Anda di halaman 1dari 10

JURNAL BELAJAR

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd

Hari, tanggal : Senin dan Rabu / 3 dan 5 September 2018


Nama/ NIM : Atika Eka Rachmasari / 160341606084
Kelas :A
Prodi : S1 Pendidikan Biologi
Topik : Teori Behavioristik dan Teori Kognitif beserta
Aplikasinya dalam Pendidikan
Tujuan : Menjelaskan dan Mampu Membedakan Teori Behavioristik dan Teori
Kognitif beserta Aplikasinya dalam Pendidikan

I. Konsep Belajar

Pengertian

Teori Behavioristik Tahap-tahap


Teori Pembelajaran

Aplikasi dalam
Pendidikan

Pengertian

Perkembangan Teori
Teori Kognitif
Kognitif

Aplikasi dalam
Pendidikan
II. Bukti Belajar
Teori Behavioristik
1. Pengertian Teori Behavioristik
Teori behavioristik merupakan teori yang mempelajari perilaku manusia.
Prespektif behaviorisme berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah
laku manusia berdasarkan rangsangan (stimulus) yang menimbulkan perilaku reaktif
(respons).
Terdapat beberapa pendapat ahli mengenai arti teori behavioristik seperti berikut :
a) Thorndike
Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, teori
behavioristik dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga berupa pikiran,
perasaan, dan gerakan). Jelasnya menurut Thorndike, perubahan tingkah laku boleh
berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang non-konkret (tidak bisa
diamati) (Jahja,2013).
b) Ivan Petrovich Pavlov
Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses
yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap hewan anjing, di mana
perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-
ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Dari contoh tentang percobaan
dengan hewan anjing bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu
dapat dikendalikan melalui cara dengan mengganti stimulus alami dengan stimulus
yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar
dirinya (Haryanto,2004).
c) John B. Watson
Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang sesudah
Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa
diamati (observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan
mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang
tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam
benak siswa tidak penting. Semua itu penting. Akan tetapi, faktor-faktor tersebut tidak
bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum (Haryanto,2004).
d) Burrhus Frederic Skinner
Menurut Skinner, deskripsi antara stimulus dan respons untuk menjelaskan
parubahan tingkah laku menurut versi Watson tersebut adalah deskripsi yang tidak
lengkap. Respons yang diberikan oleh siswa tidaklah sesederhana itu, sebab pada
dasarnya setiap stimulus yang diberikan berinteraksi satu dengan lainnya, dan
interaksi ini akhirnya mempengaruhi respons yang dihasilkan. Sedangkan respons
yang diberikan juga menghasilkan berbagai konsekuensi, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi tingkah laku siswa (Haryanto,2004).

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai


akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus
dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah lakunya. Misalnya, seorang guru mengajari siswanya membaca,
maka dalam proses pembelajaran, guru dan siswa benar-benar dalam situasi belajar
yang diinginkan, walaupun pada akhirnya hasil yang dicapai belum maksimal.
Namun, jika terjadi perubahan terhadap siswa yang awalnya tidak bisa membaca
menjadi membaca tetapi masih terbata-bata, maka perubahan inilah yang dimaksud
dengan belajar (Irwan,2015).

2. Tahap-Tahap Perkembangan Behavioristik


Dasar perkembangan faktanya berawal dari sifat kritis.sikap dan perilaku
perubahan seseorang yang terbentuk dalam tahun pertama mampu membentuk
bagaimana orang tersebut di kehidupan selanjutnya. Meskipun pola perkembangan
cenderung mapan, namun tetap bisa berubah.
Terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan perkembangan seseorang
mengalami perubahan:
a) Apabila orang tersebut mendapat bantuan atau bimbingan
b) Perubahan terjadi apabila orang-orang disekitarnya memperlakukan
seseorang dengan cara yang berbeda
c) Apabila mendapat motivasi dari individu lainnya agar mendapat perubahan
Perubahan seseorang terjadi secara bertahap. Yang artinya,
a. Perubahan yang terjadi bersifat meningkat atau maju dalam kuantitatif maupun
kualitatif
b. Perubahan terjadi antar individu secara sistematik
c. Perubahan terjadi beraturan dan tidak secara kebetulan (berkesinambungan)

3. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran

Gambar 1.1 Proses Belajar Mengajar Behavioristik


Sumber : (Mukminan,2016)
Teori belajar behavioristik menekankan terbentuknya perilaku terlihat sebagai
hasil belajar. Teori belajar behavioristik dengan model hubungan stimulus respons,
menekankan siswa yang belajar sebagai individu yang pasif. Munculnya perilaku siswa yang
kuat apabila diberikan penguatan dan akanmenghilang jika dikenai hukuman (Nasution,
2006:66).
Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap masalah belajar, karena belajar
ditafsirkan sebagai latihan-latihan untuk pembentukan hubungan antara stimulus dan
respons.Dengan memberikan rangsangan, siswa akan bereaksi dan menanggapi rangsangan
tersebut.Hubungan stimulus-respons menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis belajar.
Hal yang paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan
keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini, antara stimulus dan respons dianggap
tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Dengan demikian yang
dapat diamati hanyalah stimulus dan respons.

Teori Belajar Kognitif


1. Pengertian Teori Kognitif
Istilah kognitif berasal dari “Cognition” yang berarti pengertian dan mengerti.
Kemudian istilah kognitif berkembang menjadi suatu konsep umum yang mencakup
semua bentuk pengenalan yang berhubungan dengan sikap dan perilaku mengenai
pemahaman,memperhatikan,memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, membayangkan,memikirkan, berpikir dan keyakinan.
Teori belajar kognitif lebih fokus pada proses belajar daripada hasilnya.
Metode belajar kognitif merupakan suatu metode yang menekankan tingkah
laku seseorang ditentukan oleh presepsi dan pemahaman sendiri. Kognitif sendiri
merupakan kemampuan seseorang untuk bisa berpikir lebih rasional.
Secara umum teori belajar kognitif memandang belajar merupakan sebuah
proses yang tidak bisa diamati langsung. Perubahan perilaku merupakan hasil dari
perkembang interkasi persepsi dalam diri seseorang. Menurut teori kognitif, belajar
adalah suatu proses dimana seseorang mendapat pemahaman baru dan mengubah hal-
hal yang sama.

III. Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Kognitif


a) Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahuan baru,
adanya kontak fisik dapat meningkan pengembangan kemampuan, tentunya
dengan intelejensi individu yang dapat menyesuaikan.
b) Kematangan sistem saraf
Kematangan sistem saraf dapat meningkatkan kemamapuan berkembang pada
intelegensi masing-masing peserta didik.
c) Pengaruh sosial
Pengaruh sosial juga dapat memacu atau memperlambat struktur teori kognitife

IV. Perkembangan Teori Kognitif Oleh Piaget


Piaget menyatakan bahwa cara berfikir anak bukan hanya kurang matang
dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda
secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan
intelektual individu serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan individu
mengamati ilmu pengetahuan. (Laura A. King:152).
Piaget mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana anak
mengembangkan konsep dunia di sekitar mereka. ( Loward s. Friedman and Miriam.
W. Schustack. 2006: 59). Teori Piaget sering disebut genetic epistimologi
(epistimologi genetik) karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan
intelektual, bahwa genetic mengacu pada pertumbuhan developmental bukan warisan
biologis (keturunan). (B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, 2010: 325).

V. Aplikasi Teori Kognitif dalam Pendidikan


Teori kognitif dalam pendidikan membebaskan siswa aktif dan terlibat dalam proses
pembelajaran, agar belajar lebih bermakna bagi siswa itu sendiri.
Berikut beberapa prinsip teori belajar kognitif:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berfikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik
terutama jika mendengarkan benda-benda kongrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya
dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan
dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi perlu mengkaitkan pengalaman
atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah memiliki si belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar mneghafal.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa pelu diperhatikan karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya
pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.

III. Relevansi
Berikut ini merupakan relevansi saya dalam mengikuti perkuliahan teori belajar
behavioristik dan kognitifisme :
Teori Behavioristik Teori Kognitif
Secara umum saya sudah memahami Sebelum memulai mata kuliah
apa itu teori behavioristik tetapi setelah materi Teori kognitif, saya hanya
pertemuan mata kuliah ini saya lebih memahami bahwa teori kognitif
memahami bahwa teori behavioristik adalah kemampuan berpikir siswa
lebih menekankan pada respon siswa untuk berpikir dan menganalisis,
yang dihasilkan dari adanya respon dari tetapi setelah mata kuliah ini, saya
siswa. jadi memahami bahwa teori
kognitif lebih mementingkan
prosesnya.
Teori behavioristik lebih melihat Teori kognitif lebih mementingkan
perubahan karena adanya stimulus proses tetapi dengan kontrol guru
sehingga berfokus pada respon siswa didalamnya.

IV. Identifikasi Masalah


Berikut ini permasalahan yang dapat diidentifikasi dari presentasi dan diskusi pada
pertemuan pekan ini :
1. Mamik Rizkyatullaili
Apakah ada hubungannya perubahan kurikulum dari KBK ke KTSP?
Jawab :
Tidak, karena kurikulum KBK berfokus pada perkembangan kompetensi sedangkan
KTSP berfokus pada pencapaian kompetensinya.
2. Anisah Suroya
Apakah K13 merupakan teori behavioristik?
Jawab :
Iya tetapi K13 memadukan dan menggunakan semua teori belajar dan tidak bisa
dipisah-pisah.
3. Naelly Hesti K.
Bagaimana contoh kegagalan dalam belajar dan pencegahannya?
Jawab :
contoh kegagalannya misal seperti siswa tertidur, atau tidak mendengarkan guru. Cara
mencegah yakni dengan mengembangkan media pembelajaran sehingga ssiswa lebih
aktif dalam proses pembelajaran.
4. Novela Memiasih
Bagaimana cara membangkitkan kognitif siswa?
Jawab :
Cara membangkitkan kognitif siswa dapat dilakukan dengan pemberian informasi
pada awal pembelajaran agar siswa terstimulus dan diberi reward juga.

III. Elemen yang Menarik


Elemen yang menarik dari perkuliahan ini adalah ketika diberi penguatan oleh Ibu
Endah mengenai Teori Kognitif dan Behavioristik. Serta diskusi di dalam juga berlangsung
menarik sekali karena semua mahasiswa ikut berpartisipasi.
IV. Refleksi Diri (Umum)
Secara umum,semua mahasiswa mampu memahami perkuliahan dan pelaksanaan
proses perkuliahan Belajar dan Pembelajaran.
VI. Refleksi Diri (Khusus)
Secara pribadi untuk pertemuan ini saya sangat senang karena mengetahui bagaimana
maksud dari salah satu teori belajar yakni Behavioristik dan kognitif. Saya juga akhirnya
mampu membedakannya. Saya merasa harus lebih semangat lagi dari semester sebelumnya.

DAFTAR RUJUKAN
B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning (Teori Belajar), alih bahasa: Tri
Wibowo B.S., Cet. III, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hal. 313

Budiningsih, C.Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Haryanto. 2004.Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar, Sidoarjo.


Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. hlm:63- 65
Irwan.2015. Teori Belajar Aliran Behavioristik Serta Implikasinya dalam Pembelajaran
Improvisasi Jazz (Jurnal Nasional).Institut Seni Indonesia:Padang.
Jahja. 2013. Psikologi Perkembangan. Kencana Prenamadia Group: Jakarta. hlm: 100- 102
Laura A. King. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif, (Terj Deresi Opi Perdana
Yanti), Cet. 1, Jakarta: Selemba Humanika, hal. 152
Nahar.2016. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran.Anggota
DPRD Kabupaten Agam Sumatera Barat:Sumatera.
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorietnasi Standar Proses Pendidikan, Cet. VII,
Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hal. 132
KRITERIA PENILAIAN JURNAL BELAJAR
MATAKULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SEMESTER GENAP 2016-2017

BIDARI INTAN RUCITRA


150341602763/ S1 Pendidikan Biologi/Off A Jurnal Minggu ke- 4
Skor Penilaian
No. Elemen
Maks DS T D
I. Identitas
1 Nama dicantumkan 5 5 5
2 Seluruh masukan dibubuhi tanggal 5 5 5
3 Konsep yang dipelajari dicantumkan 5 5 5

II. Sistematika
4 Jurnal terorganisasi dengan baik dan lengkap 10 8 9

III. Isi Jurnal


5 Mengeksplor beragam konsep yang dipelajari 10 7 9
6 Menyajikan hasil eksplorasi berupa informasi sebagai bukti 10 9 9
belajar
7 Terdapat pernyataan yang menunjukkan relevansi dan keter- 10 9 8
kaitan terhadap konsep yang dipelajari
8 Mengidentifikasi permasalahan beserta pemecahannya 15 14 13
9 Mengidentifikasi elemen yang menarik beserta alasannya 15 14 14
10 Jurnal menunjukkan bahwa mahasiswa dapat melihat dirinya 3 4
sendiri sebagai pembelajar, menemukan dan menyelesaikan
masalah serta bekerja untuk meningkatkan kebiasaan
belajarnya
 Umum (terkait dengan hal-hal yg sifatnya umum) 5
 Khusus (terkait dengan hal-hal yang sudah dibahas/ 10 8 8
substansial)
87 89
Jumlah Skor Maksimal 100

Instrumen penilaian dikembangkan oleh Indriwati, S.E. (2003)

Keterangan dan Korektor :

DS : penilaian diri sendiri : Atika Eka Rachmasari / 160341606084

T : penilaian teman : Novela Memiasih / 160341606079

D : penilaian dosen :

Anda mungkin juga menyukai