WHEEL ALIGNMENT
& ECS
DAFTAR ISI
WHEEL ALIGNMENT
Pentingnya Wheel Alignment -------------------------------------------------------------------------------
Yang terjadi dalam proses Alignment --------------------------------------------------------------------
Peralatan yang diperlukan ----------------------------------------------------------------------------------
Ketinggian yang tepat ----------------------------------------------------------------------------------------
Prosedur diagnosa untuk Alignment------------------------------------------------------------------------
Chamber-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Caster --------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Toe ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Steering Axis Inclination (Sai) --------------------------------------------------------------------------------
Sudut -------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Keseimbangan Steering -------------------------------------------------------------------------------------
Pengesetan kembali ------------------------------------------------------------------------------------------
Thrust Angle ------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pusat steering ----------------------------------------------------------------------------------------------------
Toe keluar dari putaran -------------------------------------------------------------------------------------
Diagnosa dengan gejala mobil -----------------------------------------------------------------------------
Kesatuan frame dan body (Monocoque) ----------------------------------------------------------------
Sistem Suspensi -----------------------------------------------------------------------------------------------
Suspensi depan ------------------------------------------------------------------------------------------------
Suspensi belakang --------------------------------------------------------------------------------------------
Sprung Weight dan Unsprung Weight --------------------------------------------------------------------
Model penyederhanaan suspensi -------------------------------------------------------------------------
Osilasi sprung weight -----------------------------------------------------------------------------------------
SEMI-ACTIVE ECS
Semi-Active Ecs (Electronic Controlled Suspension) ------------------------------------------------
Sistem Sky Hook ------------------------------------------------------------------------------------------------
Sky Hook Damper – Keuntungan dari Damper tipe Reverse --------------------------------------
System Performance -----------------------------------------------------------------------------------------
Konstruksi dan Pengoperasian dari shock absorber -------------------------------------------------
Shock Absorber Ecs
Karakteristik Gaya Damping --------------------------------------------------------------------------------
Kontrol Semi-Active -------------------------------------------------------------------------------------------
Konstruksi dari Semi-Active Ecs ---------------------------------------------------------------------------
Inputs & Outputs -----------------------------------------------------------------------------------------------
Inputs
1) Terminal Alternator 'L' ----------------------------------------------------------------------------------
2) Switch rem ------------------------------------------------------------------------------------------------
3) Switch mode Ecs (Switch Sport/Normal) ----------------------------------------------------------
4) Sensor kecepatan mobil -------------------------------------------------------------------------------
5) Sensor Steering ------------------------------------------------------------------------------------------
6) Sensor Posisi Katup Gas ------------------------------------------------------------------------------
7) Sensor Percepatan (G-Sensor) ----------------------------------------------------------------------
Outputs
1) Relay Penggerak ----------------------------------------------------------------------------------------
2) Lampu Ecs ------------------------------------------------------------------------------------------------
3) Valve Solenoid (Tipe Proportional) ------------------------------------------------------------------
2 Training Material & Publication
WHEEL ALIGNMENT & ECS
WHEEL ALIGNMENT
Pemandangan yang tidak semestinya pada roda. Lihatlah dengan cermat 4 roda anda.
Jika salah satu dari mereka, memperlihatkan keausan roda yang berlebihan di salah satu
roda, terlihat meliuk, terdapat strip diagonal pada pinggiran atau memotong serat ban atau
mulai timbulnya bulu akibat serat ban pada pinggir, menandakan diperlukannya pelurusan
lagi.
Ketidaknormalan yang dirasakan saat mengemudi. Jika kemudi terasa berat dari biasanya,
atau jika roda tidak dapat balik ke posisi tengah saat kemudi dilepas, atau jika mobil terasa
tersendat sendat, mungkin roda rodanya sudah tidak lurus lagi.
Jika kemudi harus dimiringkan ke salah satu sisi saat roda depan diarahkan lurus kedepan,
Kesalahan saat pembuatan inspeksi mobil yang akurat, termasuk pengukuran tinggi untuk
memastikan kualitas dari kelurusan roda.
Gagal untuk menarik rear turn-plate pin selama pelurusan poros.
Pemasangan baut pada rear hub yang terlalu kencang, menyebabkan deformasi.
Ingatlah, untuk mengecek terlebih dahulu getaran bagian belakang mobil sebelum
mengganti dengan yang baru.
Pengecekan Alignment diperlukan saat kemudi, suku cadang suspensi, atau komponen dari
driveline FWD (front wheel drive) diganti atau saat dilakukan penggantian roda, atau saat
customer mengeluh adanya tarikan mobil, roda yang lecet, melengkung, atau salah satu sisi
roda lebih cepat.
Tipe pelurusan yang dihasilkan biasanya tergantung pada jumlah pengaturan yang dapat
dikerjakan pada mobil, sesuai dengan perlengkapan yang tersedia di toko. Sebuah poros
roda, mobil RWD (rear wheel drive), sebagai contoh, pelurusan thrust biasanya diberikan
sehingga roda depan lurus dengan poros belakang. Arah kemudi dari poros belakang
mengacu pada garis thrust, yang secara teori sama dengan pusat geometri dari mobil.
Thrust line
Geometric
center line
Sistem pelurusan empat-roda meliputi pengaturan roda belakang untuk mendapatkan camber
dan toe tepat dan sudut thrust yang sebisa mungkin mendekati nol, kemudian mengatur roda
depan sama dengan garis tengah mobil. Pelurusan keempat roda direkomendasikan pada
hampir semua mobil FWD, MPV (Multi Purpose Vehicle), beberapa SUV (Sport utility Vehicles)
dan RWD dengan suspensi independen.
