Anda di halaman 1dari 7

Farmaka

Suplemen Volume 15 Nomor 2 200

REVIEW ARTIKEL: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (BKO) DALAM JAMU


MENGGUNAKAN STRIP INDIKATOR

Siti Nurrohmah, Soraya Ratnawulan Mita


Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363
Telepon : (022) 7796200, Faksimile : (022) 7796200
Sitinurrohmah114@gmail.com, soraya@unpad.ac.id

ABSTRAK
Strip indikator merupakan salah satu uji alternatif untuk mendeteksi suatu senyawa atau
mendiagnosis suatu parameter dari penyakit tertentu, yang dibuat untuk mempermudah proses
diagnosis dan menganalisis suatu senyawa menjadi lebih mudah, karena tidak membutuhkan
peralatan yang rumit dan waktu pengujiannya pun tidak terlalu lama. Keuntungan strip
indikator yang dapat digunakan sebagai pendeteksi senyawa, dimanfaatkan untuk pengujian
senyawa dalam jamu, karena meskipun telah dilarang oleh BPOM masih ada saja produsen
yang menyisipkan bahan baku kimia dalam jamu yang dibuatnya agar jamu tersebut memiliki
efek yang lebih kuat. Bahan Kimia Obat (BKO) yang biasa ada dalam jamu antara lain
deksametasin, sidenafil, asam mefenamat, piroksikam, CTM, metampiron, fenilbutazon dan
parasetamol. Dalam review jurnal ini, akan diulas mengenai metode pembuatan strip
indikator. Metode pembuatan strip indikator antara lain solvent impregnasi dan reagen
blending.

Kata kunci : Strip Indikator, Bahan Kimia Obat, solvent impregnasi, reagen blending.

ABSTRACT
The indicator strip is one of the alternative tests for detecting a compound or diagnosing a
parameter of a particular disease, which is made to facilitate the diagnosis and analysis of a
compound more easily, since it does not require complicated equipment and the test time is
not too long. The advantage of an indicator strip that can be used as a detector of compounds
is used for testing the compounds in herbal medicine, because although it has been prohibited
by BPOM there are still producers who insert chemical raw materials in herbal medicine
which he made so that the herb has a stronger effect. Drug chemicals (BKO) commonly
present in herbal medicine include dexamethasine, sidenafil, mefenamic acid, piroxicam,
CTM, metampiron, phenylbutazone and paracetamol. In this journal review, it will be
reviewed on the method of making the indicator strip. Methods of making indicator strips
include solvent impregnation and blending reagents.

Keywords: Strip Indicator, Drug Chemicals, solvent impregnation, reagent blending.


Pendahuluan tradisional yang biasa mengandung BKO
Bahan kimia obat (BKO) merupakan adalah yang memiliki indikasi untuk
zat-zat kimia yang digunakan sebagai rematik, penghilang rasa sakit, dan
bahan utama obat kimiawi yang biasanya afrodisiak (BPOM, 2013).
ditambahkan dalam sediaan obat Analisis BKO sudah banyak dilakukan
tradisional/jamu untuk memperkuat menggunakan metode kromatografi lapis
indikasi dari obat tradisional tersebut. Obat tipis dengan pengembang yang sesuai.
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 201

