaan fisik terdapat tanda krenik (+), tanda brudnizki (+).
Ekstrimitas teraba dingin dan terdapat benjolan pada leher bagian dextra TD: 150/80
S: 37,90C , N : 60x/mnt RR: 28x/mnt. Pada hasil CT scan menunjukan terdapat
edema kepala pada bagian parietal. Setelah dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan
juga lumbal pungsi, dokter menyatakan bahwa pasien mengalami Meningitis
Terapi yang diberikan pasien dirumah sakit antara lain:
- Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis,
- Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam,
- Parasetamol 10 mg/kgBB/dosis.
- Oksigen 5 liter (canul nasal)
- RL 500 ml (20tpm)
Pengkajian

A. Pengkajian Keperawatan
Nama Perawat : Perawat C
Tanggal Pengkajian : 20 November 2015
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
1. Biodata
a. Pasien
Nama : Tn.D
Umur : 10 tahun
Pendidikan : SD

13
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Status :-
Alamat : Klodokan, Yogyakarta
Suku/Bangsa : Indonesia

b. Penanggung
Nama : Ny. W
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Alamat : Klodokan, Yogyakarta
Hubungan dengan : Ibu

2. Keluhan Utama :
Tn.D mengatakan merasa nyeri dibagian kepala
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang:
Klien mengatakan bahwa sudah satu minggu mengalami nyeri dibagian
kepala, selain itu juga terasa kaku dibagian leher klien. Klien juga sudah
demam selama satu minggu. Sebelumnya klien sudah minum obat untuk
menurunkan demamnya tapi demamnya tidak mau turun. Suhu klien saat
diperiksa 38.90C. istri klien juga mengatakan bahwa klien sering mengeluh
sulit tidur karena nyeri yang sering ia rasakan. Istri klien mengatakan bahwa
di bagian leher kiri klien terdapat benjolan yang sudah lama (± 1 bulan)
awalnya klien merasa biasa saja dengan benjolannya, namun lama kelamaan
klien merasa risih dengan benjolannya. Dari ahri ke hari menjolan tersebut
semankin membesar. Ukuran benjolan ± 4 cm . akhirnya klien dibawa ke
rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Klien masuk di bangsal Melati
dan mendapat terapi RL 500 ml (20 tpm)

14
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Ibu klien mengatakan bahwa sewaktu berumur 8 tahun, klien pernah
mengalami Herpes Zoster selama satu minggu , dan sempat dirawat di rumah
sakit. Namun penyakitnya sudah sembuh
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu klien mengatakan bahwa di anggota keluarganya tidak ada yang
mengalami hal seperti Tn.D
4. Genogram

Keterangan :

Pria wanita Pasien yang teridentifikasi Meninggal

Menikah Anak kandung Tinggal serumah

5. Pola Pengkajian Gordon


1. Aktivitas dan latihan : Sebelum sakit Tn.D mengatakan untuk aktivitasnya
dapat dilakukan dengan baik dan secara mandiri namun sejak ia masuk rumah
sakit aktivitasnya dibantu oleh keluarga karena tubuh klien yang lemas. Pada
saat dikaji pasien terlihat malaise.

15
Tabel : Aktivitas klien selama di rumah sakit
No Jenis Aktivitas 0 1 2 3 4
1 Makan 
2 Minum 
4 Toileting 
5 Berpakaian 
6 Berpindah 

Keterangan :
0 : Dilakukan secara mandiri
1: Dilakukan dengan bantuan alat
2: dilakukan dengan bantuan keluarga
3: Dilakukan dengan bantu alat dan keluarga
4: Total ketergantungan

2. Tidur dan Istirahat : Sebelum sakit Tn.D mengatakan bahwa ia biasanya tidur
siang ± 30 menit – 1 jam , sementara untuk istirahat malam ± 5-6 jam. Nn.H
mengatakan tidak ada gangguan ketika hendak istirahat. Namun sejak dirawat
di rumah sakit ia mengatakan sulit tidur karena merasa nyeri, sehingga pada
siang hari pasien terlihat lemas. Keluarga klien mengatakan suaminya sulit
tidur ketika hendak tidur. Konjungtiva pucat

