Anda di halaman 1dari 39

1

MAKALAH
SISTEM INFORMASI KESEHATAN
PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN

DISUSUN OLEH
1. ANDINI K.S P0 5140417 001
2. ANGGRIANI SEPTANTI P0 5140417 002
3. ANNISA P0 5140417 004
4. INDAH PERMATA SARI P0 5140417 020
5. LOVI FUJI RAHAYU P0 5140417 026
6. MARESTI DIMAS FITRIA P0 5140417 027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2018
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi diseluruh
seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
kepada masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi
kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan
strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor
932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan
informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung
kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem informasi kesehatan dari sudut
padang manejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi
serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional .
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sebagai bagian penting dari manajemen
kesehatan terus berkembang selaras dengan perkembangan organisasi. Dengan adanya
perubahan sistem kesehatan mengakibatkan terjadinya perubahan pada SIK, namun
sayangnya perubahan sistem kesehatan di lapangan tidak secepat dengan yang
diperkirakan oleh para pengambil keputusan. Hal ini tampak nyata ketika sistem
kesehatan berubah dari sentralisasi ke desentralisasi, SIK tidak berfungsi sebagaimana
layaknya. SIK yang selama ini telah dikembangkan, (meskipun masih terfragmentasi)
secara Nasional tidak berfungsi, alur laporan dari pelayanan kesehatan ke jenjang
administrasi kabupaten/kota hingga ke pusat banyak yang terhambat.
SIK membantu dalam proses pengambilan keputusan untuk (a) pelaksanaan pelayanan
kesehatan sehari-hari, (b) intervensi cepat dalam penanggulangan masalah kesehatan,
dan (c) untuk mendukung manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan
pusat terutama dalam penyusunan rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang.
SIK yang baik adalah sistem informasi yang mampu menghasilkan data/informasi
yang akurat dan tepat waktu. Pada saat ini dengan kemajuan Teknologi Komunikasi
Informasi (TIK) yang pesat mewujudkan SIK yang baik menjadi hal yang mungkin,
tentunya dengan mengaplikasikan kaidah-kaidah informasi seperti melaksanakan
prosedur secara konsisten dan rutin, menyediakan sumber-daya yang memadai dan
memperoleh dukungan/komitmen pimpinan dalam pengembangan, pemanfaatan
data/informasi yang dihasilkan.
SIK telah digunakan untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan sehari-hari
yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit,
terutama dalam penanganan pasien dan intervensi penanggulangan masalah kesehatan.
Sebaliknya dalam hal manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan
pusat, SIK belum banyak berperan karena belum menghasilkan data/informasi yang
akurat dan tepat waktu.
3

Sejak diberlakukannya sistem desentralisasi, SIK di Indonesia berkembang dengan


cepat terutama dalam hal pemanfaatan TIK di dalam proses kerja. Banyak institusi
pelayanan seperti RS, Puskesmas dan Dinas Kesehatan Daerah mengembangkan sistem
informasi yang berbasis komputer, baik dibangun oleh tim SIKDA (in-house
development) ataupun bekerjasama dengan “provider IT” swasta. Modernisasi dengan
penyerapan TIK sangat membantu dalam penyempurnaan SIK di daerah.
Pada saat ini terdapat berbagai sistem informasi yang dibangun oleh berbagai pengelola
SIK di daerah dengan format data yang berbeda-beda, sehingga mempersulit untuk
menghimpunnya dalam Bank Data Kesehatan Nasional. Oleh karena itu diperlukan
suatu pedoman yang dapat mengatur dan menyeragamkan berbagai karakteristik SIK
dan master data yang berbeda tersebut, sehingga dapat mempermudah dalam proses
integrasi dan komunikasi data ke Bank Data Kesehatan Nasional .
Perubahan pelayanan di bidang Kesehatan yang ditandai dengan adanya
perdagangan bebas mengharuskan sektor kesehatan untuk meningkatkan daya saing
dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada seluruh masyarakat
Indonesia. Sistem Informasi saat ini merupakan sumber daya utama, yang mempunyai
nilai strategis dan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai daya saing serta
kompetensi utama sebuah organisasi dalam mencapai era informasi ini.
Salah satu kebutuhan dalam pelaksanaan usaha dan pembangunan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan adalah informasi yang akurat. Oleh karena itu
pembangunan sistem informasi, khususnya di bidang kesehatan dewasa ini perlu lebih
di manfaatkan dan dikembangkan. Hal ini sangat mendukung pelaksanaan manejemen
kesehatan dan pengembangan upaya-upaya kesehatan demi mencapainya peningkatan
derajat kesehatan di Indonesia.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana alur Sistem Informasi Kesehatan Nasional?
2. Apa saja permasalahan SIK di Indonesia?
3. Bagaimana keamanan SIK?
4. Apa saja tugas dan tanggungjawab pemangku kepentingan bidang kesehatan?
5. Bagaimana organisasi kesehatan tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, fasilitas
pelayanan kesehatan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui alur Sistem Informasi Kesehatan Nasional
2. Untuk mengetahui permasalahan SIK di Indonesia
3. Untuk mengetahui keamanan SIK
4. Untuk mengetahui tugas dan tanggungjawab pemangku kepentingan bidang kesehatan
5. Untuk mengetahui organisasi kesehatan tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota,
fasilitas pelayanan kesehatan
4

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Alur Sistem Informasi Kesehatan Nasional


Puskesmas adalah salah satu tempat pelayanan kesehatan untuk meningkatkan mutu
kesehatan masyarakat desa dalam mengolah dan memanipulasi data-data pada puskesmas
baik itu data ketersedian obat, data dokter, dan data pasien di puskesmas. Sistem
pelayanannya masih dikerjakan secara manual, walaupun ada juga yang menggunakan
software aplikasi microsoft word dan microsoft excel dalam pencatatan dan pembuatan
laporan.

Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah sistem informasi yang


berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional maupun
internasional dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan. SIKNAS bukanlah
suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari sistem kesehatan. Oleh
karena itu, SIK di tingkat pusat merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional, di tingkat
provinsi merupakan bagian dari sistem kesehatan provinsi, dan di tingkat kabupaten atau
kota merupakan bagian dari sistem kesehatan kabupaten atau kota. SIKNAS di bagun dari
himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehtan provinsi dan sistem informasi
kesehatan provinsi di bangun dari himpunan atau jarngan sistem-sistem informasi
kesehatan kabupaten atau kota.
Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi kesehatan
elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan hanya bisa diakses bila telah
dihubungkan. Jaringan SIKNAS merupakan infrastruktur jaringan komunikasi data
terintegrasi dengan menggunakan Wide Area Network (WAN), jaringan telekomunikasi
yang mencakup area yang luas serta digunakan untuk mengirim data jarak jauh antara Local
Area Network (LAN) yang berbeda, dan arsitektur jaringan lokal komputer
lainnya. Pengembangan jaringan komputer (SIKNAS) online ditetapkan melalui keputusan
Mentri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.
Tujuan pengembangan SIKNAS online adalah untuk menjembatani permasalahan
kekurangan data dari kabupaten/kota ke depkes pusat dan memungkinkan aliran data
kesehatan dari kabupaten/kota ke pusdatin karena dampak adanya kebijakan desentralisasi
bidang kesehatan di seluruh Indonesia.
Model dari sistem informasi dirancang dalam bentuk logika. Permodelan tersebut
digambarkan dalam bentuk bagan diantaranya adalah:

1. Bagan Konteks (Context Diagram)


Bagan Konteks yaitu diagram tingkat atas, merupakan diagram dari sebuah sistem
yang menggambarkan aliran-aliran data yang masuk dan keluar dari sistem dan yang
masuk dan keluar dari entitas luar. Sistem yang dimaksud adalah untuk
menggambarkan sistem yang sedang berjalan. Mengidentifikasi awal dan akhir data
awal data akhir yang masuk dan keluar sistem.
Diagram ini merupakan gambaran umum sistem yang nantinya akan dibuat.
5

Secara uraian dapat dikatakan bahwa diagram konteks itu berisi siapa saja yang
memberikan data (inputan) ke sistem serta kepada siapa data informasi yang harus
dihasilkan sistem. Jadi dalam diagram ini dibutuhkan adalah:
a. Siapa saja pihak yang akan memberikan data ke sistem.
b. Data apa saja yang diberikannya ke sistem.
c. Kepada siapa sistem harus memberikan informasi atau laporan.
d. Apa saja isi atau jenis laporan yang harus dihasilkan sistem.
2. Bagan Berjenjang (Level Diagram)
Setelah pembuatan konteks diagram akan dilanjutkan dengan pembuatan bagan
berjenjang atau level diagram, level diagram dapat diartikan sebagai penggambaran
konteks diagram yang lebih rinci (Overview Diagram). Tiap-tiap proses level 0 akan
digambarkan secara rinci
3. Bagan Arus Data (Data Flow Diagram)
Data flow diagram sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang
telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa
mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir (misalnya lewat
telepon, surat dan sebagainya) atau lingkungan fisik dimana data tersebut akan
disimpan (misalnya filekartu, microfiche, hard disk, tape,diskette dan lain
sebagainya). Data flow diagram merupakan alat yang digunakan pada metodologi
pengembangan sistem yang terstruktur (structured Analysis and design).