Namun, metode ini relatif lama sehingga beredar di pasar bandar menggunakan
menjadi kurang efektif. Maka dari itu, metode kromatografi lapis tipis. Dari hasil
dibuatlah metode baru dengan pengujian dikatakan bahwa untuk jamu
menggunakan strip indikator atau alat uji pegal linu seduhan positif mengandung
carik. Strip indikator biasa digunakan dexamethason dan parasetamol, sedangkan
sebagai alat untuk menguji kadar gula pada jamu pegal linu kemasan positif
darah, asam urat, kolesterol dan test mengandung parasetamol (Saputra, 2015).
kehamilan. Komposisi dari strip indikatorI. Strip indikator
ialah suatu membran yang telah Strip indikator merupakan suatu alat uji
mengandung pereaksi spesifik didalamnya carik yang mana suatu reagen spesifik
(Nugraha, et al., 2015). terhadap pendeteksian suatu senyawa. Strip
Strip indikator memiliki tiga komponen indikator pun tidak hanya dapat digunakan
agar dapat digunakan, diantaranya untuk mendeteksi senyawa-senyawa baku
membran, reagen yang termobilisasi, dan seperti rhodamin B, metampiron, formalin
pembanding. Membran merupakan suatu dan lainnya, tapi bisa juga digunakan untuk
polimer sebagai suatu matriks. Membran mendeteksi sirkulasi antigen katodik
yang biasa digunakan ialah polisulfon, (Circulating Cathodic Antigen/CCA)
polietersulfon, polivinildin flourida, sebagai diagnosis untuk Schistosomiasis
poliakrilonitril, selulosa asetat, selulosa, (Van .,at al, 2004).
poliamida lainnya (Saka, 2014). Pada tahun 2008 telah dilakukan
Pada tahun 2014, Saka membuat aplikasi penggunaan strip indikator CCA
prototype strip indikator yang digunakan dan PCR real-time yang dibandingkan
untuk menganalisis senyawa parasetamol, dengan mikroskopi untuk mendeteksi
asam mefenamat dan aspirin. Dari Schistosomiasis Haematobium di daerah
prototype yang dibuat telah terbukti bahwa Ghana. Setelah diteliti, penggunaan
masing-masing strip tersebut spesifik mikroskop sensitivitas dan spesifisitasnya
hanya terhadap senyawa nya. Kemudian rendah saat dilakukan uji menggunakan
prototype strip indikator tersebut diujikan strip indikator dan PCR sensitivitas dan
kepada sampel jamu dan hasilnya spesifisitasnya cukup tinggi, saat
menunjukkan adanya keberadaan senyawa menggunakan PCR sensitifitas yang
parasetamol pada sampel yang diberi nama didapat 89% dan spesifisitas 100% dan
J1 dan asam mefenamat pada sampel yang menggunakan strip CCA sensitivitasnya
diberi nama J2 (Saka, 2014). 41% dan spesifisitasnya 91%. Dengan
Pada tahun 2015, Saputra meneliti demikian, melihat dari nilai spesifisitas dan
jamu pegal linu kemasan dan seduh yang sensitivitasnya menggunakan PCR lebih
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 202

bagus. Namun meskipun demikian, Strip indikator berbasis Polistiren (PS)


pendeteksian Schistosomiasis dan Polimetilmetaakrilat (PMMA)
Haematobium masih bisa dilakukan untuk deteksi Na Diklofenak
menggunakan strip indikator, dan strip Pembuatan strip indikator untuk
indikator ini masih bisa dikembangkan mendeteksi natrium diklofenak berbasis PS
agar spesifisitas dan sensitivitasnya dan PMMA dilakukan menggunakan
menjadi lebih tinggi (Obeng, 2008). metode reagen blending. Pada metode ini,
Awalnya untuk mendeteksi penyakit strip indikator dibuat dengan membuat
schistosomiasis ini dilakukan dengan polimer terlebih dahulu, polimer yang
metode imunologi, yakni menggunakan digunakan adalah PS, PMMA dan
metode ELISA (Enzim-Linked campuran dari keduanya. Masing-masing
Imnunosorbent Assays) namun, metode ini polimer dibuat dalam 3 konsentrasi yakni
membutuhkan waktu yang lama dan 5; 7,5; dan 10%. Sebelumnya dibuat
membutuhkan peralatan khusus terlebih dahulu reagen spesifik untuk Na
prosedurnya pun cukup rumit. Oleh karena diklofenak, diantaranya CuSO4, FeCl3 dan
itu, dibuatlah strip indikator. Strip vanilin sulfat. Polimer yang dibuat menjadi
indikator yang digunakan berbahan dasar 5% dibuat dengan menimbang 0,5 gram
nitroselulosa yang telah dipotong dengan polimer dan dilarutkan dalam 10 ml reagen
ukuran tetrtentu. Kemudian dimasukkan yang telah dicampur dengan pelarut.
kompleks imun antigen dan antibodi Pelarut yang digunakan adalah etil asetat.
monoklonal anti-CCA kedalam strip Perbandingan reagen dengan pelarut
indikator basis nitruselulosa (Van, et al, CuSO4, FeCl3 dan Vanilin sulfat berturut-
2004). turut ialah (6:4, 8:2, 7:3). Kemudian
Pada penelitian yang dilakukan oleh polimer dan campuran reagen diaduk
Gal-Oz, et al tahun 2004 menyatakan menggunakan magnetik stirrer hingga
bahwa strip test dapat digunakan tidak homogen. Kemudian larutan polimer
hanya untuk sampel urin, namun bisa juga tersebut dilapisi pada pelat kaca dan
digunakan untuk sampel dahak, dan dapat dibiaran hingga kering. Setelah kering,
diketahui kualitas dari sputumnya. polimer tersebut telah siap digunakan.
Sehingga strip test ini dapat digunakan Untuk polimer dengan konsentrasi 7,5 dan
sebagai alternatif saat fasilitas sitologi 10% dilakukan dengan proses yang sama.
sputum tidak tersedia (Gal-Oz, et al, 2004). Pada polimer gabungan PS dan PMMA,
perbandingan massa antara PS :PMMA
ialah 1:5 dan 1:6, selanjutnya dilakukan
perlakuan yang sama (Dalli, 2017).
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 203

