Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kelor merupakan salah satu tanaman sayuran yang multiguna. Hampir semua bagian dari
tanaman kelor ini dapat dijadikan sumber makanan karena mengandung senyawa aktif dan
gizi lengkap. Daun kelor juga kaya vitamin A dan C, khususnya Betakaroten.

Kandungan Vitamin C-nya setara dengan 6 kali vitamin C buah jeruk, sangat bermanfaat
untuk mencegah berbagai macam penyakit termasuk flu dan demam. Begitu dahsyatnya
khasiat daun kelor mengatasi aneka penyakit. Beberapa senyawa aktif dalam daun kelor
adalah arginin, leusin, dan metionin. Tubuh memang memproduksi arginin, tetapi sangat
terbatas. Oleh karena itu, perlu asupan dari luar seperti daun kelor.

Teh kelor, saus kelor, sirup kelor, sereal dan biskuit kelor merupakan produk yang
menggunakan daun kelor sebagai bahan utama. Kecukupan konsumsi sayuran sangat
diperlukan karena kandungan vitamin, mineral dan enzim selaku senyawa bioaktif yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kecukupan antibodi juga diperlukan untuk mempertahankan
ketahanan tubuh. Daun kelor memiliki potensi yang sangat baik untuk melengkapi kebutuhan
nutrisi dalam tubuh, sehingga orang yang mengonsumsi daun kelor akan terbantu untuk
meningkatkan energi dan ketahanan tubuh.

Dalam bidang pangan, pengolahan makanan semakin berkembang sehingga


menghasilkan beragam produk olahan yang beredar di pasaran. Selain itu, pola konsumsi
masyarakat telah mengalami perubahan. Hal ini terlihat dari kecenderungan mereka dalam
memilih makanan yang praktis, ekonomis dan cepat tersedia untuk dikonsumsi. Di daerah
perkotaan, makanan siap saji lebih diterima oleh masyarakat daripada kebiasaan pola makan
sehat.

B. Tujuan
1. Mengetahui Potensi gizi pada daun kelor
2. Mengetahui Bagaimana Pemanfaatan daun kelor untuk pengembangan produk
makanan
3. Mengetahui Apa Peranan daun kelor untuk kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sekilas Mengenai Tanaman Kelor

Tanaman Kelor (Moringa oleifera) atau dikenal juga sebagai Moringa pterygosperma,
merupakan tanaman dari keluarga Moringaceae. Kelor adalah jenis tanaman yang mudah
ditemukan di seluruh daerah di tanah air. Ada beberapa sebutan (nama) lokal untuk tanaman
ini. Selain Kelor yang menjadi nama dalam bahasa Indonesia, sebutan tersebut juga
digunakan oleh masyarakat di Jawa, Sunda, Bali dan Lampung. Sedangkan sebutan lainnya
antara lain
adalah Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo); Keloro (Bugis), Kawano (S
umba), Ongge (Bima),Hau fo (Timor).
Kelor adalah tanaman jenis perdu dengan ketinggian pohon berkisar antara 7 -11
meter. Batang kayunya getas (mudah patah), bercabang jarang, tapi berakar kuat. Batang
pokoknya berwarna kelabu. Daunnya berbentuk bulat telur berukuran kecil bersusun majemuk
dalam satu tangkai. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah
bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak.
Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang. Di Jawa disebut kelentang. Berbentuk mirip
kacang panjang berwarna hijau dan keras dengan ukuran panjang sekitar 30 cm. Sedang
getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Kelor dapat
berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter
di atas permukaan laut.
Selain itu, dalam pendapat sebagian masyarakat, konon kelor mengandung kekuatan
magis, batangnya dapat dipakai untuk melunturkan kesaktian (black magic) seseorang.
Adanya kandungan magis itu menyebabkan batang pohon kelor sering diburu orang untuk
dijadikan jimat, pemegang jimat ini bisa kebal senjata tajam. Tanaman ini juga bisa dipakai
mengobati orang kejang-kejang kesurupan. Biasanya itu terjadi karena diganggu roh jahat.
Cara mengobatinya dengan mengambil daun kelor, lalu diremas dan dibalurkan di semua
persendian sang pasien.
Di Jawa, secara tradisional, kelor kerap dibuat tanaman pagar, sedangkan daunnya
dibuat sayur. Tapi, banyak pula yang memanfaatkan bagian dari tanaman yang berasa pahit
ini untuk bahan obat tradisional.