Model dari sistem informasi dirancang dalam bentuk logika. Permodelan tersebut
digambarkan dalam bebepara bagan, diantaranya Bagan Konteks (Context Diagram),
Bagan Berjenjang (Level Diagram), Bagan Arus Data (Data Flow Diagram), Bagan Relasi
Entitas (Entity Relationship Diagram), Model Data Relasional (Relational Data Model).

. Bagan Konteks (context Diagram)


6

Bagan berjenjang

Bagan arus data


7

Data proses data master

B. Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia


Dalam pelaksanaan nya sistem informasi kesehatan di Indonesia memiliki
permasalahan yang cukup kompleks , permasalahan mendasar Sistem Informasi Kesehatan
di Indonesia saat ini antara lain :
1. Faktor Pemerintah
a. Standar SIK belum ada sampai saat ini
b. Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam
c. Belum ada rencana kerja SIK nasional
d. Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam
2. Fragmentasi
a. Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang administasi
(kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi duplikasi data, data
tidak lengkap, tidak valid dan tidak conect dengan pusat.
b. Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat
waktu)
c. Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus mengirim
lebih dari 300 laporan dan ada 8 macam software sehingga beban administrasi
dan beban petugas terlalu tinggi. Hal ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien.
d. Format pencatatan dan pelaporan masih berbeda-beda dan belum standar secara
nasional.
3. Sumber daya masih minim

Faktor kelemahan juga merupakan faktor internal sistem informasi kesehatan


nasional. Faktor ini jika tidak diintervensi akan berdampak negatif
8

pada keberlangsungan sistem informasi kesehatan. Sehingga sedapat mungkin faktor


ini harus diminimalisasi atau diintervensi. Faktor kelemahan kritis yang
diidentifikasi secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Aspek legal masih lemah. Adanya landasan hukum untuk mendukung
keberhasilan berjalannya sebuah sistem informasi mutlak diperlukan. Hal ini
juga merupakan bentuk komitmen dari seluruh komponen yang terlibat dalam
suatu sistem informasi. Peraturan perundang-undangan untuk penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan baik di tingkat transaksi layanan kesehatan maupun
di tingkat pelaporan dirasa masih lemah. Peraturan perundang-undangan yang
ada juga belum secara spesifik menjawab kebutuhan integrasi sistem informasi
kesehatan. Di beberapa kabupaten/kota belum ada landasan hukum yang cukup
kuat untuk mengimplementasi sistem informasi kesehatan di daerah yang
seharusnya berlaku secara terintegrasi. Walaupun beberapa peraturan
perundangundangan yang ada seperti UU ITE, UU KIP, PP PSTE, PP SIK, dan
lain-lain dapat dijadikan acuan. Namun peraturan perundang-undangan
yang spesifik mengatur secara teknis penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan perlu disiapkan seperti peraturan perundang-undangan terkait
rekam medis/kesehatan elektronik.
b. Sistem informasi kesehatan masih terfragmentasi. Sebagaimana diketahui bahwa
di bidang kesehatan telah berkembang berbagai sistem informasi sejak lama tetapi
satu sama lain kurang terintegrasi. Setiap sistem informasi tersebut cenderung
untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan langsung dari fasilitas
pelayanan kesehatan yang paling bawah dengan menggunakan cara dan
format pelaporan sendiri. Akibatnya setiap operasional seperti Puskesmas dan
Rumah Sakit yang harus mencatat data dan melaporkannya sehingga Puskesmas
dan Rumah Sakit menjadi sangat terbebani. Dampak negatifnya adalah
berupa kurang akuratnya data dan lambatnya pengiriman laporan.
c. Pendanaan untuk sistem informasi kesehatan di daerah masih terbatas. Aspek
pendanaan dapat dinilai sebagai faktor kekuatan, namun terdapat beberapa hal
yang dapat pula dikategorikan sebagai faktor kelemahan. Alokasi dana untuk
operasional, pemeliharaan, dan peremajaan sistem informasi baik di pusat maupun
di daerah, belum menjadi prioritas penganggaran rutin sehingga
dapat mengakibatkan operasional dan pemeliharaan sistem tidak dapat dilakukan
secara baik untuk menjaga kesinambungan sistem informasi. Kemampuan
pendanaan daerah yang bervariasi dalam memperkuat sistem informasi kesehatan
di daerah berdampak pula pada keberhasilan penguatan sistem informasi
kesehatan secara keseluruhan.
d. Kemampuan daerah dalam pengembangan sistem informasi kesehatan dan
pengelolaan data/informasi yang bervariasi. Fakta di lapangan menunjukkan
bahwa sebagian besar kabupaten/kota dan provinsi belum memiliki kemampuan
yang memadai dalam mengembangkan sistem informasi kesehatannya, sehingga
perlu dilakukan fasilitasi. Untuk sebagian daerah yang telah memiliki
9

kemampuanpun tampaknya pengembangan yang dilakukan masih


kurang mendasar dan komprehensif serta belum mengatasi masalah-masalah
mendasar dalam sistem informasi kesehatan. Setiap upaya pengembangan
cenderung menciptakan sistem informasi kesehatan sendiri dan kurang
memperhatikan keberlangsungan sistem dan konsep integrasi sistem untuk
efisiensi. Kondisi geografis, khususnya pada daerah terpencil dan perbatasan juga
berdampak pada kemampuan untuk membangun sistem informasi
kesehatan daerah serta optimalisasi pemanfaatan infrastruktur teknologi informasi
dan kemampuan sumberdaya lainnya. Sementara itu, kemampuan
untuk melakukan manajemen data mulai dari pengumpulan, pengolahan, dan
analisis data serta penyajian dan diseminasi informasi baik di pusat dan daerah
masih belum optimal. Kemampuan untuk menghasilkan indikator dan informasi
kesehatan yang valid dan reliabel juga masih perlu ditingkatkan.
e. Pemanfaatan TIK dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan dan
pengelolaan data yang belum optimal. Hampir sebagian besar daerah dan pusat
telah memiliki infrastruktur TIK untuk mendukung pelaksanaan sistem
informasi kesehatan, namun fasilitas TIK tersebut belum secara optimal
dimanfaatkan. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor,
seperti kemampuan sumber daya manusia yang masih terbatas, tidak berfungsinya
perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi pengelolaan data kesehatan, tidak
tersedianya prosedur pengoperasian (SOP) atau petunjuk manual
untuk mengoperasikan perangkat keras maupun perangkat lunak aplikasi
pengolahan data. Banyak pula fasilitas komputer dan infrastruktur TIK
yang akhirnya kadaluarsa atau rusak sebelum SIK diimplementasikan. Fasilitas
yang digunakan pada umumnya tidak mempunyai standar minimum kebutuhan
dan cenderung bervariasi baik dalam spesifikasi perangkat keras maupun
perangkat lunaknya. Hal ini dapat mengakibatkan ketidaksesuaian ketika akan
dilakukan integrasi.
f. Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia masih rendah. Sumber daya manusia
memegang peranan penting dalam keberhasilan implementasi sistem informasi
kesehatan. Namun kondisi saat ini baik di pusat maupun daerah masih terdapat
keterbatasan baik dalam hal kuantitas maupun kualitas tenaga pengelola sistem
informasi kesehatan. Selama ini, di beberapa daerah, pengelola data dan
informasi umumnya adalah tenaga yang merangkap jabatan atau tugas lain, yang
dalam kenyataannya mereka tidak dapat sepenuhnya bekerja mengelola data
dan informasi karena insentif yang tidak sesuai sehingga mereka memilih
pekerjaan paruh waktu di tempat lain. Kelemahan ini masih ditambah lagi
dengan kurangnya keterampilan dan pengetahuan mereka di bidang informasi,
khususnya teknologi informasidan pemanfaatannya. Selama ini sudah terdapat
jabatan-jabatan fungsional untuk para pengelola data dan informasi, seperti
pranata komputer, statistisi, epidemiolog, keamanan informasi, dan seterusnya.
Namun belum dimanfaatkan betul.
1
0

g. Mekanisme monitoring dan evaluasi masih lemah. Kelemahan-kelemahan dan


berbagai permasalahan pada penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan tentunya dapat diidentifikasi dengan mekanisme monitoring dan
evaluasi serta audit sistem informasi kesehatan. Sayangnya, mekanisme
monitoring dan evaluasi belum ditata dan dilaksanakan dengan baik.
Pada tinjauan teori yang ada, pengembangan sistem informasi administrasi rumah sakit
diperlukan karena :
1. Keterbatasan sistem
Sistem informasi administrasi yang menggunakan komputer, harus secara jelas di
dasari oleh manual. Jadi manualnya harus dirapikan terlebih dahulu, kemudian
barulah sistem komputerisasi dikembangkan.
2. Keterbatasan perangkat system
Perangkat yang digunakan mempunyai keterbatasan memori dan kecepatan sehingga
beban kerja computer harus disesuaikan, maka dianjurkan pengembangan sistem
yang bertahap.
3. Keterbatasan operator
Penggunaan sistem harus terlatih, karena bila salah mengisi maka akibatnya
hasil yang jerjadi akan salah juga. Pelatihan untuk operator sangat diperlukan
agar terampil dan dapat memecahkan masalah yang akan terjadi dan menyediakan
cadangan petugas yang dapat menggantikan bilan operator yang lain berhalangan.
Bila hal ini tidak disiapkan akan terjadi kelumpuhan bila salah seorang operator
berhalangan
Kekurangan pada sistem informasi administrasi rumah sakit berbasis komputer yang
antara lain :
1. Terdapat pekerjaan yang sama dikerjakan dua kali yaitu entry data pasien yang
akan rawat inap. Entry data tersebut menggunakan Billing System
kemudian dilakukan pula mencatat data tersebut pada buku.
2. Terkadang komputer tiba–tiba macet atau hang. Dalam kondisi tersebut pegawai
harus mematikan komputer dan menyalakannya lagi, sehingga pekerjaan yang belum
disimpan di lakukan kembali dari awal.
3. Terjadi pemadaman komputer oleh bagian TI untuk dilakukan maintanance rutin.
Pada situasi tersebut kegiatan entry data dilakukan secara manual yaitu pada
kertas kerja atau buku.
4. Lambatnya pelayanan pada saat terjadi pemadaman komputer untuk
dilakukan maintanance rutin, hal ini menyebabkan terjadinya antrian pasien yang
memerlukan tindakan medis dengan segera.
5. Terjadi Nomor Billing atau BRM ganda pasien di karenakan pasien
menghilangkan kartu berobat atau lupa sudah pernah MRS atau tidak.
1
1

Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi.
Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang cukup
lama.
2. Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di berbagai
jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai.
3. Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan
mengembangkan sistem informasi
4. Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi.
5. Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi, sehingga
seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan
menjadi pengelola sistem informasi.

C. Keamanan Sistem Informasi Kesehatan


1. Pengertian Keamanan Sistem Informasi

Menurut G. J. Simons, keamanan informasi adalah bagaimana kita dapat


mencegah penipuan (cheating) atau, paling tidak, mendeteksi adanya penipuan di
sebuah sistem yang berbasis informasi, dimana informasinya sendiri tidak memiliki arti
fisik.

Selain itu system keamanan informasi bisa diartikan sebagai kebijakan, prosedur,
dan pengukuran teknis yang digunakan untuk mencegah akses yang tidak sah, perubahan
program pencurian, atau kerusakan fisik terhadap system informasi.

Sistem pengamanan terhadap teknologi informasi dapat ditingkatkan dengan


menggunakan teknik-teknik dan peralatan – peralatan unruk mengamankan perangkat
keras dan lunak computer, jaringan komunikasi dan data.

2. Tujuan Keamanan sistem informasi


Keperluan pengembangan Keamanan Sistem Informasi memiliki tujuan sebagai
berikut (Rahmat M. Samik-Ibrahim, 2005):
1
2

a. Penjaminan integritas informasi.


b. Pengamanan kerahasian data.
c. Pemastian kesiagaan sistem informasi.
d. Pemastian memenuhi peraturan, hukum, dan bakuan yang berlaku.
3. Pentingnya Keamanan Sistem Informasi
Seringkali sulit untuk membujuk management perusahaan atau pemilik sistem
informasi untuk melakukan investasi di bidang keamanan. Di tahun 1997 majalah
Information Week melakukan survey terhadap 1271 sistem atau network manager di
Amerika Serikat. Hanya 22% yang menganggap keamanan sistem informasi sebagai
komponen sangat penting (“extremely important”).
Mereka lebih mementingkan “reducing cost” dan “improving competititiveness”
meskipun perbaikan system informasi setelah dirusak justru dapat menelan biaya yang
lebih banyak.
Meskipun sering terlihat sebagai besaran yang tidak dapat langsung diukur dengan
uang (intangible), keamanan sebuah sistem informasi sebetulnya dapat diukur dengan
besaran yang dapat diukur dengan uang (tangible). Dengan adanya ukuran yang terlihat,
mudah-mudahan pihak management dapat mengerti pentingnya investasi di bidang
keamanan.
4. Macam-macam Sistem Keamanan Informasi:
a. Sistem Keamanan Informasi Berbasis Software

Software yang kita miliki dapat mengalami kerusakan yang membuat kita
terpaksa harus memperbaiki atau memasang ulang. Oleh karena itu software yang kita
miliki perlu dijaga apalagi bila kita beli dengan harga mahal atau perlu keahlian
khusus dalam proses pemasangannya (apalagi bila kita tidak tahu proses
melakukannya) atau vital dalam pekerjaan kita.

Perangkat Lunak (Software), adalah sekumpulan program yang dilengkapi


dengan dokumentasi yang berhubungan secara langsung ke komputer, yang
digunakan untuk menjalankan fungsi-fungsi yang diinginkan. Singkatnya, perangkat
lunak adalah kumpulan instruksi-instruksi untuk sebuah komputer. Misalnya,
1
3

perangkat lunak untuk manajemen data, inventorisasi, ataupun untuk pembuatan


dokumentasi.

Pengembangan perangkat lunak disini erat hubungan dengan perkembangan


sistem operasi dan aplikasi yang dijalankan diatasnya. Berdasarkan data dari
Dataquest, proyeksi sistem operasi yang akan mendominasi pasar tahun 2000
nantinya dapat digolongkan menjadi tiga, yakni Microsoft Windows NT sebesar 40
persen, UNIX (misalnya: DIGITAL UNIX, HP-UX, IBM AIX, Sun SOLARIS, dan
lainnya) sebesar 40 persen, dan Proprietary (misalnya: DIGITAL OpenVMS, IBM
OS/400, SGI IRIX, dan lainnya) sebesar 20 persen, serta 90 persen menggunakan
sistem gabungan dari ketiga katagori yang disebutkan tadi

Firewall software adalah salah satu komponen penting dalam suatu komputer dan
jaringan yang melibatkan banyak pengguna yang diinstall pada server, client PC, dst.
Perangkat lunak / software bekerja pada application layer sehingga penyerangan,
penyusup atau perusak juga melewati application layer. Oleh karena itu, perlindungan
menggunakan software firewall ini bertujuan untuk melakukan pengamanan terhadap
software dan data tetapi melakukan perlindungan pada layer itu juga. Software
Firewall merupakan perangkat lunak yang diinstal pada komputer user ini dapat :

Disesuaikan, sehingga memungkinkan bagi user untuk melakukan beberapa


kontrol atas fungsi dan fitur proteksi. Melindungi komputer user dari upaya pihak luar
untuk mengendalikan atau mendapatkan akses ke komputer.

Sebagai kontrol dalam pengaturan file dan sharing printer dan untuk memblokir
aplikasi yang tidak aman agar tidak berjalan pada sistem komputer. Menggabungkan
kontrol privasi, web filtering dan banyak lagi. Sesuatu yamg dianggap kekurangan
dari firewall software adalah bahwa mereka hanya akan melindungi komputer tempat
software tersebut diinstall, bukan jaringan, sehingga setiap komputer harus memiliki
firewall software yang diinstal di atasnya.

Memblokir komunikasi yang sebenarnya tidak menjadi ancaman bagi PC


(terkadang). Ketika itu terjadi, game dan program lain yang terinstall mungkin tidak
dapat bekerja. Harus dilakukan konfigurasi perangkat lunak firewall agar firewall
mengetahui program-program mana yang aman untuk dijalankan.

Bekerja di balik layar. Anda tidak perlu untuk selalu mengizinkan atau menolak
setiap komunikasi dalam sistem. Jika tidak ada aturan tentang komunikasi tertentu di
dalam system PC, atau jika firewall software tidak mampu mengkonfirmasi atau
menolak masuk, ia akan meminta user untuk memberikan tanggapan atas komunikasi
yang tidak dikenalinya tersebut, apakah boleh dijalankan atau tidak.

