Kelompok III
(Kelas B)
1. Fakhrur Rizky (R0016032)
2. Andita Muliawati (R0016006)
3. Febby Dwiani Putri (R0016036)
4. Galuh Larasati (R0016044)
5. Maya Astri Nur Aini (R0016060)
6. Novita Wahyu K (R0016074)
7. Ullyn Helvy Pravika (R0016096)
Kelompok III
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendengaran normal adalah dimana telinga dapat mendengar dalam
pembicaraan biasa dan tidak mengalami kesulitan ketika mendengar suara
yang pelan. Pada umumnya manusia dapat mendengar suara dengan interval
20-20000 Hz. Audiologi adalah ilmu pendengaran evaluasi pendengaran dan
rehabilitasi maasalah komunikasi yang berhubungan dengan pendengaran.
Audiometri adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
kepekaan terhadap pendengaran. Manfaat pengukuran ini adalah untuk
mengetahui tingkat kepekaan pendengaran probandus/pekerja sehingga dapat
dijadikan evaluasi untuk perbaikan lingkungan kerja atau pengendalian bagi
probandus/pekerja apabila terjadi gangguan pendengaran. Gangguan ini biasa
disebut dengan tuli. Tuli yaitu dimana seseorang tidak dapat mendengar suara
pada ambang batas pendengaran normal.
Praktikum pengukuran intensitas pendengaran ini dilakukan dengan
menggunakan audiometri yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai petugas
pemeriksa dan probandus untuk mengetahui keadaan kepekaan telinga normal
atau tidak normal.
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui cara pengukuran tingkat pendengaran pada mahasiswa
dengan menggunakan alat Audiometer
2. Dapat mengetahui tingkat kepekaan pekerja menggunakan Audiometer.
3. Dapat melakukan perhitungan tingkat kepekaan pada mahasiswa dengan
menggunakan alat audiometer.
C. Manfaat
1. Manfaat untuk Praktikan
a. Memahami cara pengukuran tingkat pendengaran pada mahasiswa
dengan menggunakan alat Audiometer.
1
2
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Audiometri
Audiometri adalah pemeriksaan untuk menentukan jenis dan
derajat ketulian (gangguan dengar). Dengan pemeriksaan ini dapat
ditentukan jenis ketulian yaitu tuli konduktif dan tuli saraf
(sensorineural). Audiometer adalah peralatan elektronik untuk menguji
pendengaran. Audiometer diperlukan untuk mengukur ketajaman
pendengaran, yaitu :
a. Digunakan untuk mengukur ambang pendengaran.
b. Mengindikasikan kehilangan pendengaran.
c. Pembacaan dapat dilakukan secara manual atauotomatis.
d. Mencatat kemampuan pendengaran setiap telinga pada deret
frekuensi yang berbeda.
e. Menghasilkan audiogram (grafik ambang pendengaran untuk
masing-masing telinga pada suatu rentang frekuensi).
f. Pengujian perlu dilakukan di dalam ruangan kedap bunyi namun di
ruang yang heningpun hasilnya memuaskan.
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri.
Alat ini menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui
earphone. Pada setiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan
diplotkan pada sebuah grafik sebagai presentasi dari pendengaran
normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan
gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.
Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti
mendengar dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja
dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran tetapi juga dapat
dipergunakan untuk menentukan lokasi kerusakan anatomis yang
menimbulkan gangguan pendengaran. Audiometer adalah sebuah alat
3
4
Untuk telinga kiri dipakai warna biru sedangkan untuk telinga kanan,
warna merah.
h. Grafik audiogram, garis vertical menandakan frekuensi. 125 Hz pada
garis vertical paling kiri grafik menandakan frekuensi nada rendah.
Semakin ke kanan maka frekuensi nada makin tinggi. Frekuensi
berbicara terdapat pada 500- 3000 Hz. Garis horizontal menyatakan
intensitas suara. 0 dB pada garis paling atas menandakan suara yang
sangat lemah, dan semakin kebawah intensitas bunyi makin tinggi.
Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui ear phone atau melalui
boneconductor ke telinga orang yang diperiksa pendengarannya.
Hasilnya akan diperiksa secara terpisah, untuk bunyi yang disalurkan
melalui ear phone mengukur ketajaman pendengaran melalui
hantaran udara, sedangkan melalui bone conductor telinga mengukur
hantaran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang. Dengan
membaca audiogram yang dihasilkan kita dapat mengetahui jenis
dan derajat kurang pendengaran seseorang.