B. Potensi gizi dan senyawa aktif pada daun kelor


Menurut Simbolan et al., (2007), kandungan kimia yang dimiliki daun kelor yakni asam amino
yang berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin, arginin,
venilalanin, triftopan, sistein dan methionin. Daun kelor juga mengandung makro elemen seperti
potasium, kalsium, magnesium, sodium, dan fosfor, serta mikro elemen seperti mangan, zinc, dan
besi. Daun kelor merupakan sumber provitamin A, vitamin B, Vitamin C, mineral terutama zat besi.
Menurut Fuglie (2001) menyebutkan kandungan kimia daun kelor per 100 g dapat dilihat pada Tabel
1. Akar, batang dan kulit batang kelor mengandung saponin dan polifenol. Selain itu kelor juga
mengandung alkaloida, tannin, steroid, flavonoid, gula tereduksi dan minyak atsiri. Akar dan daun
kelor juga mengandung zat yang berasa pahit dan getir. Sementara biji kelor mengandung minyak
dan lemak (Utami dan Puspaningtyas, 2013).
Hasil studi fitokimia daun kelor (Moringa oleifera) menyebutkan bahwa daun kelor
mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, phenols yang juga dapat
menghambat aktivitas bakteri. Komposisi dan konsentrasi senyawa fitokimia mengalami
perubahan selama pertumbuhan tanaman. Daun yang lebih muda mempunyai kandungan
fitokimia paling tinggi (Nugraha, 2013).
Berkat kandungan gizi yang terdapat di dalamnya, selain sebagai obat, kelor juga
bermanfaat sebagai multivitamin.Terbukti bahwa kelor telah berhasil mencegah wabah
kekurangan gizi di beberapa negara di Afrika dan menyelamatkan banyak nyawa anak-anak
dan ibu-ibu hamil.
Berikut Kandungan Gizi dalam setiap 100 g Tanaman Kelor :
Tabel 1.1
Deskripsi Biji Daun Tepung daun
Kadar Air (%) 86.9 75.0 7.5
Calori 26 92 205
Protein (g) 2.5 6.7 27.1
Lemak (g) 0.1 1.7 2.3
Carbohydrate (g) 3.7 13.4 38.2
Fiber (g) 4.8 0.9 19.2
Minerals (g) 2.0 2.3 -
Ca (mg) 30 440 2,003
Mg (mg) 24 24 368
P (mg) 110 70 204
K (mg) 259 259 1,324
Cu (mg) 3.1 1.1 0.57
Fe (mg) 5.3 7 28.2
S (mg) 137 137 870
Oxalic acid (mg) 10 101 1.6%
Vitamin A - B carotene (mg) 0.11 6.8 16.3
Vitamin B -choline (mg) 423 423 -
Vitamin B1 -thiamin (mg) 0.05 0.21 2.64
Vitamin B2 -riboflavin (mg) 0.07 0.05 20.5
Vitamin B3 -nicotinic acid 0.2 0.8 8.2
(mg)
Vitamin C -ascorbic acid (mg) 120 220 17.3
Vitamin E -tocopherol (mg) - - 113
Arginine (g/16g N) 3.6 6.0 1.33%
Histidine (g/16g N) 1.1 2.1 0.61%
Lysine (g/16g N) 1.5 4.3 1.32%
Tryptophan (g/16g N) 0.8 1.9 0.43%
Phenylanaline (g/16g N) 4.3 6.4 1.39%
Methionine (g/16g N) 1.4 2.0 0.35%
Threonine (g/16g N) 3.9 4.9 1.19%
Leucine (g/16g N) 6.5 9.3 1.95%
Isoleucine (g/16g N) 4.4 6.3 0.83%
Valine (g/16g N) 5.4 7.1 1.06%
(From Moringa oleifera: Natural Nutrition for the Tropics by Lowell Fuglie)
Dilihat dari nilai gizinya kelor adalah tanaman berkhasiat sejati (miracle tree), artinya
tanaman ini bisa dimanfaatkan dari akar, biji, batang, buah dan daun serta mengandung gizi
tinggi. Kandungan gizi daun kelor segar,setara dengan:
 4x vitamin A yang dikandung wortel,
 7x vitamin C yang terkandung pada jeruk,
 4x mineral Calsium dari susu,
 3x mineral Potassium pada pisang,
 3/4x zat besi pada bayam, dan
 2x protein dari yogurt.
Sedangkan kandungan gizi daun kelor yang dikeringkan setara dengan:
 10x vitamin A yang dikandung wortel,
 1/2x vitamin C yang terkandung pada jeruk,
 17x mineral Calsium dari susu,
 15x mineral Potassium pada pisang,
 25x zat besi pada bayam, dan
 9x protein dari yogurt.

