Anda di halaman 1dari 144

BAGIAN I : PENDAHULUAN

A. Pengertian Penelitian Kualitatif.


Penelitian Kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian
yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.
Karakteristik penelitian kualitatif adalah datanya dinyatakan
dalam keadaan kewajaran atau sebagimana adanya ( natural
setting) dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol atau
bilangan, sedangkan perkataan penelitian pada dasarnya
berarti rangkaian kegiatan atau proses pengungkapan rahasia
sesuatu yang belum diketahui dengan mempergunakan cara
bekerja atau metode yang sistematis, terarah dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai
metode penelitian naturalistik karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah (natur setting) dengan
memperhatikan situs-situs lokasi penelitian dengan data
kualitatif, tidak menggunakan model matematik statistic dan
analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi
dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam
penelitian dan peneliti tidak menggunakan angka dalam
mengumpulkan data tetapi memberikan penafsiran.
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller
dalam (Lexy J. Moleong, 2002) pada mulanya bersumber

1
pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan
pengamatan kualitatif. Pengamatan kualitatif melibatkan
pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu.
Untuk lebih memahami arti dari pada penelitian
kualitatif perlu kiranya dikemukakan beberapa definisi.
1. Bongdan dan Taylor mendefinisikan metedologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
mengahasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.
2. Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri
dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristilahannya. (Lexy J. Moleong,
2002).
3. Anselm Strauss dan Juliet Corbin (2003) penelitian
kualitatif diartikan sebagai jenis penelitian yang temuan-
temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau
bentuk hitungan lainnya.
Berdasarkan beberapa definisi tentang arti penelitian
kualitatif yang diuraikan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa:
a. penelitian kualitatif adalah penelitian yang
berdasarkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis

2
atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang
diamati.
b. penelitian kualitatif dalam pengumpulan datanya
secara fundamental sangat tergantung pada proses
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti itu sendiri.
c. penelitian kualitatif temuan-temuannya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk
heterogen lainnya.
Metodologi penelitian merupakan sesuatu yang berusaha
membahas konsep teoristik berbagai metode, kelebihan dan
kelemahan-kelemahannya yang dalam karya ilmiah
dilanjutkan dengan pemilihan metode yanng akan
digunakan. Dalam hal ini metode lebih bersifat teknis
pelaksanaan lapangan sedangkan metodologi lebih pada
uraian filosofis dan teoritisnya. Oleh karena itu penetapan
sebuah metodologi penelitian mengandung implikasi inheren
di dalam diri filsafat yang dianutnya, sebab filsafat ilmu
yang melandasi berbagai metodologi penelitian yang ada.
Dengan mengetahui metodologi penelitian yang
digunakan, filsafat ilmu dan kajian teoritisnya, kelemahan
dan kelebihannya diharapkan akan mampu memberikan
kesesuaian metodologi dengan fokus masalah penelitian.
Objek penelitian kualitatif adalah seluruh bidang/aspek
kehidupan manusia, yakni manusia dan segala sesuatu yang
dipengaruhi manusia. Objek itu diungkapkan kondisinya
sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya (natural

3
setting), mungkin berkenaan dengan aspek/bidang
kehidupannya yang disebut ekonomi kebudayaan, hukum,
administrasi, agama dan sebagainya.
Data kualitatif tentang objeknya dinyatakan dalam
kalimat, yang pengolahannya dilakukan melalui proses
berpikir (logika) yang bersifat kritik, analitik/sintetik dan
tuntas. Penelitian kualitatif menuntut keteraturan, ketertiban
dan kecermatan dalam berpikir, tentang hubungan data yang
satu dengan data yang lain dan konteksnya dalam masalah
yang akan diungkapkan. Ada beberapa alasan penggunaan
penelitian kualitatif:
1. Untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang
seperti yang dialami oleh penelitian kuantitatif, sehingga
intisari konsep yang ada dalam data tidak dapat diungkap
secara benar,
2. Untuk menanggulangi kecenderungan menggali data
empiris dengan tujuan membuktikan kebenaran hipotesis
berdasarkan berpikir deduktif seperti dalam penelitian
kuantitatif.
3. Untuk menanggulangi kecenderungan pembatasan
variabel yang sebelumnya, seperti dalam penelitian
kuantitatif padahal permasalahan dan variabel dalam
masalah sosial sangat kompleks.
4. Untuk menanggulangi adanya indeks-indeks kasar
seperti dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan
pengukuran enumirasi (perhitungan) empiris, padahal

4
inti sebenarnya berada pada konsep-konsep yang timbul
dari data.
5. Karena pengalaman dan spesialisasi seorang ahli,
misalnya yang latar belakang ilmunya adalah antroplogi
atau filsafat biasanya dianjurkan untuk menggunakan
metode kualitatif dalam mengumpulkan dan
menganalisis data.
6. sifat dari masalah yang diteliti, artinya untuk
mengungkap masalah yang berkenaan dengan
pengalaman seseorang ketika menghadapi fenomen
tertentu ( seperti ketagihan obat, sakit menjelang
kematian dsb) lebih cocok digunakan metode kualitatif.
Selain itu metode ini juga sesuai bila kita hendak
mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru
sedikit diketahui, karena metode kualitatif dapat
memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena
yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.
Desaign sebuah penelitian merupakan bagian dari
perencanaan penelitian yang menunjukkan usaha peneliti
dalam melihat apakah penelitian yang direncanakan telah
memiliki validitas internal dan validitas eksternal yang
komprehensif. Pada penelitian kualitatif, bentuk desain
penelitian dimungkinkan bervariasi karena sesuai dengan
bentuk alami penelitian kualitatif itu sendiri yang
mempunyai sifat emergent dimana phenomena muncul
sesuai dengan prinsip alami yaitu pehenomena apa adanya

5
sesuai dengan yang dijumpai oleh seorang peneliti dalam
proses penelitian dilapangan.
Penelitian kualitatif dapat dipandang juga sebagai
penelitian partisipatif yang desain penelitiannya memiliki
sifat fleksibel atau dimungkinkan untuk diubah guna
menyesuaikan dari rencana yang telah dibuat, dengan gejala
yang ada pada tempat penelitian yang sebenarnya. Oleh
karena seorang peneliti belum mengetahui tentang responden
dan apa yang akan ditanyakan kepada mereka, maka mereka
diperbolehkan melakukan perubahan.
Dalam penelitian kualitatif, bacaan yang luas dan up to
date merupakan syarat mutlak yang perlu dilakukan oleh
seorang peneliti guna mendalami teori yang relevan dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan.
Berdasarkan pembahasan dan uraian di atas, maka secara
hakikat keilmuan, karakteristik penelitian kualitatif dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara ontologis, penelitian kualitatif memandang
realita terbentuk dari hakikat manusia sebagai subyek
yang mempunyai kebebasan menentukan pilihan
berdasarkan sistem makna individu. Oleh karena itu,
fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia tidak
cukup dengan merekam hal-hal yang tampak secara
nyata, melainkan juga harus mencermati secara
keseluruhan dalam totalitas dengan konteksnya.

6
Hal ini perlu dilakukan karena tingkah laku
sebagai fakta tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan
begitu saja dari konteks yang melatarbelakanginya, serta
tidak dapat disederhanakan ke dalam hukum-hukum
tunggal yang bebas nilai dan bebas konteks. Subyek
penelitian kualitatif adalah tingkah laku manusia sebagai
individu yang menjadi anggota masyarakat. Di sini
ditekankankan perspektif pandangan sosio-psikologis,
yang sasaran utamanya adalah pada individu dengan
kepribadiannya dan pada interaksi antara pendapat
internal dan eksternal tingkah laku seseorang terhadap
latar belakang kehidupan sosialnya.
Para peneliti kualitatif meyakini bahwa di dalam
masyarakat terdapat keteraturan yang terbentuk secara
alami seiring dengan perjalanan sejarah, yang
dilatarbelakangi oleh nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu,
tugas peneliti adalah menemukan kebenaran dibalik
keteraturan itu pada umumnya dan khususnya nilai-nilai
yang melatar belakanginya, bukan menciptakan atau
membuat sendiri batasan-batasannya berdasarkan teori
atau aturan yang ada. Jadi, pada hakikatnya penelitian
kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk
melakukan eksplorasi atas teori dari fakta di dunia nyata,
bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Penelitian
kualitatif tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber

7
pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang ada
sebagai landasan untuk melakukan verifikasi.
2. Secara epistemologis, di dalam penelitian kualitatif,
proses penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting
dibanding dengan hasil yang diperoleh. Karena itu
peneliti sebagai instrumen utama pengumpul data
merupakan salah satu karakteristik utama penelitian
kualitatif. Hanya dengan keterlibatan peneliti dalam
proses pengumpulan datalah hasil penelitian dapat
dipertanggungjawakan. Khusus dalam proses analisis
dan pengambilan kesimpulan, paradigma kualitatif
menggunakan induksi analitis dan ekstrapolasi.
Induksi analitis adalah satu pendekatan
pengolahan data ke dalam konsep-konsep dan kateori-
kategori, jadi bukan dalam bentuk frekuensi. Untuk
mencapai hal tersebut, sarana berpikir yang digunakan
tidak dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk
deskripsi bahasa, yang ditempuh dengan cara merubah
data ke dalam penjelasan-penjelasan yang bersifat
formulatif. Sedangkan ekstrapolasi adalah suatu cara
pengambilan kesimpulan yang dilakukan secara simultan
pada saat proses induksi analitis dan dilakukan secara
bertahap dari satu makna ke makna lainnya, kemudian
dirumuskan suatu pernyataan teoritis.
3. Secara aksiologis, konsep atau teori yang diperoleh dari
proses penelitian kualitatif dapat dimanfaatkan untuk

8
membangun kehidupan suatu kelompok masyarakat yang
berlandaskan kepada nilai-nilai dasar kehidupan mereka
sendiri. Nilai-nilai yang digali melalui interaksi antara
peneliti dengan partisipannya dapat menghasilkan teori
lokal dan spesifik yang dapat merepresentasikan
kehidupan sosial, budaya dan tradisi, yang terkritalisasi
melewati sejarah kehidupan individu atau masyarakat
yang diteliti.
Pemanfaatan nilai-nilai spesifik tentu saja akan
sangat sesuai dengan kehidupan individu atau
masyarakat yang diteliti. Apabila nilai-nilai yang bersifat
lokal dan spesifik tersebut hendak digeneralisasikan dan
dimanfaatkan pada lokasi atau kasus yang lain, harus
melalui proses khusus yang disebut sebagai
transferabilitas. Proses tranferabilitas biasanya dilakukan
melalui serangkaian proses dialog teori yang
memperbandingkan antara konsep atau teori yang
ditemukan dengan teori yang ada dan telah diakui.
Melalui proses tersebut, nilai-nilai yang bersifat lokal,
spesifik dan kontekstual dapat di dkonfirmasikan
terhadap teori-teori general sebagai upaya untuk
memberikan ilustrasi kontribusinya terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan manfaatnya di
dalam pembangunan kehidupan masyarakat secara
umum.

9
B. Ciri-Ciri Penelitian Kualitatif
1. Ciri : Latar Alamiah, melakukan penelitian pada latar
alamiah atau pada kontek dari suatu keutuhan. Hal ini
dilakukan karena latar alamiah menghendaki adanya
kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami
jika dipisahkan dari konteknya.
2. Ciri: Manusia sebagai Alat (Instrument), dalam
penelitian kualitatif peneliti sendiri atau dengan bantuan
orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal
ini dilakukan karena jika memanfaatkan alat yang bukan
yang manusia dan mempersiapkannya terlebih dahulu
sebagai lazim digunakan dalam penelitian, maka sangat
tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap
kenyataan-kenyataan yang ada dilapangan.
3. Ciri: Analisis Data secara Induktif, penelitian kualititaif
menggunakan analisis data secara induktif. Analisis
induktif ini digunakan karena beberapa alasan ;
a. proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-
kenyataan ganda sebagai yang terdapat dalam data.
b. analisis induktif lebih dapat membuat hubungan
peneliti responden menjadi eksplisit, dapat dikenal
dan akuntabel.
c. analisis demikian lebih dapat menguraikan latar
secara penuh dan dapat membuat keputusan tentang
dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya.

10
d. analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh
bersama yang mempertajam hubungan-hubungan,
dan
e. analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai
secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.
4. Ciri : Teori dari Dasar, penelitian kualitatif lebih
menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtansif
yang berasal dari data.
5. Ciri : Deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-
kata, gambar dan bukan angka-angka. Selain itu semua
yang dikumpulkan ada kemungkinan menjadi kunci
terhadap apa yang diteliti.
6. Ciri : Lebih Mementingkan Proses daripada Hasil,
peneliti kualitatif lebih banyak mementingkan segi
proses dari pada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan
bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas
apabila diamati dalam proses.
7. Ciri : Adanya Batas yang Ditentukan oleh Fokus,
penelitian menghendaki ditetapkanya batas dalam
penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai
masalah dalam penelitian.
8. Ciri : Adanya Kriteria Khusus untuk Keabsahan Data,
penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, realibilitas
dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan
lazim digunakan dalam penelitian kualitatif.

11
9. Ciri : Desain yang Bersifat Sementara, peneliti kualitatif
menyusun desain yang secara terus menerus yang
disesuaikan dengan kenyataan dilapangan. Jadi tidak
menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan
kaku sehingga tidak dapat diubah lagi.
10. Ciri : Hasil Penelitian Dirundingkan dan Disepakati
Bersama, peneliti kualitatif lebih menghendaki agar
pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh
dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang
dijadikan sebagai sumber data.
Berdasarkan ciri-ciri tesebut diatas dapat dijelaskan lebih
lanjut keadaan yang menggambarkan ciri penelitian
kualitatif sebagai berikut :
a. Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam
kondisi yang asli atau alamiah (natural setting)
dan peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti
sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode
pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan
wawancara,
b. Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan
data secara deskriptif data yang diperoleh dari penelitian
ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Artinya
lebih mementingkan proses daripada hasil,
c. Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari
maknanya, sehingga apa yang ada di balik tingkah laku
manusia merupakan hal yang pokok bagi penelitian

12
kualitatif, sehingga menuntut sebanyak mungkin kepada
penelitinya untuk melakukan sendiri kegiatan penelitian
di lapangan dan menngunakan metode triangulasi secara
ekstensif baik tringulasi metode maupun triangulasi
sumber data.
d. Mengumpulkan dan mencatat data yang sangat rinci
mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan
masalah yang diteliti dan menempatkan subjek yang
diteliti berkedudukan sama dengan peneliti jadi tidak
sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya.
e. Sampel dipilih secara purposive( sebngaja) sesuai
karakteristik yang ditentukan yang biasanya sampel
sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.

C. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif


Terdapat beberapa jenis penelitian kualitatif, yakni
etnografi (ethnography), studi kasus (case studies), studi
dokumen (document studies), observasi alami (natural
observation), Grounded theory dan Fenomenologi yang
masing-masing dapat kita pahami melalui uraian berikut :
1. Etnografi (Ethnography).
Etnografi merupakan studi yang sangat
mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami di
sebuah budaya atau sebuah kelompok sosial tertentu
untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sisi
pandang pelakunya. Para ahli menyebutnya sebagai

13
penelitian lapangan, karena memang dilaksanakan di
lapangan dalam latar alami. Peneliti mengamati perilaku
seseorang atau kelompok sebagaimana apa adanya
tentang ciri khas dan kebiasaan yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat.
Data diperoleh melalui observasi sangat
mendalam sehingga memerlukan waktu berlama-lama di
lapangan, wawancara dengan anggota kelompok budaya
secara mendalam, mempelajari dokumen atau artifak
secara cermat. Tidak seperti jenis penelitian kualitatif
yang lain dimana lazimnya data dianalisis setelah selesai
pengumpulan data di lapangan, data penelitian etnografi
dianalisis di lapangan sesuai konteks atau situasi yang
terjadi pada saat data dikumpulkan.
Penelitian etnografi bersifat antropologis karena
akar-akar metodologinya dari antropologi. Para ahli
pendidikan bisa menggunakan etnografi untuk meneliti
tentang pendidikan di sekolah-sekolah pinggiran atau
sekolah-sekolah di tengah-tengah kota.
Artinya etnografi ini lebih terkhusus kepada apa
yang menjadi pedoman bagi masyarakat dan dinamika-
dinamika social yang ada di masyarakat. Etnografi cocok
digunakan di bidang pendidikan, karena sekolah-sekolah
mempunyai satu ciri khas tersendiri artinya sekolah
memiliki kebudayaan tersendiri yang tidak melupakan
kebudayaan yang ada didaerah setempatnya.

14
2. Studi Kasus (Case Studies)
Studi kasus merupakan penelitian yang
mendalam tentang individu, satu kelompok, satu
organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam
waktu tertentu dengan tujuan untuk memperoleh
diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas
dengan menghasilkan data yang selanjutnya dianalisis
untuk menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur
perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus
diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsif.
Studi kasus dapat digunakan untuk meneliti
bagaimana aspek psikologis siswa yang bermasalah.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu
contoh studi kasus yang saat ini banyak di gunakan oleh
guru untuk meneliti siswa-siswanya yang dibatasi oleh
waktu dan tempat dan kasus yang dipelajari berupa
program, peristiwa atau individu.
a. Pengertian Studi Kasus
Menurut Stake (dalam Denzin & Lincoln, 1994),
studi kasus tidak selalu menggunakan pendekatan
kualitatif, ada beberapa studi kasus yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Stake, dalam
membahas studi kasus, akan menekankan pendekatan
kualitatif, bersifat naturalistik, berbasis pada budaya
dan minat fenomenologi. Studi kasus bukan
merupakan pilihan metodologi, tetapi pilihan

15
masalah yang bersifat khusus untuk dipelajari.
Misalnya (kasus anak yang sakit), dokter
mempelajari anak yang sakit dapat bersifat kualitatif
maupun kuantitatif, walaupun catatan dokter lebih
bersifat kuantitatif ketimbang kualitatif. Studi kasus
adalah suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi
tentang suatu masalah yang memiliki sifat
kekhususan (particularity), dapat dilakukan baik
dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif,
dengan sasaran perorangan (individual) maupun
kelompok, bahkan masyarakat luas.
b. Ciri-ciri studi kasus
1. Studi kasus bukan suatu metodologi penelitian,
tetapi suatu bentuk studi (penelitian) tentang
masalah yang khusus (particular).
2. Sasaran studi kasus dapat bersifat tunggal
(ditujukan perorangan /individual) atau suatu
kelompok, misalnya suatu kelas, kelompok
profesional, dan lain-lain.
3. Masalah yang dipelajari atau diteliti dapat
bersifat sederhana atau kompleks (misalnya
penyimpangan perilaku dan skizofrenia, dll).
4. Tujuan yang ingin dicapai adalah pemahaman
yang mendalam tentang suatu kasus, atau dapat
dikatakan untuk mendapatkan verstehen bukan
sekedar erklaren (deskripsi suatu fenomena).

16
5. Studi kasus tidak bertujuan untuk melakukan
generalisasi, walaupun studi dapat dilakukan
terhadap beberapa kasus. Studi yang dilakukan
terhadap beberapa kasus bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang lebih lengkap,
sehingga pemahaman yang dihasilkan terhadap
satu kasus yang dipelajari lebih mendalam.
c. Kelebihan dan Kelemahan Studi Kasus
1. Kelebihan Studi Kasus
a. Studi kasus mampu mengungkap hal-hal yang
spesifik, unik dan mendetail yang tidak dapat
diungkap oleh studi yang lain dan mampu
mengungkap makna di balik fenomena dalam
kondisi apa adanya atau natural.
b. Studi kasus dapat memberi nuansa, suasana
kebatinan dan pikiran-pikiran yang
berkembang dalam kasus yang menjadi bahan
studi yang tidak dapat ditangkap oleh
penelitian kuantitatif yang sangat ketat.
2. Kelemahan Studi Kasus, dari kacamata penelitian
kuantitatif, studi kasus dipersoalkan dari segi
validitas, reliabilitas dan generalisasi. Namun
studi kasus yang sifatnya unik dan kualitatif tidak
dapat diukur dengan parameter yang digunakan
dalam penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk
mencari generalisasi.

