ABSTRAK
Strip indikator merupakan salah satu uji alternatif untuk mendeteksi suatu senyawa atau
mendiagnosis suatu parameter dari penyakit tertentu, yang dibuat untuk mempermudah proses
diagnosis dan menganalisis suatu senyawa menjadi lebih mudah, karena tidak membutuhkan
peralatan yang rumit dan waktu pengujiannya pun tidak terlalu lama. Keuntungan strip
indikator yang dapat digunakan sebagai pendeteksi senyawa, dimanfaatkan untuk pengujian
senyawa dalam jamu, karena meskipun telah dilarang oleh BPOM masih ada saja produsen
yang menyisipkan bahan baku kimia dalam jamu yang dibuatnya agar jamu tersebut memiliki
efek yang lebih kuat. Bahan Kimia Obat (BKO) yang biasa ada dalam jamu antara lain
deksametasin, sidenafil, asam mefenamat, piroksikam, CTM, metampiron, fenilbutazon dan
parasetamol. Dalam review jurnal ini, akan diulas mengenai metode pembuatan strip
indikator. Metode pembuatan strip indikator antara lain solvent impregnasi dan reagen
blending.
Kata kunci : Strip Indikator, Bahan Kimia Obat, solvent impregnasi, reagen blending.
ABSTRACT
The indicator strip is one of the alternative tests for detecting a compound or diagnosing a
parameter of a particular disease, which is made to facilitate the diagnosis and analysis of a
compound more easily, since it does not require complicated equipment and the test time is
not too long. The advantage of an indicator strip that can be used as a detector of compounds
is used for testing the compounds in herbal medicine, because although it has been prohibited
by BPOM there are still producers who insert chemical raw materials in herbal medicine
which he made so that the herb has a stronger effect. Drug chemicals (BKO) commonly
present in herbal medicine include dexamethasine, sidenafil, mefenamic acid, piroxicam,
CTM, metampiron, phenylbutazone and paracetamol. In this journal review, it will be
reviewed on the method of making the indicator strip. Methods of making indicator strips
include solvent impregnation and blending reagents.
Namun, metode ini relatif lama sehingga beredar di pasar bandar menggunakan
menjadi kurang efektif. Maka dari itu, metode kromatografi lapis tipis. Dari hasil
dibuatlah metode baru dengan pengujian dikatakan bahwa untuk jamu
menggunakan strip indikator atau alat uji pegal linu seduhan positif mengandung
carik. Strip indikator biasa digunakan dexamethason dan parasetamol, sedangkan
sebagai alat untuk menguji kadar gula pada jamu pegal linu kemasan positif
darah, asam urat, kolesterol dan test mengandung parasetamol (Saputra, 2015).
kehamilan. Komposisi dari strip indikatorI. Strip indikator
ialah suatu membran yang telah Strip indikator merupakan suatu alat uji
mengandung pereaksi spesifik didalamnya carik yang mana suatu reagen spesifik
(Nugraha, et al., 2015). terhadap pendeteksian suatu senyawa. Strip
Strip indikator memiliki tiga komponen indikator pun tidak hanya dapat digunakan
agar dapat digunakan, diantaranya untuk mendeteksi senyawa-senyawa baku
membran, reagen yang termobilisasi, dan seperti rhodamin B, metampiron, formalin
pembanding. Membran merupakan suatu dan lainnya, tapi bisa juga digunakan untuk
polimer sebagai suatu matriks. Membran mendeteksi sirkulasi antigen katodik
yang biasa digunakan ialah polisulfon, (Circulating Cathodic Antigen/CCA)
polietersulfon, polivinildin flourida, sebagai diagnosis untuk Schistosomiasis
poliakrilonitril, selulosa asetat, selulosa, (Van .,at al, 2004).
poliamida lainnya (Saka, 2014). Pada tahun 2008 telah dilakukan
Pada tahun 2014, Saka membuat aplikasi penggunaan strip indikator CCA
prototype strip indikator yang digunakan dan PCR real-time yang dibandingkan
untuk menganalisis senyawa parasetamol, dengan mikroskopi untuk mendeteksi
asam mefenamat dan aspirin. Dari Schistosomiasis Haematobium di daerah
prototype yang dibuat telah terbukti bahwa Ghana. Setelah diteliti, penggunaan
masing-masing strip tersebut spesifik mikroskop sensitivitas dan spesifisitasnya
hanya terhadap senyawa nya. Kemudian rendah saat dilakukan uji menggunakan
prototype strip indikator tersebut diujikan strip indikator dan PCR sensitivitas dan
kepada sampel jamu dan hasilnya spesifisitasnya cukup tinggi, saat
menunjukkan adanya keberadaan senyawa menggunakan PCR sensitifitas yang
parasetamol pada sampel yang diberi nama didapat 89% dan spesifisitas 100% dan
J1 dan asam mefenamat pada sampel yang menggunakan strip CCA sensitivitasnya
diberi nama J2 (Saka, 2014). 41% dan spesifisitasnya 91%. Dengan
Pada tahun 2015, Saputra meneliti demikian, melihat dari nilai spesifisitas dan
jamu pegal linu kemasan dan seduh yang sensitivitasnya menggunakan PCR lebih
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 202
Pengujian strip tes dilakukan dengan dimana basis PSDVB direndam dalam
menguji strip test oleh larutan standar pereaksi spesifik parasetamol dengan
natrium diklofenak 50.000 ppm. Saat waktu yang bervariasi. Pereaksi spesifik
direaksikan dengan PMMA-CuSO4, terjadi yang dapat mengidentifikasi keberadaan
perubahan warna dari putih menjadi biru, parasetamol antara lain FeCl3, metil merah
hal ini dikarenakan terjadi reaksi antara dan ferri amonium sulfat. PSDVB
tembaga sulfat dengan ion klorida sehingga merupakan polimer yang berisikan matriks
membentuk kompleks tetraklorokupat (II) dari polistiren dan divinilbenzen sebagai
yang berwarna hijau. Saat direaksikan pengikat silangnya, PSDVB yang
dengan indikator PMMA-FeCl3 terjadi digunakan ialah amberlite XAD-4 yang
perubahan warna dari kuning menjadi bersifat hidrofobik (Nugraha, 2015).
orange-coklat, hal ini terjadi karena adanya Hasil impregnasi yang dilakukan yakni
reaksi antara ferri klorida yang dengan ion membuat polimer menjadi berwarna
asetat membentuk suatu endapan basa besi kuning tua, yang berarti terjadi penjerapan
(II) asetat, hingga terbentuklah perubahan yang optimal dari ketiga pereaksi.
warna. Dan pada indikator PMMA-Vanilin Sebenarnya intensitas warna juga
sulfat, perubahan warna dari kuning ke dipengaruhi oleh lamanya waktu
ungu terjadi karena adanya reaksi antara impregnasi, semakin lama waktu
gugus fungsi amin sekunder (Daili, 2017). impregnasi, maka polimer akan berwarna
Setelah dilakukan pengujian strip semakin tua. Setelah dilakukan impregnasi,
indikator terhadap sampel jamu yang strip indikator dikeringkan dan siap
diduga mengandung BKO, strip ini digunakan. Kemudian diujikan kepada
spesifik terhadap jamu yang mengandung sampel jamu yang diperkirakan
Na-diklofenak saja. Dengan demikian, mengandung BKO. Setelah diujikan
strip indikator ini dapat digunakan sebagai kepada beberapa sampel jamu pegalinu,
pengujian spesifik bagi jamu yang strip indikator ini tidak menunjukkan
mengandung BKO Na-diklofenak. Dengan adanya senyawa parasetamol karena warna
kestabilan dari strip indikator ini selama 29 yang dihasilkan dari kuning tua menjadi
minggu (Dalli, 2017). kuning gelap. Hal ini berarti tidak terjadi
Strip indikator berbasis polistiren perubahan warna spesifik untuk pengujian
divinilbenzen (PSDVB) untuk parasetamol, dan perubahan menjadi lebih
identifiakasi parasetamol gelap diduga karena warna jamu yang
Pembuatan strip indikator untuk gelap. Sehingga membuat warna strip
mengidentifikasi parasetamol dalam jamu indikator menjadi lebih tua (Nugraha,
ini menggunakan metode impregnasi, 2015).
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 204