C. Manfaat Tanaman Kelor Dalam Kehidupan Sehari-hari


Kelor (Moringa oleifera) adalah salah satu tanaman yang banyak dijumpai di tanah air,
hampir semua orang Indonesia pernah mendengar kata “daun kelor”. Bahkan ada pepatah
yang mengatakan “dunia ini tidak selebar daun kelor”. Pepatah ini sangat dikenal luas dalam
kehidupan kita. Pepatah ini mengandung makna bahwa kesuksesan dapat diperoleh di
berbagai bidang kehidupan yang dapat memberikan kesempatan kepada kita.

Kelor adalah tanaman jenis perdu dengan ketinggian pohon berkisar antara 7 -11
meter. Batang kayunya getas (mudah patah), bercabang jarang, tapi berakar kuat. Batang
pokoknya berwarna kelabu. Daunnya berbentuk bulat telur berukuran kecil bersusun majemuk
dalam satu tangkai. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah
bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak.
Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang. Di Jawa disebut kelentang. Berbentuk mirip
kacang panjang berwarna hijau dan keras dengan ukuran panjang sekitar 30 cm. Sedang
getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Kelor dapat
berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter
di atas permukaan laut.
Di Indonesia, khususnya di kampung atau pedesaan, pohon kelor banyak ditanam
sebagai pagar hidup, ditanam di sepanjang tepi ladang atau sawah. Fungsi dari penanaman
pohon kelor ini selain sebagai tanaman penghijau juga sebagai tanda batas tanah atau ladang
kepemilikan seseorang. Selama ini, daun kelor muda banyak dimanfaatkan sebagai bahan
sayuran oleh sebagian besar penduduk kampung atau desa di Indonesia, selain itu biji kelor
pun bermanfaat sejak beberapa tahun silam.
Pemanfaatan biji kelor telah dikembangkan di Indonesia, antara lain melalui Program
United Nations Development Programme (UNDP) bekerjasama dengan ITB. Melalui program
tersebut, biji kelor diolah menjadi bahan pengendap/koagulator untuk penjernihan air secara
cepat, murah dan aman. Karena kandungan senyawa pada serbuk biji kelor memiliki sifat anti
mikroba, khususnya terhadap bakteri,, bakteri Coli yang terdapat di dalam air yang
dijernihkan.
Menurut hasil pengujian oleh tim ahli dari UNDP, untuk pengolahan air minum di
kawasan pantai atau rawa tidak membutuhkan banyak biji kelor. Cukup 2-3 pohon dewasa
selama setahun dengan keluarga sebanyak 6-8 orang, dengan perhitungan kebutuhan air
sekitar 20 liter/hari/ jiwa.
Di beberapa negara, pemanfaatan kelor juga mulai dikembangkan untuk bahan
pembuatan kosmetik. Sementara di beberapa negara di Benua Afrika, Kelor telah menjadi
komoditas yang menjanjikan peluang bisnis yang menggiurkan.

