Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
2
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menguraikan teori-teori tentang
gangguan penyesuaian mulai dari definisi, diagnosis, penatalaksanaan dan
prognosisnya. Penyusunan laporan kasus ini sekaligus untuk memenuhi persyaratan
pelaksanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3. Manfaat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
1. Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik
Hasil penulisan ini dapat digunakan untuk menambah informasi serta sebagai bahan
tambahan untuk meningkatkan kemampuan pemeriksaan dalam mengetahui gambaran
gangguan penyesuaian.
2. Institusi Akademik
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan serta data untuk mengevaluasi
materi yang telah disampaikan kepada mahasiswa kedokteran.
3. Keluarga dan Pasien
Keluarga dan pasien diharapkan dapat menambah wawasan mengenai gambaran
gangguan penyesuaian serta pemeriksaan apa saja yang dibutuhkan untuk menegakkan
gangguan penyesuaian.
3
4. Penulis
Laporan kasus ini semoga dapat memberikan tambahan wawasan dan pemahaman
kepada penulis dalam menentukan jenis pemeriksaan yang tepat serta dapat
mengevaluasi gambaran gangguan penyesuaian sehingga dapat mencegah komplikasi
yang nantinya tidak diinginkan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Gangguan penyesuaian adalah reaksi maladaptif jangka pendek terhadap apa
yang disebut oleh orang awam sebagai nasib malang pribadi atau apa yang disebut oleh
dokter psikiatrik sebagai stresor psikososial. Gangguan penyesuaian diharpkan sembuh
dengan spontan segera setelah stresor dihilangkan atau, jika stresor menetap, dicapai
tingkat adaptasi yang baru. Respons adalah maladaptif karena adanya gangguan dalam
fungsi sosial atau pekerjaan atau karena gejala atau perilaku adalah di luar respons yang
normal, lazim, atau yang diperkirakan terhadap stresor tersebut.1
2.2. Epidemiologi
Data berbasis populasi besar tentang gangguan penyesuaian jarang terjadi.
Survei epidemiologis yang ketat secara metodologis seperti Epidemiological Catchment
Area, Survei Komorbid Nasional, dan Survei Morbiditas Psikiatri Nasional tidak
mengevaluasi gangguan penyesuaian. Namun, beberapa upaya telah dilakukan untuk
menilai prevalensi gangguan penyesuaian. The Outcome of Depression International
Network (ODIN) menunjukkan kelainan penyesuaian pada kurang dari 1% populasi.
Sebuah studi baru-baru ini pada populasi umum menemukan bahwa prevalensi
gangguan penyesuaian menjadi 0,9%, ketika kriteria penurunan signifikan secara klinis
dipertimbangkan. 1,4% sampel lebih lanjut didiagnosis dengan gangguan penyesuaian
tanpa memenuhi kriteria penurunan klinis.4,5
Gangguan penyesuaian biasanya terlihat pada keadaan perawatan primer dimana
prevalensi 1 tahun bervariasi dari 11% sampai 18% dari mereka yang memiliki
gangguan kejiwaan klinis. Sebuah survei cross-sectional baru-baru ini terhadap 3815
pasien dari 77 pusat kesehatan primer ditemukan prevalensi gangguan penyesuaian
menjadi 2,94%. Sebuah studi terhadap pasien yang diobati melalui keadaan darurat
psikiatri menunjukkan bahwa 7,1% orang dewasa dan 34,4% remaja memiliki gangguan
4
5
penyesuaian pada saat masuk, meskipun diagnosis pada beberapa pasien berubah
selama rehospitalisasi. Sebuah studi dari Belgia oleh Bruffaerts dkk. menemukan
gangguan penyesuaian pada 17,1% pasien yang hadir dalam keadaan darurat psikiatri.
Di antara pasien yang dirawat di unit rawat inap psikiatri sektor publik selama periode 6
bulan, gangguan penyesuaian didiagnosis pada 9% pasien (diagnosis paling umum
ketiga setelah penyakit psikotik pada 62% dan gangguan mood pada 24%).4,5
Kursus dan hasil juga telah dipelajari untuk gangguan penyesuaian. Setelah 5
tahun follow-up dari 100 pasien, 71% orang dewasa dan 44% remaja dengan gangguan
penyesuaian menjadi lebih baik. Kelompok dewasa menderita gangguan depresi berat
dan melakukan penyalahgunaan alkohol sementara remaja mengembangkan gangguan
kejiwaan yang lebih luas seperti skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan kepribadian
antisosial, penyalahgunaan obat terlarang, dan gangguan depresi berat. Prediktor hasil
yang buruk adalah kronisitas dan gangguan perilaku. Risiko bunuh diri dalam gangguan
penyesuaian ditemukan sebesar 4%, sebagian besar seiring dengan adanya
penyalahgunaan alkohol. Interval antara niat dan tindakan bunuh diri adalah kurang dari
1 bulan dalam gangguan penyesuaian, yang lebih rendah dibandingkan dengan
gangguan lainnya (depresi 3 bulan, gangguan bipolar 30 bulan, dan skizofrenia 47
bulan). Satu studi baru-baru ini tentang otopsi psikologis tentang bunuh diri
menemukan bahwa 15% memiliki gangguan penyesuaian.4,5
2.3. Etiologi
Gangguan penyesuian dicetuskan oleh satu atau lebih stresor. Beratnya stresor
atau stresor-stresor tidak selalu meramalkan keparahan gangguan penyesuaian; beratnya
stresor adalah fungsi yang kompleks dari konteks derajat, kuantitas, durasi,
reversibilitas, lingkungan dan personal. Sebagai contoh, kematian orang tua adalah
berbeda bagi orang yang berusia 10 tahun dan 40 tahun. Organisasi kepribadian dan
norma dan nilai-nilai kultural atau kelompok berperan terhadap ketidakseimbangan
respon terhadap stresor.
Stresor mungkin tunggal, seperti perceraian atau kehilangan pekerjaan, atau
multipel seperti kematian orang yang penting yang terjadi dalam waktu yang sama
6
dengan penyakit fisik yang kehilangan pekerjaan yang dialami orang tersebut. Stresor
mungkin rekuren, seperti kesulitan bisnis musiman, atau kontinu, seperti penyakit
kronis atau hidup dalam kemiskinan. Hubungan dalam keluarga yang tidak sesuai
mungkin mengakibatkan gangguan penyesuaian yang mempengaruhi keseleruhan
sistem keluarga. Atau gangguan mungkin terbatas pada pasien, seperti jika pasien
merupakan korban tindakan kriminal, atau menderita penyakit fisik. Sering kali
gangguan penyesuaian terjadi dalam lingkungan kelompok atau masyarakat, dan stresor
mempengaruhi beberapa orang, seperti pada bencana alam atau penganiayaan rasial,
sosial, atau keagamaan. Stadium perkembangan tertentu seperti awal masuk sekolah,
meninggalkan rumah, menikah, menjadi orang tua, gagal mencapi tujuan pekerjaan,
anak terakhir meninggalkan rumah dan pensiun sering kali disertai gangguan
penyesuaian.1
tekanan antara lain putusnya hubungan, pemutusan hubungan kerja, perselisihan dalam
pekerjaan, kehilangan, sakit dan perubahan besar. 7
8
2.5. Diagnosis
1. DSM-V-TR
a. Perkembangan gejala emosi maupun perilaku yang muncul sebagai respon
terhadap stresor yang dapat diidentifikasi, terjadi dalam/tidak lebih dari 3 bulan
setelah onset dari stresor tersebut.
b. Gejala atau perilaku tersebut secara klinis bermakna sebagaimana ditunjukkan
berikut ini:
a. Penderitaan yang nyata melebihi apa yang diperkirakan, saat
mendapatkan paparan stressor.
b. Gangguan yang bermakna pada fungsi sosial atau pekerjaan, termasuk
dalam bidang akademik.
c. Gangguan yang berhubungan dengan stres tidak memenuhi kriteria untuk
kelainan Axis I secara spesifik dan bukan merupakan eksaserbasi dari kelainan
Axis I atau II yang ada sebelumnya.
d. Gejalanya yang muncul tidak mencerminkan kehilangan (Bereavement)
e. Jika stressor (atau sequence-nya) telah berhenti, gejala tidak muncul lagi untuk
tambahan 6 bulan ke depan.
Tentukan jika:
Akut: Jika gangguan terjadi selama kurang dari 6 bulan
Kronik: Jika gangguan terjadi selama 6 bulan atau lebih lama, gangguan penyesuaian
dikode berdasarkan pada sub tipenya, yang dipilih berdasarkan gejala yang predominan.
Stresor yang spesifik dapat ditentukan dalam axis IV
309.0 Dengan mood terdepresi
9
2. PPDGJ-III:
a. Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:
bentuk, isi, dan beratnya gejala
riwayat sebelumnya atau corak kepribadian
kejadian, situasi yang penuh stres, atau krisis kehidupan
b. Adanya ketiga faktor di atas harus jelas dan mempunyai bukti yang kuat bahwa
gangguan tersebut tidak akan terjadi bila tidak mengalami hal tersebut.
c. Manifestasi gangguan bervariasi dan mencakup afek depresi, anxietas, campuran
depresi dan anxietas, gangguan tingkah laku disertai adanya disabilitas dalam
kegiatan rutin sehari-hari.
d. Biasanya mulai terjadi dalam satu bulan setelah terjadinya kejadian yang penuh
stres, dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan kecuali dalam
hal reaksi depresi berkepanjangan.
e. Karakter kelima :
F43.20 = reaksi depresi singkat
F43.21 = reaksi depresi berkepanjangan
F43.22 = reaksi campuran anxietas dan depresi
F43.23= dengan predominan gangguan emosi lain
F43.24= dengan predominan gangguan perilaku
F43.25= dengan gangguan campuran emosi dan perilaku
F43.28= dengan gejala predominan lainnya YDT.6
10
2.7. Terapi
a. Psikoterapi
Intervensi psikoterapi pada gangguan penyesuaian bertujuan untuk mengurangi
efek dari stressor, meningkatkan kemampuan mengatasi (coping) stressor yang tidak
bisa dikurangi, dan menstabilkan status mental dan system dukungan untuk
memaksimalkan adaptasi. Psikoterapi dapat berupa: terapi perilaku-kognitif, terapi
interpersonal, upaya psikodinamik atau konseling.7
Tujuan utama dari psikoterapi ini untuk menganalisa stressor yang mengganggu
pasien kemudian dihilangkan atau diminimalkan. Sebagai contoh, amputasi kaki dapat
menghancurkan perasaan seseorang tentang dirinya, terutama jika individu tersebut
adalah seorang atlet lari. Perlu diperjelas bahwa pasien tersebut tetap memiliki suatu
kemampuan besar, dimana ia dapat menggunakannya untuk pekerjaan yang berguna,
tidak perlu kehilangan hubungan yang berharga, dapat bereproduksi, dan ini tidak
berarti bagian tubuh yang lain juga akan hilang. Jika tidak, pasien tersebut dapat
berfantasi (bahwa semuanya hilang) dan stressor (amputasi) dapat mengambil alih,
membuat disfungsional (pekerjaan, seks) pada pasien, dan menyebabkan disforia yang
menyakitkan atau kecemasan. 7
Beberapa stressor dapat menyebabkan reaksi yang berlebihan (misalnya, pasien
memutuskan untuk bunuh diri atau melakukan pembunuhan setelah ditinggalkan oleh
kekasihnya). Pada kasus seperti reaksi berlebihan dengan perasaan, emosi atau perilaku,
terapis akan membantu individu menempatkan perasaan dan kemarahannya melalui
kata-kata daripada melakukan tindakan destruktif dan memberikan perspektif. Peran
verbalisasi dan gabungan afek dan konflik yang tidak berlebihan dalam upaya
12
b. Farmakoterapi
Pemakaian medikasi yang bijaksana dapat membantu pasien dengan
penyesuaian, tetapi harus diberikan dalam periode yang singkat. Pasiennya mungkin
dengna merespons terhadap obat ansietas atau terhadap suatu anti depresan tergantung
pada jenis gangguan penyesuaian. Pasien dengan kecemasan berat yang hampir menjadi
panik atau dekompensasi mungkin mendapatkan manfaat dari dosis kecil medikasi
antipsikotik. Pasien dalam keadaan menarik diri atau terinhibisi mungkin mendapatkan
manfaat dari medikasi psikostimulan singkat. Beberapa kasus gangguan penyesuaian
jika ada, dapat diobati secara adekuat oleh medikasi saja. Pada sebagian besar kasus,
psikoterapi harus ditambahkan pada regimen pengobatan.1
2.7. Prognosis
Meskipun data longitudinal masih terbatas, penelitian menunjukkan bahwa
orang dewasa dengan gangguan penyesuaian memiliki prognosis jangka panjang yang
lebih baik, remaja lebih berisiko tinggi untuk berkembang menjadi gangguan kejiwaan
di kemudian hari. Tidak ada korelasi yang jelas antara gangguan penyesuaian dan
mortalitas. Namun, temuan penelitian menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas
meningkat pada pasien dengan gangguan penyesuaian.8
BAB 3
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan - Sadock Sinopsis Psikiatri. Edisi kedua.
Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher. 2010. h 251-8.
2. Rohmah FA. Pengaruh Pelatihan Harga Diri terhadap Penyesuaian Diri pada
Remaja. Indonesian Psychologycal Journal. 2004; 1(1): 53-63.
3. Jeste DV, Lieberman EJA, Fassler D, Peele R. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders. Edisi ke-5. Washington: American Psychiatric Association. h 286-9.
4. Patra BN, Sarkar S. Adjustment Disorder: Current Diagnosis Status. Indian J Psychol
Med. 2013; 35(1): 4-9.
5. Carta MG, Balestrieri M, Murru A, Hardoy MC. Adjustment Disorder:
Epidemiology, Diagnosis and Treatment. Clinical Practice and Epidemiology in Mental
Health. 2009; 5(1): 1-15.
6. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III
dan DSM-5. Edisi ke-2. Jakarta: PT Nuh Jaya. h 79-80.
7. Kay J, Tasman A. Essentials of Psychiatry. Edisi ke-2. England: John Wiley & Sons
Ltd. h 778-83.
8. Frank BJ. Adjustment Disorder. Medscape. 2016. Diunduh dari: https://emedicine.
medscape.com/article/2192631-overview#a6. Diakses pada 27 Desember 2017.
14