Sebagai tambahan untuk mendapatkan pembacaan caster, camber dan toe, mesin pelurusan
dapat digunakan sama seperti sebuah alat diagnosa. Sudut sudut diagnosa seperti Steering
Axis Inclination (SAI), Included Angle (IA), setback dan turning radius dapat membantu teknisi
untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin saja terlewatkan. Saat pembacaan SAI
digabungkan dengan pembacaan camber, penjumlahan dari kedua sudut tersebut sama
dengan IA. Menggunakan SAI/IA dan camber akan membantu indentifikasi komponen yang
menekuk atau diganti. Setting optimal pada semua mobil untuk setback adalah nol, maka
pembacaan setback pada positif atau negative mengindikasikan pergantian atau mungkin
beberapa komponen terlepas.
Turning Radius, juga mengacu pada balikan toe-out, yang telah ditentukan oleh steering arms
relative terhadap poros lower steering. Saat mobil berbelok, steering arm akan
menyebabkan roda roda berbelok pada sudut yang berbeda, menciptkaan kondisi toe-out.
Jika turning radius tidak benar, periksa komponen steering arm dan lower steering pivot
kemungkinan ada kerusakan. Dengan menggunakan turnplate pada peralatan alignment,
teknisi dapat memeriksa tekukan steering arm dengan mengukur jumlah toe-out pada belokan
untuk tiap tiap roda dan membandingkannya.
Beberapa peralatan alignment yang tersedia saat ini, juga dapat mendiagnosa ketinggian
kendaraan, yang sangat penting untuk mendapatkan alignment dan geometri suspensi yang
tepat. Ketinggian kendaraan adalah sudut yang ada pada semua roda, dan harus
dipertahankan sesuai spesifikasi perakitan untuk performa yang
optimum dari kemudi dalam, suspensi, dan sistem driveline.
Pegas yang jelek dapat mendorong bagian dalam kemudi dan sistem suspensi tidak lagi sesuai
dengan alignment yang tepat, yang menyebabkan masalah pada beberapa mobil. Sebuah
alignment yang benar dengan suspensi yg jelek masih dapat menghasilkan keausan roda dan
masalah handling selama beroperasi. Cara yang tepat untuk membetulkan ketinggian
kendaraan adalah dengan mengganti pegas (catatan : Pegas harus diganti sepasang
sekaligus). Perubahan pada ketinggian kendaraan akan mempengaruhi camber dan toe, jadi
jika pegas diganti atau batang torsi diatur, maka alignment roda harus dicek untuk menghindari
kemungkinan keausan roda. Sangatlah penting untuk mengetahui bahwa tanda tanda koil
pegas yang mulai lemah adalah dengan memeriksa lengkungan pada ketinggian kendaraan.
Jika ketinggian kendaraan bagus, maka pegas juga bagus.
Mobil dengan suspensi udara mempunyai prosedur khusus yang diperlukan untuk
mendapatkan alignment ketinggian yang benar sebelum diatur. Pada beberapa sistem
suspensi udara, pertama perlu untuk membuat udara pegas mencapai temperature asli
sebelum di atur.
Pendeteksian yang salah pada ketinggian chasis yang tidak benar dapat membuat teknisi
salah diagnosa, seperti memberikan range pengaturan ke frame yang menekuk.
Masalah roda, rem dan driveline sering disalahkan untuk problem alignment oleh pemilik mobil,
maka customer seharusnya berkonsultasi mengenai perlu atau tidak diluruskan. Dimulai
dengan menanyakan ke customer beberapa pertanyaan sederhana, seperti Apa yang terjadi
pada mobil anda, sehingga anda pikir perlu dilakukan alignment ? apakah dia lambat ? Kapan
dia melambat ? apakah kemudi rodanya lurus ? Apakah rodanya sudah tampak usang ?
Selanjutnya, Tentukan problemnya dengan test drive dan pemeriksaan lengkap pada roda dan
pola yang terlihat, untuk mengindikasikan problem kemudi atau suspensi. Jika customer
memerlukan roda baru, uji roda yang lama untuk keausan yang tidak biasanya sebelum
mereka melepaskannya dari mobil. Jelaskan ke customer bagaimana roda baru akan
mengalami penggunaan yang sama dengan roda yang lama, kecuali adanya perbaikan pada
problemnya.
Jika kemudi atau suku cadang suspensi ditemukan kendur, tunjukan ke customer masalah
sebenarnya. Jika memungkinkan, demonstrasikan fungsi dari suku cadang itu dengan benar
pada mobil yang serupa di showroom sebagai pembanding. Karena padatnya jadwal pada
hampir semua toko, langkah ini kadang terlewatkan meskipun orang orang banyak belajar dari
demostrasi tersebut.
Sangatlah penting untuk selalu seksama saat berdiskusi tentang spesifikasi pabrik untuk
steering dan komponen suspensi. Beberapa suku cadang chassis harus mempunyai
kekenduran lebih besar dari toleransi yang terdaftar sebelum diganti. Pada beberapa kasus,
beberapa suku cadang masih dalam batas toleransi tapi masih dapat menyebabkan masalah
pada keausan roda, alignment dan handling. Beberapa toleransi untuk kekenduran dalam
spec dapat menimbulkan masalah untuk pengemudi mobil, tapi replacement tidak diperlukan
selama toleransi masih dapat dicapai. Saat memberi saran ke customer, jelaskan meskipun
ball joint masih dalam toleransi, kekenduran dapat menggerakan roda dan menciptakan
perubahan sudut alignment. Suku cadang yang longgar, tapi masih dalam toleransi,
seharusnya tidak disebut jelek.
Beberapa komponen kemudi seperti tie rod end mungkin tidak mempunyai batas toleransi.
Inspeksi dari komponen komponen ini akan dipercayakan pada penilaian teknisi,
menggunakan tekanan tangan atau metode lainnya seperti pengukuran kekenduran.
CAMBER
Camber adalah sudut dari roda, diukur dalam derajat, saat dilihat
dari depan mobil. Roda depan dari mobil, dipasang dengan
bagian atasnya dimiringkan keluar atau kedalam. Ini disebut
camber dan diukur dalam derajat kemiringan dari arah vertikal.
Saat bagian atas roda dimiringkan keluar, dia disebut positive
camber. Sebaliknya, kemiringan kedalam disebut negative
camber.
Rear Camber
Rear camber tidak bias diadjust pada sebagian besar mobil [Vehicle load & Wheel bearing]
RWD (rear wheel drive). Mobil mobil ini dirakit dengan setting camber nol dan cukup kuat
untuk tidak lentur atau melengkung dalam kondisi beban normal. Hampir semua mobil front
wheel drive, mempunyai spesifikasi pabrik untuk sejumlah kecil rear camber, biasanya sejumlah
kecil dari negative camber untuk stabilitas di kemiringan. Jika spesifikasi pabrik mengijinkan
sebuah setting 0° sampai -0.5°(30’) diperlukan untuk penggunaan roda dan stabilitas kemudi.
Jika rear setting berubah, suku cadang suspensi belakang yang rusak perlu diganti. Meskipun
demikian, hampir semua mobil dapat diatur dengan menggunakan tipe lain untuk pengaturan,
seperti shims, cam bolt atau bushing.
CASTER
Caster dapat didifinisikan sebagai kemiringan dari knuckle pivot points pada kemudi, dia juga
disebut sebagai sumbu kemudi. Caster diukur dalam derajat, dari sumbu kemudi ke vertical,
jika dilihat dari samping. Dari penyangga pada mobil, garis memanjang melalui lower ball joint
ke pusat dari pada ujung penyangga yang lebih atas.
Sudut caster dibentuk dengan sumbu kemudi dan garis vertical yang melewati spindle.
Kegunaan sudut caster adalah untuk menghasilkan stabilitas control arah untuk roda depan
untuk jalan yang lurus dengan usaha yang minim. Sudut caster yang tepat juga membantu
roda depan untuk kembali ke posisi lurus setelah dibelokan. Caster mempunyai efek yang
kecil pada keausan roda.
Kegunaan Caster :
Untuk membantu control arah mobil, dengan cara memperbaiki arah roda depan ke posisi
lurus.
Membantu roda depan untuk kembali ke posisi lurus setelah dibelokkan.
Untuk mengimbangi efek dari road crown sesuai arah mobil.
Beroperasi bersama sama dengan desain suspensi mobil, sudut camber dan sudut
kemiringan sumbu steering untuk menghasilkan perubahan camber yang diinginkan selama
mobil berbelok.
Beberapa mobil front wheel drive, casternya tidak bias disetting. Jika caster telah keluar dari
spec, ini mengindikasikan ada sesuatu yang telah usang atau menekuk, mungkin dikarenakan
kecelakaan dan harus diperbaiki atau diganti.
Positive caster
Positive caster adalah ketika bagian atas sumbu steering
miring kearah belakang. Garis caster menyilang terhadap
tanah didepan permukaan roda, yang memberikan arah
control yang benar.
Sayangnya, positive caster yang berlebihan dapat
menyebabkan dua masalah. Pertama, caster yang
berlebihan menyebabkan level guncangan jalan yang tinggi
yang ditransmisikan ke pengendara saat mobil
menghantam gundukan dan ini menyebabkan steering
yang keras.
[Positive Caster]
Masalah kedua adalah bahwa roda dengan positive caster
mempunyai tendensi toe bergerak masuk saat mobil
dijalankan. Jika salah satu sisi mempunyai caster yang
lebih positive dari yang lain, ini akan menyebabkan toe
masuk ke dalam dengan gaya yang lebih besar dari sisi
yang lain. Ini akan menyebabkan tarikan yg dirasakan
sebesar positive caster.
Negative caster
Negative caster adalah saat bagian atas sumbu
steering miring kedepan. Letak dari point
contact didepan titik beban, yang akan
memberikan steering yang lebih mudah pada
kecepatan rendah. Forward
Sayangnya, dia akan menyebabkan kesulitan
pengemudi dalam mengembalikan arah dari
belokan serta mengakibatkan ketidakstabilam
[Negative Caster]
kendaraan (seperti bergelombang) di kecepatan
tinggi yang disebabkan adanya variasi
permukaan jalan seperti jalan kecil yang tidak
rata atau gundukan. Jika caster terlalu
negative, steering akan ringan dan mobil akan
ngeluyur dan sulit untuk menjaga tetap lurus.
Forward
Zero caster
Zero caster adalah saat bagian atas sumbu
steering benar benar vertikal. Jika mobil
[Positive Caster]
13 Training Material & Publication
WHEEL ALIGNMENT & ECS
TOE
Ukuran Toe adalah perbedaan jarak antara bagian depan roda dan roda belakang. Toe-in
atau positive Toe, didefinisikan sebagai roda bagian depan lebih berdekatan dibandingkan
dengan roda belakang. Toe-out atau negative toe adalah saat roda bagian belakang lebih
berdekatan dibandingkan dengan roda bagian depan. Zero Toe adalah saat roda roda lurus
satu sama lain.
Sebagian besar sepsifikasi alignment menunjukan toe sebagai total toe pada kedua roda,
adalah penting untuk diketahui bahwa ½ dari total toe seharusnya diaplikasikan pada masing
masing roda depan. Minus (-) menunjukan sebuah toe-out dan toe-in yang digambarkan
dengan sebuah tanda positive (+).
Toe-in : B > A, Toe-out : B < A
Penting untuk diingat bahwa meskipun toe pada
awalnya diukur sebagai jarak dengan satuan
millimeter atau inchi (B-A), sekarang umumnya
menggunakan satuan degree (α,β). Idenya
adalah sudut, lebih dipilih dari pada jarak, untuk
menentukan slip pada sisi roda. Ini tidak
dipengaruhi oleh ukuran roda, tapi tetap konstan
untuk pengukuran.
[Toe & Toe
Contoh) Toe-in (B-A) mm(in.) : 0±2mm (0±0.08 in.) or 0.09° ± 0.09° (masing angle]
masing dalam α,β)
Pengaruh Toe
Toe yang berlebihan meningkatkan gesekan / benturan roda dan pengereman pada mobil.