D. Kegunaan Tanaman Kelor Dalam Bidang Kesehatan


Dengan penelitian ilmiah, terungkap bahwa daun ini ternyata mengandung berbagai
unsur nutrisi yang diperlukan oleh tubuh untuk memulihkan dan menjaga kesehatan. Variasi
dan kadar kandungan nutrisi daun kelor berada di luar batas-batas kewajaran. Fenomena aneh
ini diakui di dunia barat sekalipun karena memang dasarnya adalah penelitian ilmiah. Tidak
heran banyak media masa internasional mempopulerkan pohon kelor sebagai “miracle tree”
alias pohon ajaib, bahkan ada yang menyebutnya sebagai "tree for life". Memang
mengagumkan. Bayangkan saja, jika kita memiliki sebuah pohon di halaman rumah yang bisa
ditanam dan dirawat dengan mudah, tidak mati meskipun diterpa kemarau panjang,
daunnya dapat dijadikan sayur untuk memenuhi semua kebutuhan vitamin dan mineral dalam
tubuh, bisa digunakan sebagai obat, selain itu bijinya juga bisa untuk menjernihkan air yang
minum.
Seperti yang disebutkan di atas, bahwa tanaman kelor penting dalam mengatasi gizi
buruk terutama bagi bayi dan balita serta ibu menyusui. Daunnya dapat dikonsumsi segar,
dimasak atau disimpan dalam bentuk serbuk untuk persediaan beberapa bulan tanpa harus
dimasukkan kedalam lemari pendingin tanpa kehilangan kandungan nutrisi. Selain itu, ada
beberapa senyawa aktif dalam daun kelor yang cukup berguna bagi tubuh, beberapa senyawa
aktif tersebut adalah arginin, leusin, dan metionin. Tubuh memang memproduksi arginin,
tetapi sangat terbatas. Oleh karena itu perlu asupan dari luar seperti kelor. Kandungan arginin
pada daun kelor segar mencapai 406,6 mg, sedangkan pada daun kering, 1.325 mg. Menurut
Dr. Mien Karmini, arginin meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh. Di samping itu,
arginin juga mempercepat proses penyembuhan luka, meningkatkan kemampuan untuk
melawan kanker, dan memperlambat pertumbuhan tumor.
Sementara metionin yang kadarnya mencapai 117 mg pada daun segar dan 350 mg
(kering) mampu menyerap lemak dan kolesterol. Oleh karena itu, metionin menjadi kunci
kesehatan hati yang banyak berhubungan dengan lemak. Kekurangan metionin menyebabkan
beragam penyakit seperti rematik kronis, sirosis, dan gangguan ginjal. Kadar valin dalam
daun segar 374 mg atau 1.063 mg (kering) berfungsi dalam sistem saraf dan pencernaan.
Perannya antara lain membantu gangguan saraf otot, gangguan mental, emosional, dan
insomnia.
Tubuh juga memerlukan leusin karena tak mampu memproduksi sendiri. Daun kelor
segar mengandung 492 mg leusin yang berperan dalam pembentukan protein otot dan fungsi
sel normal. “Leusin sangat penting untuk pertumbuhan sel sehingga anak-anak dan remaja
mutlak memerlukannya. Ambang batas kebutuhan leusin adalah 55 mg per g protein,” kata
Mien Karmini.
Secara tradisional pemanfaatan akar, daun dan biji kelor sebagai obat, dianggap
manjur untuk beberapa jenis penyakit antara lain : Sakit kuning (Lever),
Reumatik/encok/Pegal linu, Rabun ayam, Sakit mata, Sukar buang air kecil, Alergi/biduren,
Cacingan, Luka bernanah.
E. Berikut cara pemanfaatannya, berdasarkan jenis penyakit :
1. Sakit Kuning
Bahan: 3-7 gagang daun kelor, 1 sendok makan madu dan 1 gelas air kelapa hijau.
Cara Membuat: Daun kelor ditumbuk halus, diberi 1 gelas air kelapa dan disaring. Kemudian
ditambah 1 sendok makan madu dan diaduk sampai merata.
Cara menggunakan: diminum, dan dilakukan secara rutin sampai sembuh.
2. Reumatik, Nyeri dan Pegal Linu
Bahan: 2-3 gagang daun kelor, 1/2 sendok makan kapur sirih;
Cara Membuat : Kedua bahan tersebut ditumbuk halus;
Cara menggunakan : dipakai untuk obat gosok (param).
3. Rabun Ayam
Bahan: 3 gagang daun kelor;
Cara Membuat: Daun kelor ditumbuk halus, diseduh dengan 1 gelas air masak dan disaring.
Kemudian dicampur dengan madu dan diaduk sampai merata.Cara menggunakan: diminum
sebelum tidur.
4. Sakit Mata
Bahan : 3 gagang daun kelor;
Cara Membuat : Daun kelor ditumbuk halus, diberi 1 gelas air dan diaduk sampai merata.
Kemudian didiamkan sejenak sampai ampasnya mengendap; Cara menggunakan : air ramuan
tersebut digunakan sebagai obat tetes mata.
5. Sukar Buang Air Kecil
Bahan: 1 sendok sari daun kelor dan sari buah ketimun atau wortel yang telah diparut dalam
jumlah yang sama;
Cara Membuat: Bahan-bahan tersebut dicampur dan ditambah dengan 1 gelas air, kemudian
disaring.
Cara menggunakan: diminum setiap hari.
6. Cacingan
Bahan: 3 gagang daun kelor, 1 gagang daun cabai, 1-2 batang meniran;
Cara Membuat: semua bahan tersebut direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga
tinggal 1 gelas, kemudian disaring; Cara menggunakan: diminum.
7. Biduren (alergi)
Bahan : 1-3 gagang daun kelor, 1 siung bawang merah dan adas pulasari secukupnya; Cara
Membuat: semua bahan tersebut direbus dengan 3 gelas air
Cara Membuat : daun kelor ditumbuk sampai halus.
Cara menggunakan : ditempelkan pada bagian yang luka sebagai obat luar.

F. Pemanfaatan daun kelor untuk pengembangan produk makanan.


1. Spageti adalah salah satu olahan makanan yang barat yang kini tengah digemari oleh
masyarakat Indonesia. Makanan ini terbuat dari adonan tepung terigu tanpa ditambahan
apapun. Namun sekarang ini masyarakat sering berinovasi untuk membuat sesuatu yang baru
sehingga lebih disukai masyarakat seperti spageti sayuran sudah ada di mana-mana. Di tangan
dingin pria yang berasal dari Probolinggo, Jawa Timur, spageti pun bisa diolah dari daun
kelor. Syaiful Hadi awalnya terinspirasi dari teman yang mempunyai ide spageti sayuran
hingga dia berpikir untuk membuat inovasi lebih baik lagi dengan menggunakan daun kelor
yang telah diakui oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO sebagai dianggap sebagai tanaman
ajaib karena bisa mengatasi gizi buruk dunia.
2. Roti kini semakin digemari oleh semua kalangan masyarakat. Jika dahulu masyarakat
Indonesia lebih banyak memilih mengkonsumsi nasi untuk sarapan, maka saat ini roti telah
menjadi pilihan mereka di pagi hari untuk sarapan maupun sebagai camilan, karena mudah
dikonsumsi dan mudah didapat di mana saja. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil survei
yang dilakukan dibeberapa kota besar di Indonesia, bahwa sebanyak 70% masyarakat
memilih untuk mengkonsumsi roti pada pagi hari. Bila pada umumnya roti tawar hanya
memiliki varian rasa cokelat, pandan.
PT Mofera Indonesia dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat setinggi-tingginya,
telah melakukan inovasi dengan cara memproduksi pangan olahan yang sehat berbahan daun
Kelor yang mudah untuk dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat. Kelor memiliki kandungan
nutrisi yang jauh melampaui kandungan nutrisi bahan pangan pada umumnya. Bahkan, dari
hasil penelitian mengatakan bahwa Kelor terbukti mampu menyelamatkan jutaan manusia
dari kelaparan dan kekurangan gizi (malnutrisi) di Afrika dan belahan dunia lainnya. Dan,
secara ilmiah pun, Kelor terbukti dapat mengatasi berbagai macam penyakit serius seperti
kanker, tumor, hipertensi, diabetes, bahkan direkomendasikan untuk dikonsumsi oleh
penderita HIV AIDS. Maka dari itu, tak heran jika tanaman ini dikenal sebagai “Miracle
Tree” atau “Trees of Life.” Moringa Oleifera Bread merupakan produk roti tawar yang
mengandung lebih banyak protein, zat besi, dan kalsium dengan tambahan serbuk daun kelor.
Produk roti tawar ini mengandung 10% serbuk kelor sebagai tambahan nutrisi. Selain itu, roti
ini mengandung pewarna alami (hijau) karna penambahan dari serbuk daun kelor itu sendiri.

G. Peranan daun kelor untuk kesehatan dan mengatasi masalah gizi


Defisiensi protein dalam diet merupakan masalah nutrisi yang paling serius dalam
kasus gizi buruk, yang sering dikenal dengan istilah Kurang Energi Protein (KEP). Anak-anak