3. Kenyamanan dan Nyeri: Klien mengatatakan bahwa mengalami nyeri di


bagian kepala (frontalis)
P : Nn.H mengatakan nyerinya muncul sejak ia
Q : Kualitas nyeri klien tajam seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri dirasakan di area kepala bagian frontalis
S : Skala nyeri 8 (antara 1-10)
T : Nyeri muncul secara tiba-tiba dengan durasi ± 30 detik

4. Nutrisi : Sebelum sakit Tn.D mengatakan untuk makan, ia makan 3 kali sehari
dengan teratur. Makanan yang biasa dimakan yaitu: nasi, sayur dan juga
daging. Makanan favorit klien yaitu kerupuk dan juga gorengan. Selama sakit
klien kurang nafsu makan sehingga klien terlihat kurang bersemangat.
Meskipun begitu, klien bisa menghabiskan ½ porsi makan yang diberikan tim

16
gizi. Pemeriksaan status gizi berdasarkan antropometri A= BB: 70 kg, TB: 171
cm, IMT: 23 %, B, Leukosit 15.000 103/ul , lemah otot.

5. Cairan, Elektrolit dan Asam Basa : Nn.H mengatakan bahwa sebelum sakit ia
mengkonsumsi air 3-4 gelas sedang per hari ( ± 1000-1200 ml ) dengan jenis
minuman yaitu air putih. Sejak dirumah sakit klien hanya minum 3 gelas air
sehari (± 1200 ml) Turgor kulit baik dan terpasang cairan infus jenis RL 500 ml
(20 tpm)

6. Oksigenasi : Klien mengatakan tidak ada masalah berkaitan dengan pernapasan


namun sejak sakit klien terkadang sesak napas jika melakukan aktivitas berat
seperti berlari atau menaiki tangga. RR klien meningkat pada saat dikaji
(28x/mnt). Klien terpasang oksigen 5 liter menggunakan canul nasal

7. Eliminasi Bowel : Nn.H mengatakan bahwa sebelum sakit BAB-nya lancar,


± 1 kali sehari. Nn.H juga mengatakan tidak mengalami masalah saat BAB
seperti diare maupun konstipasi. Namun sejak sakit klien mengatakan agak sulit
BAB dan kadang sampai 2 hari sekali BAB

8. Eliminasi Urin : Sebelum sakit, klien mengatakan tidak mengalami masalah


pada saat BAK. Nn.H mengatakan ia BAK ± 4-5 kali dalam sehari. Selama di
rumah sakit klien juga tidak mengeluhkan mengenai masalah BAK. Pada saat
dikaji pasien terpasang kateter

9. Sensori, Persepsi dan Kognitif : Klien mengatakan untuk masalah sensori dan
persepsi tidak terdapat gangguan. Namun pada penglihatan klien agak menurun
karena klien merasa nyeri jika membuka mata

6. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum :
Kesadaran : Apatis
GCS : E= 3 V= 5 M= 6 (Total 14 )
Vital Sign : TD : 150/80 mmHg

17
Nadi : Frekuensi : 60 x/mnt
Irama : Reguler
Kekuatan : lemah
Respirasi : Frekuensi : 28 x/mnt
Irama : Irreguler
Suhu : 38,90 C
2) Kepala :
Kulit kepala : Bentuk kepala mesosepalus, terdapat pembengkakan di daerah
parietal
Rambut : Warna rambut hitam merata, rambut sedikit rontok
Muka : Bentuknya simetris, tidak ada kelainan bentuk wajah.
Mata : Konjungtiva anemis, sclera normal, pupil isokor, palpebra normal
Hidung : Bentuk simetris, tidak ada septum deviasi, tidak terdapat polip.
Keadaan hidung bersih
Mulut : Keadaan mulut bersih, tidak ada karies gigi ataupun gigi yang
tanggal
Telinga : Simetris, tidak ada serumen dan luka
3) Leher : bentuk tidak simetris krena terdapat pembesaran kelenjar limfe

