Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hindrochepalus adalah kasus yang sering di temui di indonesia, terutama dalam bidang
bedah saraf di rumah sakit. Data menyebutkan 40 % - 50% kasus hidrochepalus dari
kunjungan berobat atau tindakan operasi bedah saraf.
Hidrosefalus bisa didapat seseorang sejak lahir (kongenital) atau pada umur berikutnya
dan bahkan setelah dewasa. Yang tersering didapat adalah pada kongenital. Penyebabnya
antara lain ada saluran yang tersumbat, infeksi, tumor otak, trauma kepala, radang otak, dan
stroke. Kasus hidrosefalus dari sejak waktu lahir terbanyak sekitar 4-5 per 1000 kelahiran.
(www.replubika.co.id ).
Penyebab hidrosefalus pada anak secara umum dapat dibagi menjadi dua, prenatal dan
postnatal. Baik saat prenatal maupun postnatal, secara teoritis patofisiologi hidrosefalus
terjadi karena tiga hal yaitu produksi liquor yang berlebihan, peningkatan resistensi liquor
yang berlebihan, dan peningkatan tekanan sinus venosa.
Hidrosefalus bukanlah suatu penyakit tunggal melainkan hasil akhir dari proses patologis
yang luas baik secara kongenital maupun akibat dari kondisi yang didapat. Gejala klinis,
perubahan dan prognosis jangka panjang dari hidrosefalus akan bervariasi tergantung dari
usia saat munculnya onset dan keadaan yang menyertai serta yang menjadi penyebabnya.
Sangat penting untuk mempertimbangkan banyak hal yang mempengaruhi kondisi ini
sehingga penatalaksanaan yang paling tepat dapat direncanakan dan dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hidrosefalus ?
2. Bagaimana gambaran klinis dari Heidrosefalus ?
3. Bagaiman pemeriksaan dan diagnosis Hedrosefalus ?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari Hedrosefalus ?
5. Bagaimana pengkajian Hidrosefalus ?
6. Bagaimana diagnose yang muncul untuk Hidrosefalus ?
7. Bagaimana implementasi untuk Hidrosefalus ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hidrosefalus.
2. Untuk mengetahui gambaran klinis Hidrosefalus .
3. Untuk mengetahui pemeriksaan dan diagnosis dari hidrosefalus.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan hidrosefalus.
5. Untuk mengetahui pengkajian dalam hidrosefalus.
6. Untuk mengetahui diagnose yang muncul untuk hidrosefalus.
7. Mengetahui implementesi hidrosefalus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hidrochepalus
Kata hidrosefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydro yang berarti air, dan
cephalus yang berarti kepala. Secara umum hidrosefalus dapat didefiniskan sebagai suatu
gangguan pembentukan, aliran, maupun penyerapan dari cairan serebrospinal sehingga
terjadi kelebihan cairan serebrospinal pada susunan saraf pusat, kondisi ini juga dapat
diartikan sebagai gangguan hidrodinamik cairan serebrospinal.
Pada sebagian penderita, pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested
hydrocephalus) mungkin oleh rekanalisasi ruang subarachnoid atau kompensasi
pembentukan CSS yang berkurang. Tindakan bedah belum ada yang memuaskan 100%,
kecuali bila penyebabnya ialah tumor yang masih bisa diangkat. Ada tiga prinsip
pengobatan hidrosefalus, yaitu; Mengurangi produksi CSS, Memperbaiki hubungan
antara tempat produksi CSS, Pengeluaran CSS ke dalam organ ekstrakranial.