dan balita membutuhkan lebih banyak protein untuk pertumbuhan dan pertukaran energi yang
lebih aktif. Dampak yang ditimbulkan KEP pada balita menyebabkan pertumbuhan yang tidak
normal, menurunnya immunitas, dan tingkat kecerdasan yang rendah. Pada stadium yang
berat, KEP pada balita dapat menyebabkan kwarshiorkor sampai kematian (Almatsier, dalam
Hadi dan Kholis , 2010 : 144).
Kelor merupakan komoditas pangan yang penting sebagai sumber gizi alami daerah
tropis . Banyaknya kandungan gizi yang dimiliki oleh daun Moringa oleifera membuatnya
baik untuk dijadikan makanan pendamping bagi tumbuh kembang anak (Syariati , 2011 : 11) .
Disamping itu tanaman kelor telah berhasil digunakan untuk mengatasi malnutrisi pada anak
yang terbukti dengan pertambahan berat badan yang signifikan (Fuglie, dalam Zakaria dkk ,
2012 : 46). Yayasan Mata Internasional (berbasis di Maryland, USA) menganjurkan konsumsi
Kelor untuk pencegahan kekurangan gizi pada anak dan menyelamatkan penglihatannya yang
rentan kebutaan karena defisiensi vitamin A. Telah dilaporkan dari proyek penelitian WHO
bahwa kelor mampu membantu mengatasi malnutrisi pada anak-anak di beberapa Negara
Afrika dengan pemanfaatan serbuk daun kelor. Kelebihan dari daun Kelor adalah mudah
diperoleh tanpa biaya tinggi dan mampu mengatasi malnutrisi lebih cepat dibandingkan
nutrisi modern seperti susu bubuk, minyak goreng dan gula (Luthfiyah , 2012 : 43) .
Hasil penelitian Luthfiyah ,Widjajajanto (2011: 135) membuktikan bahwa dengan
pemberian serbuk daun kelor dosis 180 mg , 360 mg dan 720 mg per hari dapat
meningkatkan keadaan fisik kondisi KEP (Kurang Energi Protein) pada keadaan fisik normal.
Fuglie , dalam Luthfiyah (2012 : 43) melaporkan bahwa konsumsi 8 gr serbuk daun
kelor sehari dapat memberikan kontribusi zat gizi kepada balita usia 1-3 tahun , yaitu 14%
protein , 40% kalsium, 23% besi dan hampir semua kebutuhan vitamin A . Sedangkan dalam
100 gr bubuk serbuk daun kelor, dapat memberikan lebih dari sepertiga kebutuhan kalsium ,
besi , protein , tembaga , belerang dan vitamin B pada wanita usia subur . Menurut hasil
penelitiannya , daun Kelor ternyata mengandung vitamin A , C , B , kemudian kalsium ,
kalium , besi , dan protein dalam jumlah tinggi serta mudah dicerna dan diasimilasi oleh
tubuh manusia.
Melihat dari sisi nutrisinya, daun kelor sangat potensial untuk mengatasi masalah gizi
buruk di Indonesia . Sedangkan dari sisi kandungan klorofilnya yang tinggi sangat mungkin
dimanfaatkan sebagai pewarna alami makanan seperti kue bolu .Dengan demikian kue bolu
akan aman bagi kesehatan karena ditambahkan dengan pewarna alami dan bukannya pewarna
sintesis yang seringkali membahayakan kesehatan .
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan masalah di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kelor bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, di beberapa negara