Pengujian strip tes dilakukan dengan dimana basis PSDVB direndam dalam
menguji strip test oleh larutan standar pereaksi spesifik parasetamol dengan
natrium diklofenak 50.000 ppm. Saat waktu yang bervariasi. Pereaksi spesifik
direaksikan dengan PMMA-CuSO4, terjadi yang dapat mengidentifikasi keberadaan
perubahan warna dari putih menjadi biru, parasetamol antara lain FeCl3, metil merah
hal ini dikarenakan terjadi reaksi antara dan ferri amonium sulfat. PSDVB
tembaga sulfat dengan ion klorida sehingga merupakan polimer yang berisikan matriks
membentuk kompleks tetraklorokupat (II) dari polistiren dan divinilbenzen sebagai
yang berwarna hijau. Saat direaksikan pengikat silangnya, PSDVB yang
dengan indikator PMMA-FeCl3 terjadi digunakan ialah amberlite XAD-4 yang
perubahan warna dari kuning menjadi bersifat hidrofobik (Nugraha, 2015).
orange-coklat, hal ini terjadi karena adanya Hasil impregnasi yang dilakukan yakni
reaksi antara ferri klorida yang dengan ion membuat polimer menjadi berwarna
asetat membentuk suatu endapan basa besi kuning tua, yang berarti terjadi penjerapan
(II) asetat, hingga terbentuklah perubahan yang optimal dari ketiga pereaksi.
warna. Dan pada indikator PMMA-Vanilin Sebenarnya intensitas warna juga
sulfat, perubahan warna dari kuning ke dipengaruhi oleh lamanya waktu
ungu terjadi karena adanya reaksi antara impregnasi, semakin lama waktu
gugus fungsi amin sekunder (Daili, 2017). impregnasi, maka polimer akan berwarna
Setelah dilakukan pengujian strip semakin tua. Setelah dilakukan impregnasi,
indikator terhadap sampel jamu yang strip indikator dikeringkan dan siap
diduga mengandung BKO, strip ini digunakan. Kemudian diujikan kepada
spesifik terhadap jamu yang mengandung sampel jamu yang diperkirakan
Na-diklofenak saja. Dengan demikian, mengandung BKO. Setelah diujikan
strip indikator ini dapat digunakan sebagai kepada beberapa sampel jamu pegalinu,
pengujian spesifik bagi jamu yang strip indikator ini tidak menunjukkan
mengandung BKO Na-diklofenak. Dengan adanya senyawa parasetamol karena warna
kestabilan dari strip indikator ini selama 29 yang dihasilkan dari kuning tua menjadi
minggu (Dalli, 2017). kuning gelap. Hal ini berarti tidak terjadi
Strip indikator berbasis polistiren perubahan warna spesifik untuk pengujian
divinilbenzen (PSDVB) untuk parasetamol, dan perubahan menjadi lebih
identifiakasi parasetamol gelap diduga karena warna jamu yang
Pembuatan strip indikator untuk gelap. Sehingga membuat warna strip
mengidentifikasi parasetamol dalam jamu indikator menjadi lebih tua (Nugraha,
ini menggunakan metode impregnasi, 2015).
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 204