bagian dekstra
4) Dada : bentuk simetris, tidak terdapat pembesaran liver atau splenomegali
a) Pulmo : Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan ataupun bekas luka.
Palpasi : fremitus taktil tidak seirama seirama
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : trakelal
b) Cor: Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan, bekas luka.
Palpasi : ictus cordis : ICS V midclavicle sinistra
Perkusi : suara pekak
Auskultasi : S1, S2 tunggal
5) Abdomen
Inspeksi : Warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, tidak terdapat lesi
atau namun terdapat splenomegali pada abdomen kuadran III
Palpasi : Tidak terdapat asites, terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Bunyi timpani dan redup pada kuadran III

18
Auskultasi : Peristaltic usus 12x/mnt
6) Genetalia : Keadaan bersih, tidak terdapat inflamasi.
7) Rectum :Terdapat hemoroid grade II
8) Ektremitas : 4 4
4 4

0. Tidak ada gerakan


1. Gerakan pasien terbatas dan hanya bisa melakukan gerakan kontraksi seperti
menggerakan jari
2. Gerakan pasien hanya dapat mengeser tangan ke kanan da ke kiri, namun tidak
dapat melakukan gerakan grafitasi
3. Pasien hanya dapat melakukan gerakan grafitasi
4. Pasien dapat melakukan gerakan grafitasi namun bila diberikan tekanan kekuatan
pasien terasa lemah
5. Kekuatan pasien sama dengan kekuatan pemeriksa

7. Psiko sosio budaya Dan Spiritual :


Psikologis :Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah : Ia merasa cemas karena
megalami penyakit ini. Ia takut jika hidupnya tidak panjang siapa yang akan mengurus
keluarganya.
Sosial :keluarga klien mengatakan klien sering mengikuti aktivitas di lingkungan tempat
tinggalnya. Klien juga dikenal sebagai orang yang ramah di lingkungannya
Budaya :Budaya yang diikuti klien adalah budaya Jawa .Dari budaya yang dianutnya
tidak ada yang merugikan terutama bagi kesehatannya
Spiritual :Aktivitas Ibadah sehari-hari klien yaitu sholat 5 waktu.
8. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium tanggal 21 November 2015 , Jam: 14.00
Hematologi
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi Hasil
Haemoglobin P 9 g/gL g/dL 12-16 TN
Leukosit H 13,5 103/ul 4-10/ul TN
Hematokrit L 35 % 36-47% N
Eritrosit 4,5 6
10 /ul 4,40 – 5, 90 N
Trombosit H 15 103/ul 150 – 400 TN

19
Eusinofil 250 % 1–4 N
Basofil 0,30 % 0–1 N
Netrofil 67,50 % 50 – 70 N
Limfosit L 36,17 % 22 – 40 N
Monosit H 10,90 % 4–8 N
Ureum 17 Mg/dl 10-50 N
Kreatinin L 0,70 Mg/dl 0,6-1,10 N
SGOT 45 u/L 0-50 N
SGPT 27 u/L 0-50 N
HbsAg Rapid Non Reaktif Non reaktif

b) Terapi medis

Jenis terapi Nama obat Dosis Implikasi keperawatan

Cairan IV Ringer Laktat 500 ml/inj Tarapi untuk mengatasi


dehidrsi cairan tubuh
Dexametason 40 mg Membantu mengurangi
rasa gatal diakibatkan oleh
berbagai kondisi alergi
pada kulit dan mukosa
. Diazepam 0,2-0,5 Obat untuk mengurangi
mgkgBB/dosis kejang-kejang
Oksigen 5 liter (canul Untuk mengurangi
nasal) hipoksia
Parasetamol 10 Terapi untuk menurunkan
mg/kgBB/dosis demam
Amfisilin 150-200 Antibiotik
mg/kgBB/24
jam
Ibuprofen 400 mg/6 j Mengurangi rasa nyeri
atau kram akibat
menstruasi

20
B. ANALISA DATA
Nama klien : Tn.D No. Register :274793
Umur :30 tahun Diagnosa Medis : Meningitis
Ruang Rawat : Cempaka Alamat : Kledokan
No/Tgl Data Fokus Etiologi Problem
20 DS : klien mengatakan terasa nyeri di bagian Agen cidera Nyeri akut
November kepalanya yang sudah ia rasakan selama biologis
2015 dua minggu
/ P : Nn.H mengatakan nyerinya muncul sejak
12.00 WIB ia
Q : Kualitas nyeri klien tajam seperti
ditusuk tusuk
R : Nyeri dirasakan di area kepala bagian
frontalis
S : Skala nyeri 8 (antara 1-10)
T : Nyeri muncul secara tiba-tiba dengan
durasi ± 30 detik
DO : Klien tampak menahan nyeri . pada saat
berbiacar klien sering menutup mata untuk
mengurangi nyeri, tanda krenik (+)
20 DS : pasien mengatakan suhu badan terasa Peningkatan Hipertermia
November panas demam 1 minggu yang lalu. laju
2015 metabolisme
/
DO : Suhu 38,9 0c, kulit terlihat kemerahan
12.00 WIB
dan terasa panas naat dipalpasi

20 DS : Pasien mengatakan kaku pada bagian leher Resiko


November DO : pemeriksaan CT scen terdapat edema di kedidak
2015 kepala (pariental), Tanda Brudzinski (+) efektifa
/ Bagian ekstrimitas klien terasa dingin n perfusi
12.00 WIB jaringan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agens cidera biologis
2. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan

21
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn.D No RM : 274793
Umur : 30 thn Diagnosa Medis : Meningitis
Ruang : Cempaka Alamat : Kledoakn
N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
O Keperawatan

1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kajian nyeri secara kompehrensif termasuk 1. Nyeri merupakan penglaman subjektif
berhubungan keperawatan selama 3x24 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, yang harus dijelaskan oleh pasien.
dengan agens jam level nyeri klien kualitas dan faktor presipitasi Identifikasi karakteristik nyeri dan
cidera biologis menurun dengan kriteria 2. Obserfasi reaksi nonverbal dari faktor yang berhubungan merupakan
hasil: ketidaknyamanan suatu hal yang sangat penting untuk
1. Pasien dapat mengontrol 3. Kontrol lingkungan yang dapat memilih intervensi yang cocok bagi
nyerinya mempengaruhi nyeri seperti suhu pasien.
2. Pasien mampu menerapkan ruangan,pencahayaan dan kebisingan. 2. Merupakan indikator atau derajat nyeri
teknik relaksasi secara mandiri 4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi yang tidak langsung dialami.
3. Non verbal klien tidak untuk mereduksi nyeri seperti menggunakan 3. Lingkungan yang tidak kondisuf hanya
menunjukan adanya nyeri teknik napas dalam atau guided imaginary akan memperparah rasa nyeri klien
4. Skala nyeri klien berkurang 5. Lakukan kompres dingin di bagian yang 4. Pasien dapan menggunakannya untuk
dari 8 ke 5 mengalami nyeri menurunkan rasa nyeri secara mandiri
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam 5. Kompres dingin dapat mereduksi nyeri
Level: Pain Control
pemberian obat analgetik (ibuprofen) 6. Jenis obat analgetik dapat menurunkan
7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri nyeri
Level: Pain Management 7. Salah satu indikator mengetahui sejauh