maju, pemanfaatan kelor mulai dikembangkan untuk bahan pembuatan kosmetik. Salah
seorang investor asal Jepang beberapa tahun silam juga berniat membuka perkebunan
kelor di Musi Banyuasin untuk bahan baku industri di negara Sakura. Di samping itu,
kelor telah menjadi komoditas yang menjanjikan peluang bisnis yang menggiurkan
khususnya di beberapa negara di Benua Afrika.

2. Kelor juga berguna dalam bidang kesehatan. Mulai dari akar, daun dan biji kelor semua
bermanfaat khususnya dalam bidang kesehatan. Secara tradisional pemanfaatan akar,
daun dan biji kelor sebagai obat dianggap manjur untuk beberapa jenis penyakit, antara
lain :
a) Sakit Kepala,
b) Reumatik, Nyeri dan Pegal Linu,
c) Kanker hati seperti hepatitis B,
d) Sakit Mata,
e) Sukar Buang Air Kecil,
f) Cacingan,
g) Biduren (alergi),
h) Menurunkan gula darah dan masih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA

http://daunkelor.com/category/manfaat-daun-kelor, diakses 02 Mei 2012.


http://flora-faunaindonesia.blogspot.com/2011/05/mitos-pohon-kelor.html, diakses 11 Mei
2012.
http://mrwindu-back2nature.blogspot.com/2011/12/manfaat-daun-kelor.html, diakses 02 Mei
2012.
http://www.blogster.com/firsonigosa/kelor-tanaman-bermanfaat-untuk-berantas-gizi-buruk,
diakses 29 April 2012.
Berkhasiat, diakses 02 Mei 2012.
Sitorus, M. dkk. 2007. Cegah Malnutrisi dengan Kelor. Jakarta : Kanisius.
Yuwono, Trius dan Pius Abdullah. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
Praktis. Surabaya: Arkola.
http://www.kompasiana.com/charitylatanza/roti-tawar-kelor-inovasi-olahan-pangan-yang-
sehat_5852c369b07e61b22f17f5f6/diakses 22 Maret
2017nurulfahmigizi.blogspot.com
M Astawan,T Wresdayati.2004.Diet Sehat dengan Makanan Berserat.Solo:Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.
Mangkunegara,Anwar Prabu AA.(2007). Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai