Anda di halaman 1dari 9

Upaya Peningkatan Produktivitas dengan Menggunakan Metode Total

Productive Maintenance (TPM)


Di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit Cirebon
M. Nana Trisolvena, Een Nur Aeni
Prodi Teknik Industri
Universitas Muhammadiyah Cirebon
Jl. Tuparev 70, Cirebon, 45153
Telp.: +62-231-209608, +62-231-209625. Fax.: +62-231-209608
E-mail: info@umc.ac.id

Abstract
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Cirebon City has implemented the Total Productive
Maintenance in order to improve the efficiency and effectiveness of the overall manufacturing
company. However, in practice is still not optimal seen from not achieving production targets. The
study aims to measure the effectiveness of the equipment value, find the root cause of the problem
and propose improvements. The study was conducted on a machine pellet mill during the period from
December 2015 to have the highest level of downtime. The study began by measuring attainment
Efectiveness Overall Equipment (OEE), then identifies six big losses that occur. The results showed
that the average value of OEE On pellet mill machinery amounted to 85.22%, the value of the
effectiveness is quite good because the standard value for the company's world-class OEE ideally is
85%. The corrective actions proposed to PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Cirebon is an
increase in the autonomous maintenance, improve the implementation of 5S (quick, neat, rehearsal,
patient, industrious) and as well as monitoring the operator about the cleanliness of the workplace.

Keywords : Total Productive Maintenance, Overall Equipment Efectiveness, Six Big Lossess

PENDAHULUAN segala bentuk perawatan dilakukan oleh divisi


PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit teknik.
Cirebon merupakan perusahaan yang bergerak Namun demikian pelaksanaan kegiatan
dalam bidang manufaktur yang menghasilkan perawatan selama ini hanya ditentukan dengan
produk berupa pakan ternak. PT. Japfa intuisi. Strategi yang diterapkan pada kegiatan
Comfeed Indonesia Tbk. Unit Cirebon membagi perawatan pun masih belum memiliki patokan
proses produksinya menjadi 4 section yaitu yang jelas, sehingga banyak terjadi kegagalan
intake section, batching section, pellet section, fungsi pada mesin produksi terutama pada
dan packing section. Keempat bagian tersebut mesin pellet.
merupakan proses yang paling beresiko apabila Kerusakan yang dialami oleh
mengalami downtime. Masalah yang dapat mesin pellet mengakibatkan efisiensi produksi
mengganggu proses produksi antara lain menjadi menurun karena ketidakmampuan
kerusakan pada mesin sehingga terjadi mesin untuk melakukan proses pengolahan.
downtime pada mesin tersebut. Salah satu Untuk itu perlu dilakukan analisa terhadap
downtime yang sering terjadi yaitu pada mesin faktor-faktor penyebab breakdown pada mesin
pellet, kerusakan yang terjadi bisanya pada die. sehingga diperoleh langkah-langkah perbaikan
Kerusakan tersebut berdampak pada untuk dapat menurunkan downtime. Diperlukan
meningkatnya downtime pada mesin pellet. suatu pengukuran efektivitas pada lini produksi
Pelaksanaan perbaikan mesin selama ini terkait untuk mengetahui kinerja peralatan
bersifat breakdown maintenace dan corrective produksinya apakah telah beroperasi secara
maintenance. Corrective dan breakdown optimal, maka diusulkan dengan menganalisa
maintenance hal tersebut tidak dapat menggunakan TPM.
menunjukkan kapan terjadinya suatu mesin Sasaran penerapan TPM yaitu Zero
atau komponen akan rusak. Kerugian yang Accident, Zero Breakdown, Zero Crisis dan
timbul dari sistem maintenance tersebut Zero Defect yang pada akhirnya tercapainya
diantaranya adalah biaya kehilangan produksi, Overall Equipment Effectiveness (OEE), yang
biaya perbaikan yang lebih tinggi serta biaya didalamnya adalah kalkulasi Availability x
lembur karena kehilangan produksi. Sedangkan performance rate x dan Quality rate x 100%.
untuk kegiatan perawatan yang selama ini Keberhasilan implementasi TPM sangat
dilakukan diperusahaan merupakan tanggung tergantung dari keberhasilan tim kerja yang
jawab dari divisi teknik yang berada dibawah dibentuk. Tim kerja tersebut terdiri dari bagian
departemen produksi, sehingga pelaksanaan produksi, pemeliharaan dan teknisi yang