Toe-in yang berlebihan atau positive toe, meningkatkan gesekan pada roda bagian luar. Toe-
out yang berlebihan atau negative toe, meningkatkan gesekan pada roda bagian dalam, dan
dalam beberapa kasus dapat menyebabkan masalah arah yang tidak terkontrol.
Indikasi awal dari roda yang aus karena toe, dapat dilihat
pada sudut serat pada permukaan pinggiran roda. Roda
yang aus dapat juga ditemukan pada bagian belakang roda
yang meliuk, pinggiran yang berat atau pinggiran yang
halus pada permukaan roda. Terlalu banyak toe-in akan
[Toe wear pattern]
menyebabkan pinggiran yang berserat pada titik dalam,
sedangkan toe-out akan menyebabkan pinggiran yang
berserat pada titik luar. Toe diatur dengan membelokan
toe rod turnbuckles.
Variasi dari spec pabrik biasanya disebabkan oleh karena suku cadang suspensi yang usang
atau menekuk atau perubahan pada setting camber dan caster. Sudut Toe dapat juga
dipengaruhi oleh struktur body atau kerusakan rangka.
Pengaturan Toe
a. Pengaturan Toe depan
Toe-in depan dapat di adjust dengan jalan, merubah panjang dari tie rod yang terhubung pada
steering knuckle.
- Menambah panjang tie rod : meningkatkan toe-in.
- Menambah panjang tie rod : meningkatkan toe-out.
Sama dg Specs Lebih dr Specs Lebih dr Specs Bent Spindle dan/atau Strut Body
Sama dg Specs Kurang dr Specs Kurang dr Specs Bent Spindle dan/atau Bent Strut Body
Kurang dr Specs Lebih dr Specs Sama dg Specs Bent Lower Control Arm
Spindle/Knuckle Assembly
Kurang dr Specs Lebih dr Specs Lebih dr Specs
Bent Lower Control Arm
Lebih dr Specs Kurang dr Specs Sama dg Specs Bent Upper Control Arm
Prosedur Pengukuran
SAI seharusnya selalu diukur setelah anda mengatur camber dan caster ke spesifikasi yang
tepat atau sedekat mungkin dengan spesifikasi. Periksa suku cadang suspensi yang sudah
usang. SAI paling baik diukur dengan roda depan menempel ke tanah, rem dijalankan dan
perangkat alignment di atur dan dikunci. Naikan mobil dibawah lengan control bagian bawah
tapi jangan merelakskan suspensi. Jangan menaikan mobil dari turntable, dapat
menyebabkan ring lengan control bergerak dan roda berbelok, ini menghasilkan pembacaan
yang tidak akurat. Sayangnya SAI secara tipikal tidak bias diadjust. Sebagian besar SAI
yang salah dikarenakan suku cadang yang telah usang, yang harus diganti dengan kondisi
yang benar. Variasi maksimum dari sisi ke sisi adalah ± 1.0° yan bisa dipakai sebagai
indikasi kerusakan mobil.
INCLUDED ANGLE SAI Camber
20 Training Material
[Included& Publication
Angle]
WHEEL ALIGNMENT & ECS
STEERING OFFSET
Steering offset, atau Kingpin offset adalah jarak pada
permukaan roda antara garis roda dan garis SAI yang
diteruskan kebawah melewati steering axis. Garis melewati
steering axis menciptakan titik pivot disekililing roda yang
berbelok. Oleh karena itu jarak harus benar benar sama dari
sisi ke sisi, jika tidak mobil akan mendapat pengereman yang
kuat pada semua kecepatan.
Positive steering offset adalah saat permukaan kontak roda
diluar SAI pivot, sementara itu negative steering offset adalah
saat bagian kontak didalam SAI pivot (kendaraan dengan
penggerak roda depan biasanya mempunyai penyeimbang
Steering offset (+)
negative steering).
Semakin besar steering offset (positive atau negative), semakin besar pula usaha steering dan
lebih besar guncangan dan pivot binding akan didapatkan. Saat mobil sudah dimodifikasi
dengan penyeimbang roda, roda yang lebih besar, pengaturan tinggi dan perbedaan camber
dari sisi ke sisi, steering offset akan berubah; handling dan stabilitas mobil akan terpengaruh.
Steering offset didesain di pabrik dan tidak tidak dapat diajust. Jika anda mempunyai mobil
yang lambat meskipun alignmentnya sudah benar, periksa sesuatu yang mempengaruhi
steering offset.
SET BACK
Front set back adalah saat satu roda depan di set
lebih kebelakang dari roda yang lain. Dan rear set
back adalah saat satu roda belakang di set lebih
kebelakang dari roda yang lain. Set back yang
berlebihan biasanya dikarenakan kesalahan rangka
atau chassis. Kesalahan ini biasanya dikarenakan
tabrakan dari arah depan dan belakang dan pada
beberapa kasus dikarenakan toleransi kesalahan
Set Back
perakitan. Jika rangka diatur dengan tidak benar
atau adanya kerusakan, tidaklah aneh untuk melihat
pengurangan positive camber pada sisi dengan
kondisi setback.
Rear setback mungkin disebabkan dari rangka,
chasis dan mis-alignment chasis belakang karena
Thrust line
Thrust
Angle
Centerline
STEERING CENTER
Steering center adalah fakta sederhana bahwa kemudi roda
adalah center saat mobil berjalan lurus kedepan dan jalan
datar. Saat setting steering center, rear toe seharusnya di
set dahulu untuk mendapatkan sudut thrust sedekat mungkin
dengan garis tengah mobil. Kemudian kemudi roda dikunci
pada posisi lurus kedepan, saat front toe di set. Sebelum
mengunci kemudi roda, mesin harus dinyalakan dan roda
seharusnya diputar ke kiri dan kekanan beberapa kali untuk
[ Steering center]
menghilangkan stress pada katup power steering. Tentunya, setelah dilakukan alignment
harus dilakukan road test lagi untuk memeriksa control kualitas.
Steering gear box (rack) mount longgar. Wheel alignment yang tidak benar.
Tertarik Radial.
Wheel bearings usang atau Rangka yang menekuk.
ke salah
longgar.
Komponen suspensi / steering usang satu sisi Control arm bushing usang.
Ball joint terlalu rapat atau Power steering valve tidak center.
ketat.
Steering knuckle atau supports yang Pegas yang patah atau
Kesatuan rangka dan tipe body dari konstruksi juga mengacu pada kesatuan konstruksi,
menggabungkan rangka dan body dalam satu kesatuan struktur. Hal ini dilakukan dengan
mengelas komponen bersama sama, membentuknya atau mengecor keseluruhan struktur
menjadi satu kesatuan, atau dengan kombinasi dari teknik teknik tersebut. Sederhananya,
dengan mengelas sebuah body ke rangka konvensional, tidak akan merubah keseluruhan
rangka dan konstruksi body. Dalam kesatuan struktur sebenarnya, keseluruhan unit rangka-
body telah di treatment sebagai bagian dengan beban, yang akan memberi reaksi untuk semua
beban yang diuji, beban mobil di jalan sama dengan beban muatan.
+ =
Tipe body yang menyatu untuk mobil beroda, dirakit dengan pengelasan metal panel bersama.
Panel dibentuk dengan berbagai macam bentuk load-bearing yang diletakan dan disesuaikan,
sehingga hasilnya berupa struktur dengan tekanan yang sama. Beberapa struktur rangka
digabungkan membentuk komponen, sementara pemasangan body yang lainnya seperti panel.
Ini tidaklah mengherankan, sebab strukturnya harus membentuk fungsi dari kedua elemen
elemen ini.
Sistem kesatuan konstruksi rangka dan body akan meningkatkan noise yang ditransmisikan ke
ruang penumpang mobil. Tetapi, kekurangan ini ditutupi dengan kelebihan kelebihan berikut :
Pengurangan berat secara substansial, jika menggunakan desain yang bagus untuk merakit
body.
Lantai bagasi dan ketinggian kendaraan yang lebih rendah
Perlindungan terhadap lumpur dan air untuk jalur jalur komponen pada mobil amphibi.
Pengurangan vibrasi / getaran pada struktur mobil.
SISTEM SUSPENSI
Jika mobil dapat berjalan dengan halus pada jalan yang datar, dia hamper tidak mendapatkan
guncangan dari permukaan jalan. Karena sebagian besar jalan mempunyai beberapa lubang
dan gundukan yang mengakibatkan mobil akan menerima guncangan secara terus menerus.
Jika tidak dipersiapkan untuk mengurangi guncangan ini sampai level yang dapat ditoleransi,
maka akan muncul masalah. Penumpang akan merasakan getaran yang tidak nyaman,
goyangan dan sentakan. Mobil akan sulit dikendalikan, dan beberapa guncangan dapat
merusak mobil atau membahayakan penumpang begitu juga dengan barang bagasi. Untuk
meningkatkan kenyamanan mengendarai dan stabilitas kemudi, disusunlah pegas dan rod
antara roda dan body mobil, untuk mengurangi sejumlah guncanagn dan goyangan yang
mengenai langsung ke body.
Sistem suspensi bekerja dengan roda; rangka atau keseluruhan body ; ban ; bearing roda;
sistem rem; dan sistem steering. Semua komponen dari sistem ini bekerja secara bersamaan
untuk menghasilkan keamanan dan kenyamaan dalam transportasi. Fungsi Sistem suspensi
adalah sebagai berikut :
Menghasilkan kendaran yang smooth dan nyaman, dengan mengijinkan roda dan ban untuk
bergerak naik dan turun sesuai gerakan mobil yang minimum.
Bekerja dengan sistem steering untuk membantu menjaga roda pada alignment yang benar.
Menjaga roda untuk menempel ke jalan dengan mantap, meskipun sehabis melewati lubang
atau gundukan di jalan.
Menghasilkan pembelokan yang cepat tanpa rolling mobil yang ektrim (Mobil miring ke
salah satu sisi).
Membantu roda depan untuk berbelok dari satu sisi ke sisi yang lain pada saat mengemudi.
Mencegah pengankatan body yang berlebihan (body miring ke bawah di bagian belakang.
Mencegah Penurunan body yang berlebihan (Body miring ke bawah di bagian depan) saat
pengereman.
INDEPENDENT SUSPENSION
SUSPENSI DEPAN
Perbedaan besar antara suspensi depan dan belakang adalah pada roda depan yang dapat
dikendalikan. Saat sebuah mobil berbelok atau melewati gundukan, dia akan mengenai roda
dan mendapatkan bermacam gaya. Suspensi juga harus dapat mencegah gaya ini dari
pembelokan mobil dari arah jalur yang dipilih oleh pengemudi. Juga, tidak boleh membiarkan
roda bergoyang / naik turun, bergerak maju, bergerak mundur dan kesamping atau merubah
sudut kemiringan pada derajat yang kritis, karena hal ini akan mempengaruhi pengendalian
mobil.
a. Tipe MacPherson strut
Tipe penyangga/strut suspensi terdiri dari lower arm, strut bars,
stabilizer bar dan strut assemblies. Gulungan pegas
menempel pada strut assembly, dan penyerap guncangan
diletakkan dalam strut assembly. Ujung akhir dari lower arm
dipasang pada bagian depan dengan menggunakan ring karet,
dan bergerak dengan bebas keatas dan kebawah. Ujung yang
lain dipasangkan ke knuckle arm dengan menggunakan ball
joint.
Karena shock Absorber ini merupakan bagian dari
sambungan suspensi, selain dapat berdiri dan menyerap
guncangan jalan dan goyangan, dia juga harus cukup kuat
untuk menyangga beban vertical yang diletakkan diatasnya.