Saat parasetamol direaksikan dengan Prototype Strip Indikator untuk


pereaksi FeCl3, reaksi yang dibentuk ialah identifikasi bahan analgesik
berwarna biru violet. Hal ini terjadi karena Pembuatan prototype strip indikator ini
terbentuknya ikatan kompleks antara Fe merupakan strip series, dimana dalam 1
dengan gugus fenol yang dimiliki oleh strip series mengandung pereaksi-pereaksi
parasetamol. Hal ini sesuai dengan spesifik bagi senyawa analgetik seperti
literatur, sehingga tidak perlu melakukan parasetamol, aspirin, dan asam mefenamat.
perubahan konsentrasi untuk mendapatkan Pembuatan prototype ini berasal dari
hasil yang optimum. Saat direaksikan selulosa bakterial yakni nata de coco-
dengan metil merah, menghasilkan warna Al2O3 yang sebelumnya telah dimurnikan.
merah-jingga. Karena metil merah Polimer ini kemudian diimmobilisasikan
merupakan suatu indikator pH, pH dengan pelarut spesifik dengan cara
parasetamol harus diketahui agar dapat entrapment. Reagen yang digunakan ialah
diketahui perubahan yang terjadi sudah mandelin 0,78%, asam nitrat 65%, ferri
tepat atau belum. Setelah di cek pH, klorida 3,13 %, dan metil merah 10-4 M.
ternyata pH parasetamol yang digunakan Adapun komposisi nata de coco – Al2O3
berada pada rentang pH 4,4 – 6,2 yang yang digunakan ialah sebanyak 5 gram
berarti reaksi yang dihasilkan akan dengan perbandingan berat seperti berikut
berwarna merah-jingga dan ini sesuai (Saka, 2014) ;
dengan yang dihasilkan dengan pengujian Jenis strip Komposisi (%)
terhadap strip test. Pada pengujian dengan test Nata de coco Al2O3
pereaksi ferri ammonium sulfat warna Mandelin 90 10
yang dihasilkan ialah ungu tipis. Hal ini Asam 100 0
tidak sesuai dengan literatur, dimana nitrat
seharusnya hasil reaksi ialah berwarna Ferri 90 10
biru, karena adanya reaksi kompleks antara klorida
Fe dengan gugus fenol. Namun reaksi Metil 95 5
tersebut terganggu oleh adanya gugus merah
amin, yang strukturnya dapat merubah pH Kemudian, semua bahan diaduk hingga
larutan menjadi lebih basa, sehingga warna homogen. Keberhasilan entrapment reagen
reaksi pun bergeser menjadi warna ungu terhadap prototype ditandai dengan
(Nugraha, 2015). terwarnainya prototype sesuai dengan
warna reagen yang digunakan. Kemudian
larutan tersebut dicetak menggunakan
corong buncher dan didiamkan selama ±
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 205