22 Jurnal Improvement Vol 6 No 1 Januari-Juni 2016


masing-masing saling mengkomunikasikan Unit Cirebon. Survei penelitian dilakukan pada
keahlian dan pengalamannya dalam mengenali tanggal 4 Januari 2016 hingga 4 Februari 2016.
dan menyelesaikan masalah pemeliharaan Teknik Pengolahan Data
fasilitas dan perlengkapannya. Hal ini dilakukan Pengolahan data dilakukan dengan
agar terjadi hubungan yang kooperatif dalam mengukur nilai Overall Equipment Effectiveness
menyelesaikan masalah kegiatan pemeliharaan (OEE) dengan perbandingan nilai downtime
fasilitas produksi yang efektif. Kegiatan dari section pellet mill. Periode perhitungan
dari team ini adalah melakukan rencana dan diambil 1 bulan yaitu periode bulan Desember
perbaikan sistem pemeliharaan agar 2015. Adapun langkah-langkah untuk
ketersediaan fasilitas produksi yang digunakan memperoleh nilai OEE yaitu dengan
meningkat, efisiensi kegiatan pemeliharaan dan menghitung nilai dari availability, performance,
mereduksi waktu perbaikan sehingga biaya dan quality sebagai berikut :
pemeliharaan lebih efisien. Hasil perbaikan a. Perhitungan Availability (ketersediaan)
sistem pemeliharaan tersebut disampaikan Availability dari suatu peralatan sangat
kepada operator produksi melalui pelatihan. dipengaruhi oleh besar kecilnya downtime yang
Berdasarkan permasalahan dan fakta terjadi terhadap suatu peralatan. Semakin
yang sudah didapat, dilakukan suatu besar downtime maka jumlah waktu yang
pengukuran efektivitas pada sub. Departemen tersedia untuk melakukan proses produksi
bagian produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia menjadi semakin berkurang, akibatnya jumlah
Tbk. Unit Cirebon untuk mengetahui kinerja output produk yang dihasilkan oleh mesin atau
peralatan produksinya apakah telah beroperasi peralatan. Untuk mendapatkan nilai Availability
secara optimal, analisis yang dilakukan yaitu dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai
menggunakan Perhitungan OEE, availability berikut:
ratio, performance ratio, dan quality ratio
bermaksud mendapatkan manfaat paling efektif
dari nilai suatu peralatan serta membangun b. Perhitungan Performance
sistem Preventive Maintenance, Autonomous Performance merupakan kemampuan
Maintenance, Focused Improvement, Skill Up peralatan untuk menghasilkan suatu produk.
Collage, MP Design, Quality Maintenance, TPM Rendahnya nilai performance peralatan yang
Kantor dan K3 mesin yang ramah lingkungan tidak sesuai dengan standar ideal dipengaruhi
mengikutsertakan semua orang yang berkaitan oleh niai ideal cycle time yang rendah. Ideal
dengan mesin mempersyaratkan dukungan dan cycle time yang rendah disebabkan karena total
kerjasama setiap orang mulai dari manager delay terutama downtime kerusakan peralatan
kebawah mempromosikan kegiatan TPM ke yang sangat tinggi. Untuk mendapatkan nilai
seluruh Departemen Produksi dan Performance dapat dilakukan dengan
Pemeliharaan. perhitungan sebagai berikut:
Adapun tujuan Peneliti melakukan
penelitian ini adalah untuk memperoleh nilai c. Perhitungan Quality
OEE dari mesin atau peralataan produksi yang Kemampuan peralatan dalam
telah ditentukan menjadi objek penelitian, menghasilkan produk yang sesuai dengan
mengetahui akar penyebab masalah dari nilai standar. Kondisi berjalan sesuai kondisi ideal
OEE mesin pellet PT. Japfa Comfeed Indonesia dengan memperhatikan waktu operasi yang
Tbk. Unit Cirebon, mengetahui besarnya ada. Hal tersebut menunjukkan bahwa produk
masing-masing faktor yang terdapat di six big yang dihasilkan mesin sangat baik. Untuk
losses yang memberikan kontribusi terbesar mendapatkan nilai Quality dapat dilakukan
dari keenam faktor six big losses dan dengan perhitungan sebagai berikut:
pembahasan akan lihat menggunakan
menggunakan diagram pareto, melakukan
analisis terhadap faktor yang menjadi prioritas d. Perhitungan Overall Equipment
utama sebagai dasar untuk dilakukan perbaikan Effectiveness (OEE).
menggunakan diagram sebab-akibat, Setelah nilai Availability, Performance dan
mengajukan strategi-strategi pemecahan Quality dihitung, kemudian meakukan
masalah yang terjadi. perhitungan nilai OEE untuk mengetahui
besarnya efektivitas mesin tersebut. Rumus
METODE yang digunakan untuk mengukur nilai OEE
Metode Pengumpulan Data adalah sebagai berikut:
Data yang diperoleh adalah hasil
pengamatan dari bagian sub. Departemen
Produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. e. Perhitungan OEE Six Big Losses
OEE Six Big Losses merupakan enam
kerugian yang dialami oleh suatu mesin. Tujuan