22
mana keefektifan kontrol nyeri

2 Hipertermia b.d Setelah di lakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh dan warna kulit klien 1. Memantau apakah ada terjadi
peningkatan keperawatan selama 3 x 24 2. Kompres hangat pasien pada lipat paha dan peningkatan atau tidak
laju jam di harapkan Hipertermi aksila 2. Dengan kompres hangat dapat
metabolisme pada pasien dari level 1 3. Tingkatkan sirkulasi udara menggunkan membuka pori-pori sehingga terjadi
(tidak pernah) ke level 3 kipas angin evaporasi
(kadang kadang) dengan 4. Anjurkan klien untuk minum banyak air 3. Sirkulasi yang baik membantu
kriteria hasil : 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam menurunkan demam klien
1. Suhu tubuh dalam rentang pemberian obat antipiretik (paracetamol) 4. Mencegah dehidrasi
normal (36,50C – 37,50C) Level: Fever Treatment 5. Paracetamol dapat menurunkan deman
2. Nadi RR dalam rentang
normal
3. Warna kulit tidak kemerahan
4. Kulit tidak terasa hangat
Level: Thermoregulation
3 Resiko ketidak Setelah di lakukan tindakan 1. Monitor TTV klien 1. Memantau keadaan klien
evektifan keperawatan selama 3 x 24 2. Monitor status neurologi klien menggunakan 2. Tindakan keperawatan yang diberikan
perfusi jam di harapkan peredaran GCS disesuaikan dengan tingkat kesadaran
jaringan darah pasien dari level 1 3. Hindari gerakan fleksi maupun hiperekstensi klien
(tidak pernah) ke level 4 pada daerah leher 3. Perubahan kepala pada satu sisi dapat
(sering) dengan kriteria 4. Berikan edukasi kepada keluarga dan pasien menimbulkan penekanan pada vena
hasil : untuk memantau adanya suhu yang ekstrim jugularis sehingga dapat menghambat

23
1. Tekanan systole dan diastole pada daerah ekstremitas (dingin) aliran darah ke otak
dalam rentang normal 5. Berikan oksigen sesuai kondisi pasien 4. Suhu yang ekstrim mengindikasikan
2. Nadi dalam rentang normal 6. Kolaborasi dengan tim medis dalam terjadinya kurang suplai oksigen yang
3. Tidak ada pemberian obat sedasi (Diazepam) parah
ortostatikhipertensi 7. Kolaborasi dengan tim medis dalam 5. Dapat menurunkan hipoksia otak
4. Tidak ada tanda tanda pemberian obat osmotik diuretik 6. Obat sedasi merupakan jenis obat
peningkatan tekanan 8. Kolaborasi dengan tim medis dalam penenang
intrakranial pemberian obat steroid (dexametasone,) 7. Menarik air dari sel-sel otak sehingga
Level: Tissue prefusion dapat menurunkan edema otak
cerebral Level: Menurunkan inflamasi dan juga edema di
- Cereberal Perfusion Promotion otak
Cereberal Edema Management 8.

24
E. CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Nama Klien : Tn.D No RM : 274793


Umur : 30 thn Diagnosa Medis : Meningitis
Ruang : Cempaka Alamat : Kledokan
No Hari/ Jam Implementasi Evaluasi TTD
D Tanggal
x
Hari ke 1
1 Sabtu 07.00 1. Mengkajian nyeri secara kompehrensif termasuk Jam : 14.00 Hana
21 Nov lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan faktor S: klien mengatakan masih terasa
2015 presipitasi nyeri di kepalanya.
P : Nn.H mengatakan nyerinya mun. Nyeri bertamcul O: klien masih terlihat menahan nyeri
sejak ia mengalami meningitis nyeri bertambah A: Masalah keperawatan klien
jika ia terlalu menggerakan kepalanya berhubungan dengan nyeri belum
07.05 Q : Kualitas nyeri klien tajam seperti ditusuk tusuk teratasi
07.20 R : Nyeri dirasakan di area kepala bagian frontalis P: intervensi dilanjutkan
S : Skala nyeri 8 (antara 1-10) 1. Kajian nyeri secara kompehrensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
T : Nyeri muncul secara tiba-tiba dengan durasi ± 30
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
detik
2. Obserfasi reaksi nonverbal dari
08.00 2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan ketidaknyamanan
DS: - 3. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

DO: klien terlihat menahan nyerinya untuk mereduksi nyeri seperti


menggunakan teknik napas dalam atau
09.00 3. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi untuk