Membentuk pertahanan yang kuat terhadap potensi masalah. Ini adalah salah satu
cara untuk melindungi komputer dari bahaya, ketika dipasangkan dengan perangkat
lunak antivirus gratis dan software antispyware. Namun ada satu hal yang perlu
1
4

diperhatikan dari firewall software ini. Karena software ini diinstall pada PC, maka
terdapat potensi dari firewall untuk memperlambat kinerja computer.
Software dapat mengalami kerusakan yang membuat kita terpaksa harus
memperbaiki atau memasang ulang. Oleh karena itu software yang kita miliki perlu
dijaga apalagi bila kita beli dengan harga mahal atau perlu keahlian khusus dalam
proses pemasangannya (apalagi bila kita tidak tahu proses melakukannya) atau vital
dalam pekerjaan kita. Kerusakan software dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain :
1) Penggunaan software bajakan
Software yang bajakan karena tidak berasal dari pembuatnya langsung maka
kualitas software tersebut tidak dapat dijamin sehingga resiko kerusakan akan
besar dan kita tidak dapat melakukan komplain.
2) Kesalahan prosedur
Pemasangan/install software yang tidak benar dapat menyebakan
crash/bertabrakan dengan software lain atau tidak lengkap sehingga
menyebabkan software rusak.
3) Virus
Virus selain dapat merusak data, dapat juga merusak software dan biasanya
menyerang sistem operasi dan aplikasi yang berjalan di system operasi Windows.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kerusakan komputer adalah


antara lain:
1) Menggunakan software yang terpercaya baik itu yang berbayar atau open source.
2) Memasang Antivirus. Antivirus dapat menangkal dan memperbaiki virus yang
merusak software.
3) Backup Sistem komputer dapat dibackup secara keseluruhan dengan
menggunakan aplikasi tertentu sehingg bila terjadi kerusakan yang paling parah
sekalipun dapat dikembalikan ke kondisi semula.
4) Lakukan sesuai prosedur. Bila tidak ada sistem backup dan software serta data
dalam komputer bersifat vital, ada baiknya tidak melakukan proses pemasangan
software sendiri bila tidak yakin dengan langkah-langkahnya. Pada dasarnya
tidak ada software yang sempurna yang dapat mengatasi semua kesalahan
pemakaian sehingga penggunaan sesuai prosedur sangat dianjurkan.
b. Sistem Keamanan Berbasis Hardware
1
5

Keamanan hardware menjadi penting karena kerusakan pada hardware dapat


menyebabkan kerusakan pada data dan sofware tetapi mungkin juga tidak
mempengaruhi apapun, misalnya : kerusakan mouse tidak mempengaruhi data atau
software, sedangkan kerusakan hard disk akan merusak data dan software.

Perangkat Keras (Hardware), adalah kumpulan peralatan yang saling


berhubungan satu sama lain. Peralatan ini berupa CPU, disks, tapes, modem, cables,
dan lainnya. Perangkat keras ini dirancang khusus untuk mengikuti perintah/instruksi
yang diberikan kepadanya. Dalam pengoperasiannya, sebuah komputer terdiri dari
perangkat keras dan perangkat lunak. Keduanya saling berketergantungan. Pada
dasarnya, perkembangan perangkat keras erat hubungannya dengan perkembangan
arsitektur yang ada. Kini arsitektur yang ada dapat digolongkan menjadi dua, yakni
arsitektur CICS – Complex Instruction Set Computers (x86 Intel prosesor) dan RISC
– Reduced Instruction Set Computers (Alpha, Power PC, dan Mips prosesor).

Keamanan hardware menjadi penting karena kerusakan pada hardware dapat


menyebabkan kerusakan pada data dan software tetapi mungkin juga tidak
mempengaruhi apapun, misalnya kerusakan mouse tidak mempengaruhi data atau
software, sedangkan kerusakan hard disk akan merusak data dan software. Perangkat
keras merupakan subsistem dari sistem komputer. Seperti halnya dengan sistem
komputer, perangkat keras terdiri dari beberapa komponen pendukung, yaitu :

1) Alat masukan (input device),


Alat input atau masukan adalah alat yang berfungsi untuk menerima masukan
berupa data, baik berupa numerik, karakter, string maupun gambar. Teknologi alat
masukan berkembang sangat pesat, misalnya saja keyboard, pointing device,
scanner, sensor dan voice recognizer.
2) Alat pemroses (process device),
Alat pemroses (processing device) adalah alat untuk mengeksekusi instruksi-
instruksi program dan memproses data yang dimasukkan lewat alat masukan. Alat
pemroses terdiri dari prosesor atau CPU dan memori utama (main memory). CPU
merupakan tempat pemrosesan instruksi-instruksi program. Pada komputer mikro,
CPU disebut dengan microprocessor. CPU terdiri dari dua bagian utama, yaitu unit
kendali atau control unit dan unit arithmatika dan logika atau Arithmetic and
Logical Unit (ALU). Di samping dua bagian utama tersebut, CPU mempunyai
beberapa simpanan yang berukuran kecil yang disebut dengan register. Control
Unit mengartikan instruksi-instruksi dari komputer, membawa data dari alat input
ke main memory, dan mengambil data dari main memory untuk diolah. Bila ada
perhitungan aritmatika atau perbandingan logika, maka control unit mengirim
instruksi tersebut ke ALU. Hasil dari pengolahan data ini dibawa oleh control unit
ke main memory untuk disimpan.
1
6

3) Alat keluaran (output device),


Alat Output bisa diartikan sebagai peralatan yang berfungsi untuk
mengeluarkan hasil pemrosesan ataupun pengolahan data yang berasal dari CPU
ke dalam suatu media yang dapat dibaca oleh manusia ataupun dapat digunakan
untuk penyimpanan data hasil proses. Output yang dihasilkan dari pengolahan data
dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) macam bentuk, yaitu:
a) Tulisan (huruf, kata, angka, karakter khusus, dan simbol-simbol lain).
b) Image (bentuk grafik atau gambar).
c) Suara (bentuk musik atau rekaman suara).
d) Memory, alat penyimpanan (storage device),

Kebutuhan akan media penyimpanan atau storage device saat ini sangatlah
diperlukan. Dalam hal ini media penyimpanan dapat dibedakan menjadi 2(dua)
macam, yaitu internal storage dan external storage. Internal storage terdiri dari
Random Access Memory (RAM) dan Read Only Memory (ROM) berada dalam CPU.
Sedangkan external storage atau external memory merupakan suatu media atau sarana
yang terletak di luar CPU yang dapat digunakan komputer untuk menyimpan data
ataupun program. Media simpanan luar yang sifatnya pengaksesan secara langsung
telah dibutuhkan sejak komputer generasi pertama digunakan.

Data yang tersimpan di dalam external memory bersifat tetap, artinya data tidak
akan hilang walaupun tidak ada listrik yang mengalirinya. Media yang digunakan
umumnya merupakan media magnetic yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan
data dan informasi. Saat ini telah banyak beredar jenis External Memory, antara lain
floopy disk, harddisk, USB flash disk , CD ROM/RW, dan lainnya. Kecenderungan
perkembangan komputer lebih terlihat kepada hal berikut : ukuran fisik mengecil
dengan kemampuan yang lebih besar, harga terjangkau (murah), kemampuan
penyimpanan data berkapasitas tinggi, transfer pengiriman data yang lebih cepat
dengan adanya jaringan

4) Alat komunikasi (communication device).


Firewall hardware merupakan salah satu komponen penting dalam suatu
komputer dan jaringan yang melibatkan banyak pengguna yang berbentuk suatu
perangkat keras, Fungsi firewall hardware :
a) Dapat memisahkan jaringan yang lebih aman dari jaringan yang relatif kurang
aman, seperti pada satu lokasi perusahaan dalam struktur perusahaan yang
lebih besar.
b) Tersedia untuk pengguna rumahan yang menginginkan proteksi lebih kuat
dari serangan internet.
c) Dapat digunakan untuk Network Address Translation (NAT). Dengan ini
sangat dimungkinkan jaringan untuk menggunakan alamat IP private dalam
jaringannya dan hanya menggunakan satu alamat IP public. Hal ini sangat
bermanfaat karena dapat membatasi penggunaan IP public dan
1
7

penggunaannya dapat dialihkan untuk kebutuhan yang lebih penting seperti


alamat server. NAT memungkinkan pengguna di dalam jaringan untuk
menghubungi server menggunakan IP private sedangkan pengguna diluar
jaringan harus menghubungi server yang sama menggunakan IP eksternal.
d) Dapat bertindak sebagai server caching, VPN, router, dan banyak lagi.
Beberapa contoh firewall hardware: Checkpoint, Cisco PIX, SonicWall,
Contivity dari Nortel dan Cisco.

Sangat penting untuk manajemen jaringan. Tanpa control atas akses komputer
dan jaringan, jaringan besar tidak dapat menyimpan data sensitif untuk pengambilan
data secara selektif. Firewall juga sangat penting bagi pengguna broadband rumahan
karena kerawanan yang dimiliki oleh internet sehingga data pribadi juga sangat
beresik. Hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan hardware adalah antara lain:
a. Kelistrikan
Hardware komputer sangat tergantung pada listrik. Oleh karena itu
ketidakstabilan listrik akan mempengaruhi kinerja dan ketahanan hardware.
Komputer yang sering mati dengan tiba-tiba akibat kehilangan pasokan listrik
dapat memicu kerusakan baik pada hard disk, motherboard bahkan power supply
dan perangkat lainnya.
b. Kesalahan prosedur
Penggunaan atau penempatan yang tidak sesuai aturan akan menyebabkan
memperpendek masa pakai hardware. Menyalakan komputer diruang yang
panas atau memaksakan komputer menyala terusmenerus dapat menimbulkan
kerusakan.
c. Bencana alam/kerusuhan
Faktor ini adalah yang paling sulit dihindarkan karena diluar kemampuan
kita. Banjir, gempa atau kerusuhan bila mencapai computer maka kerusakan
parah sangat mungkin terjadi.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah antara lain:
a. Memasang Stavolt atau UPS (Universal Power Saving)
Dengan adanya stavolt yang berfungsi menstabilkan arus listrik atau UPS
yang berfungsi untuk menyediakan daya listrik selama beberapa waktu
sehingga kita dapat melakukan proses shutdown secara baik, maka kerusakan
akibat listrik dapat diminimalkan. UPS ada yang dilengkapi dengan aplikasi
untuk mengendalikan UPS, baik untuk melihat kapasitas bateray atau
memantau kondisi UPS lewat internet.
b. Menggunakan sesuai prosedur
Penempatan komputer yang benar, menyalakan dan mematikan, serta
pemakaian sesuai fungsinya akan membuat hardware lebih awet. Selain itu
penggunaan sesuai dengan prosedur khususnya yang berhubungan dengan
kelistrikan akan mengurangi resiko kebakaran, misalnya mematikan komputer
hingga stavolt/UPS.
1
8

Ancaman-ancaman keamanan hardware pada computer standalone :

a. Hubung singkat jalur rangkaian MB


b. Kenaikan Suhu Komputer Komputer
c. Tegangan Yang Tidak stabil stabil
d. Kerusakan Akibat Listrik Statis

Bagan Keamanan System Informasi Kesehatan

D. Tugas dan tanggungjawab Pemangku Kepentingan Bidang Kesehatan


Roadmap SIK 2011-2014: visi dan Misi SIK
Visi
Terwujudnya Sistem Informasi Kesehatan terintegrasi pada tahun 2014 yang mampu
mendukung proses pembangunan kesehatan dalam menuju masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan.
Misi
1. Pemanfaatan informasi
Meningkatkan budaya penggunaan data dan informasi untuk penyelenggaraan upaya
kesehatan yang efektif dan efisien serta untuk mendukung tata kelola kepemerintahan yang
baik dan bagi masyarakat luas.
1
9

2. Manajemen data
Meningkatkan pengelolaan data kesehatan yang meliputi pengumpulan, penyimpanan, dan
analisis data, serta diseminasi informasi.
3. Kualitas data
Memperkuat kualitas data kesehatan dengan menerapkan jaminan kualitas dan sistem
pengendaliannya.

Indikator

Menstandardiasi indicator kesehatan agar dapat menggambarkan derajat kesehatan


masyarakat.

Sumber data

Memperkuat sumber data dan membangun jejaringnya dengan semua pemangku


kepentingan termasuk swasta dan masyarakat madani.

Sumber daya

memperkuat landasan hukum, kebijakan dan program, advokasi, koordinasi,


pemanfaatkan TIK, SDM, pembiayaan, sarana dan prasarana

Roadmap sik 2011-2014: tahapan pelaksanaan

1. Penguatan pengelolaan SIK

2. Standarisasi indikator

3. Penataan dan penguatan sumber data dengan memanfaatkan TIK

4. Penguatan pengumpulan dan pengolahandata

5. Penguatan sumber daya SIK

6. Pengembangan dan penguatan produk SIK

7. Pelembagaan budaya penggunaan data


2013

1. Melanjutkan danmemelihara penguatan pengelolaan SIK


2. Memeliharapenguatan indikator
3. Memelihara danmelanjutkan penguatan sumber data dengan memanfaatkan TIK
4. Penguatan pengumpulan dan pengolahan data dengan pengembangan data repository
5. Memperkuat sumber daya SIK
6. Pengembangan model-model eHealth dan memperkuat produk SIK
7. Pelembagaan budaya

2014

1. Melanjutkan dan memelihara penguatan pengelolaan SIK


2. Memeliharapenguatan indikator
3. Memelihara penguatan sumber data
4. Memeliharapenguatan pengumpulan dan pengolahan data
2
0

5. Memperkuat sumber daya SIK


6. Melanjutkan pengembangan model-model eHealth dan memperkuat produk SIK
7. Memelihara budaya penggunaan data

Kebijakan sik

1. Pengembangan kebijakan dan standar dilaksanakan dalam rangka mewujudkan sistem


informasi kesehatan (SIK) yang terintegrasi.

2. Pengembangan dan penyelenggaraan SIK dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku


kepentingan termasuk lintas sektor dan masyarakat.

3. Penetapan kebijakan dan standar SIK dilakukan dalam kerangka desentralisasi di bidang
kesehatan.

4. Penataan sumber data dan penguatan manajemen SIK pada semuatingkat sistem kesehatan
dititik-beratkan pada ketersediaan standar operasional yang jelas, pengembangan dan
penguatan kapasitas SDM, dan pemanfaatan TIK, serta penguatan advokasi bagi
pemenuhan anggaran.

5. Pengembangan SDM pengelola data dan informasi kesehatan dilaksanakan dengan menjalin
kerjasama dengan perguruan tinggi dan lintas sektor terkait serta terpadu dengan
pengembangan SDM kesehatan lainnya.

6. Peningkatan penyelenggaraan sistem pengumpulan, penyimpanan, diseminasi dan


pemanfaatan data/ informasi dalam kerangkakebijakan manajemen data satu pintu.

7. Pengembangan Bank Data Kesehatan harus memenuhi berbagai kebutuhan dari pemangku-
pemangku kepentingan dan dapat diakses dengan mudah, serta memperhatikan prinsip-
prinsip kerahasiaan dan etika yang berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran.

8. Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk meningkatkan statistik vital
melalui upaya penyelenggaraan Registrasi Vital di seluruh wilayah Indonesia dan upaya
inisiatif lainnya.

9. Peningkatan inisiatif penerapan eHealth untuk meningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan
meningkatkan proses kerja yang efektif dan efisien.

10. Peningkatan budaya penggunaan data melalui advokasi terhadap pimpinan di semua
tingkat dan pemanfaatan forum-forum informatika kesehatan yang ada.

11. Peningkatan penggunaan solusi-solusi mHealth dan telemedicine untuk mengatasi masalah
infrastruktur, komunikasi, dan sumberdaya manusia.

E. Organisasi Kesehatan Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Fasilitas Pelayanan


Kesehatan
1. Pengertian Organisasi
Pengertian organisasi menurut para ahli:
a. Menurut James D. Money, organisasi adalah bentuk setiap kerjasama manusia untuk
mencapai tujuan bersama.
2
1

b. Menurut Dwight Waldo, organisasi adalah struktur antara hubungan pribadi


berdasarkan wewenang formal (formal authority) dan kebiasaan dalam sistem
administrasi.
c. Menurut A. W. Widjaja, organisasi adalah suatu alat untuk melaksanakan tujuan
tertentu.
d. Menurut Sondang P. Siagian, organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara
dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka
pencapaian sesuatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan mana terdapatseorang
atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang
disebut bawahan.
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan perwujudan struktur wewenang formal dengan cara
menganalisis jabatan-jabatan apa yang diperlukan dalam mencapai tujuan, untuk
kemudian ditentukan kualifikasi ataupun jumlah orang yang mengisi jabatan-jabatan
tesebut. Struktur organisasi memegang peranan penting dalam sebuah organisasi karena
struktur organisasi yang digunakan dapat memberikan dukungan moral bagi karyawan
sehingga mau bekerja sama dan selalu berusaha menjalin koordinasi sebagai tanggung
jawab penting dalam kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi. Yayat
Hayati Djatmiko (2002), Perilaku Organisasi
3. Ciri – ciri Organisasi
Organisasi memiliki tiga unsur dasar, dan secara lebih rinci organisasi memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
a. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal.
Organisasi yang di bentuk tentu dengan di dasari oleh orang-orang yang ingin
berperan dalam dunia sosial.
b. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan
(interdependent part) yang merupakan kesatuan kegiatan,
c. Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa; pemikiran,
tenaga, dan lain-lain,
d. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan,
e. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
4. Organisasi kesehatan tingkat pusat ( kementerian kesehatan)
Kementerian Kesehatan RI mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Dalam
melaksanakan tugas, Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di


bidang kesehatan
b. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya
c. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya
d. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya
2
2

e. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan
fungsinya kepada Presiden

Dalam menyelenggarakan fungsi, Kementerian Kesehatan RI mempunyai kewenangan:

a. Penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung pembangunan


secara makro
b. Penetapan pedoman untuk menetukan standar pelayanan minimal yang wajib
dilaksanakan oleh kabupaten/Kota di bidang Kesehatan
c. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kesehatan
d. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang kesehatan
e. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi
pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi di bidang
kesehatan
f. Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas
nama Negara di bidang kesehatan;
g. Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang kesehatan
h. Penanggulangan wabah dan bencana yang berskala nasional di bidang kesehatan
i. Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang kesehatan
j. Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang kesehatan
k. Penyelesaian perselisihan antar Propinsi di bidang kesehatan
l. Penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian
ibu, bayi, dan anak
m. Penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
n. Penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan
o. Penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan
p. Penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi kesehatan
dan standar etika penelitian kesehatan
q. Penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan gizi
r. Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan
s. Surveilans epidemiologi serta pengaturan pemberantasan dan penanggulangan
wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa
t. Penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar sangat
essential (buffer stock nasional)
Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yaitu :
a. Penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu
b. pemberian izin dan pembinaan produksi dan distribusi alat kesehatan
2
3

a. Sekretariat Jenderal
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas,
pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015, pasal 7 dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud diatas, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi :
1) koordinasi kegiatan Kementerian Kesehatan;
2) koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian Kesehatan;
3) pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip,
dan dokumentasi Kementerian Kesehatan;
4) pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
5) koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan
advokasi hukum;
6) penyelenggaraan pengelolaan barang milik negara dan layanan pengadaan
barang/jasa;
7) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
b. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015, pasal 136
2
4

dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135, Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat menyelenggarakan fungsi :

1) perumusan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan


lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat;
2) pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga , kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat;
3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan kesehatan keluarga
, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
5) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan keluarga ,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
6) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat; dan
7) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
c. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian
penyakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan
Permenkes 64 Tahun 2015, pasal 263 dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 262, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
menyelenggarakan fungsi:

1) perumusan kebijakan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, pencegahan


dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan
penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan
Zat adiktif lainnya (NAPZA);
2) pelaksanaan kebijakan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, pencegahan
dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan
penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan
Zat adiktif lainnya (NAPZA);
3) penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang surveilans epidemiologi
dan karantina, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor,
penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan
Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya (NAPZA);
4) pelaksanaan administrasi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; dan
5) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Menteri.
2
5

d. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan


Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015, pasal 394
dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 393, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

1) perumusan kebijakan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu


pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer;
2) pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu
pelayanan kesehatan primer rujukan, tradisional, dan komplementer;
3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan pelayanan,
fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer rujukan, tradisional, dan
komplementer;
4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan pelayanan,
fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer rujukan, tradisional, dan
komplementer;
5) pelaksanaan evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan
mutu pelayanan kesehatan primer rujukan, tradisional, dan komplementer;
6) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan; dan
7) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
e. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas merumuskan
serta melaksanakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015, pasal 505
dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 504, Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

1) perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat


kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan
perbekalan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan
kefarmasian;
2) pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan
perbekalan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan
kefarmasian;
3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi
sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga,
pengawasan alat kesehatan dan perbekalan rumah tangga, tata kelola perbekalan
kesehatan, dan pelayanan kefarmasian
4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi sediaan
farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat
2
6

kesehatan dan perbekalan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan
pelayanan kefarmasian;
5) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi sediaan
farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat
kesehatan dan perbekalan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan
pelayanan kefarmasian;
6) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan; dan
7) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
f. Inspektorat Jenderal
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di
Kementerian Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015, pasal 624 dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 623, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan
fungsi:
1) penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Kesehatan;
2) pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan terhadap
kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya;
3) pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
4) penyusunan laporan hasil pegawasan di lingkungan Kementerian Kesehatan;
5) pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
6) pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Menteri.
g. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan
penelitian dan pengembangan kesehatan. Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015, pasal
668 dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 667, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

1) penyusunan kebijakan teknis penelitian dan pengembangan di bidang biomedik dan


epidemiologi klinik, upaya kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan, kefarmasian
dan alat kesehatan, sumber daya manusia, dan humaniora kesehatan;
2) pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang biomedik dan epidemiologi
klinik, upaya kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan, kefarmasian dan alat
kesehatan, sumber daya manusia, dan humaniora kesehatan;
3) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penelitian dan pengembangan di bidang
biomedik dan epidemiologi klinik, upaya kesehatan masyarakat, pelayanan
kesehatan, kefarmasian dan alat kesehatan, sumber daya manusia, dan humaniora
kesehatan;
4) pelaksanaan administrasi Badan; dan
5) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
h. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
2
7

Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan


mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia di bidang kesehatan. Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015, pasal 751 dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 750, Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
1) penyusunan kebijakan teknis pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia kesehatan di bidang perencanaan, pendayagunaan, peningkatan kompetensi,
dan pembinaan mutu sumber daya manusia kesehatan;
2) pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di
bidang perencanaan, pendayagunaan, peningkatan kompetensi, dan pembinaan mutu
sumber daya manusia kesehatan;
3) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia kesehatan di bidang perencanaan, pendayagunaan, peningkatan kompetensi,
dan pembinaan mutu sumber daya manusia kesehatan;
4) pelaksanaan administrasi Badan; dan
5) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
i. Staf Ahli
Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri,dan secara
administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal. Berdasarkan Permenkes 64
Tahun 2015, pasal 838 Staf Ahli terdiri atas :
1) Staf Ahli Bidang Ekonomi KesehatanStaf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan
mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada
Menteri, terkait bidang ekonomi kesehatan.
2) Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi
3) Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi mempunyai tugas
memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis terhadap Menteri, terkait bidang
teknologi kesehatan dan globalisasi.
4) Staf Ahli Bidang Desentralisasi KesehatanStaf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan
mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis terhadap
Menteri, terkait bidang desentalisasi kesehatan.
5) Staf Ahli Bidang Hukum KesehatanStaf Ahli Bidang Hukum Kesehatan mempunyai
tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis terhadap Menteri, terkait
bidang hukum kesehatan.
j. Pusat Data dan Informasi
Pusat Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan melaksanakan penyusunan
kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengelolaan data dan informasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015, pasal 841 alam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 840, Pusat Data dan Informasi menyelenggarakan
fungsi :
2
8

1) penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan sistem informasi, pengelolaan


teknologi informasi, dan pengelolaan data dan informasi
2) pelaksanaan di bidang pengembangan sistem informasi, pengelolaan teknologi, dan
pengelolaan data dan informasi
3) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang informasi, dan pengelolaan data dan
informasi dan
4) pelaksanaan administrasi pusat
k. Pusat Krisis Kesehatan
Pusat Krisis Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan
teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penanggulangan
krisis kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan
Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 897 dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 896, Pusat Krisis Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

1) penyusunan kebijakan teknis di bidang pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan,


fasilitas penanggulangan krisis kesehatan, serta evaluasi dan informasi krisis
kesehatan
2) pelaksanaan di bidang pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan, fasilitasi
penanggulangan krisis kesehatan, serta evaluasi dan informasi krisis kesehatan
3) pemantauan, pengelolaan informasi, evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan,
mitigasi, dan kesiapsiagaan, serta fasilitasi penanggulangan krisis kesehatan dan
4) pelaksanaan administrasi Pusat.
l. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang analisis pembiayaan dan jaminan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 877 dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 876, Pusat Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

1) penyusunan kebijakan teknis di bidang pembiayaan dan jaminan kesehatan serta


evaluasi ekonomi pembiayaan kesehatan
2) pelaksanaan di bidang pembiayaan dan jaminan kesehatan
3) pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pembiyaan dan jaminan kesehatan
serta evaluasi ekonomi pembiayaan kesehatan dan
4) pelaksanaan administrasi Pusat.
m. Pusat Analisis Determinan Kesehatan
Pusat Analisis Determinan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis
determinan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 861 dalam melaksanakan tugas
2
9

sebagaimana dimaksud dalam pasal 860, Pusat Analisis Determinan Kesehatan


menyelenggarakan fungsi:

1) penyusunan kebijakan teknis di bidang analisis lingkungan strategis, analisis perilaku,


dan kesehatan intelegensia
2) pelaksanaan di bidang analisis lingkungan strategis, analisis perilaku, dan kesehatan
intelegensia
3) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis lingkungan strategis, analisis
perilaku, dan kesehatan intelegensia dan
4) pelaksanaan administrasi Pusat.
n. Pusat Kesehatan Haji
Pusat Kesehatan Haji mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan
teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan
kesehatan haji sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan
Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 917 dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 916, Pusat Kesehatan Haji menyelenggarakan fungsi :

1) penyusunan kebijakan teknis di bidang pembimbingan dan pengendalian faktor


risiko, pemberdayagunaan sumber daya, fasilitasi pelayanan kesehatan haji
2) pelaksanaan di bidang pembimbingan dan pengendalian faktor risiko, pendayagunaan
sumber daya, dan fasilitasi pelayanan kesehatan haji
3) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembimbingan dan pengendalian
faktor risiko, pendayagunaan sumber daya, dan fasilitasi pelayanan kesehatan haji
4) pelaksanaan administrasi Pusat.
o. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan komunikasi dan pelayanan masyarakat serta dokumentasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal
101 dalam pelaksanaan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 100, Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat menyelenggarakan fungsi :

1) pengelolaan opini publik, produksi komunikasi, dan peliputan


2) pelaksanaan hubungan media dan lembaga
3) pelaksanaan urusan pelayanan masyarakat dan
4) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro
p. Biro Kerja Sama Luar Negeri
Biro Kerja Sama Luar negeri mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan
pemberian dukungan administrasi kerja sama kesehatan luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2016 pasal
86, dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 85, Biro Kerja Sama
Luar Negeri menyelenggarakan fungsi :
3
0

1) penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama luar negeri ilateral, regional, dan
multilateral di bidang kesehatan
2) penyiapan koordinasi dan fasilitasi hubungan luar negeri bilateral, regional, dan
multilateral di bidang kesehatan dan
3) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro
q. Biro Kepegawaian
Biro Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan urusan
kepegawaian di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
dan perundang-undangan Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 67 dalam
melaksanakan tugas dimaksud dalam Pasal 66, Biro Kepegawaian meneyelenggarakan
fungsi :
1) pengelolaan urusan pengadaan pegawai
2) pengelolaan urusan mutasi dan penilaian kinerja pegawai
3) pengelolaan urusan pengembangan pegawai
4) penyaiapan pelaksanaan urusan disiplin dan kesejahteraan pegawai dan
5) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro
r. Biro Hukum dan Organisasi
Biro Hukum dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan
penyusunan peraturan perundang-undangan, advokasi hukum, dan penataan organisasi
dan tata laksana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan
Permenkes 64 tahun 2015 pasal 48 dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam pasal 47, Biro Hukum dan Organisasi menyelenggarakan fungsi :

1) penyiapan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan


2) pelaksanaan advokasi hukum
3) penataan organisasi dan tata laksanan
4) fasilitas pelaksanaan reformasi birokrasi
5) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro
s. Biro Keuangan dan Barang Milik Negara
Biro Keuangan dan Barang Milik Negara mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan keuangan, barang milik negara, dan layanan pengadaan barang/jasa di
lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 29 dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, Biro Keuangan dan Barang Milik Negara
menyelenggarakan fungsi :

1) koordinasi dan pengelolaan tata laksana keuangan dan urusan perbendaharaan


2) koordinasi dan pengelolaan akutansi dan pelaporan keuangan
3) koordinasi dan pengelolaan layanan pengadaan barang/jasa
4) koordinasi dan pengelolaan barang milik negara dan
5) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro
t. Biro Perencanaan dan Anggaran
3
1

Biro Perencanaan dan Anggaran mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan


penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian Kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015,
pasal 10 dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Biro
Perencanaan dan Anggaran menyelenggarakan fungsi :

1) penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana strategis dan program transfer daerah
2) penyiapan koordinasi dan penyusunan dan evaluasi rencana, program dan anggaran
pendapatan dan belanja negara
3) penyiapan koordinasi dan penyusunan, pemantauan, dan evaluasi pengelolaan sistem
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan standar pelayanan minimal bidang
kesehatan dan
4) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
u. Biro Umum
Biro Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan ketatausahaan,
kerumahtanggan, arsip dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 116 dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 115, Biro Umum menyelenggarakan fungsi :

1) pelaksanaan urusan tata usaha pimpinan dan protokol


2) pelaksanaan urusan kerumahtanggan
3) pelaksanaan urusan arsip dan dokumentasi
4) pengelolaan urusan gaji dan
5) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro

5. Organisasi kesehatan tingkat provinsi ( dinas kesehatan provinsi)


a. Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi
1) Bidang Bina Pelayanan Kesehatan, mempunyai fungsi :
a) Bimbingan dan Pengendalian (Bimdal) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Dasar. Dalam bimdal penyelenggaraan upaya kesehatan dasar termasuk
kesehatan komunitas.
b) Bimdal Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Rujukan meliputi bimdal
kesehatan rujukan/spesialistik, dan sistem rujukan.
c) Bimdal Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Khusus. Dalam bimdal
penyelenggraan upaya kesehatan khusus meliputi : bimdal kesehatan jiwa,
kesehatan mata, kesehatan kerja, kesehatan haji, kesehatan gigi dan mulut.
b. Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan
1) Bimdal Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit. Dalam bimdal
penyelenggaraan pengendalian dan pemberantasan peyakit meliputi surveilans
epidemiologi, pengendalian penyakit menular langsung, pengendalian penyakit
bersumber binatang, pengendalian penyakit tidak menular, imunisasi dan
kesehatan matra.
3
2

2) Bimdal Penyelenggaraan Pengendalian Wabah dan Bencana. Dalam bimdal


penyelenggaraan pengendalian wabah dan bencana meliputi bimdal
kesiapsiagaan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan.
3) Bimdal Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan. Dalam bimdal
penyelenggaraan penyehatan lingkungan meliputi: penyehatan air,
pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan kawasan dan sanitasi darurat,
sanitasi makanan dan bahan pangan serta pengamanan limbah.
c. Bidang Bina Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
1) Bimdal Perencanaan dan Pendayagunaan.
2) Bimdal Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan.
3) Bimdal Penyelenggaraan Registrasi dan Akreditasi. Dalam bimdal
penyelenggaraan registrasi dan akreditasi meliputi registrasi, perizinan dan
akreditasi tenaga medis, tenaga para medis dan tenaga non medis/tradisional
terlatih.
d. Bidang Bina Jaminan dan Sarana Kesehatan, mempunyai fungsi :
1) Bimdal Penyelenggarakan Jaminan Kesehatan. Dalam bimdal penyelenggaraan
jaminan kesehatan meliputi bimdal kepesertaan, pemeliharaan kesehatan dan
pembiayaan.
2) Bimdal Pelayanan Sarana dan Peralatan Kesehatan. Dalam bimdal pelayanan
sarana dan peralatan kesehatan meliputi: monitoring dan evaluasi,
registrasi, akreditasi dan sertifikasi sarana dan peralatan kesehatan.
3) Bimdal Penyelenggaraan kefarmasian. Dalam bimdal penyelenggaraan
kefarmasian meliputi obat, makanan dan minuman, napza, kosmetika dan alat
kesehatan.
e. Sekretariat, mempunyai fungsi:
1) Penyusunan Program. Dalam penyelenggaraan penyusunan program meliputi
penyusunan program dan anggaran.
2) Penyelenggaraan Urusan Ketatausahaan. Dalam penyelenggaraan urusan
ketatausahaan meliputi: urusan rumah tangga, kepegawaian, hukum dan
organisasi, hubungan masyarakat.
3) Penyelenggaraan Urusan Keuangan dan Perlengkapan. Dalam penyelenggaraan
urusan keuangan dan perlengkapan meliputi urusan perbendaharaan, akuntansi,
verifikasi, ganti rugi, tindak lanjut LHP dan perlengkapan.
6. Organisasi kesehatan tingkat kabupaten/kota ( dinas kesehatan kabupaten/kota)
Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten:
a. Bidang Pelayanan Kesehatan, mempunyai fungsi :
1) Penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar termasuk kesehatan komunitas.
2) Penyelenggaraan upaya kesehatan rujukan meliputi kesehatan rujukan/
spesialistik, dan sistem rujukan.
3
3

3) Penyelenggaraan upaya kesehatan khusus. Dalam penyelenggraan upaya


kesehatan khusus meliputi : kesehatan jiwa, kesehatan mata, kesehatan kerja,
kesehatan haji, kesehatan gigi dan mulut.

b. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan


1) Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit. Dalam penyelenggaraan
pengendalian dan pemberantasan peyakit meliputi surveilans epidemiologi,
pengendalian penyakit menular langsung, pengendalian penyakit bersumber
binatang, pengendalian penyakit tidak menular, imunisasi dan kesehatan matra.
2) Pengendalian Wabah dan Bencana. Dalam penyelenggaraan
pengendalian wabah dan bencana meliputi kesiapsiagaan, mitigasi dan
kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan.
3) Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan. Dalam penyelenggaraan penyehatan
lingkungan meliputi : penyehatan air, pengawasan kualitas lingkungan,
penyehatan kawasan dan sanitasi darurat, sanitasi makanan dan bahan pangan
serta pengamanan limbah.
c. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
1) Perencanaan dan Pendayagunaan.
2) Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan.
3) Penyelenggaraan Registrasi dan Akreditasi. Dalam penyelenggaraan
registrasi dan akreditasi meliputi registrasi, perizinan dan akreditasi tenaga
medis, tenaga para medis dan tenaga non medis/tradisional terlatih.
d. Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan, mempunyai fungsi :
1) Penyelenggarakan Jaminan Kesehatan. Dalam penyelenggaraan jaminan
kesehatan meliputi kepesertaan, pemeliharaan kesehatan dan pembiayaan.
2) Pelayanan Sarana dan Peralatan Kesehatan. Dalam pelayanan sarana dan
peralatan kesehatan meliputi : monitoring dan evaluasi, registrasi,
akreditasi dan sertifikasi sarana dan peralatan kesehatan.
3) Penyelenggaraan kefarmasian.
4) Dalam penyelenggaraan kefarmasian meliputi obat, makanan dan minuman,
napza, kosmetika dan alat kesehatan.
e. Sekretariat, mempunyai fungsi:
1) Penyusunan Program. Dalam penyelenggaraan penyusunan program
meliputi penyusunan program dan anggaran.
2) Penyelenggaraan Ketatausahaan. Dalam penyelenggaraan urusan
ketatausahaan meliputi : urusan rumah tangga, kepegawaian, hukum dan
organisasi, hubungan masyarakat.
3) Penyelenggaraan Urusan Keuangan dan Perlengkapan. Dalam penyelenggaraan
urusan keuangan dan perlengkapan meliputi urusan perbendaharaan,
akuntansi, verifikasi, ganti rugi, tindak lanjut LHP dan perlengkapan
7. Fasilitas kesehatan
3
4

a. Rumah sakit (rs)


Rumah sakit merupakan suatu fasilitas yang menyediakan rawat inap dan rawat
jalan yang memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang
yang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitative untuk orang-
orang yang menderita sakit, cidera dan melahirkan. (sumber : RUU Rumah Sakit)
1) Rumah Sakit Umum (RSU)
Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua bidang dan jenis
penyakit. Berdasarkan kemampuan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia, Rumah Sakit Umum dibedakan menjadi 4 (empat) macam kelas yang
terdiri dari :
a) Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medic spesialistik luas (pelayanan 4 spesialis dasar yaitu
penyakit dalam anak, kandungan, bedah, ditambah THT, mata, syaraf,
jiwa, kulit & kelamin, jantung paru, radiologi, anestesi, rehabilitasi medic,
patologi klinik, patologi anatomi dan pelayanan spesialistik lain sesuai
dengan kebutuhan) sub spesialistik luas (pelayanan sub spesialistik di
setiap spesialistik yang ada).
b) Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialistik luas (sekurang-kurangnya 11 spesialistik) dan
sub spesialistik terbatas.
c) Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medik
spesialistik luas sekurang-kurangnya spesialistik 4 dasar yaitu penyakit
dalam, kesehatan anak, kebidanan, dan bedah serta pelayanan penunjang
medic.
d) Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medik
spesialistik luas sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar yaitu
pelayanan kesehatan kesehatan yang bersifat medis umum dan kesehatan
gigi.
2) Rumah Sakit Daerah
Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah yang berlokasi di wilayah
administrasi Popinsi, Kabupaten/Kota. (Sumber : Keppres No. 40 Thn 2001)
3) Rumah Sakit Pendidikan
Rumah sakit yang menyelenggarakan dan atau digunakan untuk
pelayanan, pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan
Profesi Kedokteran dan Pendidikan Kedokteran berkelanjutan. (sumber : RUU)

2. Puskesmas
3
5

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Tujuan puskesmas yaitu mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.
a. Visi
Tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya indonesia sehat.
Indikator keberhasilan :
1) lingkungan sehat
2) perilaku sehat
3) cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4) derajat kesehatan masyarakat kecamatan
b. Misi
1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya
c. Jenis puskesmas menurut pelayanan kesehatan medis, dibagi dua kelompok yakni :
1) Puskesmas perawatan, pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap.
Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong
penderita gawat darurat baik berupa tindakan operatif terbatas maupun
perawatan sementara di ruangan rawat inap dengan tempat tidur rawat inap.
Merupakan “pusat rujukan antara” melayani penderita gawat darurat sebelum
dapat dirujuk ke rumah sakit. (Sumber: Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I,
Departemen Kesehatan RI tahun 1999).
2) Puskesmas non perawatan, hanya pelayanan kesehatan rawat jalan.
3. Puskesmas Pembantu (Pustu)
Unit pelayanan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu
memperluas jangkauan Puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis
dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana
yang tersedia. (Sumber: Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I, Departemen Kesehatan RI
tahun 1999).
4. Puskesmas Keliling (Pusling)
Unit pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil berupa
kendaraan bermotor roda empat atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan
komunikasi serta seperangkat tenaga yang berasal dari puskesmas, pusling ini
berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kagiatan puskesmas
dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan karena
3
6

letaknya jauh dan terpencil. (Sumber: Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I, Departemen
Kesehatan RI tahun 1999)
5. Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Polindes atau pondok bersalin desa adalah Suatu tempat atau lembaga unit
kegiatan bersam masyarakat (ukbm) yang didirikan oleh masyarakat atas dasar
musyawarah Sebagai kelengkapan dari pembangunan kesmas untuk memberikan
Pelayanan kesehatan ibu dan anak (kia) dan keluarga berencana (kb) dikelola oleh
bidan desa (bides) bekerjasama dengan dukun Bayi dibawah pengawasan dokter
puskesmas setempat .
6. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Menurut Departemen Kesehatan, posyandu adalah upaya masyarakat untuk
menjaga dan meningkatkan kesehatan melalui kegiatan terpadu yang dilaksanakan oleh
masyarakat sendiri melalui bimbingan dan bantuan petugas kesehatan.
Menurut Sembiring (2004), pengertian posyandu adalah suatu wadah
komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat Keluarga Berencana
dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan
serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang
mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
7. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensy Dasar (PONED)
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensy Dasar(PONED) yaitu pelayanan
obstetric dan neonatal emergensi dasar merupakan pelayanan untuk menanggulangi
kasus-kasus kegawatdaruratan obstetric dan neonatal yang meliputi : Injeksi antibiotic,
Injeksi uterotonika, Injeksi sedative, Plasenta manual, Ekstraksi vacuum, Tranfusi
darah, Operasi SCC. Tujuan PONED adalah Untuk menghindari rujukan yang lebih
dari 2 jam dan untuk memutuskan mata rantai rujukan itu sendiri.
8. Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK)
Ponek adalah pelayanan obstetri neonatal esensial / emergensi komperhensif.
Tujuan utama mampu menyelamatkan ibu dan anak baru lahir melelui program rujukan
berencana dalam satu wilayah kabupaten kotamadya atau provinsi
9. Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)
Wujud upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dibentuk oleh, untuk
dan bersama masyarakat setempat atas dasar masyawarah, dengan bantuan tenaga
professional kesehatan dan dukungan sektor terkait termasuk swasta dalam kerangka
desa siaga demi terwujudnya desa sehat.kesehatan yang dilaksanakan adalah pelayanan
kesehatandasar, mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative yang
dipadukan dengan upaya kesehatan lain yang berwawasan kesehatan dan berbasis
masyrakat setempat. Kegiatan tersebut dalam pelaksanaanya didukung oleh unsur-
unsur tenaga, sarana, prasarana dan biaya yang dihimpun dari masyarakat, swasta,
pemerintah.
10. Pos Obat Desa (POD)
3
7

Wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan sederhana terutama bagi
pengobatan sederhana, terutama bagi penyakit yang sering terjadi pada masyarakat
setempat.
11. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care)
Bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam
pekerjaan kefarmasian untuk meningkat kualitas hidup pasien.

12. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang
independen, akurat, komprehensif, terkini oleh pihak apoteker kepada pasien,
masyarakat maupun pihak yang memerlukan di rumah sakit.
13. Pelayanan Residensial (Home Care)
Pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-
rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan tetapi kronis
lainnya.
14. Saka Bakti Husada
Satuan Karya Pramuka (Saka) Bakti Husada adalah wadah pengembangan
pengetahuan, pembinaan keterampilan, penambahan pengalaman dan pemberian
kesempatan untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat dalam bidang
kesehatan.Tujuan dibentuknya Saka Bakti Husada adalah untuk mewujudkan kader
pembangunan di bidang kesehatan, yang dapat membantu melembagakan norma hidup
sehat bagi semua anggota Gerakan Pramuka dan masyarakat di lingkunganya.
15. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program kesehatan
anak usia sekolah. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6 – 21 tahun, yang
sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 sub kelompok, yakni pra
remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19 tahun).
3
8

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan merupakan sebuah
sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sistem
informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan
keputusan di semua jenjang, bahkan di puskesmas atau rumah sakit kecil sekalipun. Bukan
hanya data, namun juga informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat disajikan
dengan adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan baik.
3
9

DAFTAR PUSTAKA

Adikoesoemo. 2003.manajemen rumah sakit Jakarta : pustaka Sinar Harapan


Greef, Judith A. 1996.komunikasi kesehatan dan perubahan perilaku.Djokjakarta: Gadjah Mada
University Press.
Notoatmojo, Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Muninjaya, Gde AA, 2004. Manajemen Kesehatan,ed.2. Jakarta : EGC
Abdul Kadir, Pengenalan Sistem Informasi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003.
Andri Kristanto, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya, Penerbit Gava Media,
Yogyakarta, 2003.
Jogiyanto H.M., Akt., Ph.D., Analisis Analisis dan Desain Sistem Informasi, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2005.
Witarto, Memahami Sistem Informasi, Penerbit Informatika, 2004.
Sriadhi, 2016. Rancang Bangun Sistem Informasi Inventaris Berbasis Multimedia. Jurnal
Sistem Informasi (JSI), VOL 8, NO. 2.
https://media.neliti.com/media/publications/131843-ID-rancang-bangun-sistem-
informasi-inventar.pdf. (Diakses tanggal 19 Agustus 2018 pukul 10.13 Wib)
M. Irwan, 2008. Urgensi Keamanan Pada Sistem Informasi. Jurnal Iqra’ Volume 02 Nomor
02 2008.https://www.researchgate.net/publication/305726044_urgensi_keamanan_pad
a_sistem_informasi. (Diakses tanggal 18 Agustus 2018 pukul 01.19 Wib)

Anda mungkin juga menyukai