Jurnal Improvement Vol 6 No 1 Januari-Juni 2016 23


dari perhitungan six big losses ini adalah untuk
mengetahui nilai efektivitas keseluruhan
(Overall Equipment Effectiveness/OEE). Dari
nilai OEE dapat diambil langkah-langkah untuk
memperbaiki atau mempertahankan nilai
tersebut.
Dari keenam kerugian tersebut dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :
A. Downtime Losses
Downtime adalah kurangnya waktu
produksi yang terjadi karena terjadi akibat
gangguan dari internal maupun dari eksternal
baik berupa mesin rusak, listrik mati,
pemanasan mesin dan lain sebaginya. Dalam
perhitungan Overall Equipment Effectivenes
(OEE) waktu kerusakan mesin, pemanasan
mesin, dan gangguan listrik dikategorikan
sebagi six big losses. Equipment failure
(breakdown) dan waktu setup and adjustment Berdasarkan tabel 1 5S yang sudah
merupakan dari six big losses yang dapat diterapkan di PT. Japfa Comfeed Indonesia
menurunkan produksi bagi perusahaan. Tbk. Unit Cirebon sudah dikatakan berhasil
B. Speed Loss dilihat dari kondisi kenyataannya dimulai dari
Speed loss terjadi jika suatu mesin ruangan kantor, gudang penyimpanan bahan
beroperasi tidak sesuai dengan kecepatan baku, gudang penyimpanan produk, hingga
spesifikasi maksimumnya. Speed loss area produksi, sudah sesuai dengan penerapan
diakibatkan karena terjadi suatu keausan akibat 5S.
pisau tumpul dan banyaknya scrap yang
nempel pada mesin. Faktor yang Autonomous Maintenance (Perawatan
mempengaruhi Speed loss adalah idling and Mandiri)
minor stoppages. Dua kerugian yang PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit
diakibatkan Speed Losses adalah Idling and Cirebon telah membekali karyawannya melalui
Minor Stoppages, Reduced Speed training TPM Perawatan Mandiri dimana
C. Defect Loss training pelatihan perawatan mandiri tersebut
Defect Loss adalah mesin tidak untuk melibatkan operator mesin agar tidak
menghasilkan produk yang sesuai dengan hanya bekerja sebagai operator mesin saja
standart yang telah ditentukan oleh perusahaan tetapi juga melakukan aktivitas perawatan
atau pun standart yang ditetapkan oleh Standar mesin secara sederhana (cleaning, lubrication,
Nasional Indonesia (SNI). Faktor yang checking, dll). Aktivitas yang dilakukan operator
dikategorikan ke dalam Defect Loss adalah PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit
rework loss dan scrap loss. Dua kerugian yang Cirebon yaitu dengan melakukan 7 langkah
diakibatkan Defect Loss adalah rework Loss menuju autonomous maintenance yaitu sebagi
dan Yield/Scrap Loss. berikut :
1. Pembersihan awal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengolahan data yang telah 2. Menghilangkan Sumber Kotoran, bagian
dilakukan, maka dapat dilakukan analisis 8 pilar yang sulit dibersihkan dan area inspeksi
TPM, sebagai berikut: 3. Melakukan pembersihan, mencegah kotoran
5S (Ringkas, Rapih, Resik, Rawat, Rajin) kembali, inspeksi dan menyetandarkan
Berdasarkan survei PT. Japfa Comfeed pelumasan
Indonesia Tbk. Unit Cirebon sudah 4. Inspeksi Menyeluruh (Pemeriksaan
menerapkaan 5S dimana kondisi yang ada 5. Pemeriksaan Mandiri (Autonomous
berdasarkan penerapannya dapat dilihat pada Inspection)
tabel 1 dibawah ini : 6. Pembakuan aktivitas Pembersihan, Inspeksi
Tabel1 Lingkungan PT. Japfa Comfeed dan dokumentasi.
Indonesia Tbk. Unit Cirebon 7. Membangun Tim Kerja dan Autonomous
Berdasarkan Penerapan 5S (Ringkas, Management dengan Continues
Rapih, Resik, Rawat, Rajin) Improvement