2.1.1 Etiologi
Pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal akan
menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi, misalnya
terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus koroidalis.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak yaitu
kelainan bawaan, infeksi, neoplasma dan perdarahan.
3
1) Kelainan bawaan
a) Stenosis Akuaduktus Sylvius
Stenosis Akuaduktus Sylvius merupakan penyebab terbanyak. 60%-90% kasus
hidrosefalus terjadi pada bayi dan anak-anak. Umumnya terlihat sejak lahir atau
progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b) Spina bifida dan cranium bifida
Berhubungan dengan sindroma Arnord-Chiari akibat tertariknya medulla spinalis,
dengan medulla oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi
foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
c) Sindrom Dandy-Walker
Atresiakongenital foramen Luschka dan Magendi dengan akibat hidrosefalus
obstruktif dengan pelebaran system ventrikel, terutama ventrikel IV yang dapat
sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fossa
posterior.
d) Kista arachnoid
Dapat terjadi congenital maupun didapat akibat trauma sekunder suatu hematoma.
e) Anomali pembuluh darah
Akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan
vena Galeni atau sinus tranversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.

2) Infeksi
Timbul perlekatan menings sehingga terjadi obliterasi ruang subarachnoid.
Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS
terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus Sylvius atau sisterna
basalis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan
sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan jaringan
piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain.
Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di
daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada
meningitis purulenta lokasinya lebih tersebar.

4
3) Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. Pada anak, kasus terbanyak yang menyebabkan penyumbatan ventrikel IV dan
akuaduktus Sylvius bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan
suatu kraniofaringioma.

4) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
organisasi dari darah itu sendiri.

2.1.2 Klasifikasi Hidrosefalus


Klasifikasi Hidrosefalus adalah suatu kondisi yang ditandai oleh volume
intrakranial cairan cerebrospinal fuild yang berlebihan. Dapat berupa communicant dan
noncommunicant, tergantung pada apakah atau tidak hubungan cairan cerebrospinal
antara sistem ventrikel dan subarachnoid space,
1. Hidrosefalus Obstruktif (Non-komunikans) Terjadi peningkatan tekanan
cairan serebrospinal yang disebabkan obstruksi pada salah satu tempat
pembentukan likuor, antara pleksus koroidalis sampai tempat keluarnya dari
ventrikel IV melalui foramen Magendi dan Luschka.
2. Hidrosefalus Komunikans Terjadi peningkatan tekanan cairan serebrospinal
tanpa disertai penyumbatan system ventrikel.

Hidrosefalus kongenital terjadi pada sekitar satu per seribu kelahiran. Hal ini
umumnya terkait dengan malformasi congenital lain dan mungkin disebabkan oleh
gangguan genetik atau gangguan intra uterine seperti infeksi dan perdarahan.
Hidrosefalus didapat bisa disebabkan oleh tumor otak, perdarahan intracranial,
atau infeksi. Tumor otak yang solid secara umum menyebabkan hidrosefalus akibat

5
obstruksi sistem ventrikel, sementara tumor non solid seperti leukemia mengganggu dari
mekanisme reabsorbsi pada subarachnoid space.

2.1.3 Patofisiologi
Menurut teori hidrosefalus terjadi akibat dari tiga mekanisme yaitu; produksi
cairan yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran cairan, peningkatan tekanan sinus
venosa. Konsekuensi dari tiga mekanisme diatas adalah peningkatan tekanan intrakranial
sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme
terjadinya dilatasi ventrikel masih belum dipahami dengan jelas, namun hal ini bukanlah
hal yang sederhana sebagaimana akumulasi akibat dari ketidakseimbangan antara
produksi dan absorbsi.
Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-
beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
1) Kompensasi sistem serebrovaskular
2) Redistribusi dari liquor serebropinal atau cairan ekstraseluler atau keduanya
dalam susunan sistem saraf pusat.
3) Perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas otak, gangguan
viskoelastisitas otak,kelainan turgor otak)
4) Efek tekanan denyut liquor serebrospinal (masih diperdebatkan)
5) Hilangnya jaringan otak
6) Pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda) akibat adanya regangan
abnormal pada sutura cranial.

Produksi cairan yang berlebihan hampir semua disebabkan oleh tumor pleksus
khoroid (papiloma dan karsinoma). Adanya produksi yang berlebihan akan menyebabkan
tekanan intracranial meningkat dalam mempertahankan keseimbangan antara sekresi dan
absorbs liquor, sehingga akhirnya ventrikel akan membesar. Adapula beberapa laporan
mengenai produksi liquor yang berlebihan tanpa adanya tumor pada pleksus khoroid, di
samping juga akibat hipervitaminosis.
Gangguan aliran liquor merupakan awal dari kebanyakan dari kasus hidrosefalus.
Peningkatan resistensi yang disebabkan oleh gangguan aliran akan meningkatkan tekanan

6
cairan secara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Derajat peningkatan resistensi aliran cairan dan kecepatan perkembangan gangguan
hidrodinamik berpengaruh pada penampilan klinis.

2.2 Gambaran Klinis


Pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang disusul oleh gangguan
neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat yang menyebabkan hipotrofi otak.
Hidrosefalus pada bayi (sutura masih terbuka pada umur kurang dari 1 tahun)
didapatkan gambaran :
1. Kepala membesar
2. Sutura melebar
3. Fontanella kepala prominen
4. Mata kearah bawah (sunset phenomena)
5. Nistagmus horizontal
6. Perkusi kepala : “cracked pot sign” atau seperti semangka masak.

Ukuran rata-rata lingkar kepala

Gejala pada anak-anak dan dewasa:

1. Sakit kepala
2. Kesadaran menurun
3. Gelisah
4. Mual, muntah

7
5. Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
6. Gangguan perkembangan fisik dan mental
7. Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat
mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.

Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah menutup,
nyeri kepala terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik dan mental secara
bertahap akan menurun dengan gangguan mental yang sering dijumpai seperti : respon
terhadap lingkungan lambat, kurang perhatian tidak mampu merencanakan aktivitasnya.

2.3 Pemeriksaan dan Diagnosis


1. Gejala klinis
2. X Foto kepala, didapatkan
a) Tulang tipis
b) Disproporsi kraniofasial
c) Sutura melebar
Dengan prosedur ini dapat diketahui :
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantil
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult : oleh karena sutura telah menutup maka dari
foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan
intrakranial.
3. Transiluminasi ; penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas, frontal 2,5
cm, oksipital 1 cm
4. Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel / punksi fontanela
mayor. Menentukan :
a) Tekanan
b) Jumblah sel meningkat, menunjukkan adanya keradangan / infeksi
c) Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan
d) Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dan kepekaan
antibiotik.

8
5. Ventrikulografi ; yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2 murni atau
kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanella anterior langsung
masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela
telah menutup ontuk memaukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada
karanium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit dan
mempunyai resiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT scan,
prosedur ini telah ditinggalkan.
6. CT scan kepala
1. Pada hidrosefalus obstruktif CT scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan
adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari
CSS.
2. Pada hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan dilatasi ringan
dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari
daerah sumbatan.
Keuntungan CT scan :
o Gambaran lebih jelas
o Non traumatik
o Meramal prognose
o Penyebab hidrosefalus dapat diduga
7. USG Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar. Pendapat lain
e
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak nilai di
dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG
tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada
pemeriksaan CT scan.

9
2.4 Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining”
yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan
bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga
prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan
tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang
menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat
absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
1 Drainase ventrikule-peritoneal
2 Drainase Lombo-Peritoneal
3 Drainase ventrikulo-Pleural
4 Drainase ventrikule-Uretrostomi
5 Drainase ke dalam anterium mastoid
Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter
yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan
serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter
harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi
sekunder dan sepsis.
Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis
lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan
dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang.
Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam
selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang
yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis
silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.

10
Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting “:
1. Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya:
pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
2. Internal
1) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
 Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)
 Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
 Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
 Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
 Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
2) “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan
operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:
1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu
frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak
proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun
yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan
membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan
jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ujung distal setinggi
6/7).
5. Ventriculo-Peritneal Shunt
1. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
2. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak,memungkinkan tidak
diperlukan adanya revisi walaupun badan anaktumbuh memanjang.

11
Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural,
obstruksi, keadaan CSS yang rendah, ascites akibat CSS,kraniosinostosis.

2.5 Pengkajian
1. Identitas Kx
Biasanya pada klien hidrosefalus terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun atau
bayi yang baru lahir.
Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat
2. Keluhan Utama
Pada umumnya klien kepalanya membesar, nyeri kepala hebat dan tidak sembuh
dengan analgetika cenderung semakin bertambah, mata membesar dan mata selalu
melihat kebawah, kelumpuhan anggota gerak, kesadaran menurun, GCS menurun.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Kx datang dengan keluhan nyeri kepala hebat, kepala membesar, kesadaran
menurun, kelumpuhan anggota gerak, GCS menurun.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Hidrosefalus merupakan penyakit bawaan namun hidrosefalus juga merupakan
komplikasi dari penyakit meningitis terutama meningitis tuberkulosa.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada kx dengan hidrosefalus biasanya keluarga atau orang-orang terdekat pernah
mengidap penyakit TB atau juga meningitis TB. Tetapi hidrosefalus merupakan
penyakit kelainan bawaan atau adakah keluarga kx untuk ibu kx sewaktu hamil
yang menderita demam tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah.
6. Pola – pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Pada kx hidrosefalus biasanya personal hygienenya kurang karena terjadi
kelumpuhan anggota gerak dan kesadaran menurun.
b. Pola nutrisi dan metabolisme

12
Pada kx hidrosefalus terjadi gangguan kebutuhan nutrisi apalagi yang
sudah mengalami kelumpuhan anggota gerak dan kesadaran menurun,
biasnya klien terpasang infus dan NGT.
c. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi juga kadang-kadang terjadi gangguan apabila kx
sudah mengalami kelumpuhan anggota gerak dan kesadarannya menurun,
kx biasanya terpasang dower kateter.
d. Pola istirahat dan tidur
Pada umumnya kx hidrosefalus mengalami gangguan tidur karena adanya
cairan cerebrispinal pada waktu pre op dan post op biasanya kx tidak
mengalami gangguan pola istirahat dan tidur.
e. Pola aktifitas dan latihan
Pada umumnya kx mengalami gangguan dalam melakukan aktivitasnya.
f. Pola Persepsi dan konsep diri
Biasanya pada kx dengan hidrosefalus mengalami gangguan dalam pola
persepsi dan konsep diri karena kx mengalami gangguan dalam cara
menerima gambaran dirinya.
g. Pola sensori dan kognitif
Pada umumnya kx dengan hidrosefalus daya pengelihatan mengalami
gangguan karena adanya cairan yang menumpuk pada otak sehingga
terjadi pembesaran pada kepala, sedangkan pendengaran, penciuman,
perabaan biasanya tidak mengalami gangguan, kx juga biasanya
mengalami nyeri kepala, dan kognitif kx terganggu karena kx dan
keluarga tidak mengerti tentang penyakit yang diderita oleh kx.
h. Pola reproduksi dan sexual
Biasanya kx dengan hidrosefalus mengalami disfungsi sexual dikarenakan
kelumpuhan anggota gerak dan kesadaran yang menurun.
i. Pola hubungan peran
Pada umumnya kx dengan hidrosefalus kehilangan perannya sebagai
anggota keluarga dan masyarakat sekitarnya.
j. Pola penanggulangan stress

13
Biasanya kx dengan hidrosefalus mengalami kecemasan dan gelisah
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien dengan hidrosefalus yang tidak mengalami gangguan
kesadaran dan tidak mengalami kelumpuhan anggota gerak kx tidak
mengalami gangguan dalam pola tata nilai dan kepercayaan.

7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1. Biasanya pada kx Hydrosephalus kepala tampak membesar, mata
melihat kebawah, pupil oedem .
2. Sesak nafas, GCS menurun, dan kecerdasan menurun.

b. Palpasi
Biasanya turgor kulit menurun, membran mukosa kering, pada kepala
kulit tipis mengkilat.
c. Perkusi
Pada kepala kx apabila dilakukan perkusi maka didapatkan kepala kx
terasa lunak.

d. Auskultasi
Biasanya kx bradikardi dengan tekanan darah naik..
e. Pemeriksaan nervus
Pada pemeriksaan nervus didapatkan kelainan pada nervus III, IV dan VI
(menggerakkan bola mata) mata seperti tanda matahari terbit, nervus VII
wajah kx tampak akaku karena terdapat tekanan, pada nervus XI kx susah
menggerakkan leher dan pundak, pada nervus XII kx tidak dapat
menggerakkan lidah.
f. Pemeriksaan rangsangan meningeal
Pada pemeriksaan rangsangan meningeal biasanya pada kx dengan
hidrosefalus didapatkan kaku kuduk positif, kernik negatif.

14
Pohon Masalah

2.6 Diagnosa Medis

No Diagnosa Medis
1 Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan
akumulasi cairan serebrospinal.
2 Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis
karena meningkatnya TIK.
3 Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit yang di derita
oleh anaknya.

15
4 Resiko ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan
refleks batuk.
5 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan pembesaran kepala.
6 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain/shun.
7 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan muntah sekunder akibat kompresi serebral dan iritabilitas.

16
2.7 Intervensi

No.D Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


x
1. Tidak terjadi  Kesadaran - Observasi ketat - Untuk
peningkatan Komposmetis tanda-tanda mengetahui
TIK  Tidak terjadi peningkatan TIK secara dini
nyeri kepala (Nyeri kepala, peningkatan
 TTV norma muntah, lethargi, TIK
 tampak lelah, apatis, - Penurunan
rileks, tidak perubahan keasadaran
meringis personalitas, menandakakan
kesakitan ketegangan dari adanya
sutura cranial peningkatan
dapat terlihat pada TIK
anak berumur 10 - Untuk
tahun, penglihatan mengetahui
ganda, kontruksi kondisi aliran
penglihatan perifer darah dan
strabismus, aliran oksigen
Perubahan pupil) ke otak
- Pantau terus - Dengan
tingkat kesadaran dilakukan
anak pembedahan,
- Pantau terus diharapkan
adanya perubahan cairan
TTV cerebrospinal17
- Berkolaborasi berkurang,
dengan dokter sehingga TIK
untuk melakukan menurun, tidak
pembedahan, terjadi
untuk mengurangi penekanan
peningkatan pada lobus
- Kaji pengalaman oksipitalis dan
nyeri pada anak, tidak terjadi
minta anak pembesaran
menunjukkan area pada kepala
yang sakit dan - Membantu
menentukan dalam
peringkat nyeri mengevaluasi
dengan skala nyeri rasa nyeri.
0-5 (0 = tidak - Pujian yang
nyeri, 5 = nyeri diberikan akan
sekali) meningkatkan
Rasional : kepercayaan
Membantu dalam diri anak untuk
mengevaluasi rasa mengatasi
nyeri. nyeri dan
- Bantu anak kontinuitas
mengatasi nyeri anak untuk
seperti dengan terus berusaha
memberikan pujian menangani
kepada anak untuk nyerinya
ketahanan dan dengan baik.
memperlihatkan
bahwa nyeri telah
ditangani dengan
baik.
2. Tidak terjadi  Penurunan a. Mempertahankan - Ketidakmamp
disorientasi visus tidak visus agar tidak uan dalam

18
pada anak bertambah terjadi penglihatan
lebih parah penurunan visus tidak
 Anak bisa yang lebih parah bertambah
mengenali a. Membantu parah, klien
lingkungan ADL pasien tidak
sekitarnya b. Membantu mengalami
orientasi tempat disorientasi
c. Berikan tempat, Klien
tempat yang merasa
nyaman dan nyaman dan
aman ( aman
pencahayaan - Klien tidak
terang, bed plang banyak
dll dipasang agar bergantung
tidak cedera ) pada orang
- Membantu pasien lain
untuk mengenali
sesuatu dengan
kondisi
penglihatan yang
terganggu
3. Meningkatkan  Kecemasan - Beri kesempatan - Keluarga
pengetahuan orang tua orang tua untuk dapat
orang tua pada kondisi mengekspresikan mengemukaka
mengenai kesehatan kesedihannya n perasaannya
penyakit yang anaknya - Beri kesempatan sehinnga
diderita anaknya dapat orang tua untuk perasaan
berkurang bertanya mengenai orang tua
ü Orang tua kondisi anaknya dapat lebih
mengungkap - Jelaskan tentang lega
kan kondisi penderita, - Pengetahuan

19
pemahaman prosedur, terapi orang tua
tentang dan prognosanya. bertambah
penyakit, - Ulangi penjelasan mengenai
pengobatan tersebut bila perlu penyakit yang
dan dengan contoh bila di derita oleh
perubahan keluarga belum anaknya
pola hidup mengerti sehinnga
yang kecemasan
dibutuhkan orang tua
dapat
berkurang
- Pengetahuan
kelurga
bertambah dan
dapat
mempersiapka
n keluarga
dalam
merawat klien
post operasi
- -
Keluarga
dapat
menerima
seluruh
informasi agar
tidak
menimbulkan
salah persepsi

4. Jalan nafas tetap  Anak tidak - Posisikan klien - Klien merasa

20
efektif sesak napas posisi semifowler nyaman dan
 Tidak - Pemberian oksigen tidak merasa
terdapat - Observasi pola dan sesak napas
ronchi frekuensi napas - Suplai oksigen
 Tidak - Auskultasi suara klien dapat
retraksi otot napas tercukupi
bantu sehingga klien
pernapasan tidak
 Pernapasan mengalami
teratur, RR hipoksia
dalam batas - Untuk
normal mengetahui
ada tidaknya
ketidakefektif
an pola napas
- Untuk
mengetahui
adanya
kelainan suara

5. Klien tidak  Pertumbuhan - Memberikan diet - Mempertahank


mengalami dan nutrisi untuk an berat badan
gangguan perkembanga pertumbuhan ( agar tetap
pertumbuhan n klien tidak asuh ) stabil
dan mengalami - Memberikan - Agar
perkembangan keterlambata stimulasi atau perkembangan
n dan sesuai rangsangan klien tetap
dengan untuk optimal
tahapan usia perkembangan - Memenuhi
kepada anak ( kebutuhan
asah )

21
- Memberikan psikologis
kasih sayang (
asih )
6. Tidak terdapat  TD dalam - Pantau tanda- - Mengetahui
tanda-tanda batas normal tanda infeksi( penyebab
infeksi ( 3 x 24  Tidak letargi, nafsu terjadinya in
jam ) terdapat makan menurun, feksi
perdarahan ketidakstabilan, - Mencegah
 Tidak perubahan warna timbulnya
terdapat kulit ) ifeksi
kemerahan - Lakukan rawat - Asupan nutrisi
luka dapat
- Pantau asupan membantu
nutrisi menyembuhka
- - n luka
Kolaborasi - Antibiotik
dalam pemberian dapat
antibiotik mencegah
timbulnya
infeksi

7. Setelah tidak terjadi - Pertahankan - Mulut yang


dilaksakan penurunan berat kebersihan mulut tidak bersih
asuhan badan sebesar 10% dengan baik dapat
keperawatan dari berat awal, tidak sebelum dan mempengaruh
diharapkan adanya mual- sesudah i rasa
ketidakseimban muntah. mengunyah makanan dan
gan nutrisi makanan. meninbulkan
kurang dari - Tawarkan mual
kebutuhan tubuh makanan porsi - Makan dalam
teratasi dengan kecil tetapi porsi kecil

22
sering untuk tetapi sering
mengurangi dapat
perasaan tegang mengurangi
pada lambung beban saluran
- Atur agar pencernaan.
mendapatkan Saluran
nutrien yang pencernaan ini
berprotein/ kalori dapat
yang disajikan mengalami
pada saat gangguan
individu ingin akibat
makan hidrocefalus
- Timbang berat - Agar asupan
badan pasien saat nutrisi dan
ia bangun dari kalori klien
tidur dan setelah adeakuat
berkemih - Menimbang
pertama. berat badan
- Konsultasikan saat baru
dengan ahli gizi bangun dan
mengenai setelah
kebutuhan kalori berkemih
harian yang untuk
realistis dan mengetahui
adekuat. berat badan
mula-mula
sebelum
mendapatkan
nutrient
- -
Konsultasi ini

23
dilakukan agar
klien
mendapatkan
nutrisi sesuai
indikasi dan
kebutuhan
kalorinya.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hidrosefalus adalah keadaan patologi otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan


serebrospinalis (CSS) dengan tekanan intrakarnial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya CSS. Hidrosefalus dapat diklasifikasikan berdasarkan
anatomi/tempat obstruksi CSS, etiologinya, dan usia penderitanya. Diagnosa hidrosefalus selain
berdasarkan gejala klinis juga diperlukan pemeriksaan khusus.

Penatalaksanaan pada kasus hidrosefalus dapat dilakukan dengan terapi medikamentosa


(pada beberapa kasus dengan tingkatkan yang masih ringan) dan juga dengan menggunakan
operasi (pada kasus yang berat). Prognosis atau keberlangsungan penyakit sangat ditentukan oleh
adanya kelainan neural dan ekstraneural yang menetap.Pada sebagian besar kasus, 50 % kasus
meninggal saat masih dalam uterus atau 50% sisanya berkembang menjadi ventricolomegaly
yang progresif. Pada bayi seperti ini, segera dilakukan Shunt dan memberikan hasil yang
baik.Pada anak-anak dengan hidrosefalus terjadi peningkatan ketidakmampuan mental dan
kognitif. Kemampuan atau pengetahuan umum sangat berkurang bila dibandingkan dengan
populasi anak-anak pada umumnya, kebanyakan anak mengalami keterbelakangan mental,
verbal, ingatan dan juga menyebabkan kelainan pada mata.

3.2 Saran
3. Untuk institusi dan mahasiswa
Agar mengembangkan penelitian mengenai hidrosefalus, sehingga penderita dapat
diminimalisir dan pengobatan dapat dilakukan dengan mudah.
4. Untuk orang tua
Segera memeriksakan anak yang telah muncul gejala-gejala agar dapat ditangani
sedini mungkin.

25
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard.E., Robert M. Kliegman & Ann M. Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson Vol. 3 Edisi 15. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, Arief., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mutaqin, Arif. 2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.Price. S.A, Wilson L.M. 1995. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Anonim. 2010. Lumbal Pungsi. http://nardinurses.files.wordpress.com/2008/01/lumbar-
puncture.pdf . (Akses, 14 Agustus 2017)
Dr. Achmad adam, dr., M.Sc., SpBS,HIDROSEFALUS PADA ANAK-ANAK DAN
DEWASA. Jakarta.
Wijaya, Yoppy. 2006: Refrat Hidrosefalus. Surabaya
Anonymuous, 2010.http://Asuhan keperawatan pada klien ”HIDROSEFALUS” Blog Penuh
Cinta.htm. Diakses tanggal 14 Agustus 2017
Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victor’s Principles Of Neurology:
Eight Edition. USA.
Hasan, Rupseno, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak II, Jakarta, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UI.
Lismidar, 1990, Proses Keperawatan, Jakarta, UI.
NANDA, 2000, Nursing Diagnosis Definition and Clasification, 2001-2002, Philadhelpia,
USA.

26

Anda mungkin juga menyukai