17
3. Studi Dokumen (Document Study)
Studi dokumen merupakan kajian yang menitik
beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis
berdasarkan konteksnya. Bahan bisa berupa catatan
yang terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah,
surat-surat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan
sejenisnya.
Untuk memperoleh kredibilitas yang tinggi
peneliti dokumen harus yakin bahwa naskah-naskah itu
otentik. Penelitian jenis ini bisa juga untuk menggali
pikiran seseorang yang tertuang di dalam buku atau
naskah-naskah yang terpublikasikan. Para pendidik
menggunakan metode penelitian ini untuk mengkaji
tingkat keterbacaan sebuah teks, atau untuk menentukan
tingkat pencapaian pemahaman terhadap topik tertentu
dari sebuah teks.
Penelitian ini dapat pula kita lakukan di bidang
pendidikan, misalnya mengkaji kurikulum sekolah, RPP,
dan berkas-berkas yang ada di sekolah tersebut, keadaan
siswa setiap semester pun dapat dilihat melalui studi
dokumen ini.
4. Pengamatan Alami (Natural Observation)
Pengamatan alami merupakan jenis penelitian
kualitatif dengan melakukan observasi menyeluruh pada
sebuah latar tertentu tanpa sedikitpun mengubahnya.
Tujuan utamanya ialah untuk mengamati dan memahami

18
perilaku seseorang atau kelompok orang dalam situasi
tertentu. Misalnya, bagaimana perilaku seseorang ketika
dia berada kelompok diskusi yang anggota berasal dari
latar sosial yang berbeda-beda dan bagaimana pula
perilaku dia jika berada dalam kelompok yang
homogen.
Peneliti menggunakan kamera tersembunyi atau
isntrumen lain yang sama sekali tidak diketahui oleh
orang yang diamati (subjek), dengan cara peneliti bisa
mengamati sekelompok anak ketika bermain dengan
teman-temannya untuk memahami perilaku interaksi
sosial mereka.
5. Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan
atau mengungkap makna konsep atau fenomena
pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi
pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam
situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam
memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.
Menurut Creswell (1998), pendekatan
fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap
yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan
ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche
adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan
interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat
dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan

19
awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang
dikatakan oleh responden.
6. Grounded Theory
Tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk
menghasilkan atau menemukan suatu teori yang
berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana
individu saling berhubungan, bertindak atau terlibat
dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu
peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah
pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada
konteks peristiwa dipelajari.

D. Karakteristik Penelitian Kualitatif


1. Sifat Realitas, dalam penelitian kualitatif realitas atau
objek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah
kedalam variabel. Objek penelitian sebagai sesuatu yang
dinamis dan hasil konstruksi pemikiran dan interprestasi
terhadap gejala yang diamati serta utuh ( holistic) karena
setiap aspek dari objek itu mempunyai satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Realitas dalam penelitian
kualitatif tidak hanya yang tampak ( teramati ), tetapi
sampai dibalik yang tampak tersebut.
2. Hubungan Peneliti dengan yang Diteliti, dalam
penelitian kualitatif peneliti sebagai human instrument
dan dengan teknik pengumpulan data participant
observation ( observasi berperan serta ) dan in depth

20
interview ( wawancara mendalam), maka peneliti harus
berinteraksi dengan sumber data. ). Para peneliti
kualitatif sedapat mungkin berinteraksi secara dekat
dengan informan, mengenal secara dekat dunia
kehidupan mereka, mengamati dan mengikuti alur
kehidupan informan secara apa adanya (wajar ), dengan
demikian peneliti kualitatif harus mengenal betul orang
yang memberikan data.
3. Hubungan Antar Variabel, dalam penelitian kualitatif
yang bersifat holistic dan lebih menekankan pada proses
dalam melihat hubungan antar variabel pada obyek yang
diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling
mempengaruhi ( reciprocal/interaktif), sehingga tidak
diketahui mana variabel independen dan dependennya
4. Kemungkinan Generalisasi, penelitian kualitatif tidak
melakukan generalisasi tetapi lebih menekankan
kedalaman informasi sehingga sampai pada tingkat
makna. Walaupun penelitian kualitatif tidak membuat
generalisasi, tidak berarti hasil penelitiannya tidak dapat
diterapkan ditempat lain. Generalisasi dalam penelitian
kualitatif disebut transferability (keteralihan), artinya
bahwa hasil penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau
diterapkan ditempat lain manakala kondisi tempat lain
tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian.
5. Peranan Nilai, peneliti kualitatif dalam melakukan
pengumpulan data terjadi interaksi antara peneliti data

21
dengan sumber data. Dalam interaksi ini baik peneliti
maupun sumber data memiliki latar belakang,
pandangan, keyakinan, nilai-nilai, kepentingan dan
persepsi yang berbeda-beda, sehingga dalam
pengumpulan data, analisis dan pembuatan laporan akan
terikat oleh nilai masing- masing.
6. Desain Penelitian Kualitatif (flexible design), melihat
sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum,
dan berubah-ubah / berkembang sesuai dengan situasi di
lapangan. Desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk
melakukan penelitan, oleh karena itu desain harus
bersifat fleksibel dan terbuka. Peranan peneliti sangat
dominan dalam menentukan keberhasilan penelitian
sedang desain sifatnya hanya membantu mengarahkan
proses penelitian agar berjalan dengan sistematis
7. Tujuan Penelitian Kualitatif, penelitian kualitatif
bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap
fenomena sosial. Para periset kualitatif menggunakan
pendekatan pengamatan terlibat (participant
observation). Kalau dibandingkan dengan metodologi
penelitian yang dikemukakan oleh Feyerabend (dalam
Chalmers, 1982) mungkin akan mendekati ketepatan,
karena menurutnya metodologi apa saja boleh dipakai
asal dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.
8. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif, teknik
pegumpulan data kualitatif dilakukan dengan berbagai

22
cara, diantaranya; Catatan Lapangan (Fieldnotes),
Observasi partisipan (Participant Observations),
Wawancara mendalam (in-Dept Interview),
Dokumentasi. Penelitian kualitatif juga dapat
menggunakan kuesioner untuk pengumpulan datanya,
tetapi hanya dijadikan sebagai pelengkap data jika
dibutuhkan dan bukan merupakan sumber data asli yang
dijadikan pijakan analisis.
9. Instrumen Penelitian Kualitatif, pada penelitian kualitatif
instrumen penelitian adalah: peneliti itu sendiri sehingga
validasi dilakukan oleh peneliti sendiri dengan
memperhatikan: a) Pemahaman peneliti terhadap metode
penelitian kualitatif. b) Penguasaan wawasan peneliti
terhadap bidang yang diteliti, dan c) Kesiapan peneliti
untuk memasuki obyek penelitian secara akademik
maupun logistic.
10. Data Kualitatif, paradigma Kualitatif merupakan cara
pandang yang menekankan pada ciri-ciri, sifat dan mutu
suatu obyek (subyek), maka data kualitatif merupakan
data yang dihasilkan dari cara pandang yang
menekankan pada ciri-ciri, sifat dan mutu obyek
(subyek) yang bersangkutan. Data kualitatif bersifat non-
numerik (kata-kata deskriptif), seperti cantik, tampan,
gagap, tampak kurang berpendidikan, reponsif, bagus
sekali, lincah, mewakili anak muda zaman sekarang, dan
lain-lain.

23
11. Sampel Penelitian Kualitatif, strategi penentuan sampel
yang bersifat purposif (sengaja) dinyatakan dalam
proposal walaupun strategi ini akan dikembangkan lebih
lanjut dalam pelaksanaan penelitian di lapangan. Tujuan
dan pengambilan sampel secara purposif adalah untuk
memperoleh sampel kecil dari individu-individu yang
kaya akan informnasi, proses, atau wawasan sosial.
Dalam pemilihan sampel juga dijelaskan bagaimana
memelihara nama baik subyek yang diteliti, menjaga
kerahasiaan data dan individu-individu yang akan
dijadikan sebagai sumber data.
12. Hubungan dengan Responden Kualitatif,
a. Empati, akrab, supaya memperoleh pemahaman yang
mendalam
b. Kedudukan sama bahkan sebagai guru, konsultan
c. Jangka lama, sampai datanya jenuh, dapat ditemukan
hipotesis atau teori
13. Kompetensi Peneliti Kualitatif,
a. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang
bidang yang akan diteliti,
b. Mampu menciptakan rapport kepada setiap orang
yang ada pada konteks sosial yang akan diteliti dan
mampu membangun hubungan yang akrab dengan
setiap orang yang ada pada konteks sosial,
c. Memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang
ada pada obyek penelitian ( konteks sosial),

24
d. Mampu menggali sumber data dengan observasi
partisipan, dan wawancara mendalam secara
triangulasi, serta sumber- sumber lain,
e. Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif
berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif,
domain, komponensial, dan tema kultural/budaya,
f. Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas,
konfirmabilitas, dan transferabilitas hasil penelitian,
g. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, hipotesis
atau ilmu baru,
h. Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas,
lengkap, dan rinci.

25
26
BAGIAN II : DESAIN PENELITIAN KUALITATIF

A. Pengertian Design Penelitian


Desain penelitian adalah rencana tentang cara melakukan
penelitian itu, sehingga desain penelitian sangat erat
hubungannya dengan proses penelitian.
(Nazir, 2005), desiagn penelitian adalah semua proses
yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desaign
penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data
saja, tetapi dalam arati yang luas, desaign penelitian
mencakup proses-prose berikut:
a. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian
b. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian
serta hubungan-hubungan dengan penelitian sebelumnya.
c. Memformasikan masalah penelitian termasuk membuat
spesifikasi dan tujuan, luas jangkau, dan hipotetsis untuk
diuji.
d. Membangun penyelidikan atau percobaan
e. Memeilih serta memeberikan devinisi terhadap
pengukuran variable-variable
f. Memilh prosedur dan teknik sampling yang digunakan
g. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.

27
B. Tahapan Dalam Mendesign Penelitian Kualitatif
Beberapa tahapan dalam membuat rancangan (design)
penelitian kualitatif sebagai suatu patokan, walaupun belum
ada patokan yang standar dibanding dengan penelitian
kauntitatif yang sudah memilki tahapan yang baku dan
berlaku umum. Penelitian kualitatif cenderung lebih sulit
dibuat dibuat tahapan baku karena terkait dengan
karakteristik dari penelitian kualitatif, yaitu flaksibel
sehingga jalannya penelitian dapat berubah-ubah sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada.
Menurut para pakar penelitian kualitatif, tahapan yang
dimaksud dapat dijabarkan sebagai beikut:
1. Mengangkat Permasalahan Penelitian
Masalah penelitian kualitatif merupakan masalah
atau isu yang menentukan pada keharusan
dilaksankannya penelitian tersebut. Masalah ini bisa
muncul dari berbagai sumber ang seingkali bias dari
pengalaman yang pernah dirasakan peneliti dalam
kehidupan pribadi atau bersumber pada tempat kerjanya.
Pada dasarnya sumber-sumber masalah penelitian itu
sangat beragam. Salah satu contohnya adalah untuk
mengidentifikasi kehamilan seorang mahasiswa, peneliti
masih terlebih dahulu memunculkan masalah yang
terkait dengan kehidupan mahasiswa dan sosial secara
umum.

28
Dalam mengangkat sebuah masalah penelitian
hendaknya memiliki adanya keunikan , khas, dan daya
tarik tersendiri dan masalah tersebut layak untuk
diangkat menjadi sebuah penelitian kualitatif.
Masalah dalam penelitian kualitatif terjadi tiga
kemungkinan :
a. Masalah yang dibawa peneliti tidak tetap sejak awal
hingga akhir sebuah penelitian, sehingga judul
proposal dan hasil sebuah penelitian tidak sama.
b. Masalah yang dibawa peneliti ketempat lokasi
penelitian berkembang yaitu memperluas atau
memperdalam masalah yang telah di persiapkan.
Dengan demikian proposal dan judul penelitian
cukup disempurnakan.
c. Masalah yang dibawa peneliti ke lokasi penelitian
berubah secara total, sehingga harus diganti
masalahnya.
Dari ketiga kemungkinan yang terjadi dalam
diatas, peneliti kualitatif yang merubah atau ganti judul
penelitiannya setelah memasuki lokasi penelitiannya atau
setelah selesai merupakan penelitian yang lebih baik,
karena dia dipandang mampu melepaskan apa yang telah
dipikirkan sebelumnya dan mampu melihat fenomena
secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang
terjadi dan berkembang pada situasi social yang di teliti.

29
Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber
dari dua factor atau lebih yang menghasilkan situasi
yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya
memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban.
Factor yang berhubungan tersebut dalam hal ini mungkin
berupa konsep, data empiris, pengalaman, atau unsure
lainnya. Apabila kedua factor ini diletakkan secara
berpasangan akan menghasilkan sejumlah tanda tanya,
kesukaran yaitu sesuatu yang tidak dipahami atau tidak
dapat dijelaskan pada waktu itu.
2. Menentukan Topic Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, menentukan topic
penelitian tak terlepas dari kajian empiris yang berangkat
dari permasalahan dalam lingkup perisitwa yang terus
berlangsung dan bisa diamati saat berlangsungnya
penelitian dan ketetapan suatu topic dapat dielaborasi
dalam bentuk judul penelitian. Misalnya :
a. Topic perencanaan dan kebijkan pendidikan
Pengembangan model perencanaan setrategis dalam
menetapkan factor utama keberhasilan pendidikan
b. Topic pembiayaan/ekonomi pendidikan
Mengembangkan model pembiayaan madrasah
secara nasional dalam upaya peningkatan kualiatas
pendidikan.
c. Topik manajemen Mengembangkan model
madrasah berbasis kemasyarakatan

30
d. Topik kepemimpinan Model pendekatan inquiry
dalam pengembangan nilai-nilai kepemimpinan
kepala madrasah.
3. Menentukan Focus Inquiri
Dalam penelitian kualitatif pembatasan masalah
disebut focus masalah, seperti contoh, topic yang dipilih
misalnya adalah kepimimpinan. Oleh karena itu kajilah
dengan mendalam tentang paradigma kepemimpinan
yang berkembang dan isu-isu kepemimpinan yang sangat
hangat diperbincangkan orang. Pardigma desentralisasi
dengan penerapan MPS/MBM (menejemn berbasis
sekolah/madrasah) pada sekolah atau madrasah yang
menginginkan perilaku kepemimpinan yang mandiri
yang mampu menetukan masa depan sekolah/madrasah,
peneliti bisa focus pada visioner kepala sekolah atau
madrasah sebagai focus inquiry, atau yang dijadikan
focus adalah visi kepemimpinan visioner itu sendiri,
peneliti dapat memfokuskan pada penciptaan visi
kepemimpinan kepala sekolah atau madrasah.
Dalam penelitian kualitatif, penetuan focus lebih
didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan
diperoleh dari situasi social (lokasi penelitian).
4. Bentuk Rumusan Masalah
Fokus masalah dalam sebuah penelitian kualitatif
adalah rumusan masalah yang bersifat sementara dan
dapat berubah setelah peneliti masuk atau berada

31
dilokasi penelitian. Pertanyaan penelitian kualitaif
dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala
yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek
lain.
5. Prinsip-prinsip Perumusan Masalah
Prinsip-prinsip perumusan maslah penelitian
kualitatif pada dasarnya dari hasil pengkajian dari
rumusan masalah, karenanya perlu dikemukakan bahwa
prinsip-prinsip perumusan masalah dilakukan untuk
menjadi pegangan para peneliti kualitatif dalam rangka
merumuskan masalah.
Pengajuan prinsip-prinsip perumusan masalah
penelitian kualitatitf pada dasarnya diuraikan secara
berurutan sebagai berikut :
a. Prinsip yang berkaitan dengan teori dari dasar
Peneliti sebaiknya senantiasa menyadari bahwa
perumusan masalah dalam sebuah penelitian
kualitatif didasarkan atas upaya menentukan teori
dasar-dasar sebagai acuan. Perumusan masalah
penelitian kualitatif disini hanyalah sebagai ancang-
ancang arahan, pembimbing atau acuan pada usaha
untuk menemukan masalah yang sebenarnya, karena
masalah yang sesungguhnya akan ditemukan ketika
peneliti kualitatif sudah berada dan mulai melakukan
penelitian, bahkan peneliti kualitatif sedang meneliti
sebuah data.

32
Perumusan masalah disini adalah sebuah aplikasi
dari asumsi bahwa sesuatu penelitian kualitatif tidak
mungkin dimulai dari sesuatu yang hampa.
b. Perumusan yang berkaitan dengan tujuan
Pada dasarnya inti hakikat penelitian kualitatif
terletak pada upaya penemuan dan penyusunan teori
subtantif yang bersumber pada data. Selain dari
hanya sekedar penemuan teori yang baru itu lebih
dari hanya sekedar menguji teori yang sedang
berlaku dengan menyadari bahwa segala macam
kekurangan yang dilakukan peneliti, tetapi juga hasil
sebuah penelitian tersebut dapat menjadi kahzanah
keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pengetahuan.
c. Prinsip hubungan factor
Fokus sebagai sumber masalah penelitian
merupakan rumusan masalah yang terdiri atas dua
atau lebih factor yang menghasilkan tanda-tanda
tanya atau kebingungan dan factor-faktor tersebut
dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau
fenomena.
d. Focus sebagai wahana untuk membatasi study
Seorang peneliti pasti memilki satu orientasi teori
penelitian atau pardigma sendiri yang barang kali
dari pengetahuan sebelumnya ataupun berdasarkan
pengalaman. Penelitian kualitatif bersifat terbuka,
artinya tidak mengharuskan peneliti menganut satu

33
orientasi teori atau paradigm tertentu, pilihan
subjektif peneliti dihargai sekali dalam sebuah
penelitian.
e. Prinsip yang berkaitan dengan criteria inklusi dan
eklusi-eklusi
Perumusan masalah yang bagus dilaksnakan
sebelum peneliti terjun ke lokasi penelitian dan
mungkin di sempurnakan diawal sebuah penelitian
dan disini peneliti akan memebatasi data yang
relevan atau data yang tidak relevan. Masalah yang
dirumuskan secara jelas dan tegas akan menjadi alat
yang ampuh guna mendapat data yang relevan.
f. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara
perumusan masalah
Contoh-contoh perumusan masalah yang telah
disajikan ternyata menawarkan tiaga bentuk
perumusan masalah, yaitu :
a. Secara diskusi, cara penyajiannya adalah dengan
dalam bentuk pernyataan secara deskriptif namun
perlu diikuti denagn pertyaan-pertanyaan,
b. Proporsional, yakni secara langsung
menghubungkan factor-faktor dalam hubungan
logis dan bermakna yang disajikan dalam bentuk
deskriptif atau pengungkapannya langsung dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian,

34
c. Secara gabungan, yakni terlebih dahulu disajikan
dalam bentuk diskusi, kemudian ditegaskan lagi
dalam bentuk proporsional.
g. Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan
masalah
Posisi yang dimaksudkan adalah kedudukan
rumusan masalah untuk merumuskan masalah
diantara unsure-unsur yang lain. Unsur-unsur
penelitian yang erat kaitannya dengan rumusan
masalah adalah latar belakang masalah, tujuan acuan
teori, metode penelitian.
h. Prinsip yang berkaitan dengan hasil penelaahan
kepustakaan
Prinsip yang perlu dipegang oleh peneliti
kualitatif adalah bahwa penelitian kualitatif perlu
membiasakan diri agar dalam merumuskan masalah
peneliti senantiasa disertai dengan penelaahan
kepustakaan yang terkait. Oleh karena pada dasarnya
perumusan masalah itu tidak dapat dipisahkan dari
penelaahan kepustakaan, maka begitu rumusan
masalah akan lebih tajam.
i. Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa
Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang
hasil penelitian dan ketika merumuskan masalah
hendaknya peneliti kualitatif mempertimbangkan
ragam pembaca sehingga rumusan masalah yang

35
diajukan dapat di sesuaikan dengan tingkat
kemampuan menyimak para pembaca.
j. Melakukan survey pendahuluan
Tujuan melakukan survey pendahuluan adalah
memastikan bahwa topic inquiry ada data
lapangannya dan setelah melakukan penjajakan
peneliti dapat mengenal dan melihat feasibiltas
lapangan dari sisi keadaan, situasi, latar, dan
konteksnya, sehingga penelitian kualitatif dapat
mempersiapkan diri, mental maupun fisik serta
mempersiapkan keperluan yang diinginkan.