24 Jurnal Improvement Vol 6 No 1 Januari-Juni 2016


Kaizen (Perbaikan Terus Menerus) investigasi insiden berdasarkan data dan fakta
Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan kejadian. Mengidentifikasi penyebab terjadinya
pencapaian seperti memproduksi sesuai kecelakaan secara sistematis melalui bukti-
dengan waktu siklus yang sudah ditentukan, bukti yang didapat dari para saksi, kondisi
mengantisipasi peralatan agar tidak terjadi tempat kejadian, peralatan yang digunakan,
breakdown, zero accident, dan zero defect. serta sistem pengelolaan yang berkaitan.
Planned Maintenance Lebih jauh, bagaimana perusahaan belajar
Pihak maintenance PT. Japfa Comfeed untuk mencegah hal serupa terulang kembali.
Indonesia Tbk. Unit Cirebon selalu d. Training TPM Konsep
menjadwalkan kegiatan perbaikan untuk hari Pelatihan ini ditujukan untuk mengurangi
berikutnya dan melakukan perawatan sesuai pemborosan yang sering terjadi („Six Big
dengan kalender yang jadwal maintenance Losses„) dalam menggunakan mesin produksi,
yang ditetapkan oleh sub. Departement sehingga „Overall Equipment Efficiency„ dapat
produksi. tercapai, terdiri atas TPM Konsep, TPM
Quality Maintenance Perawatan Mandiri dan TPM Perawatan
Quality maintenance yang dilakukan di Terencana
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit e. Training Perawatan Mandiri
Cirebon setiap output yang dihasilkan oleh Bertujuan agar operator mesin mempunyai
setiap kegiatan produksi selalu di periksa paradigma bahwa kinerja mesin tidak hanya di
kualitasnya hal tersebut untuk mengatisipasi tentuan oleh departemen maintenance saja
terjadinya produk cacat . tetapi juga ditemtukan oleh operator mesin itu
Training sendiri.
Pelatihan diberikan kepada operator untuk f. Training Planned Maintenance
meningkatkan kemampuan operator dalam Bertujuan untuk suatu peralatan agar
melakukan kegiatan di perusahaan. Training mendapat giliran perbaikan sesuai dengan
yang pernah dilakukan di PT. Japfa Comfeed interval waktu yang telah ditentukan sedemikian
Indonesia Tbk. Unit Cirebon adalah sebagai rupa sehingga kerusakan besar dapat dihindari.
berikut : g. Training 5S PTBMB (Pilah, Tata,
a. Etos kerja Bersihkan, Mantapkan, Biasakan)
Bertujuan untuk mengembangkan Untuk meningkatkan produktivitas pekerja,
mindset, perilaku, kebiasaan, dan kepribadian menciptakan pola kerja yang hemat dan disiplin
peserta agar dapat mengelola dan meningkatan tinggi, pemanfaatan barang yang bisa
nilai perusahaan melalui kolaborasi, disiplin, digunakan sebagai alat bantu kerja,
tanggung jawab, integritas, etika, dedikasi, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat,
kontribusi. Termasuk, mengembangkan nilai- aman dan nyaman, mengurangi resiko
nilai budaya kerja yang menuju pada cara kerja kecelakaan kerja, dan sebagai bentuk
kolaboratif yang saling mendukung untuk kepedulian terhadap lingkungan .
mencapai kinerja perusahaan secara total, h. Gemba Kaizen dan Melawan Pemborosan
memahami kaitan antara etos kerja dan Pelatihan untuk mengidentifikasi dan
produktivitas karyawan, serta faktor-faktor yang mengurangi pemborosan di seluruh sistem
mempengaruhi motivasi kerja, kerja dan proses perusahaan melalui
merumuskan strategi untuk penerapan budaya Kaizen (perbaikan bertahap
membangun kualitas dan kompetensi secara berkesinambungan).
diri dilingkungan masing-masing, serta i. Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO
mengimplementasikan budaya kerja dan nilai- 9001
nilai perilaku kerja terbaik secara profesional. Untuk dapat mencapai Standar
b. Training K3 dasar Manajemen Mutu yang terakreditasi secara
Bertujuan untuk memberi gambaran internasional, agar „Japfa World Class’ dapat
kepada para peserta tentang bagaimana terwujud, maka Perseroan secara konsisten
mengelola lingkungan kerja yang aman, melatih karyawannya dengan memberikan
nyaman, bebas kecelakaan dan penyakit akibat paket pelatihan yang wajib diikuti dan
kerja. Serta bagaimana menerapkan prinsip diimplementasikan. Paket pelatihan ini
prinsip Keselamatan dan kesehatan kerja di diberikan agar karyawan benar-benar bekerja
lingkungan kerja sehingga terciptanya budaya menurut standar manajemen mutu dan bukan
Keselamatan dan kesehatan kerja yang akan sekedar mempunyai sertifikat standar mutu.
berdampak berkurangnya kecelakaan kerja di Pelatihan tersebut meliputi konsep ISO,
tempat kerja. Kebijakan dan sasaran mutu, Business Process
c. Training K3 Lanjutan flow, Customer Satisfaction Measurement, ISO
Bertujuan untuk mengembangkan Internal Audit.
kompetensi pengawas dalam melakukan