15 menit sehingga dihasilkan strip menggunakan parasetamol dengan


indikator untuk identifikasi BKO analgesik konsentrasi yang kecil warna yang
dalam jamu (Saka, 2014). dihasilkan ialah kuning. Saat direaksikan
Strip indikator kemudian diuji dengan dengan asam nitrat terbentuk warna orange
meneteskan bahan baku dan mengamati kekuningan, saat menggunakan konsentrasi
perubahan warna serta lama terjadinya parasetamol yang lebih besar warna yang
perubahan warna. Bahan baku yang dihasilkan pun menjadi orange pekat. Saat
digunakan dilarutkan terlebuh dahulu direaksikan dengan mandelin menjadi
dalam 2 pelarut, yakni kloroform dan hijau kecoklatan. Dan saat direaksikan
aquadest, setelah diuji bahan baku dengan metil merah, tidak terjadi
parasetamol dan aspirin lebih perubahan warna, hal ini diduga karena pH
menunjukkan perubahan yang sensitif dari parasetamol yang 5,7. Pereaksi metil
dibanding menggunakan kloroform, merah ini sangat sensitif terhadap kondisi
sebaliknya dengan asam mefenamat, yang pH, karena kondisi pH ini akan
lebih sensitif saat dilarutkan dalam mempengaruhi perubahan warna yang
kloroform. Hal ini berhubungan dengan terjadi. Pada pH dibawah 4,4 menjadi
kelarutan dari masing-masing bahan baku, warna merah, pH 4,4-6,2 merah
sehingga hasilnya pun berbeda. Kemudian kekuningan, pH diatas 6,2 menjadi warana
uji LOD dilakukan untuk mengetahui batas kuning. Karena larutan parasetamol
deteksi dari prototype yang dibuat, dan memiliki pH 5,7 yang berarti akan
ternyata prototype ini cukup baik karena menghasilkan warna merah kekuningan
dapat mendeteksi hingga konsentrasi 0,125 tidak teramati, dikarenakan strip yang
– 5 ppm (mg/ml) pada parasetamol, 0,124 digunakannya pun telah berwarna merah
– 1 ppm pada aspirin, dan 0,125-0,25 ppm kekuningan dari sebelum direaksikan
untuk asam mefenamat (Saka, 2014). dengan parasetamol (Saka, 2014).
Suatu reagen dapat bereaksi spesifik DAFTAR PUSTAKA
terhadap senyawa tertentu, karena dari BPOM. 2013. Hasil Pengawasan Obat
Tradisional Mengandung Bahan
struktur senyawa yang diuji dan reagen
Kimia Obat.
yang digunakan terdapat unsur yang dapat http://www.pom.go.id/new/index.php
/view/pers/218/Hasil-Pengawasan-
bereaksi sehingga membentuk suatu
Obat-Tradisional-Mengandung-
kompleks sehingga terjadilah perubahan Bahan-Kimia-Obat.html [diakses
pada 1 Juni 2017]
warna (Saka, 2014).
Dalli, I., Ramdhani, D., Hasanah, A. N.
Pada pengujian strip parasetamol 2017. Design of Indicator Strip
Using Polystyrene (PS) and
dengan pereaksinya, saat dengan FeCl3
Polymethylmethacrylate (PMMA)
terbentuk kompleks abu-abu, namun saat for Detection of Diclofenac Sodium
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 206

in Traditional Pain Relief Herbal


Medicines. Indones. J. Chem., 71-78.
Gal-Oz, A., et al. 2004. Correlation
Between Rapid Strip Test and the
Quality of Sputum. Journal Chest,
1667-1671.
Nugraha, R., Hilda, A., Rusnadi, R. 2015.
Pengembangan Alat Uji Carik
Berbasis Polistiren Divinilbenzen
(PSDVB) untuk Identifikasi Bahan
Kimia Obat Parasetamol dalam Jamu
Pegal Linu. Prosidling Penelitian
Sivitas Akademika Unisba
(Kesehatan dan Farmasi), 415-420.
Obeng, B.B., et al. 2008. Application of a
Circulating-Cathodic-Antigen (CCA)
Strip Test and Real-Time PCR, in
Comparison With Microscopy, for
Detection of Schistosoma
Haematobium in Urin Samples from
Ghana. Annals of Tropical Medicine
& Parasitology, 625-633.
Saka, V. D., Zulfikar., Novita, A. 2014.
Identifikasi Kualitatif Bahan
Analgesik pada Jamu menggunakan
Prototype Tes Strip. Berkala Saintek,
42-48.
Saputra, S. A. (2015). Identifikasi Bahan
Kimia Obat dalam Jamu Pegal Linu
Seduh dan Kemasan yang Dijual di
Pasar Bandar. Jurnal Wiyata, 188-
192.
Van, D. G. J., et all. 2004. Diagnosis of
Schistosomiasis by Reagent Strip
Test for Detection of Circulating
Cathodic Antigen. Journal of
Clinical Microbiologi, 5458-5461.

Anda mungkin juga menyukai