C. Unsur-unsur Design Penelitian Kualitatif


Pada hakikatnya desain penelitian kualitatif ini bersifat
emergent atau tidak dapat dimantapkan pada taraf permulaan
dan baru mendapat bentuk yang lebih jelas sepanjang
penelitian itu dijalankan, namun untuk kepentingan
penulisan laporan, peneliti sebaiknya membuat suatu desain
yang dapat menjadi bahan untuk dipertimbangkan
keabsahannya.
Dianjurkan agar peneliti mengadakan survey
pendahuluan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas
mengenai masalah penelitiannya.Dalam penyusunan desain
penelitian kualitatif, Bogdan dan Biklen memberikan
petunjuk sebagai berikut :

36
a. Menentukan fokus penelitian.
Masalah yang akan diteliti yang pada awalnya
masih umum dan samar-samar akan bertambah jelas dan
mendapat fokus setelah peneliti berada dalam lapangan.
Fokus penelitian masih mungkin mengalami perubahan
selama berlangsung penelitian itu.
b. Menentukan paradigma penelitian
Apabila peneliti ingin mengetahui bagaimana
macam-macam orang memandang realitas, misalnnya
mengenai dikeluarkannya peraturan baru atau apabila
peneliti ingin mempelajari suatu kasus atau apabila
peneliti yang mempunyai sampel kecil yang serasi
adalah model penelitian kuantitatif. Menurut paradigma
naturalistic, dunia realitas, peristiwa atai situasi tertentu
dipandang dengan cara yang berbeda-beda oleh orang
yang berbeda-beda.
Misalnya peraturan lalu lintas dipandang dengan
cara yang berlainan oleh sopir oplet, pengendara sepeda
motor, penumpang, pejalankaki, polisi lalu lintas atau
masyarakat umumnya. Penelitian naturalistik
mengutamakan pandangan menurut pendirian masing-
masing orang, yang disebut perspektif emic.
c. Menentukan kesesuaian paradigma dengan teori
Penelitian naturalistik tidak a priori menentukan
teori, artinya tidak dipastikan terlebih dahulu teori apa
yang akan dijadikan pegangan. Namun tidak berarti

37
bahwa penelitian naturalistik sama sekali tidak
memerlukan teori. Dalam mengadakan tafsiran untuk
mengetahui maknanya peneliti dengan sendirinya akan
menggunakan teori yang dianggapnya dapat
membantunya. Namun tidak berpegang pada satu teori
dan tidak berusaha untuk menguji kebenaran teori itu.
Selain itu peneliti mencari teori yang dibangunnya
berdasar data yang dikumpulkannya.
d. Menentukan sumber data, lokasi para responden.
Dalam penelitian naturalistik yang dijadikan
sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan
informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia,
situasi yang diobservasi dan sampel berupa responden
yang dapat diwawancarai dipilih secara purposive
(sengaja) berkaitan dengan purpose atau tujuan tertentu.
Sering responden diminta untuk menunjuk orang lain
yang dapat memberikan informasi dan kemudian
responden ini diminta pula menunjuk orang lain, dan
seterusnya. Cara ini lazim disebut snowball sampling
yang dilakukan secara serial atau berurutan.
Untuk memperoleh informasi tertentu sampling
dapat diteruskan sampai dicapai taraf redundancy,
ketuntansan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan
menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan
tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang
berarti.

38
e. Menentukan tahap-tahap penelitian
Tahap-tahap dalam dalam penelitian kualitatif
tidak mempunyai batas-batas yang tegas oleh sebab
desain serta fokus penelitian dapat mengalami perubahan
yang bersifat emergent. Namun demikian dapat
dibedakan dalam garis besarnya tiga fase, yakni :
1. Tahap Orientasi, pada awal penelitian, peneliti
sendiri belum mengetahui dengan jelas apa yang
tidak diketahuinya yaitu apa yang seharusnya
dicarinya, karena belum nyata benar apa yang akan
dipilihnya sebagai fokus penelitiannya walaupun ia
mempunyai suatu gambaran umum.
Peneliti juga telah melakukan banyak bacaan
sabanyak mungkin misalnya berbagai dokumen,
laporan, buku dan sebagainya dan telah melakukan
semacam pra-survey mengenai lokasi tempat ia akan
melakukan penelitian, sehingga ia tidak mulai
dengan kepala kosong.
Pada wawancara pertama sewaktu peneliti masuk
lapangan mengajukan pertanyaan yang sangat umum
dan terbuka agar memperoleh informasi yang luas
mengenai hal-hal umum dilapangan itu. Informasi
dari sejumlah responden dianalisisnya untuk
menemukan hal-hal yang menonjol, menarik, penting
dan berguna untuk diteliti selanjutnya secara
mendalam. Itulah dipilihnya sebagai fokus

39
penelitiannya. Fase umum ini hendaknya diberi
waktu yang cukup agar pilihan fokus itu lebih
beralasan dan diharapkan akan lebih mantap.
2. Tahap eksplorasi. dalam tahap ini fokus telah lebih
jelas, sehingga dapat dikumpulkan data yang lebih
terarah dan lebih spesifik. Observasi dapat ditujukan
kepada hal-hal yang dianggap ada hubungannya
dengan fokus. Wawancara juga tidak lagi umum dan
tebuka, akan tetapi sudah lebih terstruktur, untuk
memperoleh informasi yang lebih mendalam
mengenai aspek-aspek yang menonjol dan penting
yang diperoleh berdasarkan wawancara dan
observasi pada fase pertama.
Untuk mempermudah informasi yang lebih
mendalam ini diperlukan informan yang kompeten
dan mempunyai pengetahuan yang cukup banyak
tentang hal itu.
3. Tahap member check, tujuan member check ini ialah
agar responden men-check kebenaran laporan itu,
agar hasil penelitian lebih dapat dipercaya. Misalnya
member check juga dilakukan setelah tiap
wawancara. Peneliti merangkum hasil pembicaraan
dan meminta responden mengadakan perbaikan bila
perlu dan mengkonformasi kesesuaiannya dengan
informasi yang diberikannya. Ada baiknya bila

40
laporan sementara, setelah member check juga
disampaikan kepada pembimbing untuk dibicarakan.
f. Menentukan instrumen penelitian
Instrumen yang utama ialah peneliti itu sendiri.
Pada awal penelitian, penelitilah alat satu-satunya. Ada
kemungkinan hanya dialah merupakan alat sampai akhir
penelitian. Namun setelah penelitian berlangsung selama
waktu tertentu, diperoleh fokus yanglebih jelas, maka
ada kemungkinan untuk mengadakan angket dan
wawancara yang lebih berstruktur untuk memperoleh
data uang lebih spesifik, apabila pada awalnya data
terutama bersifat emic, yakni dari segi pandangan
responden, data kemudian sudah dapat lebih bersifat etic
jadi menurut pandangan peneliti.
Angket yang lebih berstruktur dapat pula
digunakan untuk mencheck kebenaran data asal saja
sudah grounded dan manusia sebagai instrumen
memerlukan latihan dan pengalaman.
g. Rencana pengumpulan data dan pencatatannya.
Pencatatan informasi dapat dilakukan dengan
menggunakan buku catatan, atau alat rekam. Apa yang
dicatat sedapat mungkin harus sesuai dengan wawancara
yang dilakukan. Tentu saja alat rekam dapat merekam
persis apa saja yang diucapkan. Namun menggunakan
perekam elektronik mempunyai sejumlah kelemahan,
antara lain tidak selalu diinginkan responden, takut kalau

41
ucapannya disalah-gunakan yang tidak dapat
dibantahnya kemudian. Oleh karena itu ada peneliti yang
lebih suka menggunakan buku catatan. dengan membuat
catatan yang membedakan data deskriptif dan hasil
tafsiran peneliti.
h. Rencana analisis data.
Analisis dilakukan sepanjang penelitian dan
dilakukan terus-menerus dari awal sampai akhir
penelitian. Pengamatan tidak mungkin tanpa analisis dan
tafsiran untuk mengetahui apa maknanya. Analisis
dilakukan untuk mengembangkan hipotesis dan teori
berdasarkan data yang diperoleh.
i. Rencana logistik.
Peneliti harus memikirkan hal-hal yang
diperlukan sebelum, sewaktu dan sesudah penelitian di
lapangan, misalnya rencana jadwal penelitian, biaya,
alat-alat laporan dan perbanyakannya, dan seterusnya.
j. Rencana mencapai tingkat kepercayaan akan kebenaran
penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif lazim digunakan
istilah internal dan eksternal validity, realibility, dan
objectivity sebagai syarat-syarat untuk menilai mutu
penelitian. Disamping itu dalam penelitian kuantitatif
digunakan istilah-istilah lain dengan maksud yang
bersamaan. Antara lain digunakan istilah creadibility
untuk internal validity, fittingness, transferability untuk

42
eksternal validity. Audibility, dependability untuk
reliability. dan confirmability untuk objectivity.
k. Merencanakan lokasi, tempat penelitian akan
dilaksanakan.
Salah satu hal yang harus dipikirkan ialah
bagaimana caranya agar diizinkan memasuki lapangan,
karena sering harus diminta persetujuan instansi atau
orang tertentu yang berkuasa atas lokasi itu dan ada
kalanya izin itu sangat sukar diperoleh. Oleh karenanya
berbagai siasat harus dipikirkaan agar peneliti dapat
diterima.
l. Menghormati etika penelitian.
Penelitian dapat mengungkapkan hal-hal yang
selama ini tertutup bagi khalayak ramai dan seterusnya
ingin tetap dirahasiakan, karena dapat merugikan
lembaga atau orang-orang tertentu. Maka dari itu segala
sesuatu yang dapat mengungkapkan identitas orang atau
lembaga itu dijadikan sumber data harus dirahasiakan
antara lain dengan menggunakan nama samaran.
m. Rencana penulisan dan penyelesaian penelitian.
Apa yang dikemukakan diatas adalah hal-hal
yang perlu diperhatikan dan bukan langkah-langkah
yang secara berurutan harus diikuti. Metode dalam
penelitian kualitatif bukanlah suatu perangkat teknik
yang secara otomatis dapat diterapkan dalam menhadapi
masalah penelitian tertentu. Penelitian kualitatif tidak

43
mempunyai banyak prosedur yang dapat diikuti secara
otomatis melainkan merupakan interaksi yang rumit
antara dunia konseptual dan dunia empirik.
Penelitian adalah proses reflektif yang
memerlukan pemikiran dalam tiap tahap
perkembangannya dalam garis besarnya dapat kita
lakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Penelitian dilakukan dengan adanya suatu masalah
b. Memikirkan secara mendalam tentang masalah yang
akan diteliti dengan membaca bacaan atau diskusi
c. Menyiapkan sejumlah pertanyaan, sebagai pegangan
dalam melaksanakan observasi dan wawancara
d. Setelah dipilih masalah, walaupun masih umum
dicari lokasi atau kasus, sehingga perlu diusahakan
menyesuaikan lokasi dengan masalah.

D. Validitas Design Penelitian Kualitatif


Validitas desain penelitian kualitatif menunjukkan
tingkat kejelasan fenomena hasil penelitian sesuai dengan
kenyataan. Penelitian kualitatif menunjukkan sejauhmana
tingkat interprestasi dan konsep-konsep yang diperoleh
memiliki makna yang sesuai antara pastisipan dengan
peneliti. Oleh karena itu baik peneliti maupun partisipan
memiliki kesesuaian dalam mendeskripsikan dan
menggambarkan peristiwa terutama dalam menarik makna
dari peristiwa.

44
1. Strategi untuk Meningkatkan Validitas
Validitas penelitian terletak pada teknik
pengumpilan dan analisis data yang dapat dicapai
melalui kombinasi dari sepuluh strategi peningkatan
validitas, yaitu :
a. Pengumpulan data yang relatif lama, sehingga
memungkinkan analisis dan melengkapi data secara
berangsur agar kemungkinkan ada kesesuaian antara
temuan dengan kenyataan.
b. Strategi multi metode, memungkinkan melakukan
paduan beberapa teknik pengumpulandata seperti
wawancara, observasi, studi dokumenter dan sumber
dalam pengumpulan dan analisis data (triangulasi).
c. Bahasa partisipan kata demi kata perlu mendapatkan
rumusan dan kutipan yang rinci.
d. Deskriptor inferensi yang rendah, pencatatan yang
lengkap dan detail baik untuk sumber situasi maupun
orang.
e. Peneliti beberapa orang, diperlukan persetujuan data
deskriptip yang dikumpulkan oleh tim peneliti
f. Pencatat data mekanik, menggunakan perekam foto,
video, dan audio.
g. Partisipan sebagai peneliti, menggunakan catatan-
catatan dari partisipan berbentuk diari, catatan
anekdot, untuk melengkapi.

45
h. Pengecekan anggota, pengecekan data oleh sesama
anggota selama pengumpulan dan analisis data.
i. Review oleh partisipan, bertanya kepada partisipan
untuk meriview data, melakukan sintesis semua hasil
wawancara dan observasi.
j. Kasus-kasus negative, mencari, mencatat,
mengganalisis melaporkan data dari kasus-kasus
negatif atau yang berbeda dengan pola yang ada.
2. Subjektivitas dan Refleksivitas
Penelitian kualitatif bersifat subjektif dan
reflektif. Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan
instrumen standar, tetapi peneliti berperan sebagai
instrumen. Data dikumpulkan secara verbal diperkaya
dan diperdalam dengan hasil penglihatan, pendengaran,
persepsi, penghayatan dati peneliti.
Penelitian kualitatif melibatkan segi-segi
subjektif yang berarti peneliti bebas menafsirkan apa
yang ia lihat, dengar, rasakan semau dia, dia harus jujur
atau disiplin terhadap dirinya. Sedangkan objektivitas
penelitian kualitatif berarti jujur, peneliti mencatatapa
yang dilihat, didengar, ditangkap, dirasakan berdasarkan
persepsi dan keyakinan dia, tidak dibuat-buat atau
direka-reka. Penelitian kualitatif juga bersifat reflektsif
yang merupakan pengkajian yang cermat dan hati-hati
terhadap seluruh proses penelitian.

46
3. Subjektivitas Interpersonal
Dalam penelitian yang bersifat interaktif,
keterampilan membina hubungan interpersonal
memegang peranan penting. Keterampilan ini meliputi
kemampuan menumbuhkan kepercayaan, menjaga
hubungan baik, tidak menilai, menghormati norma
situasi, memiliki sensitivitas terhadap isu-isu etika.
Peneliti berhubungan dengan partisipan sebagai
pribadi, bukan pengisap informasi dari lingkungan.
Dalam interaksi yang bersifat tatap muka suasana
perasaan antar kedua pihak memegang peranan penting.
Data yang diperoleh tetap valid meskipun bersifat khusus
dan dipengaruhi oleh kehadiran peneliti. Kemungkinan
bias dapat diperkecil dengan waktu penelitian yang
cukup lama, menggunakan teknik pengumpulan data
yang bermacam-macam.
Waktu yang panjang juga memungkinkan peneliti
melengkapi data, dan membuang data yang tidak tepat.
Reaksi penelitian, keleluasaan dalam melengkapi data
dan konfirmasi yang dilakukan pada setiap tahap
penelitian akan meminimalkan bias.
4. Strategi untuk Meningkatkan Refleksivitas
Untuk dapat meningkatkan refleksivitas dalam
pengumpulan data, peneliti dapat menggabungkan
beberapa dari cara berikut :

47
a. Memilih teman yang dapat membantu mempermudah
analisis dan interprestasi data.
b. Membuat catatan harian yang memuat tanggal, jam,
tempat, orang dan kegiatan untuk berhubungan
dengan partisipan
c. Jurnal lanpangan yaitu catatan tentang perubahan-
perubahan yang dibuat selama proses pengumpulan
data, alasan perubahan dan perkiraan validitas data
d. Catatan tentang pertentangan etika, keputusan dan
tindakan dalam jurnal lapangan
e. Teknik pengelolahan pencatatan data, pengkodean,
pengelompokan
f. Melakukan kegiatan konfirmasi formal sperti survei,
kelompok utama, wawancara
g. Melakukan kritik diri dengan mengajukan pertanyaan
tentang peranan dan kegiatan dalam seluruh proses
penelitian.

E. Sistematika Penelitian Kualitatif


1. Pendahuluanberisi : a. Latar Belakang, b. Identifikasi
Masalah. c. Pembatasan Masalah, d. Perumusan
Masalah, e. Tujuan Penelitian, f. Manfaat Penelitian
2. Kajian Teori dan Kerangka Pikir berisi : a. Kajian
Teori, b. Penelitian gang Relevan, c. Kerangka Pikir
3. Metodologi Penelitianberisi :a. Lokasi Penelitian,
b. Waktu Penelitian, c. Bentuk Penelitian, d. Sumber

48
Data, e. Teknik Pengumpulan Data, f.Teknik
Cuplikan/Sampling, g. Validitas Data, h.Teknik Analisis,
4. Pembahasan dan Analisis berisi : a. Deskripsi Data,
b.Pembahasan dan Analisis, c. Pokok-Pokok Temuan
Penelitian, d. Analisis Justifikasi
5. Penutup  berisi : a. Simpulan, b. Implikasi,
c. Rekomendasi
Secara ringkas keseluruhan unsur yang ada dalam
penelitian kualitatif yang terkait dengan sistematika dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Judul, singkat dan jelas serta mengisyaratkan fenomena
dan fokus kajian penelitian. Penulisan judul sedapat
mungkin menghindari berbagai tafsiran yang bermacam-
macam dan tidak bias makna.
2. Abstrak, ditulis sesingkat mungkin tetapi mencakup
keseluruhan apa yang tertulis di dalam laporan
penelitian. Abstrak penelitian selain sangat berguna
untuk membantu pembaca memahami dengancepat hasil
penelitian, juga dapat merangsang minat dan selera orang
lain untuk membacanya.
3. Perspektif teoritis dan kajian pustaka, perspektif teori
menyajikan tentang teori yang digunakan sebagai
perpektif baik dalam membantu merumuskan fokus
kajian penelitian maupun dalam melakukan analisis data
atau membahas temuan-temuan penelitian. Sementara
kajian pustaka menyajikan tentang studi-studi terdahulu

49
dalam konteks fenomena dan masalah yang sama atau
serupa.
4. Metode yang digunakan, menyajikan secara rinci metode
yang digunakan dalam proses penelitian.
5. Temuan–temauan penelitian, menyajikan seluruh temuan
penelitian yang diorganisasikan secara rinci dan
sistematis sesuai urutan pokok masalah atau fokus kajian
penelitian. Temuan-temuan penelitian yang disajikan
dalam laporan penelitian merupakan serangkaian fakta
yang sudah direduksi secara cermat dan sistematis dan
bukan kesan selintas peneliti apalagi hasil karangan atau
manipulasi peneliti itu sendiri.
6. Analisis temuan– temuan penelitian. Hasil temuan
memerlukan pembahasan lebih lanjut dan penafsiran
lebih dalam untuk menemukan makna di balik fakta.
Dalam melakukan pembahasan terhadap temuan-temuan
penelitian, peneliti harus kembali mencermati secara
kritis dan hati-hati terhadap perspektif teoritis yang
digunakan.

50
BAGIAN III : PERUMUSAN MASALAH
PENELITIAN KUALITATIF

A. Pembatasan Masalah Studi Melalui Fokus


Masalah dalam penelitian kualitatif dinamakan fokus.
Pada dasarnya perumusan masalah menurut Lincoln dan
Guba dalam (Lexy J. Maleong, 2002) bergantung pada
paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti, yaitu
apakah ia sebagai peneliti, evaluator, atau sebagai peneliti
kebijakan. Masalah adalah lebih dari sekedar pertanyaan dan
jelas berbeda dengan tujuan. Menurut Guba msalah adalah
sauatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua
faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang
membingungkan.
Penetapan fokus atau masalah dalam penelitian kualitatif
bagaimanapun akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti
sudah berada diarea atau lapangan penelitian. Dengan kata
lain walaupun rumusan masalah sudah cukup baik dan telah
dirumuskan atas dasar penelahaan kepustakaan dan dengan
ditunjang oleh sejumlah pengalaman tertentu, bisa terjadi
situasi dilapangan tidak memungkinkan peneliti untuk
meneliti masalah itu.
Dalam penelitian Kualitaif masalah yang dibawa oleh
peneliti masih remang remang bahkan gelap komplek dan
dinamis, oleh karena itu masih bersifat sementara, tentatif
dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di

51
lapangan. Akan ada tiga kemungkinan masalah yang akan
dibawa oleh peneliti :
1. Masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak
awal sampai akhir penelitian sama. Dengan demikian
judul proposal dengan judul laporan sama
2. Masalah yang dibawa oleh peneliti berkembang, yaitu
memperluas dan mendalam masalah yang disiapkan.
Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan
sehingga judul penelitian cukup disempurnakan.
3. Masalah yang dibawa oleh peneliti dilapangan berubabh
total sehingga harus ganti masalah, Dengan demikian
judul penelitian tidak sama dan judulnya diganti.

B. Sumber Masalah Penelitian


Ada beberapa sumber masalah yang layak ditelusuri
untuk mendapatkan masalah dalam penelitian kualitatif
(Anselm Strauss & Juliet Corbion; 2003) yaitu sebagai
berikut.
1. Saran dari Dosen, Peneliti Senior, Lembaga Pemberi
Dana
Salah satu cara mendapatkan masalah adalah dengan
meminta saran dari salah seorang dosen, peneliti senior
atau lembaga pemberi dana. Cara pencarian seperti ini
cenderung memperbesar peluang untuk memperoleh
masalah-masalah penelitian yang bisa diteliti dan
relevan.

52
2. Literatur Teknis
Literatur semacam ini bisa merangsang kita untuk
melakukan penelitian melalui berbagai jalan. Terkadang
pustaka ini mengarahkan peneliti ke suatu bidang kajian
yang relatif belum begitu diperdalam dan bisa pula ke
satu topik yang masih membutuhkan pengembangan,
pada suatu ketika dapat terlihat kontradiksi di dalam
kajian-kajian dan tulisan-tulisan yang terkumpul
tersebut.
3. Pengalaman Pribadi dan Profesi
Kedua pengalaman ini sering menjadi sumber penentuan
masalah penelitian. Dalam kehidupan sehari-hari orang
yang bercerai belum tentu tahu mengapa orang lain juga
mengalaminya. Beberapa profesionalis suka melakukan
penelitian lebih lanjut karena terdorong oleh ambisi,
ingin melakukan perbaikan.

C. Prinsip-Prinsip Perumusan Masalah


Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam
merumuskan suatu masalah penelitian kualitatif adalah
sebagai berikut:
1. Prinsip yang Berkaitan dengan Teori dari Dasar
Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa
perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan atas

53
upaya menemukan teori dari dasar dan sebagai aturan
utama. Itu berarti bahwa masalah sebenarnya terletak dan
berada ditengah-tengah kenyataan atau fakta atau
fenomena.
2. Prinsip yang Berkaitan dengan Maksud Perumusan
Masalah
Prinsip ini tentu saja tidak membatasi peneliti yang
berkeinginan menguji suatu teori yang berlaku. Tadi
telah dinyatakan bahwa perumusan masalah teori baru
lebih sekedar menguji teori yang berlaku.
Dengan demikian maka dalam prinsip ini rumusan
masalah dalam penelitian barang kali akan sekali, dua
kali atau lebih mengalami perubahaan dan
penyempurnaan. Itulah salah satu ciri khas penelitian
kualitatif yang memang bersifat luwes, longgar dan
terbuka.
3. Prinsip Hubungan Faktor
Fokus atau masalah merupakan rumusan yang terdiri atas
dua atau lebih faktor yang menghasilkan kebingungan
atau tanda tanya. Definisi masalah tersebut mengarahkan
peneliti pada tiga aturan tertentu yang perlu
dipertimbangkan peneliti pada waktu merumuskan
masalah tersebut yaitu: a. adanya dua atau lebih faktor, b.
faktor-faktor itu dihubungkan, c. hasil pekerjaan
menghubungkan tadi berupa keadaan yang
membingungkan sehingga menimbulkan tanda tanya

54
yang memerlukan pemecahan atau upaya untuk
menjawabnya.
4. Fokus Sebagai Wahana untuk Membatasi Studi
Apabila hal ini terjadi maka perumusan masalah bagi
peneliti akan mengarah dan membimbingnya pada
situasi lapangan bagaimanakah yang akan dipilihnya dari
berbagai lapangan yang sangat banyak tersedia.
5. Prinsip yang Berkaitan dengan Kriteria Inklusi-Eksklusi
Dengan demikian penelitian dihadapkan pada beberapa
hal berikut. Maslasah yang dirumuskan secara jelas dan
tegas akan merupakan alat yang ampuh untuk memilih
data yang relevan. Mungkin ada data yang menarik tetapi
tidak relevan, maka data yang demikian hanya
dikeluarkan.
6. Prinsip yang Berkaitan dengan Bentuk dan Cara
Perumusan Masalah
Lexy J. Moleong mengklasifikasikan bentuk rumusan
masalah penelitian kualitatif dalam tiga bentuk
perumusan masalah yaitu :
1. Secara diskusi, yaitu yang disajikan secara deksriptif
tanpa pertanyaan-pertanyaan penelitian,
2. Secara proposional, yaitu secara langsung
menghubungkan faktor-faktor dalam hubungan logis
dan bermakna,

55
3. Secara gabungan, yakni terlebih dahulu disajikan
dalam bentuk diskusi, kemudian ditegaskan dalam
bentuk prosposional.

7. Prinsip Sehubungan dengan Posisi Perumusan Masalah


Posisi disini tidak lain adalah kedudukan unsur-unsur
rumusan masalah diantara unsur-unsur penelitian lainnya
yang erat kaitannya dengan perumusan masalah adalah
latar belakang, masalah, tujuan, dan metode penelitian.
8. Prinsip Berkaitan dengan Hasil Kajian Kepustakaan
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, prinsip yang
perlu dipegang oleh peneliti ialah bahwa peniliti perlu
membiasakan diri agar dalam merumuskan masalah ia
senantiasa disertai dengan kajian kepustakaan yang
relevan.
9. Prinsip yang Berkaitan dengan Penggunaan Bahasa
Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang hasil
penelitian, ketika merumuskan masalah hendaknya
peneliti mempertimbangkan ragam pembacanya
sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat
disesuaikan dengan tingkat kemampuan membacanya.

D. Bentuk-Bentuk Perumusan Masalah Penelitian


Kualitatif
Ada tiga bentuk perumusan masalah dalam penelitian
kualitatif yaitu:

56
1. Bentuk perumusan masalah secara diskusi disajikan
secara diskriptif tanpa pertanyaan-pertanyaan penelitian.
2. Bentuk perumusan masalah secara proposional, yakni
secara langsung menghubungkan faktor-faktor dalam
hubungan logis dan bermakna, dalam hal ini ada yang
disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
penelitian.
3. Bentuk perumusan masalah secara gabungan, yakni
terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi,
kemudian ditegaskan lagi dalam bentuk proposional.

E. Variabel dan Teori Dalam Penelitian Kualitatif


1. Variabel
Pemahaman terhadap variabel dan hubungan
antar variabel merupakan salah-satu kunci penting dalam
penelitian. Posisi variabel yang senteral
menempatkannya sebagai dasar dari semua proses
peneltian; mulai dari perumusan masalah, perumusan
hipotesis, pembuatan instrument pengumpul data, sampai
pada analisisnya. Sehubungan dengan posisi penting ini,
variabel menjadi penting artinya untuk menentukan
bermutu-tidaknya suatu hasil penelitian.
Secara leksikal, istilah variabel dapat diartikan
sebagai sesuatu yang dapat beragam (bervariasi). Arti
kata ini menunjukkan bahwa variable merupakan sesuatu

57
yang di dalamnya terdapat atribut-atribut, unit-unit,
dimensi-dimensi atau nilai-nilai yang beragam.
Kerlinger mendefinisikan variabel sebagai suatu
sifat yang dapat memiliki bermacam nilai, atau
simbol/lambang yang padanya dilekatkan bilangan atau
nilai. Pada hakikatnya, setiap variabel adalah suatu
konsep yaitu konsep yang bersifat khusus yang
mengandung variasi nilai. maksudnya konsep yang
sudah sangat dekat dengan fenomena-fenomena atau
obyek-obyek yang teramati. Jadi konsep variabel itu
merupakan sebutan umum yang mewakili semua atribut,
dimensi atau nilai yang perlu diamati. Oleh karena itu
tidak semua konsep disebut variabel, karena masih
terdapat konsep-konsep yang tidak mengandung
memenuhi ciri seperti itu.
2. Teori
Pengertian teori menurut Marx dan Goodson
(1976, dalam Lexy J. Moleong, 1989) adalah aturan
menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi yang
berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri
atas representasi simbolik dari hubungan-hubungan
yang dapat diamati diantara kejadian-kejadian (yang
diukur), yaitu mekanisme atau struktur yang diduga
mendasari hubungan-hubungan demikian,
dan hubungan-hubungan yang disimpulkan serta
mekanisme dasar yang dimaksudkan untuk data dan

58
yang diamati tanpa adanya manifestasi hubungan empiris
apa pun secara langsung. Penelitian kualitatif dapat
bertitik tolak dari suatu teori yang telah diakui
kebenarannya dan dapat disusun pada waktu penelitian
berlangsung berdasarkan data yang dikumpulkan. Pada
awalnya dikemukakan teori-teori yang sesuai dengan
masalah penelitian, kemudian di lapangan dilakukan
verifikasi terhadap teori yang ada, mana yang sesuai dan
mana yang perlu diperbaiki atau bahkan ditolak
Penelitian kualitatif mengenal adanya teori yang disusun
dari data yang dibedakan atas dua macam teori, yaitu
teori substantif dan teori formal (Lexy J. Moleong, 1989
dan Mubyarto, et al, 1984).
Teori substantif adalah teori yang dikembangkan
untuk keperluan substantif atau empiris dalam inkuiri
suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, antropologi,
psikologi dan lain sebagainya. Contoh: perawatan
pasien, hubungan ras, pendidikan profesional, kenakalan,
atau organisasi peneliti.
Di sisi lain, teori formal adalah teori untuk
keperluan formal atau yang disusun secara konseptual
dalam bidang inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya
sosiologi, psikologi dan sebagainya. Contoh: perilaku
agresif, organisasi formal, sosialisasi, autoritas dan
kekuasaan, sistem penghargaan, atau mobilitas
social. Unsur-unsur teori meliputi :

59
a. Kategori konseptual dan kawasan konseptualnya dan
b. Hubungan generalisasi diantara kategori dan
kawasan serta integrasi. Kategori adalah unsur
konseptual suatu teori sedangkan kawasannya
(property) adalah aspek atau unsur suatu kategori.

Dasar teoritis dalam pendekatan kualitatif adalah:


1. Pendekatan fenomenologis.
Dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha
memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya
terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi
tertentu.
2. Pendekatan interaksi simbolik.
Dalam pendekatan interaksi simbolik diasumsikan
bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak
memiliki pengertian sendiri, sebaliknya pengertian
itu diberikan kepada mereka. Pengertian yang
dlberikan orang pada pengalaman dan proses
penafsirannya bersifat esensial serta menentukan.
3. Pendekatan kebudayaan.
Untuk menggambarkan kebudayaan menurut
perspektif ini seorang peneliti mungkin dapat
memikirkan suatu peristiwa di mana manusia
diharapkan berperilaku secara baik. Peneliti dengan
pendekatan ini mengatakan bahwa bagaimana

60
sebaiknya diharapkan berperilaku dalam suatu latar
kebudayaan
4. Pendekatan etnometodologi.
Etnometodologi berupaya untuk memahami
bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan
menggambarkan tata hidup mereka
sendiri. Etnometodologi berusaha memahami
bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan,
dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka
hidup. Seorang peneliti kualitatif yang menerapkan
sudut pandang ini berusaha menginterpretasikan
kejadian dan peristiwa sosial sesuai dengan sudut
pandang dari objek penelitiannya.

61
62
BAGIAN IV : METODE PENGUMPULAN DATA

A. Manusia Sebagai Instrument utama Dalam Penelitian


Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif manusia (peneliti) menjadi
instrument utama dalam proses pengumpulan data di
lapangan. Dengan kata lain peneliti sebagai alat penelitian
dengan berbagai kelebihannya yaitu :
1. Peneliti sebagai alat harus peka dan dapat bereaksi
terhadap segala stimulus dari lingkungannya yang harus
diperkirakan bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sabagai alat dapat menyesuaikan diri dengan
segala keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam
data sekaligus.
3. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak
dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata. Untuk
memahaminya kita sering perlu merasakannya,
menyelaminya berdasarkan penghayatan kita.
4. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis
data yang diperoleh
5. Dengan manusia sebagai alat penelitian, respon yang
aneh yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon
yang lain daripada yang lain bahkan yang bertentangan
dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan
tingkat pemahaman mengenai aspek yang diselidiki.

63
B. Metode Pengumpulan Data utama dalam penelitian
kualitatif.
Untuk mengumpulkan data dilapangan dalam rangka
menjawab Fokus penelitian , maka dipergunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara atau interview adalah bentuk
komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang
bertujuan memperoleh informasi atau dapat diartikan
suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
tanya jawab antara peneliti dengan obyek yang diteliti.
Dalam metode ini kreatifitas pewawancara sangat
diperlukan karena dapat dikatakan bahwa hasil interview
yang diteliti banyak bergantung pada kemampuan
penyelidik untuk mencari jawaban, mencatat dan
menafsirkan setiap jawaban.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu untuk memperoleh informasi dari teori
wawancara.
Bagaimana wawancara dilakukan dalam penelitian
kualitatif?
Wawancara dilakukan dangan secara terbuka,
diawali dengan peneliti bisa mengajukan pertanyaan
yang tidak berstruktur (karena pada tahap awal si peneliti
sendiri tidak tahu apa yang tidak diketahuinya. Artinya
informan mendapat kebebasan dan kesempatan untuk

64
mengeluarkan buah pikiran, pandangan, dan perasaannya
tanpa diatur ketat oleh peneliti. Setelah peneliti
memperoleh sejumlah keterangan maka peneliti dapat
mengadakan wawancara yang lebih berstruktur
berdasarkan apa yang telah disampaikan informan
tersebut.
Tujuan wawancara ialah untuk mengetahui apa
yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain,
bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal
yang tidak peneliti ketahui melalui observasi.
Setiap kali peneliti mengadakan wawancara harus
menjelaskan apa tujuan peneliti berwawancara dengan
responden, keterangan apa yang peneliti harapkan dari
responden. Penjelasan itu mengarahkan jalan pikirannya,
sehingga informan tahu apa yang akan disampaikannya.
Penjelasan itu sedapat mungkin dilakukan dalam bahasa
dan istilah-istilah yang dipahami sendiri oleh informan.
Isi wawancara secara garis besar mencakup :
1. Pengalaman dan perbuatan informan, yakni apa yang
telah dikerjakan dan lazim dikerjakan
2. Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau
pikirannya tentang sesuatu
3. Perasaan, respon emosional, yakni apakah informan
merasa cemas, takut, senang, gembira, curiga,
jengkel, dan sebagainya tentang sesuatu

65
4. Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuianya
tentang sesuatu
5. Penginderaan, apa yang dilihat, didengar,
diraba,dikecap atau diciumnya, diuraikan secara
deskripsi
6. Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal,
tempat tinggal, keluarga dsb.
Bagaimana mengurutkan pertanyaan dalam wawancara ?
Walaupun tidak/belum ada patokan yang pasti
tentang urutan wawancara tetapi ada baiknya
memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Jangan mulai dengan hal-hal yang kontroversial atau
sensitif yang dapat menimbulkan pertentangan
2. Mulailah dengan hal –hal masa sekarang seperti
pekerjaan, pengalaman atau tindakan
3. Jangan langsung menanyakan hal-hal mengenai
pengatahuan atau ketrampilan informas dapat
dipandang sebagai ujian dan merusak kesantaian
suasana.
4. Jangan segera ditanya mengenai masa lampau
responden. Sering orang tidak suka bila masa lalunya
dibongkar orang dan karena itu harus dibatasi dan
hanya diselipkan di antara pertanyaan lain dalam
konteks topik yang dibicarakan.
Data yang diperoleh dalam wawancara senantiasa
dapat diperhalus, dirinci dan diperdalam ( disebut soft

66
data) karena masih dapat mengalami perubahan. Data
yang diperoleh dalam kualitatif masih bersifat lunak,
maka tidak bisa segera disebut fakta yang keras yang
tidak dapat disangkal kebenarannya. Untuk itu setiap
data perlu dichek lagi kebenarannya dengan
membandingkan data yang diperoleh dari sumber yanag
lain.
Dalam wawancara peneliti berhadapan dengan
dua hal :
1. Peneliti harus secara nyata mengadakan interaksi
dengan informan.
2. Peneliti menghadapi kenyataan, adanya pandangan
orang lain yang mungkin berbeda dengan pandangan
peneliti sendiri
Data yang dikumpulkan dalam penelitian
kualitatif bersifat verbal dan non verbal. Umumnya yang
diutamakan adalah data yang verbal yang diperoleh
melalaui percakapan atau tanya jawab. Hasil wawancara
akan disampaikan kepada yang bersangkutan untuk
diperbaiki, diubah di mana perlu.
Data non verbal berupa gerak-gerik badan,
tangan dan perubahan wajah. Ada gerakan yang jelas
tampak, misalnya gerakan tangan ada pula yang halus
seperti pandangan mata, gerakan bibir, perubahan warna
muka yang mempunyai makna tersendiri. Makna ucapan
akan lebih mudah dipahami apabilaa dihubungkan

67
dengan gerak-gerik itu. Pesan non-verbal kaya akan
konteks, sedangkan pesan verbal kaya akan informasi.
Pesan non-verbal dengan demikian membutuhkan
pemaknaan yang dikaitkan dengan konteks budayanya.
Kedua jenis pesan itu sama-sama digunakan untuk
memahami makna ucapan dalam wawancara.
b. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara sistematis dan disengaja melalui
pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang
diselidiki.
Ada bermacam macam observasi yaitu :
1. Observasi Partisipatif adalah peneliti terlibat dengan
kegiatan sehari hari orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Ini
juga dibagi empat yaitu partisipasi pasif, moderat,
aktif lengkap.
2. Observasi terus terang atau samar samar adalah
peneliti dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahkan
ia sedang melakukan penelitian.
3. Observasi tak berstuktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistimatis tentang apa yang akan
diobservasi.
Bagaimana observasi dilakukan dalam penelitian
kualitatif?

68
Apabila peneliti hendak mengenal dunia sosial,
peneliti harus memasuki dunia itu, artinya peneliti harus
hidup di kalangan manusia (masyarakat), mempelajari
bahasanya, melihat dengan mata kepala sendiri apa yang
terjadi, mendengarkan dengan telinga sendiri apa yang
dikatakan, pikirkan dan rasakan.
Observasi bukanlah pekerjaan yang mudah
karena sesungguhnya mengandung hal-hal yang rumit
antara lain :
1. Tidak ada pengamatan dua orang yang sama. Karena
apa yang kita amati adalah ekspresi diri kita yang
dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang
pendidikan,perasaan, nilai-nilai, harapan dll
2. Obervasi adalah proses yang aktif, peneliti berbuat
sesuatu, memilih apa yang peneliti amati.
3. Tidak ada pengamatan yang lengkap karena
pengamatan adalah kegiatan selektif. Tak mungkin
peneliti mengamati segala sesuatu, sekalipun peneliti
berusaha mengamati sebanyak mungkin.
4. Dalam tiap pengamatan peneliti harus
memperhatikan dua hal : yakni informasi( misalnya
apa yang terjadi ) dan konteks ( hal-hal yang
berkaitan dengan sekitarnya). Informasi yang
dilepaskan dari konteksnya akan kehilangan makna.
Jadi makna sesuatu hanya diperoleh dalam kaitan
informasi dengan konteksnya.

69
5. Dalam penelitian naturalistik peneliti diminta untuk
memberikan deskripsi hasil pengamatan. Deskripsi
ini harus peneliti pisahkan dengan komentar,
tafsiran, analisis dan label yang peneliti berikan. (
Catatan : deskripsi adalah hal-hal yang nyata
berdasarkan pengamatan, akan tetapi label atau
tafsiran masih dapat berubah bila peneliti
memperoleh data baru yang mungkin membantah
tafsiran itu.
6. Ketika peneliti memberikan deskripsi maka yang
terjadi adalah proses analitik. Sedangkan kalau
peneliti memberi label berarti terjadi proses sintetik.
7. Dalam penelitian naturalistik peneliti diharuskan
lebih dahulu memberikan deskripsi fakta-fakta.
Langsung melompat kepada kesimpulan dengan
memberikan label menyalahi prosedur observasi
dalam penelitian naturalistik.
Hal-hal apakah yang dapat diamati?
J.P Spradley (dalam Nasution1988) dalam tiap
situasi terdapat tiga komponen yakni ruang (tempat),
pelaku (aktor) dan kegiatan ( aktivityas ).Dari ketiga
dimensi tersebut dapat diperluas sehingga yang dapat
diamati adalah :
1. Ruang ( tempat ) dalam aspek fisiknya
2. Pelaku, yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi

70
3. Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam
situasi itu
4. Objek, yaitu benda-benda yang terdapat di tempat itu
5. Perbuatan, tindakan-tindakan tertentu
6. Kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan
7. Waktu, urutan kegiatan
8. Tujuan, apa yang ingin dicapai orang, makna
perbuatan orang
9. Perasaan, emosi yang dirasakan dan dinyatakan.
Kesembilan dimensi itu masing-masing dapat
saling dikombinasikan, misalnya Ruang – Pelaku, Ruang
– Kegiatan, Ruang- Objek, dan sebagainya, sehingga
peneliti memperolah matriks yang terinci mengenai hal-
hal yang dapat menjadi fokus pengamatan peneliti.
c. Dokumentasi
Pengertian dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip,
buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda dan sebagainya. Dokumentasi ini
digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari
hasil wawancara dan observasi yang bersumber dari
dokumen dan rekaman.
Dalam penelitian kualitatif terdapat sumber data
yang berasal dari bukan manusia seperti dokumen, foto-
foto dan bahan statistic. Metode dokumentasi ini
merupakan salah satu bentuk pengumpulan data yang

71
paling mudah, karena peneliti hanya mengamati benda
mati dan apabila mengalami kekeliruan mudah untuk
merevisinya karena sumber datanya tetap dan tidak
berubah.
Arikunto (2000) metode dokumentasi adalah:
mencari data mengenai hal-hal atau variasi yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah kabar,
majalah, prasasti, notulen, raport, leger dan sebagainya.
Dokumen yang diperlukan dalam penelitian kualitatif
adalah dokumen yang relevan dengan focus penelitian
dan dibutuhkan untuk melengkapi data.
Dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau
menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh
subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.
1. Dokumen,
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam
bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar
data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto,
dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada
ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi
di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter
terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-
surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial,

72
klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di
server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan
lain-lain.
Meleong (dalam Herdiansyah, 2010) mengemukakan
dua bentuk dokumen yang dapat dijadikan bahan
dalam studi dokumentasi, yaitu:
a. Dokumen harian
Dokumentasi pribadi adalah catatan atau
karangan seseorang secara tertulis tentang
tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya.
Tujuan dari dokumentasi ini adalah untuk
memperoleh sudut pandang orisinal dari kejadian
situasi nyata.
b. Surat Pribadi
Surat pribadi (tertulis pada kertas), e-mail, dan
obrolan dapat dijadikan sebagai materi dalam
analisis dokumen dengan syarat, peneliti
mendapat izin dari orang yang bersangkutan.
c. Autobiografi
Autobiografi berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri atas gabungan tiga kata, yaitu auto
(sendiri), bios (hidup), dan grapein (menulis).
Didefinisikan autobiografi adalah tulisan atau
pernyataan mengalami pengalaman hidup.
2. Dokumen Resmi

73
Dokumen resmi dipandang mampu memberikan
gambar mengenai aktivitas, keterlibatan individu
pada suatu komnitas tertentu dalam setting social.
Menurut Meleong (Herdiansyah, 2010) dokumen
resmi dapat dibagi kedalam dua bagian. Pertama
dokumen internal, yaitu dapat berupa catatan, seperti
memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu
lembaga, system yang diberlakukan, hasil notulensi
rapat keputusan pimpinan, dan lain sebagainya.
Kedua, dokumentasi eksternal yaitu dapat berupa
bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu
lembaga social, seperti majalah, koran, bulletin, surat
pernyataan, dan lain sebagainya.

C. Focus Group Discussion (FGD)


Istilah kelompok diskusi terarah atau dikenal sebagai
Focus Group Discussion (FGD) banyak digunakan sebagai
metode pengumpulan data. Pengambilan data kualitatif
melalui FGD memberikan kemudahan dan peluang bagi
peneliti untuk menjalin keterbukaan, kepercayaan, dan
memahami persepsi, sikap, serta pengalaman yang dimiliki
informan. FGD memungkinkan peneliti dan informan
berdiskusi intensif dan tidak kaku dalam membahas isu-isu
yang sangat spesifik. FGD juga memungkinkan peneliti
mengumpulkan informasi secara cepat dan konstruktif dari
peserta yang memiliki latar belakang berbeda-beda.

74
Di samping itu, dinamika kelompok yang terjadi selama
berlangsungnya proses diskusi seringkali memberikan
informasi yang penting, menarik, bahkan kadang tidak
terduga. Hasil FGD tidak bisa dipakai untuk melakukan
generalisasi karena FGD memang tidak bertujuan
menggambarkan (representasi) suara masyarakat. Meski
demikian, arti penting FGD bukan terletak pada hasil
representasi populasi, tetapi pada kedalaman informasinya.
Lewat FGD, peneliti bisa mengetahui alasan, motivasi,
argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang atau
kelompok. FGD merupakan salah satu metode penelitian
kualitatif yang secara teori mudah dijalankan, tetapi
praktiknya membutuhkan ketrampilan teknis yang tinggi.
Pengertian FGD
Irwanto (2006) mendefinisikan FGD adalah suatu proses
pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai
suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui
diskusi kelompok. Pengertian Focus Group Discussion
mengandung tiga kata kunci: a. Diskusi (bukan wawancara
atau obrolan); b. Kelompok (bukan individual); c.
Terfokus/Terarah (bukan bebas).
Artinya, walaupun hakikatnya adalah sebuah diskusi,
FGD tidak sama dengan wawancara, rapat, atau obrolan
beberapa orang, sekadar kumpul-kumpul beberapa orang
untuk membicarakan suatu hal. Sebagai alat penelitian, FGD
dapat digunakan sebagai metode primer maupun sekunder.

75
FGD berfungsi sebagai metode primer jika digunakan
sebagai satu-satunya metode penelitian atau metode utama
(selain metode lainnya) pengumpulan data dalam suatu
penelitian. FGD sebagai metode penelitian sekunder
umumnya digunakan untuk melengkapi penelitiN yang
bersifat kuatitatif dan atau sebagai salah satu teknik
triangulasi. Dalam hal ini, baik berkedudukan sebagai
metode primer atau sekunder, data yang diperoleh dari FGD
adalah data kualitatif.
Kapan FGD Harus Digunakan?
FGD harus dipertimbangkan untuk digunakan sebagai
metode penelitian kualitatif, apabila :
a. Peneliti ingin memperoleh informasi mendalam tentang
tingkatan persepsi, sikap, dan pengalaman yang dimiliki
informan.
b. Peneliti ingin memahami lebih lanjut keragaman
perspektif di antara kelompok atau kategori masyarakat.
c. Peneliti membutuhkan informasi tambahan berupa data
kualitatif yang melibatkan persoalan masyarakat yang
kompleks dan berimplikasi luas.
d. Peneliti ingin memperoleh kepuasan dan nilai akurasi
yang tinggi karena mendengar pendapat langsung dari
subjek risetnya.
Mengapa FGD?
Irwanto (2006) mengemukakan tiga alasan perlunya
melakukan FGD, yaitu :

76
1. Alasan Filosofis
a. Pengetahuan yang diperoleh dalam menggunakan
sumber informasi dari berbagai latar belakang
pengalaman tertentu dalam sebuah proses diskusi,
memberikan perspektif yang berbeda dibanding
pengetahuan yang diperoleh dari komunikasi searah
antara peneliti dengan responden.
b. Penelitian tidak selalu terpisah dengan aksi. Diskusi
sebagai proses pertemuan antarpribadi sudah
merupakan bentuk aksi .
2. Alasan Metodologis
a. Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak
dapat dipahami dengan metode survei atau
wawancara individu karena pendapat kelompok
dinilai sangat penting.
b. Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu
dalam waktu relatif singkat.
c. FGD dinilai paling tepat dalam menggali
permasalahan yang bersifat spesifik, khas, dan lokal.
FGD yang melibatkan masyarakat setempat
dipandang sebagai pendekatan yang paling sesuai.
3. Alasan Praktis
Penelitian yang bersifat aksi membutuhkan perasaan
memiliki dari objek yang diteliti- sehingga pada saat
peneliti memberikan rekomendasi dan aksi, dengan
mudah objek penelitian bersedia menerima rekomendasi

77
tersebut. Partisipasi dalam FGD memberikan
kesempatan bagi tumbuhnya kedekatan dan perasaan
memiliki.
Koentjoro (2005), kegunaan FGD di samping sebagai
alat pengumpul data adalah sebagai alat untuk
meyakinkan pengumpul data (peneliti) sekaligus alat re-
check terhadap berbagai keterangan/informasi yang
didapat melalui berbagai metode penelitian yang
digunakan atau keterangan yang diperoleh sebelumnya,
baik keterangan yang sejenis maupun yang bertentangan.
Dari berbagai keterangan di atas, dapat disimpulkan
dalam kaitannya dengan penelitian kualitatif, FGD berguna
untuk:
a. Memperoleh informasi yang banyak secara cepat;
b. Mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai
kepercayaan, sikap dan perilaku kelompok tertentu;
c. Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih mendalam;
dan
d. Cross-check data dari sumber lain atau dengan metode
lain.
Menyusun Pertanyaan FGD
Kunci dalam membuat panduan diskusi yang terarah
adalah membuat pertanyaan-pertanyaan kunci sebagai
panduan diskusi. Untuk mengembangkan pertanyaan FGD,
lakukan hal-hal berikut:
a. Baca lagi tujuan penelitian

78
b. Baca lagi tujuan FGD
c. Pahami jenis informasi seperti apa yang ingin Anda
dapatkan dari FGD
d. Bagaimana Anda akan menggunakan informasi tersebut
e. Tulis pertanyaan umum ke khusus. Sebaiknya jangan
lebih dari 5 (lima) pertanyaan inti.
f. Rumuskan pertanyaan dalam bahasa yang sederhana dan
jelas. Hindari konsep besar yang kabur maknanya.
Berbeda dengan wawancara, dalam FGD moderator
tidaklah selalu bertanya, tugas moderator bukan bertanya,
melainkan mengemukakan suatu permasalahan, kasus, atau
kejadian sebagai bahan pancingan diskusi. Dalam prosesnya
memang ia sering bertanya, namun itu dilakukan hanya
sebagai ketrampilan mengelola diskusi agar tidak didominasi
oleh sebagian peserta atau agar diskusi tidak macet.
Analisis Data dan Penyusunan Laporan FGD
Analisis data dan penulisan laporan FGD adalah tahap
akhir dari kerja keras peneliti. Langkah-langkahnya dapat
ditempuh sebagai berikut:
1. Mendengarkan atau melihat kembali rekaman FGD
2. Tulis kembali hasil rekaman secara utuh (membuat
transkrip/verbatim)
3. Baca kembali hasil transkrip
4. Cari mana masalah-masalah (topik-topik) yang menonjol
dan berulang-ulang muncul dalam transkrip, lalu
kelompokan menurut masalah atau topik. Kegiatan ini

79
sebaiknya dilakukan oleh dua orang yang berbeda untuk
mengurangi “bias” dan “subjektifitas”. Pengkategorian
bisa juga dilakukan dengan mengikuti Topik-topik dan
subtopik dalam Panduan diskusi. Jangan lupa merujuk
catatan yang dibuat selama proses FGD berlangsung.
5. Karena berhubungan dengan kelompok, data-data yang
muncul dalam FGD biasanya mencakup:
a. Konsensus
b. Perbedaan Pendapat
c. Pengalaman yang Berbeda
d. Ide-ide inovatif yang muncul, dan sebagainya.

D. Membuat Catatan Lapangan.


Catatan peneliti setelah pengumpulan data dari lapangan
biasanya terdiri dari dua bagain, yaitu :
1. Deskripsi, yaitu tentang apa yang peneliti lihat, dengar
dan amati dengan alat indra peneliti
2. Komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan
peneliti tentang apa yang peneliti amati itu.
Salah satu sistematika pengkodean yang sederhana ialah
sebagai berikut: deskripsi diberi kode yang dimulai huruf D
disertai oleh indikator tentang hal yang diobsrvasi,
sedangkan komentar atau tafsiran diberi kode R kependekan
dari Refleksi atau pemikiran atau pandangan, misalnya : DP
– Deskripsi Partisipan, DD – Deskripsi Dialog, DLF –
Deskripsi Lingkungan Fisik, DK – Deskrispi kejadian-

80
kejadian, DH – Deskripsi Hubungan dengan partisan atau
orang lain, RR – Refleksi tentang apa yang diRasakan oleh
peneliti, RA – Refkleksi Analisis, RM – Refleksi
Metodologi, RP - Refkleksi Penjelasan, RE – Refleksi Etis.
Sistem pengkodean di atas hanyalah sekedar contoh, masih
bisa dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan
memudahkan peneliti. Seperti sudah dikemukakan
sebelumnya bahwa deskripsi harus rinci, makin rinci makin
baik dalam arti apa saja perlu diperhatikan. Peneliti haruslah
bersikap bahwa segala sesuatu yang sedianya biasa harus
dipandang aneh dan karena itu menarik.

E. Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif


Prosedur dan tahap-tahap yang harus dilalui apabila
melakukan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan Fokus Penelitian
Prosedur penelitian kualitatif mendasarkan pada logika
berpikir induktif sehingga perencanaan penelitianya
bersifat sangat fleksibel dan melalui tahap-tahap dan
prosedur penelitian yang telah ditetapkan. Hal pertama
yang dilakukan sebelum memulai seluruh tahap
penelitian kualitatif adalah menetapkapkan research
question, yang dalam penelitian kualitatif disebut sebagai
fokus penelitian adalah pertanyaan tentang hal-hal yang
ingin dicari jawabanya melalui penelitian tersebut.

81
2. Menentukan Setting dan Subjek Penelitian
Setting penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan
hal yang sangat penting dan telah ditentukan ketika
menempatkan fokus penelitian. Setting dan subjek
penelitian merupakan suatu kesatuan yang telah
ditentukan sejak awal penelitian. Setting penelitian ini
menunjukan komunitas yang akan diteliti dan sekaligus
kondisi fisik dan sosial mereka. Dalam penelitian
kualitatif setting penelitian akan menunjukan lokasi
penelitian yang langsung melekat pada fokus penelitian
yang telah ditetapkan sejak awal dan tidak dapat diubah
kecuali fokus penelitianya diubah. Subjek penelitian
yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan
secara sengaja dan menjadi informan yang akan
memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama
proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi
beberapa macam, seperti:
a. Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan
memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan
dalam penelitian,
b. Informan utama, yaitu mereka yang terlihat langsung
dalam interaksi sosial yang diteliti;
c. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat
memberikan informasi walaupun tidak langsung
terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

82
3. Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Analisis Data
Pengolahaan dan analisis data dillakukan secara
bersamaan selama proses penelitian. Dalam penelitian
kualitatif pengolahan data tidak harus dilakukan setelah
data terkumpul atau analisis data tidak mutlak dilakukan
setelah pengolahan data selesai. Dalam hal ini sementara
data dikumpulkan, peneliti dapat mengolah dan
melakukan analisis data secara bersamaan. Sebaliknya,
pada saat menganalisis data, peneliti dapat kembali lagi
kelapangan untuk memperoleh tambahan data yang
dianggap perlu dan mengolahnya kembali.
Pengolahan data dilakukan dengan cara mengklarifikasi
atau mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema
sesuai fokus penelitianya. Apabila penelitian tersebut
untuk membentuk proposisi-proposisi atau teori, maka
analisis data secara induktif dapat dilakukan melalui
beberapa tahap, seperti yang dilakukan (Taylor dan
Bogdan, 1984) dalam grounded research sebagai berikut:
a. Membuat definisi sementara tentang gejala yang
dipelajari
b. Rumuskan suatu hipotesis untuk menjelaskan gejala
tersebut
c. Pelajari suatu kasus untuk melihat kecocokan antara
kasus ddan hipotesis

83
d. Jika hipotesis tidak rumuskan kasus, rumuskan
kembali hipotesis gejala yang dipelajari
e. Pelajari kasus-kasus negative untuk menolak
hipotesis
f. Bila ditemui kasus negative, formuasikan kembali
hipotesis gejala
g. Lanjutkan sampai hipotesis benar-benar diterima
dengan cara menguji kasus-kasus yang bervariasi.
4. Penyajian Data
Prinsip dasar penyajian data adalah membagi
pemahaman peneliti tentang sesuatu hal yang pada orang
lain. Oleh Karena itu data yang diperoleh adalah kata-
kata dan bukan bentuk angka, sering kali data adalah
sebuah kutipan langsung dari kata-kata terwawancara.
Hasil penelitian kualitatif juga dapat disajikan dalam
bentuk life History, yaitu deskripsi tentang peristiwa dan
pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian
pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya
sendiri.
5. Pedoman Penggunaan Penelitian Kualitatif
Ada beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk
menentukan apakah pendekatan kualitatif memang
sesuai untuk diterapkan dalam suatu penelitian (Taylor
dan Bogdan 1984; Marshall dan Rossman, 1989;
Silverman,1993) sebagai berikut:

84
a. Pendekatan kualitatif sangat sesuai diterapkan
apabila penelitian bertujuan untuk memahami makna
yang mendasari tingkah laku manusia.
b. Pendekatan kualitatif sesuai diterapkan apabila
penelitian mendeskripsikan latar dan interaksi yang
kompleks dari partisipan.
c. Pendekatan kualitatif sesuai diterapkan pada
penelitian untuk mmelakukan penjajakan atau
mengidentifikasi informasi baru.
d. Pendekatan kualitatif sesuai diterapkan pada
penelitian yang bermaksud memahami keadaan yang
terbatas jumlahnya dengan fokus yang mendalam
dan rinci.
e. Pendekatan kualitatif sesuai diterapkan pada
penelitian mendeskripsikan gejala untuk melahirkan
sesuatu teori atau hipotesis.
f. Pendekatan kualitatif Sesuai diterapkan pada
variabel-variabel menurut pandangan dan definisi
pertisipan.
Dalam penelitian kualitatif peneliti melaksanakan
kegiatan penelitian secara objektif terhadap kenyataan
subjektif yang diteliti. Dalam hal ini subjektifitas berlaku
terhadap kenyataan yang diteliti dalam arti kenyataan
tersebut dilihat dari sudut mereka yang diteliti. Oleh karena
itu penelitian kualitatif lebih mementingkan ketepatan dan
kecukupan data yang member tekanan pada validitas data

85
yaitu kesesuaian antara apa yang dicatat sebagai data dan
apa yang sebenarnya terjadi pada latar yang diteliti.