4. Pengertian Bising
Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki,
misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik, atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. Bising
dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang
pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum
pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan
pola waktu.
a. Jenis Kebisingan
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi
atas :
1) Bising yang continue dengan spektrum frekuensi yang luas.
Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk
10
c) Lasix
d) Aspirin
e) Toluenea
f) CO
g) Karbon disulfida
5) Hobi
Beberapa aktivitas di luar tenpat kerja dapat menyebabkan
gangguan pendengaran, seperti :
a) Membuat kerajinan dari bahan baku kayu atau logam
b) Reparasi otomotif
c) Balap motor/mobil
d) Menembak
e) Musik keras
f) Mengemudi traktor, dll
6) Pemeriksaan fisik
Selama anamnesis dapat diamati bahwa seseorang dengan
tuli sensorik yang ringan sampai menengah biasanya berbicara
dengan suara yang keras sebaliknya seseorang dengan tuli
konduktif biasanya berbicara dengan suara yang halus.
Tanda dini gangguan pendengaran yang lain juga perlu
diamati seperti :
a) Pada tuli sensorik, gangguan pendengaran terutama pada
bunyi dengan frekuensi tinggi, sehingga biasanya
mengalami kesulitan mendengar kata – kata dengan huruf
konsonan yang berdesis seperti S, F, SH, CH, C. Seseorang
dengan tuli sensorik sering kali mengeluhkan bahwa lawan
bicara tidak berbicara dengan jelas, terutama bila lawan
bicaranya wanita atau anak-anak.
b) Terjadi perubahan perilaku berkomunikasi, misalnya
membutuhkan jarak yang dekat dengan lawan bicara atau
harus melihat mulut lawan bicara.
18
19
20
2. Cara Kerja
a. Hidupkan alat dengan memutar sensitivity sampai lampu power
menyala.
b. Periksa telinga kanan dulu, earphone merah disebelah kanan.
c. Tentukan frekuensi dari 500, 1000, 2000, 4000 dan intensitas dB dari
50 dB sampai 10 dB.
d. Setelah menentukan frekuensi dan intensitas desible pencet tombol
tone untuk mengukur tingkat pendengaran.
e. Dalam tiap-tiap frekuensi dan intensitas dB diukur 3 kali.
f. Setelah selesai pengukuran telinga kanan earphone di pindah ke
telinga kiri (earphone merah disebelah kiri).
g. Lakukan sama dengan pengukuran telinga kanan.
h. Setelah selesai matikan alat dengan memutar tombol sensitivity dan
lampu power mati.
3. Prosedur Pengukuran
a. Tahap Persiapan
1) Persiapan tenaga kerja yang akan diperiksa :
21
2. Hasil perhitungan
a. Febby Dwiani P
1) Rata-Rata Ambang Dengar pada Telinga Kanan :
Ambang Dengar Frekuensi(500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 4000 Hz)
n
25 20 10 10
4
65
4
16,25 dB Normal
2) Rata-Rata Ambang Dengar pada Telinga Kiri :
Ambang Dengar Frekuensi(500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 4000 Hz)
n
25 20 10 10
4
65
4
16,25 dB Normal
3) Penentuan Tingkat Kecacatan
a) Ketulian monaural
(1) Hearing Threshold Level (HTL) rata-rata dikurangi 25
dB :
(a) Telinga kanan : 16,25 – 25 = - 8,75 dB
(b) Telinga kiri : 16,25 – 25 = - 8,75 dB
(2) Konvensi Hearing Threshold Level (HTL) rata-rata
dengan mengalikan 1,5 % :
(a) Telinga kanan : - 8,75 1,5% = -13,1 %
(b) Telinga kiri : - 8,75 1,5% = -13,1 %
b) Ketulian binaural
(1) Telinga kanan (lebih baik) : -13,1 % 5 = -65,5 %
(2) Telinga kiri (lebih buruk) : -13,1 % 1 = -13,1 %
25
65,5% (13,1%)
Jumlah
6
-13,1 % Normal, tidak mengalami kecacatan
b. Galuh Larasati
1) Rata-Rata Ambang Dengar pada Telinga Kanan :
