Anda di halaman 1dari 5

Pertanyaan MR

Hubungan Pemberian Steroid Terhadap Trombositosis


Patogenesis trombositosis pada pasien SN masih belum jelas. Penelitian Grimbert dkk
mendeteksi aktivasi nuclear factor-kappa b (NF-kB) yang tinggi pada sel T CD4+ pada fase
relaps. Nuclear factor kappa b cepat diaktifkan boleh berbagai signal patogenik seperti virus dan
bakteri, mitogen sel B dan sel T, sitokin (tumor necrosis factor-alpha = TNF-α, lymphotoxin –
alpha = LT-α) dan stress oksidatif. Nuclear factor-kappa b terlibat dalam berbagai aktivasi
transkripsi termasuk interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), interleukin-2 (IL-2), interleukin-8
(IL-8), TNF-α dan LT-α yang meningkat pada SN relaps. Interleukin-6 dapat menyebabkan
peningkatan produksi trombosit yang akhirnya akan memicu terjadinya trombositosis.

Faktor lain yang dapat menyebabkan trombositosis adalah pengobatan steroid, yaitu
sebagai akibat dari pelepasan trombosit dari limpa ke dalam sirkulasi darah. Kortikosteroid
digunakan luas sebagai pengobatan pada SN yang dapat meningkatkan insidens tromboemboli
pada pasien SN. Untuk mencapai remisi, pasien SN relaps sering membutuhkan pengobatan
steroid selama 6 sampai 12 bulan. Pada pasien dengan pengobatan steroid jangka pendek,
transkripsi sitokin diregulasi oleh NF-kB (IL-1, IL-2 dan IL-6) dengan cepat menurun.
Sementara pengobatan steroid jangka panjang menunjukkan hasil yang berbeda, dimana sel T
masih tetap berada di infiltrat meskipun transkripsi interferon-alpha (IFN-α) hampir ablasi.
Sebaliknya, makrofag terus memproduksi sitokin selama mendapat pengobatan steroid. Ini dapat
menjelaskan peningkatan jumlah trombosit pada pasien yang menerima pengobatan steroid
jangka panjang.

Tatalaksana Trombositosis pada Sindroma Nefrotik


INDIKASI DILAKUKAN DRIP ALBUMIN

Pasien dengan edema tungkai dan asites, dilakukan restriksi cairan dianjurkan selam ada edema
berat. Biasanya diberikam loop diuretic seperti furosemid 1-3mg/kgbb/hari, bila perlu dikombinasikan
dengan spironolakton (antagonis aldosteron, diuretrik hemat kalium) 2-4mg/kgbb/hari. Sebelum
pemberian diureik, perlu disingkirkan kemungkinan hipovolemia. Pada pemakaian diuretic lebih dari1-2
minggu perlu dilakukan pemantauan eletrolit kalium dan natrium darah.

Bila pemberian diuretic tidak berhasil (edema refrakter) biasanyan terjadi karena hipovolemia
atau hipoalmunemia berat( < 1gr/dL), dapat diberikan infuse albumin 20-25% dengan dosis 1 g/kgbb
selama 2-3 jam untuk menarik cairan dari jaringan intertisial dan diakhiri dengan pemberian furosemid
intravena 1-2mg/kgbb. Bila diperlukan, suspense albumin daoat diberikan selat sehari untuk meberika
kesemoatan pergeseran cairan dan mencegah overload cairan. Bila terdapat asistes sehingga
mengganggu pernapasan dapat dilakukan pungsi asites.

Skema pemberian diuretic untuk mengatasi edema:

CARA MENGHITUNG STATUS NUTRISI PADA ANAK SINDROM NEFROTIK


 Menanyakan identitas anak pada orang tua
 Menimbang berat badan pada anak
 Mengukur tinggi badan pada anak
 Melakukan palpasi untuk mengetahui derajat edema pada anak
- 3 cm kembali dalam wktu 3 detik 10%
- 3-5 cm kembali dalam 5 detik 20%
- 5-7 cm kembali dalam 7 detik 30%
- 4- >7 cm kembali dalam >7 detik 40%
 Cari berat badan sebenarnya dengan rumus
BB sebenarnya = BB terukur – (derajat edema x BB terukur)
 Cari nutrisi pada anak, dengan cara:
- Pertama: BB/U x 100 %
- Kedua : TB/U x 100 %
- Ketiga : BB/TB x 100 %

Keterangan

BB/U TB/U Kriteria

>80 >90 Normal


70-80 80-90 KEP 1
60-70 70-80 KEP 2
<60 <70 KEP3

BB/U Kriteria

>120 Obesitas
110-120 Overweight
90-110 Normal
70-90 Gizi Kurang
<70 Gizi Buruk

Pada kasus sindrom nefrotik ini anak harus menjalankan diet tinggi kalori, tinggi protein,
rendah garam, rendah lemak. Protein 1-2 gr/kgBB/hari, bila ureum dan kreatinin meningkat
diberi protein0,5-1 gr. Kalori rata-trat 100 kalori/kgBB/hari. Garam dibatasi bila edema
hebat.Bila tanpa edem, diberi 1-2 mg/hari.Pembatasan cairan bila terdapat gejala-gejala gagal
ginjal.rujukan ke bagian gizi diperlukan untuk pengaturan sietterutama pada pasein dengan
penurunan fungsi ginjal.
Anak-anak dengan sindrom nefrotik mungkin mengalami kesulitan mengatur
keseimbangan cairan tubuh mereka.Hal ini dapat menyebabkan retensi cairan (juga dikenal
sebagai edema).Diet untuk anak dengan sindrom nefrotik mungkin termasuk natrium dan
pembatasan cairan.
Hal- hal yang perlu di perhatikan dalam pemberian nutrisi ini yaitu:
1. Diet (Pemberian makanan) :
- Makanan yang dibolehkan:
 Sumber energy
Misalnya : beras (nasi biasa atau nasi lunak), jagung, kentang, singkong, ubi, mie, gula,
kelapa, makanan yang terbuat dari terigu atau tepung beras ketan.
 Sumber zat pembangun
Misalnya : Daging, ikan, susu, telur, ayam, hati, kacang-kacangan, dan hasil olahannya ;
tahu, tempe, kacang hijau

 Sumber zat pengatur


Misalnya : Semua sayuran segar, buah – buahan seperti pepaya, jeruk, dll.
 Bumbu
Misalnya :Semua bumbu dapur dalam jumlah yang sudah ditentukan.
 Minuman
Misalnya : Sari buah, susu bubuk

2. Makanan yang tidak dibolehkan


 Sumber energy
Misalnya : Biskuit, roti, dan kue – kue yang diolah dengan garam dapur, soda kue,
vetsin, margarin dan mentega.
 Sumber zat pembangun
Misalnya : Ikan asin, udang kering, telur asin, daging kalengan, dan semua bahan yang
diawetkan dengan garam dapur.
 Sumber zat pengatur
Misalnya : sayur asin, acar, sayur dan buah kalengan atau yang diawetkan dengan garam
dapur
 Bumbu
Misalnya : garam dapur, kecap, tauco, vetsin.
 Minuman
Misalnya : minuman yang mengandung soda seperti cola, teh, kopi, susu coklat

Daftar Pustaka

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.piedmontphysicians.org/diw/Content.asp%3FPageID%3DDIW003099

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://chla.dev.staywellsolutionsonline.com/Library/Pediatric/GenitourinaryKidney/90,P03
099

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.rch.org.au/nephrology/protocols/index.cfm%3Fdoc_id%3D10074

Anda mungkin juga menyukai