25
mereduksi nyeri seperti menggunakan teknik napas guided imaginary
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam
dalam atau guided imaginary
pemberian obat analgetik
11.00 DS: klien mengatakan paham dengan teknik yang diajarkan
5. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
DO: klien mampu melakukannya secara mandiri
4. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
14.00 nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan.
DS: -
DO:- lingkungannya lebih tenang
5. Melakukan kompres dingin di bagian yang mengalami
nyeri
DS: klien mengatakan nyerinya agak berkurang
DO: -
6. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat analgetik
DS:-
DO: Klien minum obat
7. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
DS: klien mengatakan kontrol nyeri ini berguna meskipun
tidak langsung menurunkan secara signifikan
DO:-
2 Sabtu 06.00 1. Memonitor suhu tubuh dan warna kulit klien Jam : 14.00 Hana
21 Nov DS: - S: istri klien mengatakan bahwa suhu

26
2015 DO: suhu tubuh 38,50C, kulit kemerahan dan teraba tubuh suaminya masih panas
09.15 hangat O: kulit terasa hangat, suhu: 38,50C
2. Melakukan kompres hangat pasien pada lipat paha A: Masalah keperawatan klien
09.20 dan aksila berhubungan dengan demam
DS:klien mengatakan merasa sedikit nyaman belum teratasi
DO: klien terlihat nyaman P: Intervensi dilanjutkan :
09.20 3. Meningkatkan sirkulasi udara menggunkan kipas 1. Monitor suhu tubuh dan warna kulit
klien
angin
2. Kompres hangat pasien pada lipat paha
10.00 DS: klien mengatakan tidak suka menggunakan kipas
dan aksila
angin 3. Tingkatkan sirkulasi udara menggunkan
DO: kipas angin tidak digunakan kipas angin

4. Menganjurkan klien untuk minum banyak air 4. Anjurkan klien untuk minum banyak air
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
DS:-
pemberian obat antipiretik
DO: klien minum air 1 gelas (paracetamol)
5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat antipiretik (paracetamol)
DS: -
DO: klien minum obat

3 Sabtu 06.00 1. Memonitor TTV klien Jam: 14.00 Hana


21 Nov DS: - S: Klien mengatakan masih terasa
2015 06.05 DO: TD: 150/80, N: 60x/mnt, S: 38,50C, RR: 28x/mnt kaku kuduk di bagian leher.
2. Memonitor status neurologi klien menggunakan GCS O:

27
06.05 DS: istri klien mengatakan suaminya terlihat lemah - Kesadaran klien apatis,
DO: E: 3 V:5 M: 6 (total 14 =apatis) - Vital sign: TD: 150/80, N:
07.00 3. Mengindari gerakan fleksi maupun hiperekstensi pada 60x/mnt, S: 38,50C, RR: 28x/mnt,
daerah leher - Tanda krenik (+)
DS:- - Mendapat terapi 5 liter
DO: posisi kepala klien lurus - Hasil CT Scan menunjukan
4. Memberikan edukasi kepada keluarga dan pasien untuk adanya edema pada kepala
09.00 memantau adanya suhu yang ekstrim pada daerah (pariental)
ekstremitas (dingin)
A:Masalah keperawatan klien
12.00 DS: keluarga dan pasien mengatakan mereka memahami
berhubungan dengan belum
yang dijelaskan perawat
teratasi
12.00 DO: saat diberikan edukasi semuanya terlihat
P: intervensi dilanjutkan :
memperhatikan
1. Monitor TTV klien
5. Memberikan oksigen sesuai kondisi pasien 2. Monitor status neurologi klien
12.00 DS:- menggunakan GCS
DO: diberikan oksigen 5 liter dengan kanul nasal 3. Hindari gerakan fleksi maupun
hiperekstensi pada daerah leher
6. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam
4. Berikan oksigen sesuai kondisi pasien
pemberian obat sedasi (Diazepan)
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
DS: keluarga klien menanyakan apa fungsi obat pemberian obat sedasi
DO: klien meminum obat 6. Kolaborasi dengan tim medis dalam

7. Melaukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat osmotik diuretik
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat osmotik diuretik
pemberian obat steroid
DS: -
(dexametasone )