86
BAGIAN V : VALIDITAS, RELIABILITAS DAN
OBJEKTIVITAS DALAM PENELITAN NATURALISIK

Kecaman yang dilancarkan oleh kaum positivisme


terhadap penelitian kualitatif atau naturalistik adalah soal syarat
validitas¸reliabilitas dan objektivitas. Untuk itu perlu bagi
peneliti pemula yang hendak melakukan penelitian naturalistik
memahami tolok ukur yang seyogyanya diterapkan untuk
menilai validitas, reliabilitas dan objektivitas, sehingga tidak
terjadi kerancuan konsep di dalam hal tersebut.

A. Validitas
Dalam penelitian kuantitatif konsep validitas mengacu
pada upaya membuktikan bahwa apa yang ada dalam dunia
kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan tentang
dunia mamang sesuai dengan sebenarnya ada atau terjadi.
Dalam hal ini berlaku validitas internal yaitu merupakan
ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan
instrumen, yakni apakah instrumen itu sungguh-sungguh
mengukur variebel yang sebenarnya.
Sementara itu dalam penelitian naturalistik, validitas
internal menggambarkan konsep peneliti dengan konsep
yang ada pada partisipan. Kelemahan dalam hal validitas
internal dalam penelitian kualitatif dapat terjadi karena
beberapa hal:

87
1. Perubahan waktu, situasi dan pematangan.
Oleh karena penelitian kadang berlangsung lama, maka
bisa jadi telah terjadi perububahan situasi, juga
partisipan dapat mengalami pematangan. Untuk itu maka
peneliti harus secara sistematis membandingkan data
yang dieroleh dahulu dengan data yang kemudian.
2. Pengaruh pengamat.
Pada tahap permulaan partisipan kadang tidak
memberikan respon yang wajar kepada peneliti atau
memberikan keterangan yang hanya menyenangkan
peneliti. Untuk itu maka peneliti harus senantiasa
membandingkan informasi yang didapat dengan mencari
sumber informasi lain. Selain itu validitas informasi
dapat dipertinggi dengan memperpanjang waktu
pengamatan/ penelitian.
3. Seleksi.
Peneliti kualitatif harus menyadari bahwa untuk
memperoleh data yang valid ia harus melakukan seleksi.
Artinya ia harus memilih siapa yang tepat untuk
dijadikan sumber informan.
4. Mortalitas.
Peneliti harus mewaspadai kemungkinan terjadi
perubahan informan karena kepindahan lokasi dan
sebagainya, dalam arti peneliti harus melihat apakah

88
karena kepindahan nara sumber membawa perubahan
situasi.
5. Kedangkalan kesimpulan.
Dapat terjadi kalau peneliti terlalu cepat mengambil
kesimpulan. Untuk itu maka peneliti perlu melakukan
penelitian lebih lama dan lebih cermat, melakukan kritik
sendiri dan mempertimbangkan sumber-sumber bias atau
kontaminasi.
Dalam penelitian kuantitatif konsep validitas eksternal
berkaitan dengan generalisasi, yaitu sampai sejauhmana
pernyataan generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi
kasus-kasus lain di luar penelitiannya. Dalam penelitian
naturalistik tidak melakukan sampling acak juga tidak
mengadakan pengolahan statistik untuk mempertahankan
generalisasi dan validitas eksternal. Namun bukan berarti
penelitian kualitatif tidak mengindahkan validitas eksternal
ini.
Dalam penelitian kualitatif konsep validitas eksternal
berhubungan dengan kemungkinan perbandingan dengan
hasil-hasil studi lain dan untuk dapat dilakukan
perbandingan oleh peneliti lain, maka tugas peneliti adalah
memberikan deskripsi dan definisi yang jelas tentang tiap
komponen seperti konsep yang dikembangkan, karakteristik
fokus kajian, dan sebagainya, sehingga dapat dipahami
orang lain sesuai dengan pemahaman peneliti sendiri.

89
Penjelasan tentang validitas sampai disini dapat
disimpulkan bahwa dalam penelitian kuantitatif, validitas
internal berarti tercapainya aspek kebenaran atau the truth
value hasil penelitiannnya sehingga dapat dipercaya,
sedangkan dalam pengertian penelitian naturalistik validitas
internal mengacu pada ada tidaknya kredibilitas atau
credibility.
Sedangkan validitas eksternal, dalam penelitian
kuantitatif berarti berkenaan dengan aspek generalisasi atau
tingkat aplikasi sementara dalam penelitian kualitatif berarti
adanya kecocokan atau kesesuaian /fittingnes atau dapat
diterapkan /transferability.

B. Reliabilitas
Dalam penelitian kuantitafif reliabilitas berkenaan
dengan apakah penelitian itu dapat diulangi atau direplikasi
oleh peneliti lain dan menemukan hasil yang sama bila
peneliti menggunakan metode yang sama. Jadi reliabilitas
menunjukkan adanya konsistensi.
Syarat reliabilitas ini tidak mungkin dikenakan dalam
penelitian kualitatif, karena situasi dalam kehidupan yang
nyata tak dapat diulangi. Setiap situasi hakekatnya adalah
unik dan tidak dapat direkosntruksi sepenuhnya seperti
semula. Selain itu proses penelitian dan pelaporan juga
sangat personalistik artinya sesuai dengan karakterisktik

90
peneliti, atau tidak ada dua peneliti yang akan menggunakan
metode yang sama persis.
Meskipun tidak ada patokan untuk reliabilitas namun
dalam penelitian naturalistik ada upaya untuk menjaga
reliabilitas internal-nya yaitu :
1. Memberikan deskripsi yang konkrti, catatan ucapan dan
percakapan verbatim, kutipan yang cermat, sehingga
tidak memungkinkan terjadinya penafsiran yang
beraneka ragam
2. Mempekerjakan peneliti lebih dari seorang sehingga tiap
data dan tafsiran dapat didiskusikan dan dibandingkan
sampai tercapai kesesuaian pendapat.
3. Menggunakan partisipan lokal sebagai asisten peneliti,
yang selalu berada di tempat dan dapat mengadakan
pengamatan yang kontinue.
4. Meminta pendapat, penilaian dan kritik dari teman
peneliti lainnya, misalnya dengan meminta mereka
membaca laporan hasil penelitian
5. Mengupayakan pencatatan informasi dengan alat bantu
perekam sehingga dapat ditangkap dan direkam dengan
cermat segala sesuatu yang diucapkan.

C. Objektivitas
Objektivitas seringkali dipertentangkan dengan
subjektivitas. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang
bisa melakukan eskperimen berulang-ulang dalam kondisi

91
yang sama, dalam penelitian kualitatif tidak dapat dilakukan
eksperiman untuk menguji objektivitas.
Namun peneliti kualitatif harus berusaha untuk sedapat
mungkin memperkecil faktor subjektivitas. Ia harus
menjauhi segala kemungkinan bias atau prasangka pada
dirinya yang disebabkan oleh latar belakang hidup dan
pendidikan, agama,kesukuan,status sosial, dsb.
Metode penelitian kualitatif menganggap bahwa hasil
suatu penelitian akan objektif bila juga dibenarkan atau di-
confirm oleh peneliti lain. Maka karena itu, untuk pengertian
objektivitas lazim digunakan istilah confirmability.
Dalam penelitian kualitatif objektivitas merupakan suatu
kesesuaian intersubjektif. Apabila hanya seorang
mengatakannya, maka ia diangagap subjektif, akan tetapi
apabila hal itu dibenarkan oleh sejumlah orang lain, maka
hal itu dapat dianggap objektif.
Cara –cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil-hasil
penelitian:
1. Memperpanjang masa observasi
2. Pengamatan yang terus menerus
3. Triangulasi
4. Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing)
5. Menggunakan bahan referensi
6. Mengadakan member check

92
D. Kriteria Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan padanan dari konsep
kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut
versi penelitian kualitatif dan disesuaikan dengan tuntutan
pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri.
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan dan pelaksanaan teknik pemeriksaan
didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria
yang digunakan yaitu : derajad kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability)
dan kepastian (confrimability).
Penerapan kriteria derajad kepercayaan, pada dasarnya
menggantikan konsep validitas internal dari penelitian
kuantitatif. Kriteria keteralihan berbeda dengan validitas
eksternal dari penelitian kuantitatif. Keteralihan sebagai
persoalan empiris, bergantung pada kesamaan antara konteks
pengirim dan penerima. Kriteria kebergantungan merupakan
subtitusi istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif.
Konsep kebergantungan lebih luas dari reliabilitas.
Kriterium kepastian berasal dari lonsep obyektivitas menurut
penelitian kuantitatif.
Jika penelitiaan kuantitatif menekankan pada instrumen
penelitian, maka penelitian alamiah menghendaki agar
penekanan bukan pada instrumen, melainkan pada data.
Dengan demikian kebergantungan itu bukan lagi terletak
pada instrumen penelitian seperti pada data kuantitatif,

93
melainkan pada datanya sendiri. Jadi isunya disini bukan
lagi berkaitan dengan indikator dalam variabel, melainkan
berkaitan dengan ciri-ciri data.

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


1. Kredibilitas.
Untuk memastikan apakah data yang dikumpulkan itu
kredibel, maka ada beberapa teknik yang dapat
dipergunakan. Noeng Muhadjir (2000) mengemukakan
ada lima teknik yang dipakai untuk menguji kredibilitas
suatu studi dalam penelitian kualitatif yaitu;
a. Menguji terpecayanya temuan,
b. Pertemuan pengarahan dengan kelompok peneliti
untuk mengatasi bias, dan lain-lain,
c. analisis kasus negatif yang fungsinya untuk merevisi
hipotesis,
d. menguji hasil temuan tentative dan penafsiran
dengan rekaaman video, audio, photo atau
semacamnya dan
e. mengakaji temuan pada kelompok-kelompok dari
mana kita memperoleh datanya. (Noeng Muhadjir,
2000).
Sedangkan menurut Lexy J. Maleong (2002) teknik
pemeriksaan data tersebut terdiri dari :
a. Perpanjangan Waktu Penelitian

94
Perpanjangan waktu penelitian adalah istilah yang
dipergunakan yang mengandung makna yang sama
dengan istilah perpanjangan keikutsertaan yang
menurut Lexy J. Maleong. Pertama, peneliti dengan
perpanjangan waktu penelitian akan dapat menguji
ketidak beneran informasi yang disebabkan oelh
distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri, maupun
dari responden dan membangun kepercayaan subjek.
Kedua, perpanjangan waktu penelitian juga
dimaksudkan untuk membangun kepercayaan para
subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri
peneliti sendiri.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-
ciri dan unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Denzim dalam (Lexy J. Maleong,
2002), membedakan empat macam triagulasi sebagai
teknik pemeriksaan penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori.

95
Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba
dalam (Lexy J. Maleong, 2002) berdasarkan
anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa
derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.
d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam
bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
Teknik mengandung bebrapa maksud sebagai salah
satu teknik pemeriksaan keabsahan data. Pertama,
untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan
sikap terbuka dan kejujuran. Kedua, diskusi dengan
sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang
baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis
yang muncul dari pemikiran peneliti.
e. Analisis kasus negatif
Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan
mengumpulkan contoh dari kasus yang tidak sesuai
dengan pola dan ada kecenderungan informasi yang
telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan
pembanding peserta yang tidak menyelesaikan
program dan meninggalkan latihan sebelum
waktunya diambil sebagai kasus untuk meneliti
kekurangan program latihan tersebut. Kasus negatif
demikian untuk menjelaskan hipotesis alternatif
sebagai upaya meningkatkan argumentasi.

96
f. Pengecekan melalui data rekaman
Film, video tape, video kamera, tape recorder,
kamera photo atau handycam misalnya dapat
digunakan sebagai alat perekam yang datanya
dimanfaatkan untuk menguji kredibilitas hasil
penelitian. Jadi bahan-bahan yang tercatat atau
terekam itu dapat digunakan sebagai patokan untuk
menguji sewaktu-waktu diadakan analisis dan
penafsiran data.
g. Pengecekan Melalui Anggota peneliti
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam
proses pengumpulan data sangat penting dalam
pemeriksaan derajat kepercayaan. Pengecekan
anggota dapat dilakukan baik secara formal maupun
secara tidak formal. Banyak kesempatan tersedia
untuk mengadakan pengecekan anggota, yaitu setiap
hari pada waktu peneliti bergaul dengan para subjek.
Teknik bagaimanapun ada kelemahannya. Misalnya
anggota yang terlibat itu berasal dari satu kubu yang
sengaja mau menghancurkan hasil penemuan atau
sengaja membelokan penemuan karena tidak sesuai
dengan kebijaksanaan yang selama ini berlangsung.

2. Transferbilitas.
Usaha membangun keteralihan dalam membangun
penelitian kualitatif jelas sangat berbeda dengan

97
penelitian kuantitatif dengan validitas
eksternalnya.teknik ini menuntut peneliti agar
melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu
dilakukan seteliti mungkin yang menggambarkan
konteks tempat penelitian diselenggarakan. Uraiannya
harus mengungkapkan secara khusus sekali segala
sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat
memahami penemuan-penemuan yang diperoleh.
3. Dependendabilitas.
Untuk menyakinkan bahwa hasil penelitian yang
dilakukan itu realiabel sebagaimana dalam konsep
penelitian kuantitatif, maka dilakukan dengan cara
auditing kebergantungan. Hal ini dilakukan baik
terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran
dalam pemeriksaan terhadap kriteria kebrgantungan
terdapat beberapa langkah. Pertama, tema auditor
berurusan dengan kecukupan inquiry dan pemanfaatan
metodeloginya. Juga auditor perlu menelaah sejauh
manakah seluruh data telah dimanfaatkan dalam analisis
dan sejauh manakah setiap bidang yang tercakup secara
beralasan sudah ditelaah oleh si peneliti? Sejauh
manakah tindak tanduk peneliti dipengaruhi oeleh
persoalan praktis seperti karena pengaruh subjek?
Sejauhmanakah peneliti menemukan kasus negatif dan
data positif? Pengaruh perasaan dan emosi dari pihak
peneliti perlu pula diperiksa. Terakhir unsur-unsur

98
rancangan penelitian yang muncul dari penelitian agar
juga diperiksa dan auditor juga hendaknya mencatat jika
sekiranya terjadi hambatan dan ketidak stabilan.
4. Confirmabilitas.
Untuk mendapatkan data yang obyektif, juga dilakukan
dengan cara auditing kepastian data. Pertama-tama
auditor perlu memastikan apakah hasil penemuannya itu
benar-benar berasal dari data. Sesudah itu auditor
berusaha membuat keputusan apakah secaralogis
kesimpulan itu ditarik dan berasal dari data. Auditor juga
perlu melakukan penilaian terhadap derajat ketelitian
peneliti apakah ada kemencengan, memperhatikan
terminology peneliti apakah dilakukan atas dasar terori
dari dasar, apakah terlalu berlebihan menonjolkan
pengetahuan apriori peneliti dalam konseptualisasi
penemuan dan menelaah apakah ada atau tidak
intropeksi. Terakhir auditor menelaah kegiatan peneliti
dalam melaksanakan pemeriksaan keabsahan data,
misalnya bagaimana peneliti mengadakan triagulasi,
analisis kasus negatif dan lain-lain dengan memadai

99
100
BAGIAN VI : TAHAPAN ANALISIS DATA

A. Pengertian Analisis Data Kualitatif


Berikut ini beberapa orang ahli yang merumuskan
Pengertian analisis data dalam penelitian kualitatif.
1. Bogdan, Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat dipahami dengan mudah, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
untuk dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
2. Susan Stainback, Analisis data adalah hal yang kritis
dalam proses penelitian kualitatif. Hal ini berarti
mengkaji dan memahami hubungan-hubungan dan
konsep dalam daya sehingga hipotesis dapat
dikembangkan dan dievaluasi.
3. Spradley, Analisis dalam penelitian jenis apapun
merupakan cara berpikir. Hal itu berkaitan dengan
pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk
menentukan bagian, hubungan antarbagian, dan
hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk
mencari pola.

101
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, serta
membuat kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif,
yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh,
selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan
hipotesis yang dirumuskan dari data tersebut, selanjutnya
dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga dapat
disimpulkan apakah hipotesis itu dapat diterima atau ditolak
berdasarkan data yang terkumpul.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milah data dalam satuan yang dapat dikelola.
Disamping itu mensintesiskan data, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang dipelajari untuk memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan
untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi
kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga

102
diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah
yang ingin dijawab.
Melalui serangkaian aktivitas tersebut data kualitatif
yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa
disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan
mudah. Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan
dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip
wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar
peneliti dapat menyajikan temuannya.
Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian,
pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola,
pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang
dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data
dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan
teknik-teknik misalnya analisis domain, analisis taksonomis,
analisis komponensial, dan analisis tema.
Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan statistik
nonparametrik, logika, etika, atau estetika. Dalam uraian
tentang analisis data ini supaya diberikan contoh yang
operasional, misalnya matriks dan logika.
Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat
peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah
mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran
penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut
pada upaya menjawab fokus penelitian. Di dalam penelitian
lapangan (field research) bisa saja terjadi karena

103
memperoleh data yang sangat menarik, peneliti mengubah
fokus penelitian.
Hal ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian
kualitatif bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah didesain
sejak awal bisa berubah di tengah jalan karena peneliti
menemukan data yang sangat penting, yang sebelumnya
tidak terbayangkan. Lewat data itu akan diperoleh informasi
yang lebih bermakna. Untuk bisa menentukan kebermaknaan
data atau informasi ini diperlukan pengertian mendalam,
kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, pengalaman
dan expertise peneliti. Kualitas hasil analisis data kualitatif
sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut.
Miles dan Huberman (1984) menyebutkan bahwa
analisis data selama pengumpulan data membawa peneliti
mondar-mandir antara berpikir tentang data yang ada dan
mengembangkan strategi untuk mengumpulkan data baru.
Melakukan koreksi terhadap informasi yang kurang jelas dan
mengarahkan analisis yang sedang berjalan berkaitan dengan
dampak pembangkitan kerja lapangan. Langkah yang
ditempuh dalam pengumpulan data yaitu penyusunan lembar
rangkuman kontak (contact summary sheet), pembuatan
kode-kode, pengkodean pola (pattern codding) dan
pemberian memo.
Lembar rangkuman kontak merupakan lembar yang
berisi serangkaian pemfokusan atau rangkuman pertanyaan
tentang kontak lapangan tertentu. Dalam hal ini, peneliti

104
menelaah catatan-catatan lapangan dan menjawab setiap
pertanyaan secara singkat untuk mengembangkan
rangkuman secara keseluruhan dari hal pokok dalam kontak.
Pertanyaan itu dapat dirumuskan :
a. Orang, peristiwa atau situasi apa yang akan diungkap?
b. Tema dan isu apa dalam kontak?
c. Tempat mana yang paling energi pada kontak
berikutnya, dan informasi apa saja yang akan dilacak?
Lembar rangkuman kontak dapat dibuat secara lebih
spesifik dan tidak begitu open-ended, dengan disertai kode-
kode. Persoalan yang dihadapi dalam pengumpulan data
adalah banyaknya catatan-catatan lapangan dan dokumen
yang terkumpul, sehingga dapat menyulitkan peneliti dalam
menangkap makna yang esensial dan menata kembali, serta
merampingkan menjadi satuan-satuan yang siap dianalisis.
Pengkodean diawali dengan penyusunan daftar kodedan
pemberian kode biasanya dilakukan pada tepi kiri dan tepi
kanan pada catatan lapangan.

B. Coding: Sebuah Proses Penting dalam


Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif. data coding atau pengodean
data memegang peranan penting dalam proses analisis data
dan menentukan kualitas abstraksi data hasil penelitian.
Setiap peneliti yang berkeinginan untuk menjadi mahir

105
dalam melakukan analisis kualitatif harus belajar untuk
mengodekan data dengan baik dan mudah.
Sayangnya, dalam berbagai literatur mengenai penelitian
kualitatif di Indonesia, tidak banyak orang yang
membicarakan tata cara atau tehnik-tehnik dalam melakukan
pengodean meskipun pengodean merupakan suatu tugas
yang penting dan krusial dalam proses analisis. Sebelum
beberapa pengetahuan mengenai tata cara melakukan
pengodean di awali dengan penjelasan mengenai apa itu
kode dalam penelitian kualitatif.
Apa itu kode?
Kode dalam penelitian kualitatif merupakan kata atau
frasa pendek yang secara simbolis bersifat meringkas,
menonjolkan pesan, menangkap esensi dari suatu porsi data,
baik itu data berbasiskan bahasa atau data visual. Dengan
bahasa yang lebih sederhana, kode adalah kata atau frasa
pendek yang memuat esensi dari suatu segmen data.
Apa itu pengodean?
Andaikan anda sebagai seorang peneliti, sedang
berhadapan dengan sebuah segmen data wawancara yang
berbunyi demikian,“Setiap hari saya selalu sempatkan diri
untuk pergi ke perpustakaan, mencari buku-buku dan jurnal-
jurnal yang relevan dengan topik penelitian saya. Setelah itu
saya dapatkan, saya pun membuat jadwal untuk membaca,
dan kemudian mencatat apa yang saya pahami dari
buku/jurnal tersebut dalam sebuah catatan khusus“

106
Setelah anda membaca segmen data ini, pikirkanlah
sebuah kata atau frasa singkat yang meringkas atau memuat
esensi atau pesan dari segmen data itu. Anda dapat
menggunakan frasa mendalami topik penelitian, atau
pendalaman topik untuk mewakilkan esensi dari segmen
data tersebut. Pengodean adalah aktifitas memberi kode
terhadap segmen-segmen data.
Apa yang dikodekan?
Jawabannya bermacam-macam. Ketika peneliti
melakukan analisis, yang dikodekan adalah makna
pernyataan, perilaku, peristiwa, perasaan, tindakan dari
informan, dan lain-lain tergantung apa yang terkandung
dalam segmen data yang dihadapi. Ada sejumlah pertanyaan
yang dapat peneliti ajukan ketika ia berhadapan dengan
segmen-segmen data yang sekiranya dapat membantu untuk
melakukan pengodean sebagai berikut:
a. Apa yang sedang terjadi disini?
b. Apa asumsi-asumsi yang berada di balik peristiwa ini?
c. Apa yang ingin disampaikan oleh informan lewat
pernyataan ini?
d. Apa maksud informan ini melakukan hal ini?
e. Apa makna dari peristiwa ini?
f. Perasaan apa yang tercermin lewat pernyataan informan
ini?
Pertanyaan-pertanyaan di atas hanyalah sebagian kecil
pertanyaan yang dapat membantu peneliti dalam melakukan

107
pengodean terhadap pernyataan, perilaku, perasaan, tindakan
dari informan yang dijumpainya dalam segmen-segmen data.

C. Desplay Data
Analisa data setelah pengumpulan data, pada tahap ini
peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau
penampilan (display) dari data yang dikumpulkan dan
dianalisis sebelumnya peneliti kualitatif banyak menyususn
teks naratif. Display adalah format yang menyajikan
informasi secara sistimatik kepada pembaca. Penelitian
kualitatif memfokuskan pada kata-kata, tindakan-tindakan
orang yang terjadi pada konteks tertentu, konteks mana
dapat dilihat sebagai aspek relevan segera dari situasi yang
bersangkutan, maupun sebagai aspek relevan dari sistem
sosial di mana seseorang berfungsi seperti contohnya : ruang
kelas, sekolah, departemen, perusahaan, keluarga, agen,
masyarakat lokal dan sebagainya.
Dari pengalaman melakukan penelitian kualitatif
beberapa kali, model analisis data yang dikenalkan oleh
Spradley (1980), dan Glaser dan Strauss (1967) bisa dipakai
sebagai pedoman. Walaupun tidak baku, artinya setiap
peneliti kualitatif bisa mengembangkannya sendiri, secara
garis besar model analisis itu diuraikan sebagai berikut:
1. Analisis Domain (Domain analysis).
Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya peneliti
untuk memperoleh gambaran umum tentang data untuk

108
menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan
membaca naskah data secara umum dan menyeluruh
untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada
di dalam data tersebut. Pada tahap ini peneliti belum
perlu membaca dan memahami data secara rinci dan
detail karena targetnya hanya untuk memperoleh domain
atau ranah. Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan
tingkat permukaan tentang berbagai ranah konseptual.
Dari hasil pembacaan itu diperoleh hal-hal penting dari
kata, frase atau bahkan kalimat untuk dibuat catatan
pinggir. Terdapat 3 elemen dasar domain yaitu : Cover
term, Included term dan Semantic relationship dan ada
enam tahap yang dilakukan dalam analisis domain yaitu:
a. Memilih salah satu hubungan semantik untuk
memulai dari sembilan hubungan semantik yang
tersedia;
b. Menyiapkan lembar analisis domain;
c. Memilih salah satu sampel catatan lapangan yang
dibuat terakhir, untuk memulainya;
d. Mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok
dengan hubungan semantik dari catatan lapangan;
e. Mengulangi usaha pencarian domain sampai semua
hubungan semantik habis;
f. Membuat daftar domain yang ditemukan
(teridentifikasikan).

109
2. Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis).
Taksonomi adalah himpunan kategori-katagori yang di
organisasi berdasarkan suatu semantic relationship. Jadi
taksonomi merupakan rincian dari domain cultural. Pada
tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya
memahami domain-domain tertentu sesuai fokus
masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing domain
mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi
menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi
menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga
tidak ada lagi yang tersisa, alias habis (exhausted).
Pada tahap analisis ini peneliti bisa mendalami domain
dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dengan
bahan-bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman
lebih dalam. Tujuh langkah yang dilakukan dalam
analisis taksonomi yaitu:
a. Memilih salah satu domain untuk dianalisis;
b. Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik
yang sama yang digunakan untuk domain itu;
c. Mencari tambahan istilah bagian;
d. Mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif
yang dapat dimasukkan sebagai sub bagian dari
domain yang sedang dianalisis;
e. Membentuk taksonomi sementara;
f. Mengadakan wawancara terfokus untuk mencek
analisis yang telah dilakukan;

110
g. Membangun taksonomi secara lengkap.
3. Analisis Komponensial (Componential Analysis).
Pada tahap ini peneliti mencoba mengkontraskan antar
unsur dalam ranah yang diperoleh. Unsur-unsur yang
kontras dipilah-pilah dan selanjutnya dibuat kategorisasi
yang relevan. Kedalaman pemahaman tercermin dalam
kemampuan untuk mengelompokkan dan merinci
anggota sesuatu ranah, juga memahami karakteristik
tertentu yang berasosiasi. Dengan mengetahui warga
suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan
internal, dan perbedaan antar warga dari suatu ranah,
dapat diperoleh pengertian menyeluruh dan mendalam
serta rinci mengenai pokok permasalahan. Ada delapan
langkah dalam analisi komponen ini yaitu:
a. Memilih domain yang akan dianalisis;
b. Mengidentifikasi seluruh kontral yang telah
ditemukan;
c. Menyiapkan lembar paradigm;
d. Mengidentifikasi demensi kontras yang memiliki dua
nilai;
e. Menggabungkan demensi kontras yang berkaitan erat
menjadi satu;
f. Menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak
ada;
g. Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi
data;

111
h. Menyiapkan paradigma lengkap.
4. Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themes).
Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan
memahami gejala-gejala yang khas dari analisis
sebelumnya. Analisis ini mencoba mengumpulkan
sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-
simbol budaya yang ada dalam setiap domain.
Selain itu, analisis ini berusaha menemukan hubungan-
hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis,
sehingga akan membentuk satu kesatuan yang holistik,
yang akhirnya menampakkan tema yang dominan dan
mana yang kurang dominan. Pada tahap ini yang
dilakukan oleh peneliti adalah:
a. membaca secara cermat keseluruhan catatan penting,
b. memberikan kode pada topik-topik penting,
c. menyusun tipologi,
d. membaca pustaka yang terkait dengan masalah dan
konteks penelitian.
Berdasarkan seluruh analisis, peneliti melakukan
rekonstruksi dalam bentuk deskripsi, narasi dan
argumentasi. Sekali lagi di sini diperlukan kepekaan,
kecerdasan, kejelian, dan kepakaran peneliti untuk bisa
menarik kesimpulan secara umum sesuai sasaran
penelitian. Tujuh cara untuk menemukan tema yaitu:
a. Melebur diri;
b. Melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan;

112
c. Menemukan perspektif yang lebih luas melelui
pencarian domain dalam pemandangan budaya;
d. Menguji demensi kontras seluruh domain yang telah
dianalisis;
e. Mengidentifikasi domain terorganisir;
f. Membuat gambar untuk memvisualisasi hubungan
antar domain;
g. Mencari tema universal, dipilih satu dari enam topik:
konflik sosial, kontradiksi budaya, teknik kontrol
sosial, hubungan sosial pribadi, memperoleh dan
menjaga status dan memecahkan masalah. Sesuai
dengan topik penelitian maka yang dipilih adalah
memecahkan masalah.
5. Analisa Komparasi Konstan (Grounded Theory
Research)
Dalam pendekatan teori grounded ini, peneliti
mengkosentrasikan dirinya pada deskripsi yang rinci
tentang sifat/ ciri dari data yang dikumpulkan, sebelum
berusaha menghasilkan pernyataan-pernyataan teoritis
yang lebih umum. Di saat telah memadainya rekaman
cadangan deskripsi yang akurat tentang fenomena sosial
yang relevan, barulah peneliti dapat mulai
menghipotesiskan jalinan hubungan di antara fenomena-
fenomena yang ada, dan kemudian mengujinya dengan
menggunakan porsi data yang lain. Tiga aspek kegiatan
yang penting untuk dilakukan, yaitu:

113
a. Menulis catatan atau note writing.
b. Mengidentifikasi konsep-konsep atau discovery or
identification of concepts.
c. Mengembangkan batasan konsep dan teori atau
development of concept definition and the
elaboration of theory.
Analisis Data Kualitatif adalah suatu proses yang meliputi:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan
hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat
ditelusuri,
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan,
mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat
indeksnya,
3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu
mempunyai makna, mencari dan menemukan
pola,hubungan-hubungan dan temuan-temuan
umum. (Seiddel, 1998).
Pada analisis data kualitatif, kata-kata dibangun dari hasil
wawancara dan diskusi kelompok terfokus terhadap data
yang dibutuhkan untuk dideskripsikan dan dirangkum.
Tahapan-tahapan analisis data kualitatif sebagai berikut:
1. Membiasakan diri dengan data melalui tinjauan pustaka;
2. Membaca, mendengar, dan melihat;
3. Transkrip wawancara dari perekam;
4. Pengaturan dan indeks data yang telah diidentifikasi;
5. Anonim dari data yang sensitif;

114
6. Koding;
7. Identifikasi tema;
8. Pengkodingan ulang;
9. Pengembangan kategori;
10. Eksplorasi hubungan antara kategori;
11. Pengulangan tema dan kategori;
12. Membangun teori dan menggabungkan pengetahuan
yang sebelumnya;
13. Pengujian data dengan teori lain; dan
14. Penulisan laporan, termasuk dari data asli jika tepat
(seperti kutipan dari wawancara).

D. Proses Analisis Data Kualitatif


Mulai kapankah proses analisis data dalam penelitian
kualitatif dimulai atau dilaksanakan? Sebenarnya jika di
pahami, analisis data dalam penelitian ini sudah dimulai
sejak sebelum memasuki lapangan penelitian, selama di
lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Menurut S. Nasution, analisis telah dimulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke
lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data
lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan
dengan pengumpulan data. Dalam kenyataannya analisis
data kualitatif berlangsung selama proses pengum-pulan data
daripada setelah selesai pengumpulan data.

115
Bagaimanakah proses analisis data seperti yang
dikatakan oleh S. Nasution di atas apabila dijabarkan dalam
sebuah penelitian kualitatif?
1. Analisis Sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data
sebelum kita melakukan penelitian sebenarnya atau
dengan kata lain sebelum kita terjun untuk
mengumpulkan data di lapangan. Analisis dilakukan
terhadap data hasil dari studi pendahuluan atau data
sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus
penelitian.
Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat
sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk
dan selama di lapangan. Sebagai contoh, jika seseorang
ingin mencari pohon mahoni di suatu hutan. Berdasarkan
karakteristik tanah dan iklim, maka dapat diduga bahwa
di dalam hutan tersebut terdapat pohon mahoni. Oleh
karena itu, peneliti kemudian mengajukan usulan
penelitian, di mana fokusnya adalah ingin menemukan
pohon mahoni pada hutan tersebut lengkap dengan
karakteristiknya.
Begitu peneliti memasuki lapangan, dalam hal ini adalah
hutan, ternyata tidak ada pohon mahoninya. Jika
penelitian kuantitatif, tentu akan membatalkan
penelitiannya. Tetapi dalam penelitian kualitatif tidak
demikian, karena fokus penelitian bersifat sementara,

116
dan akan berkembang setelah di lapangan. Oleh karena
itu tepat sekali jika analisis data dalam penelitian
kualitatif berlangsung selama proses penelitian.
2. Analisis Selama dan Setelah di Lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada
saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap
jawaban dari informan. Apabila jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan
lagi, sampai tahap tertentu sehingga diperoleh data yang
kredibel.
Secara umum, penelitian kualitatif dalam melakukan
analisis data banyak menggunakan model analisis yang
dicetuskan oleh Miles dan Huberman yang sering disebut
dengan metode analisis data interaktif. Mereka
mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap
reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi.

117
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, semakin lama
peneliti ke lapangan, maka jumlah data yang diperoleh
akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

118
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila
diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan,
seperti komputer, notebook, dan lain sebagainya.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh
tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian
kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, apabila
peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala
sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum
memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan
perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang
memerlukan kecerdasan, keleluasaan, dan kedalaman
wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru,
dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan
dengan teman atau orang lain yang dipandang cukup
menguasai permasalahan yang diteliti. Melalui diskusi
itu, wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat
mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan
pengembangan teori yang signifikan.
2. Display Data (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Dalam penelitian kuantitatif, penyajian
data dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, grafik,
pictogram, dan sebagainya. Melalui penyajian data
tersebut, maka data terorganisasikan dan tersusun dalam
pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

119
Beda halnya dalam penelitian kualitatif, di mana
penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya. Menurut
Miles dan Huberman, yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut. Selanjutnya oleh Miles dan Huberman
disarankan agar dalam melakukan display data, selain
dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik,
matrik, network (jaringan kerja), dan chart.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian
kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
mengalami perubahan apabila tidak ditemukan
buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.

120
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak.
Mengapa bisa demikian? Karena seperti telah
dikemukakan di atas bahwa masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada
di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu
objek yang sebelumnya masih remang-remang atau
bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
Kesimpulan ini dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, maupun hipotesis atau teori.

E. Analisis Data Kualitatif


Analisis data kualitatif mempunyai dua model yaitu
penelitian kualitatif Etnographic (Model Spradley), dan
penelitian kualitatif Grounded (Model Miles dan
Huberman). Masing- masing tekniknya seperti di bawah ini:
1. Etnographic (Model Spradley)
a. Analisis Domain (Domain Analysis). Merupakan
proses untuk menemukan bagian-bagian, unsur-
unsur, atau domain pengelompokan makna budaya
yang terkandung dalam kategori yang lebih kecil.

121
b. Analisis Taksonomi (Taxonomic Analysis).
Menyoroti pusat perhatian dengan satu langkah lebih
dalam untuk mengungkap hubungan antaraunsur-
unsur dari setiap domain.
c. Analisis Komponensial (Componential Analysis).
Mencari kontras, memilah-milah, mengelompokkan,
dan memasukkan semua informasi yang diperoleh ke
dalam peta informasi.
d. Analisis Tema Kultura. Kegiatan menganalisis data
yang dimulai dari analisis domain, taksonomi dan
komponensial untuk memperoleh pemahaman lebih
lauas terhadap domain yang dipilih dalam
situasisosial yang diteliti.
2. Grounded (Model Miles dan Huberman)
a. Reduksi Data (Reduction). Merangkum, memilih hal
yang pokok, fokus pada hal penting, dicari tema dan
polanya. Dalam reduksi ini memungkinkan peneliti
untuk membuang dan memasukkan data yang
dianggap perlu. Dengan demikian data yang
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data berikutnya.
b. Penyajian Data (Display). Menyajikan data atau
narasi data secara sederhana dalam bentuk kata-kata,
dapat dilakukan dengan membentuk tabel, grafik,
dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut,

122
maka data akan terorganisir dan tersusun dalam pola
hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.
c. Verifikasi dan Simpulan (Verification and
Conclussion). Dalam tahap pengumpulan data
sebelumnya, peneliti sudah membuat simpulan-
simpulan sementara. Pada tahap verifikasi ini,
peneliti mengecek hasil simpulan-simpulan tersebut
untuk dijadikan sebuah kesimpulan pasti dari hasil
penelitiannya.
3. Biografi
Langkah-langkah analisis data pada studi biografi, yaitu:
a. Mengorganisir file pengalaman objektif tentang
hidup responden seperti tahap perjalanan hidup dan
pengalaman. Tahap tersebut berupa tahap kanak-
kanak, remaja, dewasa dan lansia yang ditulis secara
kronologis atau seperti pengalaman pendidikan,
pernikahan, dan pekerjaan
b. Membaca keseluruhan kisah kemudian direduksi dan
diberi kode.
c. Kisah yang didapatkan kemudian diatur secara
kronologis.
d. Selanjutnya peneliti mengidentifikasi dan mengkaji
makna kisah yang dipaparkan, serta mencari epipani
dari kisah tersebut.
e. Peneliti juga melihat struktur untuk menjelaskan
makna, seperti interaksi sosial didalam sebuah

123
kelompok, budaya, ideologi, dan konteks sejarah,
kemudian memberi interpretasi pada pengalaman
hidup individu.
f. Kemudian, riwayat hidup responden di tulis dengan
berbentuk narasi yang berfokus pada proses dalam
hidup individu, teori yang berhubungan dengan
pengalaman hidupnya dan keunikan hidup individu
tersebut.
4. Fenomenologi
Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi,
yaitu:
a. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau
gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman
yang telah dikumpulkan.
b. Membaca data secara keseluruhan dan membuat
catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting
kemudian melakukan pengkodean data.
c. Menemukan dan mengelompokkan makna
pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan
melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan
pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang
sama.
d. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke
dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang
bagaimana pengalaman tersebut terjadi.

124
e. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara
keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga
menemukan esensi dari fenomena tersebut.
Kemudian mengembangkan textural description
(mengenai fenomena yang terjadi pada responden)
dan structural description (yang menjelaskan
bagaimana fenomena itu terjadi).
f. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara
naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti
dan mendapatkan makna pengalaman responden
mengenai fenomena tersebut.
g. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan.
Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis.
5. Studi kasus
Langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu:
a. Mengorganisir informasi.
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan
konteksnya.
d. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan
antara beberapa kategori.
e. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan
mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik
untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada
kasus yang lain.
f. Menyajikan secara naratif.

125
126
BAGIAN VII : TRIANGULASI DALAM PENELITIAN
KUALITATIF

A. Mengenal Triangulasi
Triangulasi adalah istilah yang diperkenalkan oleh
N.K.Denzin dengan meminjam peristilahan dari dunia
navigasi dan militer, yang merujuk pada penggabungan
berbagai metode dalam suatu kajian tentang satu gejala
tertentu. Keandalan dan kesahihan data dijamin dengan
membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber atau
metode tertentu dengan data yang di dapat dari sumber atau
metode lain. Kepopuleran penggabungan metode ini telah
tumbuh selama 40 sampai 50 tahun yang lalu, yaitu pada
sekitar tahun 1950-an dan 1960-an. Metode tringulasi
tersebut mulai dipakai dalam penelitian kualitatif sebagai
cara untuk meningkatkan pengukuran validitas dan
memperkuat kredibilitas temuan penelitian dengan cara
membandingkannya dengan berbagai pendekatan yang
berbeda.
Salah satu pertanyaan penting dan sering muncul dari
para peneliti dan terutama mahasiswa yang sedang
melakukan penelitian untuk menyusun Skrpsi, Tesis dan
Disertasi adalah masalah triangulasi. Makna dan tujuan
tiangulasi dalam penelitian maih kurang dipahami, sehingga
sering kali muncul persoalan tidak saja antara mahasiswa
dan dosen dalam proses pembimbingan, tetapi juga antar

127
dosen pada saat menguji skripsi, tesis, dan disertasi. Hal ini
diharapkan tidak akan terjadi apabila masing-masing
memiliki pemahaman yang cukup mengenai triangulasi.
Istilah triangulasi dalam kegiatan penelitian secara
umum banyak dipahami oleh sebagian kalangan hanya dapat
di jumpai dalam penelitian kualitatif sebagai salah satu
teknik validasi sebuah penelitian. Akan tetapi,
pemahamannya tidak sesederhana yang dipahami oleh
sebagian kalangan tersebut. Triangulasi akan sangat tepat
penggunaannya dalam sebuah penelitian apabila peneliti
paham konsep dari triangulasi itu sendiri dan batasan-
batasannya apabila akan di implementasikan dalam sebuah
penelitian.
Disamping itu, istilah triangulasi juga tidak hanya
dipahami sebagai salah satu teknik analisis data dan teknik
validasi data kualitatif, akan tetapi triangulasi dapat juga
dipahami sebagai suatu teknik penelitian perpaduan antara
penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan
multimetode yang dilakukan peneliti pada saat melakukan
penelitian, mengumpulkan dan menganalisis data. Ide
dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat
dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat
tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret
fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda
akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang

128
handal. Agar kita bisa memahami apa itu triangulasi di
bawah ini pemakalah akan menyajikan penjelasan apa itu
triangulasi.

B. Pengertian Triangulasi
Ide tentang triangulasi bersumber dari ide tentang
multiple operationism yang mengesankan bahwa kesahihan
temuan-temuan dan tingkat konfidensinya akan dipertinggi
oleh pemakaian lebih dari satu pendekatan untuk
pengumpulan data.
Seperti halnya dengan penelitian-penelitian yang lain,
pencampuran metode penelitian ini tidak tanpa kontroversi,
di sana terdapat banyak keprihatinan yang terlihat tentang
waktu dan kepentingan kebutuhan untuk mengkombinasikan
penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam satu penyelidikan.
Selain itu juga pada kalangan penelitian kualitatif, karena
menggunakan terminologi dan cara yang mirip dengan
model paradigma positivistik (kuantitatif), seperti
pengukuran dan validitas, triangulasi mengundang
perdebatan cukup panjang di antara para ahli penelitian
kualitatif sendiri.
Alasannya, selain mirip dengan cara dan metode
penelitian kuantitatif, metode yang berbeda-beda memang
dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek yang berbeda,
tetapi juga akan menghasilkan data yang berbeda-beda pula.
Kendati terjadi perdebatan sengit, tetapi seiring dengan

129
perjalanan waktu, metode triangulasi semakin lazim dipakai
dalam penelitian kualitatif karena terbukti mampu
mengurangi bias dan meningkatkan kredibilitas penelitian.
Konsep ini dilandasi asumsi bahwa setiap bias yang
inheren dalam sumber data, peneliti, atau metode tertentu,
akan dinetralkan oleh sumber data, peneliti atau metode
lainnya. Istilah triangulasi yang dikemukakan oleh Denzin
dikenal sebagai penggabungan antara metode kualitatif dan
metode kuantitatif yang digunakan secara bersama-sama
dalam suatu penelitian.
Metode penelitian dengan tehnik triangulasi digunakan
dengan adanya dua asumsi. Yaitu :
1. Pada level pendekatan, tehnik triangulasi digunakan
karena adanya keinginan melakukan penelitian dengan
menggunakan dua metode sekaligus yakni, metode
penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.
Hal ini didasarkan karena, masing-masing metode
memiliki kelemahan dan kelebihan tertentu, dan
memiliki pendapat dan anggapan yang berbeda dalam
memandang dan menanggapi suatu permasalahan. Suatu
masalah jika dilihat dengan menggunakan suatu metode
akan berbeda jika dilihat dengan menggunakan metode
yang lain. Oleh karena itu akan sangat bermanfaat
apabila kedua sudut pandang yang berbeda tersebut
digunakan secara bersama-sama dalam menanggapi
suatu permasalahan sehingga diharapkan dapat

130
memperoleh hasil yang lebih lengkap dan sempurna.
Pada level pendekatan penelitian, penggabungan metode
kuantitaif dan kualitatif dalam sebuah kegiatan penelitian
ditujukan untuk menemukan sesuatu yang lebih utuh dari
objek penelitian.
2. Pada level pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan
dan analisis data membutuhkan sebuah prosedur untuk
menguji hasil analisis data. Dalam penelitian dengan
mengunakan metode triangulasi, peneliti dapat
menekankan pada metode kualitaitif, metode kuantitaif
atau dapat juga dengan menekankan pada kedua metode.
Apabila peneliti menekankan pada metode kualitatif,
maka metode kuantitatif dapat digunakan sebagai
fasilitator dalam membantu melancarkan kegiatan
peneliatian, dan sebaliknya jika menekankan metode
kuantitatif. Namun. apabila peneliti memberi tekanan
yang sama terhadap kedua metode penelitian (kuantitatif-
kualitatif) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan
harus dilakukan yakni :
a. Dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek
yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode
kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis,
sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk
menguji hiptesis.
b. Digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama
menggunakan metode kualitaif, sehingga ditemukan

131
hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan
metode kuantitatif.
c. Metode penelitian tidak dapat di gabungkan karena
paradigmanya berbeda. Tetapi dalam penelitian
kuantitatif dapat menggabungkan penggunaan teknik
pengumpulan data (bukan metodenya), sepertinya
penggunaan triangulasi dalam kualitatif. Dalam
penelitian kuantitatif misalnya, teknik pengumpulan
data yang utama menggunakan kuesioner, data yang
diperoleh adalah data kuantitatif. Selanjutnya, untuk
memperkuat dan mengecek validitas data hasil
kuesioner tersebut, maka dapat dilengkapi dengan
observasi atau wawancara kepada responden yang
telah memberikan angket tersebut, atau orang lain
yang memahami terhadap masalah yang diteliti.
d. Memahami masing-masing metode dan pentingnya
metode tersebut dalam suatu penelitian yang akan
dilakukan;
e. Memahami permasalahan dan tujuan penelitian yang
akan dilakukan sehingga penggunaan metode
kualitatif dan metode kuantitatif ini disesuaikan
dengan masalah dan tujuan dari penelitian yang ingin
dicapai;
f. Kedua metode yang digunakan juga dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan prioritas kepentingan,
dimana kedua metode dapat digunakan dalam desain

132
secara bersama-sama namun pada laporan penelitian
hanya diperhitungkan salah satunya saja;
g. Kedua metode juga digunakan berdasarkan
pertimbangan keterampilan peneliti, yang terlibat
dalam satu kegiatan penelitian secara simultan
apabila ada hubungan dengan masalah dan tujuan
penelitian.

C. Tujuan dalam menggunakan metode triangulasi


Tujuan menggunakan metode triangulasi, pertama
adalah menggabungkan dua metode dalam satu penelitian
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik apabila
dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja dalam
suatu penelitian. Triangulasi lebih banyak menggunakan
metode alam level mikro, seperti bagaimana menggunakan
beberapa metode pengumpulan data dan analisis data
sekaligus dalam sebuah penelitian, termasuk menggunakan
informan sebagai alat uji keabsahan dan analisis hasil
penelitian. Asumsinya abahwa informasi yang diperoleh
peneliti melaui pengamatan akan lebih akurat apabila juga
digunakan interview atau menggunakan bahan dokumentasi
untuk mengoreksi keabsahan informasi yang telah diperoleh
dengan kedua metode tersebut.
Kedua, tujuannya ialah membandingkan informasi
tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak,
agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Cara ini

133
juga mencegah bahaya-bahaya subyektif. Teknik ini adalah
sebagai upaya untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan
konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks pengumpulan
data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai
pandangan, dengan kata lain bahwa pihak peneliti dapat
melakukan ‘check and rechek’ temuan-temuannya dengan
cara membandingkan,
Sebelum melakukan penelitian dengan menggunakan
metode triangulasi, peneliti harus terlebih dahulu
menghitung dan memperkirakan apakah hasil yang akan
diperoleh nantinya dalam peneltian tersebut lebih baik jika
dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja. Selain
itu juga diperhitungkan waktu, tenaga dan dana yang
dihabiskan dalam penelitian, apakah akan menghasilkan atau
memperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini di dasarkan
adanya kekuatan dan kelemahan pada strategi pengumpulan
data secara tunggal, sehingga dengan menggunakan dua
pendekatan metode ini diharapkan bisa mendapatkan akurasi
data dan kebenaran hasil yang di inginkan. Hal ini di
dasarkan atas pernyataan Denzin yang dikutip oleh Patton, ia
menyebutkan logika triagulasi ini berdasar bahwa: tidak ada
metode tunggal yang secara keseluruhan bisa mencukupi dan
memecahkan masalah, karena setiap metode menyatakan
aspek yang berbeda atasrealita empiris, metode ganda atas
pengamatan haruslah dipakai. Hal inilah yang disebut
dengan triangulasi. Saya sekarang menawarkan sebagai

134
aturan prinsip metodologis final bahwa metode ganda
haruslah digunakan pada setiap penyelidikan.
Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas
proses dan hasil yang diinginkan. Proses triangulasi tersebut
dilakukan terus menerus sepanjang proses mengumpulkan
data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti yakin
bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak
ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.

D. Teknik pengecekan keabsahan data.


Dalam mengecek keabsahan atau validitas data
menggunakan teknik triangulasi, S. Nasution
mengungkapkan bahwa data atau informasi dari satu pihak
harus dichek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu
dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan
seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda.
Sedangkan menurut Lexy Moleong, triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat diketahui bahwa
tidak ada perbedaan yang mencolok dalam mendefenisikan
triangulasi sebagai teknik pengecekan keabsahan data. Oleh
karena itu, Triangulasi sebagai salah satu tehnik pemeriksaan
data secara sederhana dapat disimpulkan sebagai upaya
untuk mengecek data dalam suatu penelitian, dimana peneliti

135
tidak hanya menggunakan satu sumber data, satu metode
pengumpulan data atau hanya menggunakan pemahaman
pribadi peneliti saja tanpa melakukan pengecekan kembali
dengan penelitian lain.
Denzin yang di kutip oleh Patton telah menyebutkan
empat tipe dasar triangulasi:
a. Triangulasi data, adalah penggunaan beragam sumber
data dalam suatu kajian;
b. Triangulasi investigator, adalah penggunaan beberapa
evaluator atau ilmuwan social yang berbeda;
c. Triangulasi teori, adalah penggunaan sudut pandang
ganda dalam menafsirkan seperangkat tunggal data;
d. Triangulasi metodologis, penggunaan metode ganda
untuk mengkaji masalah atau program tunggal, seperti
wawancara, pengamatan dan dokumen.
Dari empat teknik dasar triangulasi di atas dan tidak jauh
berbeda, beberapa tokoh mengembangkan penjelasannya,
diantaranya adalah Lexy Moleong, dia menjelaskan bahwa
teknik tersebut adalah:
1. Teknik triangulasi dengan sumber yang berarti
membandingkan dan pengecekan balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda melalui:
a. Perbandingan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara.

136
b. Perbandingan apa yang dikatakan seseorang di depan
umum dengan apa yang diucapkan secara pribadi.
c. Perbandingan apa yang dikatakan tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang
waktu.
d. Perbandingan keadaan dan perspektif seseorang
berpendapat sebagai rakyat biasa, dengan yang
berpendidikan dan pejabat pemerintah.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan
yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau
alasan-alasan terjadinya perbedaan.
Selanjutnya, Burhan Bungin menambahkan bahwa
triangulasi sumber data juga memberi kesempatan untuk
dilakukannya hal-hal sebagai berikut: (1) penilaian hasil
penelitian dilakukan oleh responden, (2) mengoreksi
kekeliruan oleh sumber data, (3) menyediakan tambahan
informasi secara sukarela, (4) memasukkan informan
dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan untuk
megikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data, (5)
menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.
2. Teknik triangulasi penyidik, dengan memanfaatkan
penelitian atau pengamat lainnya untuk pengecekan
kembali derajat kepercayaan data. Cara lain adalah
membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis dengan
yang lainnya, dan pemanfaatan teknik untuk mengurangi

137
pelencengan dalam pengumpulan suatu data hasil
penelitian.
3. Teknik triangulasi teori, berdasarkan anggapan bahwa
fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya
dengan satu teori atau lebih, dan dapat dilaksanakan
dengan penjelasan banding (rival explanation).
4. Teknik triangulasi dengan metode, yaitu terdapat dua
strategi, yaitu:
a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian melalui beberapa teknik pengumpulan
data,
b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa data
dengan sumber yang sama.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa
triangulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir
fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk
menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya
satu cara pandang. Dari beberapa cara pandang tersebut akan
bisa dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan
selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang lebih mantap dan
lebih bisa diterima kebenarannya.
Hasil pengumpulan data yang diperoleh seorang peneliti
juga diperiksa oleh kelompok peneliti lain untuk
mendapatkan pengertian yang tepat atau menemukan
kekurangan-kekurangan yang mungkin ada untuk diperbaiki.
Selanjutnya, penulis ingin menyatakan bahwa triangulasi

138
bisa dianggap penting dalam penelitian, kendati pasti
menambah waktu dan biaya serta tenaga. Tetapi harus diakui
bahwa triangulasi dapat meningkatkan kedalaman
pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti
maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Bagaimana
pun, pemahaman yang mendalam (deep understanding) atas
fenomena yang diteliti merupakan nilai yang harus
diperjuangkan oleh setiap peneliti.
Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka
jalan penting lainnya adalah dengan meningkatkan
ketekunan dalam pengamatan dilapangan. Pengamatan
bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya
mengandalkan kemampuan pancaindra, namun juga
menggunakan semua pancaindra termasuk adalah
pendengaran, perasaan dan insting peneliti. Dengan
meningkatkan ketekunan pengamatan dilapangan maka,
derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula.
Berdasarkan keseluruhan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa :
1. Triangulasi adalah istilah yang diperkenalkan oleh
N.K.Denzin dengan meminjam peristilahan dari dunia
navigasi dan militer, yang merujuk pada penggabungan
berbagai metode dalam suatu kajian tentang satu gejala
tertentu.
2. Metode penelitian dengan tehnik triangulasi digunakan
dengan adanya dua asumsi. Yaitu, pertama, pada level

139
pendekatan, tehnik triangulasi digunakan karena adanya
keinginan melakukan penelitian dengan menggunakan
dua metode sekaligus yakni, metode penelitian kualitatif
dan metode penelitian kuantitatif. Asumsi kedua yang
mendasari penggunaan tehnik triangulasi yakni, pada
level pengumpulan dan analisis data.
3. Tujuan menggunakan metode triangulasi, adalah untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan
dengan menggunakan satu metode saja dalam suatu
penelitian. Kelebihannya adalah bisa mendapatkan
akurasi data dan kebenaran hasil yang di inginkan, dapat
meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik
mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di
mana fenomena itu muncul. Kekuranganya, adalah perlu
adanya tambahan waktu, biaya serta tnaga yang
dibutuhkan dalam pelaksanaanya.
4. Sebagai teknik pengecekan keabsahan data triangulasi
secara sederhana dapat disimpulkan sebagai upaya untuk
mengecek data dalam suatu penelitian, dimana peneliti
tidak hanya menggunakan satu sumber data, satu metode
pengumpulan data atau hanya menggunakan pemahaman
pribadi peneliti saja tanpa melakukan pengecekan
kembali dengan penelitian lain.
5. Empat tipe dasar triangulasi, antara lain: (1) triangulasi
data; (2) triangulasi investigator; (3) triangulasi teori; (4)
triangulasi metodologis.

140
DAFTAR PUSTAKA

Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs, dan Christine K. Sorensen,


Introduction to Research in Education, Eight Edition, USA:
Wadsworth Cengage Learning. 2010.

Bodgan, Robert C. dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for


Education: an Introduction to Theories and Methods, Fifth
Edition, USA: Pearson. 2006.

Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo


Persada: Jakarta.

Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.

Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,


Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta:
Kencana. 2010.

Charmaz, Kathy., 2006, Constructing Grounded Theory, London:


Sage Publications.

Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage


Publications, Inc: California.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk


Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Luthfiyah, Fitwi. 2009. Penerapan Manajemen Pembiayaan


Pendidikan Berbasis Madrasah Terhadap Mutu Sekolah di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sekayu. (Skripsi: Fakultas
Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang)

141
Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006.
Patton, Michael Quinn Metode Evaluasi Kualitatif , Terjemah: Budi
Puspo Priyadi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1991.

Raharjo, Mudjia, Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif, dari


http://mudjiaraharjo.com/ Met. Penelitian
Pendidikan/penting/270-triangulasi-dalam-penelitian-
kualitatif.html (Jum’at , 15 Oktober 2010).

Ruslan, Rosady Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi,


Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kwalitatif, Bandung:


Tarsito. 1992.

Saldana, Johnny., 2009, The Coding Manual for Qualitative


Researchers, London: Sage Publications.

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang


Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Strauss, Anselm L., 1987, Qualitative Analysis for Social Scientist,


Cambridge: Cambrigde University Press

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kulitatif R & D, Bandung:


Alfabeta. 2009.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

142
BIODATA PENULIS

Nama : Dr. H. Munawar Noor, MS


Tempat/Tanggal Lahir : Pati / 30 April 1953
Alamat : Jl. Candi Kencana VII/C-22 Pasadena
Semarang
No Tlp./HP : (024) 7602350 / 08122938508
Pekerjaan : Dosen
Jafa/Golongan : Lektor Kepala/ IV-b
Email : mn10120@gmail.com

Pendidikan : 1. Sarjana Strata 1 (1978-1984) di Fisip


UNTAG Semarang
2. Sarjana Strata 2 (1988-1990) di Fisipol
UGM Yogyakarta
3. Sarjana strata 3 (2011-2014) di Fisip
UNDIP Semarang

Pengalaman Kerja : 1. Dekan Fisip UNTAG (1997-2002)


2. Pembantu Rektor (2002-2006)
3. Kepala Badan Penjaminan Mutu (2006-
sekarang)

Pengalaman Pelatihan : 1. Pelatihan Managemen Perguruan Tinggi


(Jakarta 1995-1996)
2. Pelatihan Penyusunan Borang SPMI (Solo
2004)
3. Pelatihan Audit Mutu Internal Akademik
(Semarang, 2007)
4. Pelatihan Menyusun Dukumen Mutu (Solo,
2008)
5. Pemandu Work-Shop Penyusunan SPMI,
Spesifikasi Program Studi, Borang Audit
Mutu, Borang AIPT

143
Buku Ajar : 1. Pengembangan/Pelembagaan Organisasi
(2005)
2. Kepemimpinan (2008)
3. Perencanaan/Pengendalian (2010)
4. Kebijakan Publik (2012)
5. Manegemen Sumber Daya Manusia (2013)
6. Evaluasi Kebijakan Publik (2013)
7. Teori Implementasi Kebijakan Publik (2013)
8. Pelayanan Publik (2010)
9. Teori Organisasi (2012)

Tulisan Ilmiah : 1. Menggagas Pelayanan Publik yang Pro-Poor


(2013), Proceding Simposium Nasional III,
ASIAN, ISBN, XXX-XX-XXXX-X-X
2. Implementasi Fungsi dan Peran Pengawasan
DPRD dalam Pembangunan Daerah (Materi
BINTEK DPRD Kabupaten Sragen) 2013
3. Optimalisasi Fungsi dan Peran DPRD dalam
Monotoring dan Evaluasi (Materi BINTEK
DPRD Kabupaten Tuban dan Kabupaten
Pekalongan) 2013

Jurnal Internasional : 1. Institutional Analysis On National Program


For Community Empowerment of
Independent Urban (PNPM-MP) For
Proverty Reduction, Jurnal Internasional,
Article No. JBASR-2889-2, Egypt, 2014.
2. Institutional Analysis On Proverty Reduction
Program in Sociaety ( A case study of
National Program for community
Empowerment of Independent Urban
(PNPM-MP) in Semarang, Indonesia, Jurnal
Internasional IJRCM, Number 458, Jagadhri-
135003, Yamuna Nagar, Haryana, India,
2014.

144

Anda mungkin juga menyukai