FKM Juanita PDF
FKM Juanita PDF
Pendahuluan
Masyarakat Indonesia sejak awal tahun 1998 kembali dilanda maslah kesehatan
masyarakat klasik seperti terjadi di awal tahun 1970. Masalah ini muncul
kepermukaan dalam bentuk krisis kesehatan sebagai dampak krisis perekonomian
nasional yang berkepanjangan. Kemampuan pusat-pusat pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta dalam menyediakan jasa pelayanan kesehatan dan obat
yang bermutu serta terjangkau oleh masyarakat umum semakin jauh dari harapan
masyarakat.
Menurunnya pendapatan dan daya beli masyarakat yang diperberat oleh
meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan sangat mengancam status kesehatan
dan gizi masyarakat, khususnya penduduk miskin yang jumlahnya mencapai sekitar
80 juta orang saat ini dari sebelumnya yang hanya 22 juta jiwa. Di sisi lain
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan semakin meningkat sejalan
dengan meningkatnya kesadaran mereka akan arti hidup sehat, tetapi kemampuan
mereka untuk memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan semakin menurun.
Krisis ekonomi nasional juga berpengaruh pada persediaan pangan dan pola
konsumsi masyarakat. Krisis pangan ini akan di awali dengan munculnya masalah
kekurangan gizi yang untuk jangka panjang akan berlanjut menjadi masalah
kekurangan mikronutrien. Masalah kekurangan gizi yang akan melanda ibu hamil
dan anak balita dari kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah adalah
anemia ibu hamil, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), kwarsihorkor atau
marasmus.
Untuk jangka panjang masalah kekurangan mikronutrien pada kelompok anak-anak
akan berakibat pada penurunan tingkat intelektualitas masyarakat. Mereka ini
merupakan generasi hilang (lost generation) di masa depan.
Dampak lain dari krisis ekonomi ini juga terlihat pada semakin tingginya angka
kematian ibu (AKI) yaitu dari 390 per 100.000 kelahiran hidup (SKRT 1994) dan
diperkirakan menjadi 421 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 (Harian
Republika, 24 Mei 1999)
Berbagai program pemerintah disesuaikan dengan karakteristik masalah yang
muncul, telah diintrodusir untuk mengatasi problem akibat krisis ekonomi ini.
Mengingat keterbatasan dana, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor
92 tahun 1996 yang bertujuan menghimbau para pengusaha untuk menyisihkan
dana 2 % dari keuntungan yang diperolehnya. Kini, ditengah krisis ekonomi yang
berkepanjangan, pemerintah menggulirkan sebuah program yang dinamakan Jaring
Pengaman Sosial (Social Safety Net) atau biasa disebut JPS. Program ini dirumuskan
sebagai strategi dasar untuk mencegah proses pemiskinan dan pengangguran
penduduk serta mengadakan pemulihan kembali roda perekonomian nasional
(Kompas, 25 Februari 1999).
Pada dasarnya program JPS ini merupakan short program yang lebih jauh
diharapkan menjadi model untuk mengantisipasi, manahan dan menteraapi
masyarakat yang mengalami shock akibat krisis ekonomi, misalnya banyak pegawai
/karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh
Dari keempat prioritas kegiatan JPS tersebut, satu diantaranya adalah kegiatan
Perlindungan Sosial dengan kegiatan meliputi Jaring Pengaman Sisoal Bidang
Kesehatan (JPSBK) yang dicanangkan pemerintah sejak bulan Oktober 1998.
Aspek spesifik yang hendak diantisipasi melalui program ini adalah : (a) mengurangi
dampak krisis yang terkait dengan penurunan status dan kesehatan gizi masyarakat,
terutama ibu hamil, bayi dan balita; (b) peningkatan aksesibilitas dan fasilitasi
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan rumah sakit; (c)
peningkatan pelayanan kebidanan bagi ibu hamil, bersalin dan nifas. Secara
keseluruhan tujuan penting yang ingin dicapai melalui introduksi program JPS-BK ini
adalah antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya lost generation sebagai akibat
menurunnya jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin akibat krisis
ekonomi yang berkepanjangan.
Dilihat dari sudut pelaksanaan program JPS-BK selain ditujukan utamanya bagi
keluarga miskin yang menjadi kelompok sasaran (Pra KS dan KS I, yang miskin
secara ekonomi, sesuai ketetapan Tim Koordinasi Kabupaten/Kodya) untuk
membantu biaya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi keluarga miskin
dengan prioritas ibu hamil, ibu bersalin dan nifas serta anak-anak di bawah usia 2
tahun. JPS-BK berupa pemberian makanan tambahan yang mencakup 2,7 juta bayi
usia 6-24 bulan dan anak di bawah 2 tahun senilai Rp.750 per hari selama 6 bulan,
sedangkan ibu hamil dan nifas yang berjumlah 526.788 jiwa diberikan Rp.1000 per
hari, program ini juga diorientasikan untuk kepentingan startegis yang berkaitan
dengan sistem pelayanan kesehatan untuk keluarga miskin secara desentralistik.
Kosep JPS-BK
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah
meninggalkan berbagai dampak di segenap lapisan masyarakat. Dampak yang paling
dirasakan adalah menurunnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
bagi kelangsungan hidupnya secara menyeluruh, seperti jaminan untuk
pemeliharaan, pemenuhan kebutuhan pangan serta jaminan sosial lain.
JPS-BK merupakan suatu program untuk mengatasi dampak krisis moneter terhadap
kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan dan rujukan secara gratis
kepada keluarga miskin dimanapun tanpa harus melalui prosedur yang sulit.
JPS-BK tidak dimaksudkan sebagai intervensi pemerintah terhadap pasar dalam
rangka pemerataan (equity) pelayanan kesehatan. Program ini semata-mata
dimaksudkan agar mereka yang rentan akibat risiko sosial, kesehatan (khususnya
penyakit menular) dan gizi, tidak terhempas oleh krisis, sehingga membutuhkan
intervensi yang jauh lebih mahal untuk menyelamatkan mereka.
Kepada seluruh keluarga miskin ini diberikan kartu sehat yang dapat digunakan
untuk memperoleh pelayanan kesehatan secara gratis dan setiap kali berobat atau
mencari pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya, kartu sehat harus
dibawa (Departemen Kesehatan, Program JPSBK, 1998).
3. Pendistribusian Dana
Dana JPSBK disalurkan kepada puskesmas dan bidan di desa (BDD) melalui PT.Pos
Indonesia. Pengunaan jasa PT.Pos Indonesia dalam penyaluranan dana JPSBK ini
karena lembaga ini dapat menjangkau seluruh tempat di wilayah nusantara bahkan
sampai ke pelosok-pelosok desa terpencil sekalipun. Dengan menggunakan jasa
PT.Pos Indonesia juga ditujukan untuk menghindarkan proses birokrasi yang
berbelit-belit didalam menyalurkan menyalurkan dana JPSBK sehingga dana tersebut
dapat cepat sampai ke tangan yang berhak menerimanya dan dapat segera
dipergunakan untuk meringankan beban hidup masyarakat miskin terutama di
bidang kesehatan.
Setiap pencairan dana program harus diterima langsung dan secara utuh oleh kepala
puskesmas dan bidan di desa. Selanjutnya dana tersebut akan digunakan untuk
memberikan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kebidanan dan perbaikan gizi
bagi keluarga miskin.
Adapun alokasi dana JPSBK ini ditetapkan sebagai berikut :
a. Alokasi jumlah dana di PT.Pos Indonesia ditentukan oleh pusat untuk setiap
kabupaten/kodya berdasarkan jumlah sasaran dikalikan biaya satuan
kabupaten/kodya setempat (biaya satuan ditetapkan oleh pusat). Alokasi
tersebut sifatnya maksimal dan tetap.
b. Penetapan alokasi dana ini di tingkat kabupaten/kodya ke bawah (kecamatan dan
desa/BDD) dilakukan oleh Tim Kordinasi Kabupaten (yang terdiri dari
Dana yang dicairkan oleh Kepala Puskesmas elanjutnya akan dipergunakan untuk
membiayai kegiatan :
a. Pelayanan kesehatanbagi keluarga miskin di puskesmas dan jaringannya atau
oleh puskesmas di keluarga sasaran.
b. Rujukan ibu hamil/bersalin/nifas dari puskesmas ke rumah sakit daerah tingkat II
c. Pertolongan persalinan normal di desa dan puskesmas
d. Program makanan tambahan pemulihan untuk ibu hamil dan nifas kurang energi
kronis
Sedangkan dana yang telah dicairkan oleh BDD dapat dipergunakan untuk
membiayai kegiatan :
a. Pelayanan antenatal
b. Pelayanan ibu nifas dengan bayi neonatalnya
c. Transportasi rujukan ibu hamil/nifas ke puskesmas/rumah sakit daerah tingkat II
dengan seorang pendampingnya.
Kepala puskesmas dan BDD mencatat semua jenis pengeluaran dan menyimpan
bukti pengeluaran yang setiap saat dapat diperiksa oleh pemeriksa internal
(pemerintah), maupun eksternal termasuk Tim Asean Development Bank (ADB) atau
lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang ditugasi untuk itu.
Penutup
JPSBK merupakan suatu program untuk mengatasi dampak krisis moneter terhadap
kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan dan rujukan secara gratis
kepada keluarga miskin dimanapun tanpa harus melalui prosedur yang sulit. Untuk
itu diperlukan adanya kerjasama dan koordinasi yang erat dengan berbagai sektor
terkait terutama dalam perencanaan, penggerakan, pelaksanaan dan
pemantauan/pengawasan.