28
DO: klien meminun obatnya
8. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat steroid (dexametasone )
DS: klien mengatakan obatnya akan diminum setelah makan
DO: obat belum dimakan karena pada saat diberukan klien
masih makan nasi
Hari ke-2
2 Minggu 08.00 1. Mengkajian nyeri secara kompehrensif termasuk Jam : 14.00 Hana
22 Nov lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan faktor S: klien mengatakan masih terasa
2015 presipitasi nyeri di kepalanya. Istri klien
P : Nn.H mengatakan nyerinya muncul ketika ia terlalu mengatakan suaminya sulit tidur
banyak menggerakan kepalanya pada malam hari
Q : Kualitas nyeri klien tumpt O: skala nyeri 6, klien masih terlihat
08.05 R : Nyeri dirasakan di area kepala bagian frontalis menahan nyeri
S : Skala nyeri 6 (antara 1-10) A: Masalah keperawatan klien
08.05 T : Nyeri muncul secara tiba-tiba dengan durasi ± 15 berhubungan dengan nyeri teratasi
detik sebagian
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan P: intervensi dilanjutkan
DS: - 1. Kajian nyeri secara kompehrensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
10.00 DO: klien terlihat memegang kepalanya saat berbicara
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
3. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi untuk
2. Kolaborasi dengan tim medis dalam
14.00 mereduksi nyeri seperti menggunakan teknik napas pemberian obat analgetik
dalam atau guided imaginary 3. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

29
DS: klien mengatakan paham dengan teknik yang diajarkan
DO: klien mampu melakukannya secara mandiri
4. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat analgetik (ibuprofen)
DS:-
DO: Klien minum obat
5. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
DS: klien mengatakan kontrol nyeri ini berguna jika klien
mengalami nyeri lagi
DO:-
2 Minggu 06.00 1. Memonitor suhu tubuh dan warna kulit klien Jam : 14.00 Hana
22 Nov DS: - S: istri klien mengatakan bahwa suhu
2015 09.00 DO: suhu tubuh 37,80C, kulit klien tidak terlihat merah tubuh sudah mulai menurun
dan teraba seperti suhu normal O:, suhu: 37,80C ,kulit klien tidak
09.00 2. Melakukan kompres hangat pasien pada lipat paha dan kemerahan dan tidak terasa
aksila hangat lagi
10.00 DS:klien mengatakan merasa sedikit nyaman A: Masalah keperawatan klien
DO: klien terlihat nyaman berhubungan dengan demam
3. Menganjurkan klien untuk minum banyak air eratasi sebagian
DS:- P: Intervensi dilanjutkan :
DO: klien minum air 1 gelas 1. Monitor suhu tubuh dan warna kulit
klien
4. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam
2. Anjurkan klien untuk minum banyak air
pemberian obat antipiretik (paracetamol)

30
DS: -
DO: klien minum obat
3 Minggu 06.00 1. Memonitor TTV klien Jam 14.00 Hana
22 Nov DS: - S: Klien mengatakan masih terasa
2015 06.15 DO: TD: 150/80, N: 70x/mnt, S: 37,80C, RR: 25x/mnt kaku kuduk di bagian leher,
2. Memonitor status neurologi klien menggunakan GCS namun sudah agak berkurang dari
06.15 DS: istri klien mengatakan suaminya terlihat lemah hari kemarin
DO: E: 4 V:5 M: 6 (total 15 =CM) O:
09.00 3. Mengindari gerakan fleksi maupun hiperekstensi pada - Kesadaran klien apatis,
daerah leher - Vital sign: TD: 150/80, N:
12.00 DS:- 70x/mnt, S: 37,80C, RR: 25x/mnt
DO: posisi kepala klien lurus - Tanda krenik (+)
4. Memberikan oksigen sesuai kondisi pasien - Mendapat terapi 5 liter
12.00 DS:- - Hasil CT Scan menunjukan
DO: diberikan oksigen 5 liter dengan kanul nasal adanya edema pada kepala sudah
12.00 5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam agak berkurang
pemberian obat sedasi
A:Masalah keperawatan klien
DS: -
berhubungan dengan teratasi
DO: klien meminum obat
sebagian
6. Melaukan kolaborasi dengan tim medis dalam
P: intervensi dilanjutkan :
pemberian obat osmotik diuretik
1. Monitor TTV klien
DS: - 2. Berikan oksigen sesuai kondisi pasien
DO: klien meminun obatnya 3. Kolaborasi dengan tim medis dalam