Jurnal Improvement Vol 6 No 1 Januari-Juni 2016 25


j. Pelatihan untuk meningkatkan o. Training Manajemen Arsip
profesionalisme karyawan, seperti Tujuan dari training manajemen kearsipan
programprogram kepemimpinan, adalah sebagai berikut :
penyusunan visi dan misi, presentasi Memberikan pemahaman kepada karyawan
efektif, manajemen office: korespondensi akan peranan dan pentingnya pengelolaan
dan pengarsipan dan lain-lain. arsip dalam manajemen perusahaan.
k. Pelatihan yang bersifat membangun sikap Membekali karyawan dengan teknik-teknik dan
mental positif dan mengembangkan daya cara-cara yang efektif dalam mengelola arsip.
intelektual pribadi. Setelah mengikuti pelatihan tersebut
a. PMAB (Positive Mental Attitude karyawan akan dapat mengelola arsip
Building) perusahaan secara professsional dengan
b. Excellent Communication. sistem yang benar, efektif dan dapat
c. PADC (Problem Analysis and Decision diaplikasikan dengan kebutuhan perkembangan
Choice) perusahaannya.
d. Adversity Quotient p. Presentasi Efektif
l. Training ISO 14001 Presentasi efektif akan membuat
Pelatihan ISO 14001 bertujuang sebagai seseorang mampu menyampaikan informasi
berikut : secara sistematis, singkat dan jelas. Tujuannya
a. Dapat memahami pengertian dasar beragam dari mulai yang sifatnya informatif
lingkungan, isu-isu mengenai (pesan) sampai dengan persuasif (pesan dan
lingkungan baik domestik. kesan). Presentasi efektif dimulai dari
b. Memahami pengelolaan lingkungan menyusun materi presentasinya, penggunaan
berdasarkan ISO 14001. media atau aplikasi program untuk membuat
c. Memahami konsep manajemen penampilan presentasi atraktif, cara
lingkungan. menyampaikan presentasi, dan menanggapi
d. Memahami tentang peraturan audience presentasi. Umumnya seseorang
perundangan dan persyaratan lainnya belajar hal tersebut secara otodidak karena
terkait pengelolaan lingkungan. tuntutan keadaan atau pekerjaan.
e. Memahami produk ramah lingkungan. Pelatihan ini akan memberikan
m. Training ISO 9004:2009 pemahaman kepada para peserta mengenai
Pelatihan ISO 9004:2009 bertujuan untuk keseluruhan presentasi efektif. Selain itu para
meningkatkan kinerja operasional perusahaan peserta akan dilatih sampai mampu melakukan
secara secara menyeluruh dan presentasi yang efektif dari mulai penyiapan
berkesinambungan. materi pelatihan sampai kepada melakukan
n. Training Service Excellence presentasi dan mempengaruhi audience.
Tujuan dari Training Service Excellence Untuk melengkapi pesertanya mengenai
adalah memberikan wawasan, inspirasi, serta Pemahaman dan ketrampilan instruktur akan
motivasi kepada Customer Service perusahaan menyampaikan pelatihan secara :
anda untuk : a. Practical karena dilengkapi dengan
a. Berkomitmen terhadap Performance form yang langsung dapat digunakan
Tim Customer Service. dan contoh nyata kasus di pekerjaan
b. Berkomitmen untuk menjadi teladan b. Inspiring dimana cara penyampaian
terhadap Performance Tim Customer instruktur akan membuat peserta
Service dan tindakan yang harus tergerak untuk menerapkannya di
dilakukan pekerjaan
c. Mengetahui bagaimana membuat c. enjoyable dengan metode instruktur
“Performance Outstanding. yang akan membuat pelatihan diselingi
d. Menyusun strategi Performance aktivitas yang sifatnya fun, sehingga
perusahaan agar dipegang teguh dan peserta relaks dan antusias selama
dilaksanakan pelatihan.
e. Meningkatkan citra perusahaan anda di Setelah mengikuti pelatihan ini, para
mata masyarakat. peserta diharapkan mampu melakukan:
a. Merancang sebuah presentasi efektif.
b. Teknik penggunaan media presentasi
yang berbasis aplikasi computer.
c. Teknik menyampaikan presentasi
efektif.
d. Trik mengatasi audience dengan
beragam karakter.

26 Jurnal Improvement Vol 6 No 1 Januari-Juni 2016


q. Training Investigasi Keselamatan Kerja c. Pemasangan Rambu-rambu Keselamatan
Tujuan dari melakukan Training dan Kesehatan Kerja (K3)
Investigasi Keselamatan Kerja tersebut Berdasarkan analisa 8 pilar TPM secara
adalah : keseluruhan penerapan TPM pada PT. Japfa
a. Untuk memperbaiki kualitas Comfeed Tbk. Unit Cirebon sudak memenuhi
keselamatan kerja kriteria kegiatan yang ada pada setiap pilar
b. Mengurangi kesempatan terjadinya TPM.
kecelakan kerja serupa dimasa datang Analisa Perhitungan Overall Equipment
Effectiveness (OEE)
c. Menyediakan atau membangun tempat Analisa perhitungan overall equipment
atau lingkungan kerja yang aman
effectiveness di PT. Japfa Comfeed Indonesia
Office TPM
Tbk. Unit Cirebon dilakukan untuk melihat
Kegiatan TPM yang dilakukan di bagian
tingkat efektivitas penggunaan mesin pellet mill
kantor yaitu :
selama 1 bulan. Pengukuran Overall Equipment
1. Kegiatan 5S (ringkas, rapi, resik, rawat dan
Effectiveness (OEE) merupakan perkalian
rajin) untuk dokumen dan alat-alat tulis.
antara Availability, Performance Efficiency dan
2. Planned Maintenance terhadap fasilitas
Rate of Quality Products. Hasil pengolahan
kantor seperti AC, komputer, printer dan
data yang dilakukan pada bulan Desember
lain-lain.
2015 di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit
3. Autonomous maintenance yang dilakukan
Cirebon adalah sebagai berikut :
yaitu perawatan pada dokumen
1. Periode bulan Desember 2015 diperoleh
perusahaan.
nilai Availability Ratio dari mesin pellet mill
4. Quality maintenance yang dilakukan
sebesar 87,95%, nilai tersebut di bawah nilai
dengan melakukan pengecekan fasilitas
standar Availability Ratio yaitu >90% (Japan
kantor sebelum digunakan.
Institute Of Plant Maintenace For Availability
Safety (keamanan), Healt (kesehatan), dan Ratio).
Evironment (lingkungan) Jadi, dapat dikatakan bahwa nilai Availability
Kegiatan yang sudah dilakukan di PT. Ratio untuk mesin pellet mill pada periode
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Cirebon bulan Desember masih kurang ideal
meliputi : 2. Periode bulan Desember 2015 diperoleh
nilai Performance Ratio dari mesin pellet mill
1. Pemeliharaan kesehatan bagi karyawan sebesar 96,90%, nilai tersebut di atas nilai
Pemeliharaan kesehatan bagi karyawan
standar Performance Ratio yaitu >95%
diberikan kepada karyawan yang sudah 1
(Japan Institute Of Plant Maintenace For
(satu) tahun bekerja. Bantuan pemeliharaan
Performance Ratio).
kesehatan bagi karyawan antara lain :
Jadi, dapat dikatakan bahwa nilai
a. Bantuan persalinan
Performance Ratio untuk mesin pellet mill
b. Bantuan kacamata
pada periode bulan Desember sudah ideal.
c. Pengobatan karyawan
3. Periode bulan Desember 2015 diperoleh
Untuk pengobatan karyawan yang sudah
nilai Quality Ratio dari mesin pellet mill
terdaftar pada program kesehatan BPJS
sebesar 100%, nilai tersebut di atas nilai
mendapat fasilitas kesehatan BPJS. Selain itu
standar Quality Ratio yaitu >99% (Japan
ada beberapa pihak yang bekerjasama dengan
Institute Of Plant Maintenace For Quality
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit
Ratio).
Cirebon untuk pemenuhan kesehatan bagi
Jadi, dapat dikatakan bahwa nilai Quality
karyawan. Penyediaan Kotak Pertolongan
Ratio untuk mesin pellet mill pada periode
Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
bulan Desember sudah ideal.
Untuk melakukan pertolongan pertama
4. Periode bulan Desember 2015 diperoleh
pada kecelakaan dan antisipasi adanya
nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE)
kecelakaan akibat kerja, maka PT. Japfa
dari mesin pellet mill sebesar 85,22%, nilai
Comfeed Indonesia Tbk. Unit Cirebon telah
tersebut di atas nilai standar Overall
menyediakan obat-obatan yang diperlukan
Equipment Effectiveness (OEE) yaitu >85%
dalam penanganan kecelakaan yang mungkin
(Japan Institute Of Plant Maintenace For
terjadi yang tersedia pada kotak pertolongan
Overall Equipment Effectiveness).
pertama pada kecelakaan (PPPK) yang telah
Jadi, dapat dikatakan bahwa nilai Overall
ditempatkan di setiap lokasi yang sudah
Equipment Effectiveness (OEE) untuk mesin
ditentukan sebelumnya.
Pellet Mill pada periode bulan Desember 2015
2. Keselamatan Kerja sudah ideal.
a. Alat Pelindung Diri Dari hasil yang diperoleh rata-rata Overall
b. Penanganan Keadaan Darurat Equipment Effectiveness (OEE) telah