Ujung bagian atas dipasangkan pada fender apron
[MacPherson strut type]
SUSPENSI BELAKANG
Pada kebanyakan mobil, suspensi belakang harus menahan sebagian besar berat dari
penumpang dan bagasi. Ini menuntun ke masalah yang sulit. Jika pegas suspensi dibuat
keras atau kaku untuk menahan beban extra, mereka akan terlalu keras untuk pengemudi saat
berkendara sendirian, dilain pihak, jika terlalu lembut, mereka akan terlalu lembek saat mobil
terisi penuh. Hal sama juga berlaku pada shock absorber. Masalah ini dapat dipecahkan
dengan menggunakan koil pegas atau tipe yang lain dari pegas daunyang mempunyai variable
pegas yang konstan ; pelumas shock absorber; tipe suspensi independent yang berbeda.
Gambar berikut adalah model sederhana dari suspensi mobil. Model ini cukup menjelaskan
fungsi dari sistem suspensi.
[Figure 1. Simplified
suspension model] [Figure 2. Vibration of Sprung weight/Unsprung weight]
Untuk kenyamanan, lebih baik mengurangi suspension spring rate k1 dan menambah sprung
weight m1. Bagaimanapun juga saat natural frekuensi dari sprung weight fn1 dikurangi,
guncangan lebih sering terjadi. Range dari fn1 untuk mobil biasanya pada 1.1 ~ 1.4Hz.
Natural frekuensi dari unsprung weight fn2 biasanya sedikit lebih tinggi dari fn1. Saat fn2
bertambah, kenyamanan akan berkurang sebab osilasi percepatand ari sprung weight
meningkat dikarenakan resonansi dari unsprung weight.
Bagaimanapun juga, saat fn2 rendah, tahanan roda terhadap tanah akan berkurang, oleh
karena itu, natural frekuensi dari unsprung weight perlu untuk diatur tidak terlalu tinggi atau
rendah untuk mencegah hal ini. Range fn2 yang normal adalah 13~16.
a. Pitching / anggukan
Pitching adalah osilasi bagian depan dan
belakang mobil keatas dan kebawah. Hal ini
terjadi khususnya saat mobil melewati
gundukan yang terlalu tinggi. Atau melewati
jalan yang tidak beraspal yang kasar dan
berlubang. Selain itu, pitching mudah terjadi
pada mobil dengan pegas yang soft dari
pada mobil dengan pegas yang lebih
keras.
b. Rolling
Saat berbelok atau berjalan pada gundukan jalan, pegas
pada satu sisi akan mengembang dan pada sisi yang
lain akan menyusut. Ini menyebabkan body mobil
rolling dalam arah sisi ke sisi.
SEMI-ACTIVE ECS
Berdasarkan teori ini, damping force untuk variable damper seharusnya sama dengan Sky-hook
damper. Koefisien C1 di rumus (2) harus dikontrol untuk tujuan tersebut.
Tapi dalam kasus bahwa variable damping force hanya ada pada arah yang berlawanan dari
Sky-hook damper seperti tampak pada rumus (3), damping force seharusnya di atur sampai
minimum atau nol. Dia menyetujui teori ini melalui simulasi yang hampir sama dengan egfek
damping dapat dicapai sesuai dengan suspensi aktif.
Semi-active suspension bersamaan dengan Sky-Hook theory (atau Sky-Hook damper) sebagai
sebuah konsep control suspensi. Sky-hook damper untuk membatasi osilasi mobil karena
permukaan jalan yang tidak rata ditambahkan dengan menggunakan continuous variable
damper. Jadi, Saat body mobil bergerak kebawah (X1 < 0), compression stroke (X1 - X0 <
0) dari variabel damper menjadi lebih keras. Sebaliknya rebound stroke (X1 - X0 > 0) menjadi
lebih lembut. Begitu juga, saat body mobil bergerak naik (X1 > 0) compression stroke (X1 -
X0 < 0) dari variabel damper menjadi lebih lembut, sebaliknya rebound stroke (X1 - X0 > 0)
menjadi lebih keras.
Shock Absorber tipe reverse ( salah satu dari continuous variabel damper) tergabung untuk
semi-active suspensi menggunkan sprung weight velocity. Saat X1 > 0, mode H/S (rebound
keras ; Kompresi : lembut) diterapkan, saat X1 < 0, mode S/H (rebound : lembut ; Kompresi :
keras) diterapkan dengan mengontrol arus yang digunakan pada variabel damper.
Gambar ini menunjukan bahwa sebuah variable damper (reverse damper) dari sistem ECS
menghasilkan guncangan yang kecil pada gundukan jalan dibandingkan dengan sistem
damping yang konvensional.
SYSTEM PERFORMANCE
Sebelumnya, kita akan menjelaskan tentang garis besar dan performance sistem dari sistem
suspensi semi-active generasi baru.
1) Kontrol Body
Gerakan pitching dan bouncing dikontrol dengan sensor percepatan vertical. Gerakan roll,
dive, squat dikontrol denagn sensor kecepatan, sensor sudut kemudi dan sinyal switch rem.
3) Actuator
Actuator adalah valve solenoid yang rpoporsional menempel pada sisi shock absorber. Waktu
respon dari posisi H/S ke posisi S/H, atau dari posisi S/H ke posisi H/S adalah kurang dari 30ms.
Arus dari solenoid proporsional yang digunakan untuk mengontrol adalah kurang dari 1.3 A.
Rebound stroke
Saat rod piston ditarik keluar, pelumas diatas piston tertekan
dan terdorong masuk melalui piston. Resistan, berhadapan d[Construction
engan pelumas yang Absorber]
of Shock sedang
mengalir melalui piston, dan membangkitkan rebound damping. Sejumlah pelumas mengalir
balik secara serempak, tanpa ada hambatan, dari reservoir tube melalui valve body ke bagian
silinder yang lebih rendah untuk mengganti volume rod piston yang keluar dari silinder.
Saat pelumas melewati control valve, dia akan mengalir ke ruang bawah piston melewati ruang
bagian tengah dan lubang yang ada di bagian bawah dari bagian dalam tube. Pada saat yang
sama, pelumas disuplai dari reservoir ke ruang bagian bawah piston melalui suction valve dari
body.
Pada proses jouncing, valve satu arah dari body menutup dan pelumas mengalir
dari ruang bawah piston ke ruang atas, volume rod volume dari pelumas
mengalir ke lubang di bagian bawah dari tube bagian dalam, bagia tengah ,
valve control dan kembali ke ruangan reservoir.
SEMI-ACTIVE CONTROL
Sejumlah kontrol kemudi yang mengatur gerakan vertikal mobil, didasarkan pada tiga sensor
percepatan dan sebuah sensor kecepatan mobil.
Kontrol Anti-Roll yang mengatur gerakan dari arah samping didapatkan dari sensor roda
kemudi dan sensor kecepatan mobil.
Kontrol Anti-Dive menggunakan sinyal on / off brake (rem) dan kecepatan mobil dan kontrol ati-
squat didapatkan dari sinyal TPS. Kontrol Kecepatan sensitive mengubah keseluruhan gaya
damping porposional terhadap keceptan mobil. Dengan informasi yang terdeksi oleh sensor ,
ECS control modul memberikan arus tertentu ke solenoid dari shock absorber.
BODY CONTROL
Gerakan Pitching dan bouncing dikontrol dari hubungannya dengan sinyal dari sensor
percepatan vertical. Gerakan roll, dive, squat dikontrol dari hubungannya dengan sensor
kecepatan, sensor kemudi dan switch rem dan sensor posisi throttle. Konsep dasar dari sistem
logika ini seperti perhitungan kecepatan absolute unsprung dengan menyatukan output dari
sensor perceptan pada unsprung, kemudian menentukan target gaya damping tergantung pada
rate proporsional dari kecepatan absolute, dan mengontrol output actuator.
RIDE CONTROL
a) Road judgement
control
Bertujuan untuk
meningkatkan efek dari
kontrol dan mencegah
penurunan
kenyamanan
berkendaraan. [Specification of ECS Shock
Penilaian kondisi jalan menggunakan sensor percepatan dan ECU mengubah parameter
berdasarkan hasil dari alat ini. Hasil penilaian ditentukan oleh sinyal dari sensor
percepatan dari FR dan FL. Tidak ada prioritas antara FR dan FL.
( Sensor : AG Sensor (FR,FL)
˚
b) Kontrol Feed Back Anti–bounce
Bertujuan mengontrol bounce. Penambahan kecepatan body depan dan belakang, ECU
mengontrol gaya damping sesuai dengan hasil dari alat ini.
Bertujuan mengontrol roll. Pengurangan kecepatan body kiri dan kanan, ECU mengontrol
gaya damping yang proporsional dengan hasil dari alat ini.
HANDLING
a) Kontrol Anti–roll feed forward Control
Bertujuan mengontro roll. Dengan menggunakan sensor steering dan kecepatan, ECU
mengontrol gay damping menggunakan output sensor ini.
Damping control: Rebound Hard (H/S)
b) Kontrol Anti–dive
Ini bertujuan mengontrol dive. Menggunakan sensor switch rem dan kecepatan, ECU
mengontrol gaya damping dengan menggunakan output dari sensor ini.
Damping control: Front Compession Hard (S/H), Rear Rebound Hard (H/S)
d) Kontrol Anti–squat
Ini bertujuan mengotrol squat. Output dari sensor posisi throttle lebih dari standard, ECU
mengontrol gaya damping “front:hard/rebound, rear:soft/rebound”. Dan dia kan berhenti
setelah melewati waktu yang konstant.
Damping control: Front Rebound Hard (H/S), Rear Compression Hard (S/H)
SKEMA SISTEM
LOKASI KOMPONEN
INPUTS OUTPUTS
INPUT
1) TERMINAL ALTERNATOR ‘L’
a. Aplikasi
ECS control module mendeteksi pengisian arus
menggunakan sebuah generator teminal “L”. Jika Output
dari generator pengisian arus adalah normal setelah
pengapian dinyalakan, ECS ECM akan mengoperasikan
sistem ECS dengan normal. Jika tegangan output
generator lebih rendah karena adanya pengurangan pada
belt dan kesalahan generator, maka relay actuator akan
off dan operasi ECS akan berhenti.
b. Spesifikasi
- Tegangan output pada mesin berhenti : 5V Max - tegangan output pada mesin berjalan : 10V
Min
a. Aplikasi
- Sinyal input untuk kontrol anti-roll
- Lokasi : bagian dalam kemudi roda
- Menghitung besar dan arah kemudi
- 3 Sinyal input (ST 1, ST 2, ST N)
- ST N mendeteksi posisi netral dari kemudi roda
b. Spesifikasi
- Tipe sensor : Tipe Photo interrupt
- Tipe sensor output : Tipe Open Collector - Jumlah pulsa
output : 45pulse (lingkaran pulsa 8°)- rasio duty : 50±10%-
Perbedaan fase output : 2.0 ±0.6°- Supply Tegangan :IGN1(8~16V)- Tegangan
Output :1.3•VOL •2.0V, 3.3•VOH •4.0V-Kecepatan rotasi maximum : 1,500°/s
c. Operasi
Terdapat hall plate antara LED photo-controller dan photo-transistor. Hall plate berputar
bersamaan dengan rotasi roda kemudi, sinyal elektrik akan dibangkitkan tergantung apakah
sinar LED melewati plate dan sampai ke photo-transistor atau tidak. Sinyal tersebut adalah
kecepatan sudut dari roda kemudi dan digunakan untuk mendeteksi arah belokan roda
kemudi.