31
7. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat osmotik diuretik
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat steroid (dexametasone)
pemberian obat steroid (dexametasone)
DS: -
DO: klien minum obat
Hari ke-3
1 Senin 06.10 1. Mengkajian nyeri secara kompehrensif termasuk Jam : 14.00
23 Nov lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan faktor S: klien mengatakan masih terasa
2015 presipitasi nyeri di kepalanya. Namun pada
P : Nn.H mengatakan nyerinya muncul ketika ia terlalu malam hari klien bisa tidur
banyak menggerakan kepalanya dengan baik
12.00 Q : Kualitas nyeri klien tumpt O: skala nyeri 5,
R : Nyeri dirasakan di area kepala bagian frontalis A: Masalah keperawatan klien
S : Skala nyeri 5 (antara 1-10) berhubungan dengan nyeri teratasi
14.00 T : Nyeri muncul tiba-tiba dengan durasi ± 15 detik sebagian
2. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam P: intervensi dilanjutkan
pemberian obat analgetik (ibuprofen) 1. Kajian nyeri secara kompehrensif
2. Kolaborasi dengan tim medis dalam
DS:-
pemberian obat analgetik
DO: Klien minum obat
3. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
3. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
DS: klien mengatakan kontrol nyeri ini berguna jika klien
mengalami nyeri lagi
2 Senin 06.00 1. Memonitor suhu tubuh dan warna kulit klien Sen mengatakan bahwa suhu tubuh
23 Nov DS: - sudah mulai menurun

32
2015 DO: suhu tubuh 36,50C, kulit klien tidak terlihat merah O:, suhu: 36,50C
09.00 dan teraba seperti suhu normal A: Masalah keperawatan klien
2. Menganjurkan klien untuk minum banyak air berhubungan dengan demam
DS:- eratasi sebagian
DO: klien minum air 1 gelas P: Intervensi dihentikan

3 Senin 06.00 1. Memonitor TTV klien Jam 14.00 Hana


23 Nov DS: - S: Klien mengatakan kaku kuduk di
2015 06.05 DO: TD: 130/80, N: 85x/mnt, S: 36,50C, RR: 21x/mnt bagian leher sudah agak
2. Memonitor status neurologi klien menggunakan GCS berkurang,
09.00 DS: - O:
DO: E: 4 V:5 M: 6 (total 15 =CM) - Kesadaran klien CM
12.00 3. Memberikan oksigen sesuai kondisi pasien - Vital sign: TD: 130/80, N:
DS:- 85x/mnt, S: 36,50C, RR: 21x/mnt
DO: diberikan oksigen 5 liter dengan kanul nasal - Tanda krenik (-)
12.00 4. Melaukan kolaborasi dengan tim medis dalam - Mendapat terapi 5 liter
pemberian obat osmotik diuretik - Hasil CT Scan menunjukan masih
DS: - terdapat edema pada kepala sudah
DO: klien meminun obatnya agak berkurang
5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam
A:Masalah keperawatan klien
pemberian obat steroid (dexametasone)
berhubungan dengan teratasi
DS: -
sebagian
DO: klien minum obat
P: intervensi dilanjutkan :

33
1. Monitor TTV klien
2. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat osmotik diuretik
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat steroid
(dexametasone)

34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Etiologi : bakteri, virus, faktor prediposisi, faktor maternal, faktor
imunologi, anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan. Klasifikasi
meningitis: meningitis bacterial/purulenta/septik, meningitis virus, meningitis jamur.
B. Saran
Tenaga kesehatan. Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang meningitis dan problem solving yang efektif
dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health education mengenai meningitis kepada para orang tua anak yang paling utama.
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya meningitis dan meningkatkan pola hidup yang sehat.

35
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Dona, Marilyn E, dkk.(2009). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC
L. Betz, Cecily, Linda A. Sowden. 2012. Buku Saku Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 2014.
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2011).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung
Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta :
EGC; 2008.

36

Anda mungkin juga menyukai