Jurnal Improvement Vol 6 No 1 Januari-Juni 2016 27


memenuhi standar Japan Institute Of Plant Gambar 1 Diagram Pareto Six Big Losses
Maintenace (JIMP). Akan tetapi ada nilai Berdasarkan analisa menggunakan
Availability Ratio yang belum memenuhi diagram pareto tingkat kerugian yang dihasilkan
standar JIMP, hal tersebut dikarenakan waktu oleh six big losses yaitu 0% dapat diartikan
downtime yang sangat tinggi. Sehingga perlu tidak ada faktor six big losses yang
dievaluasi kembali pada sistem pemeliharaan. menyebabkan rendahnya nilai OEE .
Analisa Perhitungan OEE Six Big Losses Analisis Diagram Sebab Akibat (Fishbone
Setelah nilai OEE didapat maka Diagram)
selanjutnya melakukan perhitungan OEE six big Berdasarkan hasil analisa keseluruhan di
losses. Semua data yang bersangkutan dengan ketahui bahwa nilai yang tidak memenuhi
OEE six big losses diolah dan menghasilkan standar Japan Institute Of Plant Maintenace
nilai OEE six big losses sebagai berikut : (JIMP) yaitu Availability Ratio. Kemudian akan
1. Nilai Breakdown Losses pada bulan dilakukan analisa dengan menggunakan
Desember 2015 sebesar 0% diagram sebab akibat (fishbone diagram) untuk
2. Nilai Set up/Adjustment Losses pada bulan mengetahui mengapa pada periode bulan
Desember 2015 sebesar 0% . Desember 2015 mesin produksi pellet mill
3. Nilai Idling and Minor Stoppage Losses mengalami downtime yang sangat tinggi.
pada bulan Desember 2015 sebesar 0%. Gambar 5.2. Menunjukkan diagram sebab
4. Nilai Reduce Speed Losses pada bulan akibat (fishbone) untuk mengetahui apa saja
Desember 2015 sebesar 0%. faktor yang menyebabkan tidak beroperasinya
5. Nilai Rework Losses pada bulan Desember mesin.
Metode Manusia

2015 sebesar 0%. Penjadwalan penggantian

6. Nilai Reduced Yield Losses/scrap pada komponen kurang efektif

Menunggu Komponen Rusak Kejenuhan

bulan Desember 2015 sebesar 0%. Autonomous Maintenance


berjalan kurang baik Kurang Teliti

Dari data-data yang diperoleh, six big Pembersihan Komponen Kejar Target Keletihan
Kurang Maksimal(magnet)

losses yang terjadi ditunjukkan pada Tabel 2 Tidak dibersihkan


Downtime Mesin
Pellet Mill

sebagai berikut : Kebersihan


mesin kurang No problem
Jam Kerja Mesin
Tinggi Komponen Aus
Siklus Mesin Melambat

Mesin Sering

Tabel 2 Persentase Faktor Sig Big Losses Sisa Proses Peluang Rusak
Tinggi
Breakdown

Masuk Benda Asing


No Six Big losses
Total Losses Persentase Kumulatif Suhu Steam Tinggi Mixer dan pellet kurang bersih
Bahan baku pakan yang mempunyai
saat pergantian kode pakan
% Persentas % perbedaan kebutuhan steam
Die macet,roll rwils selip

1 Idling & Minor Stoppages Losses 0 0,0% 0% Lingkungan Material Mesin

2 Setup and Adjustmant 0 0,0% 0%


3 Breakdown Losses 0 0,0% 0%
Gambar 2 Diagram Sebab Akibat Idling
4 Reduced Speed Loss 0 0,0% 0% And Minor Stoppages Loss
5 Scrap 0 0,0% 0%
6 Defect 0 0,0% 0% Usulan Penyelesaian Masalah Downtime
Total 0,00 0% Nilai Availability Ratio yaitu sebesar
Dengan melakukan analisis pareto 87,95% nilai tersebut belum memenuhi standar
terhadap seluruh jenis losses, akar Availability Ratio (Japan Institute Of Plant
permasalahan yang sesungguhnya dapat Maintenace For Availability Ratio). yaitu >90%.
ditemui (Betrianis dan Suhendra, 2005). Dari Faktor penyebab rendahnya nilai tersebut di
six big losses diatas dapat digambarkan karenakan tingginya waktu downtime pada
diagram pareto untuk memperlihatkan dengan mesin pellet mill di periode bulan Desember
jelas pengaruh six big losses tersebut terhadap 2015 dikarenakan sebagai berikut :
efektivitas mesin pellet mill. Pada Gambar 5.1. Tabel 3 Penyelesaian Masalah Downtime
dapat dilihat tingkat kerugian yang dihasilkan
oleh faktor six big losses yang menyebabkan
rendahnya nilai OEE.