- Photo-transistor on: sensor output 0.5V atau kurang
- Photo-transistor off: sensor output mendekati 3.5V
d. Sinya output
d. Sensor konstruksi IC
OUTPUT
1) ACTUATOR RELAY
Sistem operasi relay ECS actuator akan dikontrol oleh ECSCM. Saat pengoperasian ECS
actuator relay, arus akan disediakan oleh damping force variable solenoid valve melalui
rangkaian internal ECSCM. Saat tegangan generator terminal “L” turun ke “LOW” ketika mobil
berjalan, ECSCM akan menghentikan operasi actuator relay.
a. Aplikasi
Actuator relay diaktikan oleh ECS control module
dan menyuplai power ke proporsional solenoid.
b. Spesifikasi
- Konsumsi Power: 1.8W (at 12 V)- Temperatur
pengoperasian : 40 ~ +100•
- Arus control : 150 mA
c. Fungsi
- ECU control ground
- Saat ECS control: 0V
- Diluar ECS control: 12V
2) LAMPU ECS
Lampu indikator ECS diletakan pada panel instrument akan “on” dengan dipilihnya mode sport
atau akan berkedip jika sistem ECS salah / gagal. ECSCM mengontrol terminal ground saat
sinyal switch diinputkan atau saat kesalahan / kegagalan sistem terdeteksi.
a. Spesifikasi
- Tipe: LED- Kebutuhan Power : Max 25mA
(pada 12 V)
b. Aplikasi lampu ECS lamp bekerja saat mode
sport dipilih atau saat ada kesalahan / kegagalan
pada sistem.
c. Operasi lampu
- Normal: OFF, Sport: ON, Gagal : berkedip
d. Spesifikasi ECS Control Mode & Lampu Control -
Saat berjalan normal, lampu akan dinyalakan dan dimatikan oleh switch. Tapi lampu akan
menyala selama 3 menit setelah control module diaktifkan. a) Pilih Sport: Lampu ECS ON
b) Pilih normal: lampu ECS OFF
- Pendeteksian masalah : Jika beberapa masalah terdeteksi, angka diagnosa yang mewakili
masalah dicatat. Pada saat yang bersamaan lampu “sport” akan on dan off. Jika maslah
sudah terdeteksi, lampu mulai on dan off.
c. Lokasi
d. Konstruksi
Dalam proses rebound, prosedur untuk mengubah damping force hard adalah sebagai
berikut:
- Kurangi arus pada solenoid actuator kemudian pindahkan pilot spool / kumparan ke sisi
kanan, dan menekan area dari control port, sehingga gaya damping dari orifice control
meningkat dan tekanan ruangan dibelakang valve utama akan bertambah. Sebagai
hasilnya, damping force berubah ke hard / keras, karena meningkatnya tekanan pembukaan
dari valve utama.
Prosedur untuk mengubah damping force soft / lembut adalah sebagai berikut ;
- Tingkatkan arus dari solenoid actuator kemudian pindahkan pilot spool / kumparan ke sisi
kiri dan membuka control port, pelumas akan mengalir melalui kedua orifice dari samping
rebound valve utama dan control port dari pilot spool, sehingga damping force dari orifice
control berkurang, dan pada saat yang bersamaan tekanan ruangan dibelakang valve
utama karena turunnya tekanan dari orifice valve utama, kemudian point blow off pada
valve utama bergerak ke sisi bagian bawah, sebagai hasilnya damping force berubah
menjadi lembut / soft. Dalam kasus proses jouncing, jika anda ingin membuatnya hard /
keras, arus harus dikurangi.
e. Operation (mode HARD/SOFT)
Saat arus yang digunakan turun menjadi 0.8A, spool valve berpindah ke kiri sehubungan
dengan gaya dari pegas yang mendorong spool valve melebihi gaya magnetic dari solenoid
coil.
Selama tahap kompresi, pelumas mengalir dari ruang kompresi ke dasar ruangan dengan
bebas sebab spool valve telah terbuka. Sebagai hasilnya, tahap / langkah kompresi menjadi
lembut / soft.
Saat spool valve bergeser ke kiri, pembukaan untuk ruangan rebound ke ruang dasar
menerima aliran pelumas yang sedikit dan terbatas. Saat arus mencapai 0.3A, jalur
pelumas tertutup sepenuhnya dan langkah rebound menjadi paling keras / hard.
f. Operasi (mode SOFT/HARD)
Jika arus yang diaplikasikan naik diatas 0.8A, spool valve bergeser ke samping kanan
mengurangi aliran pelumas yang meuju ke ruang kompresi. Saat arus meningkat sampai
1.3A, pembukaan antara ruang kompresi dan ruang dasar tertutup sepenuhnya. Pada 1.3A
langkah kompresi menjadi paling keras / hard.
Selama langkah rebound, jalur pelumas dari ruangan rebound ke ruangan dasar melalui spool
valve terbuka, sehingga langkah rebound sedikit lembut / soft.
g. Operasi (mode SOFT/SOFT)
Saat arus yang digunakan adalah 0.8A, damping force adalah lembut/soft untuk kedua
langkah kompresi dan rebound. Pada 0.8A, jalur spool valve keduanya terbuka. Pelumas
didalam ruangan rebound dan kompresi menglir dengan mudah ke truangan dasarmelalui
spool valve.
h. Current data & output signal
Base
DTC LIST
c. Kondisi pembatalan : output sensor percepatan adalah 2.5±0.2V selama lebih dari 10
milidetik.
2) Sinyal Error (Engine berjalan)
a. Deskripsi dianosa masalah : Output sensor tetap pada level yang sama tidak kurang dari
1.9V atau lebih dari 3.1V selama 2 menit.
b. Aksi yang diambil ECU : menghentikan control kemudi / ride.
c. Kondisi pembatalan : output sensor percepatan sebesar 2.5±0.2V selama lebih dari 10
milidetik.
SOLENOID VALVE (FR:C2216 FL:C2212 RR:C2224 RL:C2220)
a. Deskripsi diagnosa masalah : Kabel yang dikekang terbuka lebih dari 30 detik.
b. Aksi yang diambil oleh ECU : Relay OFF
c. Kondisi pembatalan : Output terminal ACG-L mengubah dari rendah ke tinggi (9~16V)
selama lebih dari 100 milidetik.
DIAGRAM PENGKABELAN