Ambang Dengar Frekuensi(500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 4000 Hz)
n
25 20 10 15
4
70
4
17,5 dB Normal
2) Rata-Rata Ambang Dengar pada Telinga Kiri :
Ambang Dengar Frekuensi(500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 4000 Hz)
n
25 20 15 10
4
70
4
17,5 dB Normal
3) Penentuan Tingkat Kecacatan
a) Ketulian monaural
(1) Hearing Threshold Level (HTL) rata-rata dikurangi 25
dB :
(a) Telinga kanan : 17,5 – 25 = - 7,5 dB
(b) Telinga kiri : 17,5 – 25 = - 7,5 dB
(2) Konvensi Hearing Threshold Level (HTL) rata-rata
dengan mengalikan 1,5 % :
(a) Telinga kanan : - 7,5 1,5% = -11,25 %
(b) Telinga kiri : - 7,5 1,5% = -11,25 %
b) Ketulian binaural
(1) Telinga kanan (lebih baik) : -11,25% 5 = -56,25 %
26
b) Ketulian binaural
(1) Telinga kanan (lebih buruk) : -7,5 % 1 = -7,5%
(2) Telinga kiri (lebih baik) : -9,37 % 5 = -46,85 %
7,5% (46,85%)
Jumlah
6
-78,6 % Normal, tidak mengalami kecacatan
d. Novita Wahyu Kusumastuti
1) Rata-Rata Ambang Dengar pada Telinga Kanan :
Ambang Dengar Frekuensi(500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 4000 Hz)
n
25 20 10 10
4
65
4
16,25 dB Normal
2) Rata-Rata Ambang Dengar pada Telinga Kiri :
Ambang Dengar Frekuensi(500 Hz 1000 Hz 2000 Hz 4000 Hz)
n
25 20 10 15
4
70
4
17,5 dB Normal
3) Penentuan Tingkat Kecacatan
a) Ketulian monaural
(1) Hearing Threshold Level (HTL) rata-rata dikurangi 25
dB :
(a) Telinga kanan : 16,25 – 25 = - 8,75 dB
(b) Telinga kiri : 17,5 – 25 = - 7,5 dB
(2) Konvensi Hearing Threshold Level (HTL) rata-rata
dengan mengalikan 1,5 % :
(a) Telinga kanan : - 8,75 1,5% = -13,1 %
28
30
31
A. Simpulan
1. Cara pengukuran tingkat pendengaran pada mahasiswa dengan
menggunakan alat Audiometer yaitu :
a. Hidupkan alat dengan memutar sensitivity sampai lampu power
menyala.
b. Periksa telinga kanan dulu, earphone merah disebelah kanan.
c. Tentukan frekuensi dari 500, 1000, 2000, 4000 dan intensitas dB dari
50 dB sampai 10 dB.
d. Setelah menentukan frekuensi dan intensitas desible pencet tombol
tone untuk mengukur tingkat pendengaran.
e. Dalam tiap-tiap frekuensi dan intensitas dB diukur 3 kali.
f. Setelah selesai pengukuran telinga kanan earphone di pindah ke
telinga kiri (earphone merah disebelah kiri).
g. Lakukan sama dengan pengukuran telinga kanan.
h. Setelah selesai matikan alat dengan memutar tombol sensitivity dan
lampu power mati.
2. Tingkat kepekaan pekerja yang diukur menggunakan Audiometer, dapat
digolomgkan menjadi 4 golongan ketulian yaitu :
a. Tuli Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20 - 40 dB.
b. Tuli Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40 - 60 dB.
c. Tuli Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60 - 80 dB.
d. Tuli Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas > 80 dB.
3. Perhitungan tingkat kepekaan pada mahasiswa yaitu dengan :
a. Perhitungan Rata-Rata Ambang Dengar pada Telinga Kanan
b. Perhitungan Rata-Rata Ambang Dengar pada Telinga Kiri
c. Penentuan Tingkat Kecacatan
33
34
B. Saran
1. Saran untuk Praktikan
a. Mahasiswa harus mengatur waktu penggunaan headseat sehingga
tidak mempengaruhi fungsi telinga , menjaga kesehatan telinga ,
tidak melakukan hal – hal yang berbahaya menyangkut fungsi
fisologis telinga seperti memasang tindik , mengubah bentuk telinga
, dan mengurangi paparan bising yang diterima.
b. Pada saat pengukuran pastikan audiometer dan Noise Dosimeter
dalam kondisi baik
c. Saat pengukuran kebisingan lingkungan max 20 dB
35
36
LAMPIRAN
Kegiatan Pengukuran
37