Pareto Six Big Losses


100%
20
Total Time Losses

15
Persentase

50%
10

0 0%

Six Big
Losses

28 Jurnal Improvement Vol 6 No 1 Januari-Juni 2016


f. Nilai Reduced Yield Losses/scrap pada
bulan Desember 2015 sebesar 0%.
3. Dari hasil pembahasan diatas bahwa
tingkat kerugian yang dihasilkan oleh six big
losses yaitu 0% dapat diartikan tidak ada
faktor six big losses yang menyebabkan
rendahnya nilai OEE.
4. Dari hasil pembahasan diketahui tdak ada
yang menjadi faktor dominan dari six big
losses, tetapi yang menjaadi permasalahan
dalam tidak tercapainya nilai Availability
Ratio yaitu dkarenakan waktu downtime
yang sangat tinggi.
5. Setrategi yang dapat menyelesaikan
masalah tersebut yaitu dengan menurunkan
nilai downtime yaitu dengan cara sebagai
berikut :
a. Memperbarui atau merawat mesin
produksi
b. Evaluasi pekerja secara berkala
c. Memperhatikan efisiensi dari proses
KESIMPULAN manufaktur yang sedang berjalan
Dengan penerapan total productive d. Membentuk target dan sistem
maintenance (TPM) menggunakan pengukuran penghargaan yang tepat
efektivitas dengan melakukan pengukuran Dari kesimpulan tersebut, maka dapat
Overall Equipment Effectiveness (OEE) dalam rekomendasikan perbaikan untuk
usaha peningkatan efektivitas produksi pada permasalahan downtime diuraikan sebagai
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit berikut :
Cirebon. 1. Melakukan pengecekan kesiapan mesin
Dari hasil pengukuran dan analisa maka dengan teliti pada saat sebelum dan
dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : sesudah digunakan.
1. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa 2. Memberikan insentif untuk mendorong
rata-rata nilai OEE pada mesin pellet mill kinerja operator.
periode bulan Desember 2015 adalah 3. Memberikan teknisi yang ahli untuk
sebagai berikut : mengerjakan perbaikan ataupun perawatan
a. Availability Ratio 87,95% berkala pada mesin.
b. Performance Ratio 96,90% 4. Menempatkan dan memposisikan
c. Quality Ratio 100% komponen-komponen bekas yang sudah tak
d. Overall Equipment Effectiveness 85,22% terpakai
. 5. Membersihkan mesin dan area kerja
Berdasarkan standar Japan Institute of sebelum atau sesudah proses operasi.
Plant Maintenance (JIPM) telah menetapkan 6. Melakukan pengecekkan berkala untuk
standar benchmark yang telah dipraktekan memastikan setting mesin dilakukan dengan
secara luas di seluruh dunia Jika OEE = benar.
85%, produksi dianggap kelas dunia. 7. Melakukan pengecekan mesin pada
2. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa komponen mesin yang kritis dan dilakukan
rata-rata six big losses pada mesin pellet perbaikan komponen mesin yang mudah
mill di periode bulan desember 2015 adalah aus tersebut.
sebagai berikut : 8. Meningkatkan Outonomous Maintenance.
a. Nilai Breakdown Losses pada bulan 9. Peningkatan keahlian kerja melalui training,
Desember 2015 sebesar 0% pendidikan maupun diklat diperusahaan
b. Nilai Set up/Adjustment Losses pada agar pencapaian penerapan TPM lebih
bulan Desember 2015 sebesar 0% . maksimal dan tidak ada Breakdown pada
c. Nilai Idling and Minor Stoppage Losses mesin.
pada bulan Desember 2015 sebesar 0%
. DAFTAR PUSTAKA
d. Nilai Reduce Speed Losses pada bulan
Desember 2015 sebesar 0%. [1]. Heizer, J and Render, B., 2011,
e. Nilai Rework Losses pada bulan Operation management, sixth edition,
Desember 2015 sebesar 0%. Pearson Prentice Hall, New Jersey.

Jurnal Improvement Vol 6 No 1 Januari-Juni 2016 29


[2]. Nakajima, S., 1988, Introduction To
Total Productive Maintenance (TPM),
Productivity Press, Cambridge.
[3]. Nakajima, S., 1989, TPM Development
Program Implementing Total Productive
Maintenance, Productivity Press,
Cambridge.
[4]. Prawirosentono, S., 2011, Manajemen
Operasi, edisi ketiga, cetakan pertama.
Bumi Aksara, Jakarta.
[5]. Tampubolon, P.M., 2011, Manajemen
Operasi, edisi pertama, Ghalia,
Indonesia.

30 Jurnal Improvement Vol 6 No 1 Januari-Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai