Anda di halaman 1dari 79

PEMBERIAN TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN


KEPERAWATAN Tn. S DENGAN HIPERTENSI
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD
SUKOHARJO

DI SUSUN OLEH :

ANITA PURNAMA DEWI

NIM. P11. 067

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014

i
PEMBERIAN TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP
PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN
KEPERAWATAN Tn. S DENGAN HIPERTENSI
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD
SUKOHARJO

Karya Tulis Iilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

ANITA PURNAMA DEWI

NIM. P11. 067

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014

i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dam karuia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul PEMBERIAN TERAPI RENDAM KAKI AIR

HANGAT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN

KEPERAWATAN TN S DENGAN HIPERTENSI DI RUANG FLAMBOYAN

RSUD SUKOHARJO.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhomat:

1. Atiek Murhayati.S,Kep.,Ns.,M.Kep,selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing

dengan cermat serta member masukan,inspirasi perasaan nyaman dalam

bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya tugas akhir dan memberi

kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekertaris Ketua Program Studi

DIII Keperawatan yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba

ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan selaku dosen penguji yang

telah memberikan bimbingan dengan cermat, memberikan inspirasi, perasaan

nyaman dalam bimbingan demi sempurnanya studi kasus ini.

v
3. Joko Kismanto S.Kep.,Ns selaku dosen penguji yang telah memberikan

selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dengan cermat,

memberikan inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan demi sempurnanya

studi kasus ini.

4. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

5. Kedua orang tua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

6. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Tujuan Penelitian .................................................................. 4

C. Manfaat Penelitian ................................................................ 4

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 6

A. Hipertensi .............................................................................. 6

1. Pengertian Hipertensi ..................................................... 6

2. Penyebab Hipertensi ...................................................... 8

3. Manifestasi Klinis .......................................................... 11

4. Pemeriksaan Penunjang ................................................. 12

5. Komplikasi ..................................................................... 13

6. Pengobatan ..................................................................... 14

B. Asuhan Keperawatan ............................................................ 17

C. Pengertian Tekanan Darah .................................................... 25

D. Terapi Rendam Kaki Air Hangat .......................................... 27

vii
E. Asuhan Keperawatan Hipertensi ........................................... 19

BAB III LAPORAN KASUS ..................................................................... 28

A. Identitas Klien ....................................................................... 28

B. Pengkajian ............................................................................. 28

C. Daftar Perumusan Masalah ................................................... 34

D. Perencanaan ........................................................................... 35

E. Implementasi ......................................................................... 36

F. Evaluasi Keperawatan ........................................................... 43

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 46

A. Pengkajian ............................................................................. 46

B. Perumusan Masalah ............................................................... 47

C. Intervensi ............................................................................... 51

D. Implementasi ......................................................................... 53

E. Evaluasi ................................................................................. 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 66

A. Kesimpulan ........................................................................... 66

B. Saran ...................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah

seseorang berada di atas angka normal yaitu 120/80 mmHg. Hipertensi

merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanggulangan

yang baik (Susilo Y, 2011). Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan

systole dan diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal tekanan

systole diatas 140 mmHg dan diastole diatas 90 mmHg (Murwani A, 2011).

Pada tahun 2006, hipertensi menempati urutan kedua penyakit yang

paling sering diderita pasien oleh pasien rawat jalan Indonesia (4, 67%)

setelah ISPA (9, 32%). Berdasarkan penelitian tahun 1975 diketahui bahwa

prevalensi hipertensi di Indonesia adalah (7, 1%) dengan (6, 6%) pada wanita

dan (7, 6%) pada pria. (Lubis Devi, 2008). Sedangkan pada survei faktor

risiko penyakit kardiovaskuler, prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat

menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Nigrum A, 2012).

Pada saat ini, nilai atau batasan hipertensi sudah berubah, seseorang

dikatakan memiliki tekanan darah normal bila tekanan darahnya kurang dari

120/80 mmHg. Orang yang sudah menjelang hipertensi atau prehipertensi

adalah mereka yang memiliki tekanan darah 120 – 139/80-99 mmHg.

Sedangkan orang yang mengalami hipertensi juga dapat dibedakan

1
2

berdasarkan derajat ketinggiannya. Hipertensi derajat 1 adalah mereka yang

memiliki tekanan darah 140-159/90-99 mmHg. Hipertensi derajat 2 adalah

orang-orang yang memiliki tekanan darah lebih dari 160/90 mmHg (Dewi R,

2013).

Pengobatan awal pada hipertensi sangatlah penting karena dapat

mencegah timbulnya kompikasi pada beberapa organ tubuh seperti jantung,

ginjal, dan otak. Untuk pengobatan hipertensi tidak hanya mengunkan obat

obatan, karena menimbulkan efek samping yang sangat berat, selain itu

menimbulkan ketergantungan apabila penggunaan obat dihentikan dapat

menyebabkan peningkatan resiko terkena serangan jantung atau stroke

(Surendra F, 2007).

Hipertensi dapat diobati secara farmakologis dan non farmakologis.

Pengobatan secara farmakologis biasanya menggunakan obat-obatan yang

mempunyai efek samping. Pengobatan non farmakologis adalah pengobatan

yang berasal dari bahan-bahan alami, biasanya bahan-bahan ini mudah

didapatkan dan biayanya relatif murah. Pengobatan dengan buah mengkudu,

daun salam, rumput laut, mentimun, temu hitam, bawang putih, jantung

pisang, terapi dengan aroma mawar atau lavender, dan dapat juga

menggunakan terapi rendam kaki dengan air hangat (Susilo Y, 2011).

Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.

Pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat

sirkulasi darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan di

dalam air yang menguntungkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi


3

sendi tubuh (Hambing A, 2000). Menurut Peni (2008) penderita hipertensi

dalam pengobatannya tidak hanya menggunakan obat-obatan, tetapi bisa

menggunakan alternatif non-farmakologis dengan menggunakan metode yang

lebih murah dan mudah yaitu dengan menggunakan terapi rendam kaki air

hangat dapat digunakan sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot

sendi yang kaku serta dapat menurunkan tekanan darah apabila dilakukan

secara memalui kesadaran dan kedisiplinan (Madyastuti L, 2011).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui

bagaimana terapi rendam kaki menggunakan air hangat terhadap perubahan

tekanan darah pada penderita hipertensi. Hasil studi pendahuluan yang

dilaksanakan pada tanggal 10 – 12 April 2014, hasil observasi diketahui

bahwa di RSUD Sukoharjo Ruang Flamboyan terdapat 3 pasien Hipertensi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat bahwa terapi rendam kaki

dengan air hangat belum pernah diterapkan sebagai salah satu cara

menurunkan tekanan darah dan pada umumnya hanya dengan terapi

farmakologis yaitu dengan obat-obatan. Terapi rendam kaki merupakan

tindakan yang bisa dilakukan oleh perawat dan bahkan oleh pasien atau

keluarga pasien. Pada pasien Tn. S di Ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo

pada saat dikaji oleh penulis sudah di rawat selama 1 hari. Saat masuk

tekanan darah 200/120 mmHg dan pada saat dikaji penulis tekanan darahnya

190/100 mmHg serta diberikan obat injeksi furosemid 40mg/24jam. Hal

tersebut menunjukkan adanya penurunan TD yang segnifikan tetapi belum

begitu optimal. Mengingat bahwa terapi obat hipertensi adalah jangka


4

panjang dan akan mengakibatkan efek terhadap tubuh, maka penulis tertarik

untuk menganalisa aplikasi riset tentang rendam kaki dengan air hangat pada

pasien Tn. S yang sedang mengalami Hipertensi.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memberikan terapi rendam kaki air hangat pada Tn.S dengan Hipertensi

di RSUD Sukoharjo

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dengan Hipertensi

b. Penulis mampu merumuskan diagnosakeperawatan pada Tn. S

dengan Hipertensi

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan Keperawatan pada Tn. S

Hipertensi

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. S dengan

Hipertensi

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. S Hipertensi

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terap rendam kaki air

hangat pada Tn. S dengan Hipertensi

C. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan kontribusi laporan

kasus bagi pengembangan praklik keperawatan dan pemecahan masalah

khususnya dalam bidang atau profesi keperwatan.


5

1. Manfaat Umum

Karya tulis ini di harapkan dapat memberikan informasi mengenai

hipertensi pada masyarakat umum sehingga masyarakat dapat lebih

waspada terhadap penyebab dan faktor resiko yang berhubungan

dengan penyakit ini sehingga dapat mencegah terjadinya hipertensi.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Perawat atau Profesi

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga

perawat dalam rangka meningkatkan mutu pemberian asuhan

keperawatan.

b. Bagi instansi Pendidikan

Sebagai bahan acuan bagi pengembangan kurikulum pendidikan

kesehatan agar pendidikan senantiasa peka terhadap kenyataan

yang ada di lapangan.

c. Bagi Pasien

1) Diketahuinya terapi rendam air hangat akan mampu

menurunkan tekanan darah minimal selama 20 hari dan

dilakukan rutin setiap pagi.

2) Dapat di minimalkan efek dari obat farmakologis

3) Dapat mempercepat perubahan tekanan darah jika

dikombinasikan dengan obat farmakologis.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. HIPERTENSI

1. Pengertian Hipertensi

Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu

keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas

normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) mencapai 140

mmHg, dan angka bawah (diastolic) mencapai diatas 90mmHg pada

pemriksaan tekanan darah (Ratna D, 2013).

Definisi hipertensi atau darah tinggi secara umum adalah dimana

tekanan darah berada di atas batas normal. Hipertensi disebut juga

pembunuh gelap atau silent killer, karena hipertensi bias terjadi secara

tiba-tiba tanpa adanya gejala terlebih dahulu (Yekti S dan Ari W, 2011).

Hipertensi (HTN) didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah

arterial abnormal yang langsung terus menerus (Valentia L:edisi 2).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole

mengalami kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan systole di atas

140 mmHg, diatas 90 mmHg).Berdasarkan tinggi rendahnya diastolik

maka dapat.

Penyakit darah tinggi atau hipertensi di kelomokkan dalam 2 tipe

klasifikasi, yaitu :

6
7

a. Hipertensi Primary

Adalah suatu kondisi diman terjadi tekanan darah tinggi sebagai akibat

dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.

b. Hipertensi Secondary

Adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah tinggi

sebagai akibat seseorang mengaami/menderita penyakit lainnya seperti

gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan system hormone tubuh

(Ratna D, 2013).

Tabel 2.1

Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa di atas 18 tahun

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)

Normal Sistol < 120 dan Diastol <80

Prehipertensi Sistol 120 – 139 dan Diastol 80 – 89

Hipertensi stadium I Sistol 140 – 159 dan Diastol 90 – 99

Hipertensi stadium II Sistol > 160 dan Diastol >100


Sumber : JNC 7 (The Seventh Report of the Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Nlood

Pressure)Tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal setidaknya diukur

pada tiga kesempatan dengan perbedaan waktu.


8

Tabel 2.2

Klasifikasi tekanan darah menurut WHO

Tekanan Darah Tekanan Darah Diastole


Klasifikasi
systole (mmHg) (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Tingkat 1 (hipertensi
140-159 90-99
ringan)
140-149 90-94
Sub group pembatasan

Tingkat 2 (hipertensi
160-179 100-109
sedang)

Tingkat 3 (hipertensi
≤180 ≤110
berat)

Hipertensi systole
≤140 <90
terisolasi
140-149 <90
Sub group perbatasan
Menurut WHO dan ISH (1999) batasan hipertensi ditetapkan > 140/90
mmHg.

2. Penyebab Hipertensi

Menurut Menurut Murwani. A (2011) penyebabnya ada 2 jenis

yaitu:

a. Hipertensi primer (esensial) yaitu :

Keturunan, umur, psikis.

b. Hipertensi sekunder

Penyakit gagal ginjal, Tumor dalam rongga kepala, Penyakit saraf,

Toxemia gravidarum.
9

c. Faktor yang menunjang

Adalah riwayat penyakit system kardiovaskuler aatu ginjal sebelumnya,

obesitas, aktivitas yang terlalu melelahkan (gerak badan), emosional /

ketegangan mental, umur semakin tua semakin bertambah desakan (50–

60).

Menurut Ruhyanudin (2007), penyebab hipertensi adalah:

a. Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang penyebabnya

tidak diketahui, hipertensi esensial kemungkinan disebabkan oleh

beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan

bersama-sama menyebabkan meningkatkan tekanan darah.

b. Hipertensi sekunder adalah penyebabnya adalah penyakit ginjal.

c. Stress

d. Obesitas

e. Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga)

f. Alkohol

g. Garam berlebih dalam makanan

Sedangkan menurut Smeltzer (2002), dan Soeparman (1998) etiologi

hipertensi adalah

a. Diit

Diit yang dapat meningkatkan prevelensi hipertensi, diantaranya asupan

garam yang berlebihan dan asupan asam lemak jenuh tinggi

yangbanyak mengandung kolesterol.


10

b. Faktor stress

Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatik yang meningkatkan secara intermiten. Apabila stress

berkepanjangan akan berakibat tekanan darah tetap tinggi.

c. Obesitas atau kegemukan

Ciri khas penderita hipertensi adalah kegemukan, curah jantung dan

sirkulasi volume darah meningkat. Penderita obesitas dengan hipertensi

lebih tinggi dibanding dengan penderita yang berat badannya normal.

d. Merokok

Secara pasti belum diketahui hubungan antara rokok dengan hipertensi.

Seorang yang merokok lebih dari satu bungkus sehari menjadi dua kali

lebih rentan dari pada mereka yang tidak merokok.

e. Alkohol

Peminum alkohol berat cenderung terkena hipertensi walaupun

mekanisme timbulnya belum diketahui secara pasti.

f. Konsumsi kopi yang berlebihan

Kopi mengandung cafein, apabila tubuh banyak mengkonsumsi cafein

maka dapat merangsang kerja jantung semakin cepat sehingga

meningkatkan sirkulasi darah dan menyebabkan tekanan darah

meningkat.

g. Genetik atau keturunan

Peran faktor genetik terhadap hipertensi dibuktikan bahwa kejadian

hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar


11

monozygotdaripada heterozygot, apabila salah satu diantaranya

menderita hipertensi maka yang satunya akan menderita hipertensi juga.

h. Asupan natrium meningkat

Asupan garam meningkatkan volume plasma, curah jantung dan

tekanan darah. Asupan garam 5-15 gram per hari dapat meningkatkan

prevalensi hipertensi hingga mencapai 5-20%.

3. Manifestasi Klinis

Menurut Yekti. S (2011) tanda dan gejala yang muncul pada

hipertensi antara lain :

a. Nyeri kepala/ sakit kepala

b. Kelelahan, lemah, lesu

c. Mual muntah

d. Mata berkunang-kunang/ gangguan penglihatan

e. Kepucatan

f. Berkeringat

g. Tachicardi

h. Sesak nafas

i. Gemetar

j. Pusing dan kesemutan

Menurut Dewi. R (2013) tanda dan gejala yang akan muncul pada

pasien hipertensi adalah

a. Penglihatan kabur karena kerusakan retina


12

b. Nyeri kepala

c. Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra cranial

d. Edema dependent

e. Adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan hipertensi adalah sebagai

berikut :

a. Hematokrit pada penderita hipertensi kadar hematokrit dalam darah

meningkat seiring dengan meningkatnya kadar natrium dalamdarah.

Pemeriksaan hematokrit diperlukan juga untuk mengikuti

perkembangan pengobatan hipertensi.

b. Kalium serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.

c. Kreatinin serum

Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan kreatinin adalah kadar

kreatinin dalam darah meningkat sehingga berdampak pada fungsi

ginjal.

d. Urinalisa

Darah, protein, glukosa mengisyarat kan disfungsi ginjal dan / adanya

diabetes.
13

e. Elektrokardiogram

Pembesaran ventrikel kiri dan gambaran kardiomegali dapat dideteksi

dengan pemeriksaan ini.Dapat juga menggambarkan apakah hipertensi

telah lama berlangsung (Dewi. R , 2013).

Menurut Murwani. A (2011) pemeriksaan yang harus dilakukan

adalah :

a. Mengukur tekanan darah pada kedua tangan kaetika pasien terlentang

dan tegak setiap 1 – 2 jam sekali.

b. Mengukur berat badan, tinggi badan (menentukan BB ideal, gemuk,

obesitas).

c. Pemeriksaan khusus

1) Jantung (pada gagal jantung kanan terjadi odema perifer, sesak

nafas)

2) ECG

3) Foto Torax

4) EKG

d. Pemeriksaan darah : kolesterol, gula darah, cratinin, ureum, lemak,

elektrolit

5. Komplikasi

a. MenurutMurwani. A (2011) komplikasi yang akan terjadi adalah

sebagai berikut :

1) Pada ginjal akan terjadi hematuri, kencing sedikit

2) Pada otak akan menyebabkan stroke

3) Pada mata akan menyebabkan retinapati hipertensi


14

4) Pada jantung akan menyebabkan terjadi pembesaran ventrikel kiri

dengan atau tanpa payah jantung, dan infak.

b. Menurut Dewi. R (2011) orang yang mengidap penyakit tekanan darah

tinggi berpotensi penyakit penyakitstoke, serangan jantung, gagal

ginjal, kebutaan, payah jantung

6. Pengobatan

Menurut Susilo. Y (2011) pengobatan pada hipertensi bertujuan

mengurangi morbiditas dan mortalitas dan mengotrol tekanan darah.

Dalam pengobatan hipertensi ada 2 cara yaitu pengobtan nonfarmakologik

(perubahan gaya hidup) dan pengobatan farmakologik

a. Pengobatan nonfarmakologik

1) Perubahan gaya hidup

Gaya hidup yang baik dan sehat merupakan upaya untuk

menghindari terjangkitnya hipertensi atau pun timbulya komplikasi.

Pada hipertensi ringan dan sedang, seperti menghentikan merokok,

olah raga secara teratur dandinamik (yang tidak memerlukan tenaga

terlalubanyak), misalnya berenang, jogging, jalan kaki cepat, naik

sepeda. Hipertensi berat seperti berhenti merokok, minum alkohol,

menurunkan asupan garam perhari.


15

2) Diet hipertensi ringan (diit rendah garam 1)

1) Mengkonsumsi garam½sendok makan perhari, konsumsi kecap,

MSG ½sendok makan perhari Hipertensi sedang (diit rendah

garam II)

2) Mengkosumsi garam ¼ sendok makan perhari, Konsumsi kecap,

MSG ¼sendok makan perhari Hipertensibarat (diit rendah garam

III) 14 tidak boleh menkonsumsi garam, kecap MSG.

3) Upaya menghilangkan atau menghindari stress dapat dalakukan

seperti : meditasi, yoga, hipnotis yang dapat mengontrol sistem saraf

otonomdan menurunkan hipertensi.

4) Berat badan yang berlebihan atau obesitas merupakan faktor resiko

terjadinya hipertensi, sehingga upaya peurunan BB pada obesitas

sangat penting. Disamping itu upaya menurunkan BB juga dapat

meningkatkan efektivitas pengobatan farmakologis.

b. Pengobatan farmakologik

Menurut Susilo. Y dan Ari W (2011) pengobatan farmakologik

pada setiap penderita hipertensi memerlukan pertimbangan berbagai

faktor seperti beratnya hipertensi, kelainan organ dan faktor lain. Jenis

obat anti-hipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

1) Diuretik

Adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi

pengeluaran garam (NaCl). Dengan turunnya kadar Na+, maka

tekanan darah akan turun, dan efek hipotensifnya kurang kuat. Obat
16

yang banyak beredar adalah spironolactone, HCT, chlortalidone, dan

indopanide.

2) Alfa-blocker

Adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan menyebabkan

vasodilatasi perifer serta turunnya tekanan darah.Karena efek

hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak kuat.Obat

yang termasuk dalam jenis alfa-blocker adalah prazosin dan

terazosin.

3) Beta-blocker

Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan

pasti.Diduga kerjanya berdasarkan beta blokase pada jantung

sehingga mengurangi daya dan frekuensi jantung.Obat yang terkenal

dari jenis beta-blocker adalah propanolol, atenolol, pindolol dan

sebagainya.

4) Obat yang Bekerja Sentral

Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan noradrenalin

sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergic perifer dan turunnya

tekanan darah.Penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek

hipotensi ortostatik.Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah

clonidine, gauanfacine, dan metildopa.

5) Vasodilator

Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriole

sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah


17

menurun.Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah Hidralazinedan

Ecarazine.

6) Antagonis Kalsium

Mekanisme obat antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan

ion kalsium ke dalam sel otot polospembuluh dengan efek

vasodilatasi dan turunnya tekanan darah.Obat jenis antagonis

kalsium adalah nifedipin dan verapamil.

7) Penghambat ACE

Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanna darah dengan cara

menghambat Angiotension converting enzyme yang berdaya

vasoikonstriksi kuat.Obat jenis ini yang popular adalah captopril

(Ccpoten) dan enalapril.

B. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

Asuhan keperawatan adalah kegiatan professional perawat dinamis,

membutuhkan kreativitas dan berlaku rentang kehidupan dan keadaan.

Adapun tahap dalam melakukan keperawatan itu yaitu : pengkajian, diagnosa

keperawatan, rencanan, implementasi, evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan

sehingga tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohma

dan Walid, 2012).Pada pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, biasanya

didapat adanya riwayat peningkatan tekanan darah, adanya riwayat


18

keluarga dan penyakit yang sama, dan riwayat meminum obat anti

hipertensi.

2. Dasar-Dasar Pengkajian

a. Aktivitas / Istirahat

1) Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

2) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea

b. Sirkulasi

1) Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,

dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi serta

perspirasi

2) Tanda : kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dari kenaikan

tekanan darah) diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipotensi

postural mungkin berhubungan dengan regimen obat.

3) Nadi : denyut jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan

denyutan radialis/brakhialis : denyut (popliteal, tinialis posterior, dan

pedialis) tidak teraba atau lemah.

4) Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser atau sangat kuat.

5) Frekuensi/irama: takikardia, berbagai disritmia.

6) Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini), dan S4

(pengerasan ventrikel kiri/hipertropi ventrikel kiri).

7) Murmur stenosis valvular


19

8) Desiran vaskuler terdengar diatas karotis, vemoralis, atau

epigastrium (strenosis arteri).

9) DJV (distensi vena jugularis dan kongesti vena)

10) Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi

periver); pengisian/tertunda (vasokontriksi)

11) Kulit pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia). Bisa

juga kulit berwarna kemerahan (feokromositoma)

c. Integritas Ego

1) Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau

marakronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Selain itu,

juga ada faktor-faktor multiple seperti hubungan, keuangan, atau hal-

hal yang berkaitan dengan pekerjaan.

2) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu

perhatian, tangisan yang meledak, gerak tegang (khususnya sekitar

mata), gerak fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola

bicara.

d. Eliminasi

Gejala: adanya gangguan ginjal saat ini atau yang telah lalu seperti

infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.

e. Makanan/Cairan

1) Gejala:

a) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi

garam, lemak dan tinggi kolesterol (seperi makanan yang


20

digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam dan

kandungan tinggi kalori

b) Mual muntah

c) Perubahan berat badan (meningkat/turun)

d) Riwayat penggunaan obat diuretic

2) Tanda:

a) BB normal atau obesitas, bisa juga mengalami obesitas

b) Adanya edema (mungkin umum atau edema tertentu)

f. Neurosensori

Gejala :Keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala

suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah

beberapa jam)

g. Hipertensi

1) Gejala

a) episode kebas atau kelemahan pada satu sisi

b) gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)

c) episode epistaksis

2) Tanda

a) Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola atau isi

bicara, afek, proses piker, atau memori

b) Respons motorik :penggunaan kekuatan genggaman tangan atau

reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optic (dari

peyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik


21

dengan edema, eksudat, dan hemoragik tergantung pada berat

atau lamanya hipertensi

h. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala:Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital

berat, nyeri abdomen

i. Pernapasan

Gejala:Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,

dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat

merokok

Tanda :Distress respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi

napas tambahan, sianosis

j. Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : Episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural

k. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala: Faktor resiko keluarga; hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung, DM, penyakit ginjal. Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB

atau hormon

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon

manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual/potensial)

dari individu atau kelompok teman perawat secara legal mengidentifikasi

dan perawat memberikan intervensisecara pasti untuk menjaga status


22

kesehatan atau untuk mengurangi, atau mencegah perubahan (Rohma dan

Walid, 2012).

a. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera biologis (adanya

peningkatan tekanan vaskuler serebral

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi

d. kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi berhubungan

dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

(Ardiansyah M, 2012 )

4. Intervensi Keperawatan

Dx. 1 Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera biologis

(adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Tujuan :Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam.

Kriteria hasil :

a. Mampu mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri, mampu menggunakan

teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen

nyeri

c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas frekuensi dan tanda nyeri)

d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :

a. Lakukan pengkajian nyeri secara kompherhensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi


23

b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c. Kurangi factor presipitasi nyeri

d. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Dx. 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

Tujuan :Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam

Kriteria hasil :

a. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah, nadi, dan pernafasan

b. Mampu melakukan ADL secara mandiri

c. TTV dalam batas normal

d. Mampu berpindah tanpa dengan atau bantuan alat

e. Sirkulasi status baik

Intervensi

a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

b. Berikan doronganuntuk aktivitas / perwatan diri bertahap jika dapat di

toleransi

c. Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan

d. Kaji respon pasien terhadap akivitas

e. Monitor adanya pusing

f. Observasi TTV tiap 2 jam


24

Dx. 3 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi

Tujuan :Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam

Kriteria hasil :

a. Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6-8 jam per hari

b. Tampak dapat istirahat dengan cukup

c. TTV dalam batas normal

Intervensi :

a. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman

b. Berikan kesempatan klien untuk istirahat/ tidur

c. Evaluasi tingkat stress

d. Monitor keluhan nyeri

e. Lengkapi jadwal tidur secara teratur

f. Kolaborasi dengan obat sesuai indikasi

Dx. 4 Kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi

berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan

perawatan diri

Tujuan : pasien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi

Kriteria Hasil :

a. Pasien memahami proses penyakit dan penatalaksanaan

b. Mampu mengidentifikasi efek samping obat komplikasi serta

c. Mampu memepertahankan tekanan darah dalam rentan normal


25

Intervensi :

a. kaji kesehatan pasien dan keluarga untuk mempelajari lebih dalam

tentang gangguan yang dialami

b. Diskusikan definisi batasan tekanan darah normal, jelaskan apa itu

hipertensi dan efek terhadap jantung, pembuluh darah, serta otak

c. Hindari mengatakan tekanan darah normal

(Ardiansyah M, 2012 )

C. PENGERTIAN TEKANAN DARAH

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat

mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan

tubuh manusia. Darah yang dengan lain cara beredar ke seluruh tubuh

berfungsi sangat penting sebagai media pengangkut oksigen serta zat – zat

lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga

berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak

berguna lagi.Istilah “tekanan darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari

peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia.Tekanan darah dibedakan

antara tekanan sistolik dan tekanan diastolik.Tekanan darah sistolik adalah

tekanan darah pada waktu jantung menguncup (sistole).Adapun tekanan darah

distolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengndor kembali

(diastole).Dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah sistolik lebih

tinggi dari pada tekanan diastolic. Tekanan darah manusia senantiasa


26

berayun-ayun antra tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung (L

Gunawan , 2004).

Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung

memompakan keseluruh tubuh.Umumnya semakin rendah tekanan darah,

semakin sehat anda untuk jangka panjang (kecuali dalam kondisi tertentu

ketika tekanan darah sangat rendah merupakan bagian suatu penyakit).

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding

arteri.Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan

sistolik.Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung

beristirahat.Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan

sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar

dari 100/60 sampai 140/90.Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80

(Smeltzer & Bare, 2001).

Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di

dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting

dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai

tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki

dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat.

Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur

dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).


27

D. TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT

Secara ilmiah terapi rendam kaki air hangat mempunyai dampak

fisiologis bagi tubuh.Pertama berdampak pada pembuluh darah dimana

hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar, yang kedua adalah

faktor pembebanan di dalam air yang menguntungkan otot-otot dan ligament

yang mempengaruhi sendi tubuh (Hambing A, 2000). Menurut Peni (2008)

penderita hipertensi dalam pengobatannya tidak hanya menggunakan obat-

obatan, tetapi bisa menggunakan alternatif non-farmakologis dengan

menggunakan metode yang lebih murah dan mudah yaitu dengan

menggunakan terapi rendam kaki air hangat dapat digunakan sebagai salah

satu terapi yang dapat memulihkan otot sendi yang kaku serta dapat

menurunkan tekanan darah apabila dilakukan secara memalui kesadaran dan

kedisiplinan (Madyastuti L, 2011).


BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien

Asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 10 April 2014

sampai 12 April 2014 dengan metode pengkajian autoanamnesa dan

alloanamnesa, dan didapat data sebagai berikut : identitas pasien Tn S, umur

80 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama islam, pendidikan terakhir SMP,

pekerjaan buruh, alamat Pasekan, Combangan, Sukoharjo, nomer rekam

medic 3643xx. Masuk pada tanggal 9 April 2014 jam 20.00 WIB. Dengan

diagnosa hipertensi, yang bertanggung jawab atas klien adalah anaknya

bernama Ny R, umur 35 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga, pendidikan

SMA, dan alamat sama dengan klien yaitu Sukoharjo.

B. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan Klien

Dari hasil pengkajian yang dilakukan dengan metode alloanamnesa

dan autoanamnesa pada tanggal 10 April 2014 pukul 08.00 WIB keluhan

utama dari hasil pengkajian yang dilakukan keluhan utama yang dirasakan

klien adalah pusing dan kepala cengeng. Adapun riwayat pengkajian saat

ini pasien mengatakan mulai dari kemarin kepalanya cekot-cekot di kepala

klien mengatakan pusing bila digunakan untuk bergerak, leher cengeng.

Kepala pusing seperti ditusuk-tusuk, pada bagian kepala belakang, skala

28
29

nyeri 7, nyeri hilang timbul saat bergerak, klien mengatakan setelah

beraktivitas berdebar-debar. Tekanan darah 180/90 mmHg, frekuensi nadi

98 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 26 kali

per menit, klien kadang terlihat memegang kepala danklien langsung

dibawa ke IGD RSUD Sukoharjo kemudian opname di bangsal

Flamboyan.

Riwayat penyakit dahulu klien mengatakan bahwa pernah dirawat di

rumah sakit dikarekan pada waktu kecil pernah sakit demam berdarah.

Riwayat penyakit keluarga klien mengatakan dalam keluarganya tidak

mempunyai atau menderita penyakit keturunan seperti diabetes militus,

hipertensi dan jantung, klien juga mengatakan dalam kelaurganya tidak

ada yang mempunyai atau menderita penyakit menular, seperti hepatitis

dan TBC.

Genogram

Gambar 3.1
30

Keterangan :

:Laki-laki

: Perempuan

: Pasien laki-laki

: Meninggal dunia

: Tinggal 1 rumah

2. Pola pengkajian pola kesehatan fungsional

Pola persepsi klien mempunyai kebiasaan ke dokter apabila memiliki

keluhan kesehatan. Klien mengatakan tekanan darahnya sering tinggi.

Pola nutrisi metabolisme sebelum sakit frekuensi makan sebanyak 3

kali dalam sehari, jenis nasi, lauk, sayur, dan susu, porsinya sekali makan

habis tanpa sisa, tidak mempunyai keluhan. Selama sakit frekuensi makan

sebnyak 3 kali dalam sehari, jenis makanan diit hipertensi, porsinya sekali

makan habis.

Pola eliminasi sebelum sakit frekuensi BAK sebanyak 4 sampai 5

kali dalam sehari, jumlah urin kurang lebih sebanyak 25 sampai 50cc per

BAK, warnanya kuning jernih, dan tidak mempunyai keluhan. Selama

sakit frekuensi BAK sebanyak 4 sampai 5 kali dalam sehari, jumlah urin

kurang lebih sebanyak 25 sampai 50cc per BAK, warnanya kuning

jernih,dan tidak ada keluhan. Sebelum sakit frekuensi BAB sebanyak 2

kali dalam sehari, konsistensi padat lembek, dan berbau khas. Selama sakit
31

BAB sebanyak 1 kali dalam sehari, konsistensi padat lembek, dan berbau

khas.

Pola aktivitas dan latihan sebelum sakit kemampuan perawatan diri

seperti makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur,

berpindah, ambulasi/ROM selalu dilakukan sendiri tanpa bantuan

keluarga. Selama sakit kemampuan perawatan diri seperti makan/minum,

toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi/ROM

selalu dilakukan dengan bantuan orang lain atau keluarga.

Pola istirahat tidur sebelum sakit jumlah tidur siang kurang lebih 2

jam, jumlah tidur malam kurang lebih 7 sampai 8 jam per hari, tidak

mempunyai keluhan, tidurnya selalu nyenyak. Selama sakit tidur siang

kurang lebih 1 jam, jumlah tidur malam kurang lebih 4 sampai 5 jam per

hari, mengeluh tidak bisa tidur karena merasakan nyeri kepela atau pusing,

sering terbangun pada malam hari keluhannya merasa lelah.

Pola kongnitif – perseptual sebelum sakit, klien dapat berbicara

dengan lancar, indera pengecapan tidak ada gangguan, tetapi pandangan

sedikit kabur dan pendengaran berkurang. Selama sakit, klien mengatakan

bahwa telinga terkadang berdenging dan indera pengecapan terasa pahit.

Pola persepsi dan konsep diri gambaran diri klien memandang

dirinya sebagai seorang laki-laki, berkulit sawo matang, berrambut kriting,

dan warna rambut sudah mulai putih, klien juga megetahui kalau dirinya

sedang sakit dan membutuhkan pengobatan agar cepat sembuh. Ideal diri

klien mengatakan merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan


32

mendapat perhatian dari keluarganya. Harga diri klien megatakan ingin

cepat sembuh dan ingin pulang ke rumah. Peran diri klien mengatakan

sebagai kepala keluarga. Identitas diri pasien bernama Tn S dengan umur

80 tahun, dan tinggal di Sukoharjo.

Pola hubungan peran klien mempunyai hubungan yang harmonis

baik dengan keluarga maupun masyarakat sekitar.

Pola seksualitas reproduksi klien mengatakan dirinya seorang laki-

laki, dan seorang ayah dari anak-anaknya.

Pola mekanisme kopping klien mengatakan jika memunyai masalah

selalu membicarakan dengan keuarga dan mencari jalan keluar bersama-

sama.

Pola nilai dan keyakinan sebelum sakit, klien rajin menjalankan

sholat 5 waktu. Selama sakit, klien hanya mampu berdoa.

3. Hasil pemeriksaan fisik

Keadaan kepala/penampilan umum kesadaran composmentis,

tekanan darah 180/90 mmHg, frekuensi nadi 98 kali per menit, suhu 36,5

derajad celcius, frekuensi pernafasan 26 kali per menit

Kepala bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, kulit kepala bersih,

rambut berwara putih dan mulai rontok. Pada mata palpebra tampak

kehitaman, konjungtiva tidak anemis, skelera non ikterik, pupil isokor,

diameter kanan kiri simetris, reflek terhadap cahaya baik, pasien tidak

menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung bersih tidak ada polip, mulut

tidak ada stomatis kebersihan cukup. Gigi sudah tidak lengkap banyak
33

yang sudah tanggal/ompong dan ada beberapa gigi palsu. Telinga bersih

tidak ada serumen. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.

Dari pemeriksaan paru didapatkanhasil inspeksi pengembangan dada

kanan dan kiri sama, palpasi vokal fremitus kanan dan kiri sama pada paru,

perkusi sonor di semua lapang paru, auskultasi suara nafas vesikuler.

Pemeriksaan jantung didapatkan hasil inspeksi ictus cordis tidak tampak,

palpasi sonor, perkusi hasilnya pekak dan auskultasi bunyi jantung I dan

bunyi jantung II murni tidak terdengar suara tambahan. Pada pemeriksaan

abdomen hasil inspeksi simetris, auskultasi hasilnya peristaltik usus 14 kali

per menit, perkusi hasilnya timpani, dan palpasi abdomen tidak terdapat

nyeri tekan pada ulu hati. Pemriksaan genetalia didapatkan hasil bersih,

tidak terpasang selang pipis atau DC. Rektum bersih, tidak iritasi, tidak

ada benjolan hemoroid.

Ekstremitas atas pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes

permenit. Bawah pada kaki kekuatan otot penuh normal tidak ada

kelainan.

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 April 2014 didapatkan

hasil hematologi : hemoglobin dengan hasil 12,6 gr/dl (normalnya 13,5

sampai 17,5), hematokrit dengan hasil 40% (normalnya 33 sampai 45),

leukosit dengan hasil 6,3 ribu/ul (normalnya 4,5 sampai 11,0), trombosit

dengan hasil 439 ribu/ul (normalnya 150 sampai 450), eritrosit dengan

hasil 5,7 juta/ul (normalnya 4,50 sampai 5,90). Pemriksaan kimia GDS
34

dengan hasil 110 mg/dL (normalnya 72 sampai 120), SGOT dengan hasil

11 u/L (normalnya 14 sampai 16), SGPT dengan hasil 10 g/dL (normalnya

20 sampai 25), ureum dengan hasil 34mg/dL (normalnya kurang dari 50),

creatinin dengan hasil 1,0 mg/dL (normalnya 0,8 sampai 1,3). Pemriksaan

elektrotit natrium darah dengan hasil 185 mmol/L (normalnya 136 sampai

145), kalium darah dengan hasil 80 mmol/L (normalnya 136 sampai 145),

clorida darah dengan hasil 101 mmol/L (normalnya 136-145).

Terapi yang di dapatkan klien pada tanggal 10 sampai 12 April 2014

adalah infus RL 20 tetes per menit, minum obat captopril 2x12,5 mg,

injeksi alinamin 25mg per 24 jam, ranitidin 25 mg per 12 jam, furosemid

40 mg per 12 jam melalui intra vena.

C. Daftar Perumusan Masalah

Pada tanggal 10 April 2014, jam 07.30 WIB

Diagnosa pertama didapat nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis. Didapat data subyektif klien mengatakan kepala pusing bila

digunakan untuk bergerak, leher cengeng. Data obyektif kepala pusing

seperti ditusuk-tusuk, pada kepala bagian belakang, skala nyeri 7, nyeri hilang

timbul saat bergerak. Tekanan darah 180/90 mmHg, frekuensi nadi 98 kali

per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 26 kali per menit,

klien tampak meringis kesakitan, kadang terlihat memegang kepala.

Diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum. Didapat data subyektif klien mengatakan tidak dapat melakukan


35

aktivitas sendirian harus dibantu oleh orang lain, merasa badannya lemah.

Data obyektif klien tampak terbaring lemah di tempat tidur, tampak istri klien

membantu klien dalam beraktivitas seperti makan, toileting dan lain-lain,

tekanan darah 180/90 mmHg, frekuensi nadi 98 kali per menit, suhu 36,5

derajad celcius, frekuensi pernafasan 26 kali per menit.

Diagnosa ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang

privasi. Didapat data subyektif klien mengatakan kurang puas tidur, tidurnya

tidak nyenyak, sering terjaga. Data obyektif tampak palpebra klien berwarna

kehitaman, wajah klien tampak lusuh kurang tidur.

D. Perencanaan

Setelah di lakukan tindakan keperwatan selama 3x24 jam diharapkan

klien dapat mengontrol nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang dengan

kriteria hasil pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala, pasien tampak

nyaman, tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensi pertahankan kaji

skala nyeri, observasi tanda-tanda vital berikan lingkungan yang tenang,

minimalkan gangguan lingkungan, bantu pasien dalam ambulasi sesuai

kebutuhan, beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala

seperti posisi nyaman, tehnik relaksasi, rendam kaki untuk merendahkan

tekanan darah, hilangkan/minimalkan vasokonstriksi yang dapat

meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang,

membungkuk, kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi analgesik,

antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium).


36

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

tidak terjadi intoleransi aktivitas dengan kriteria hasil klien dapat

meningkatkan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan menunjukkan

penurunan gejala–gejala intoleransi aktifitas. Intervensi berikan dorongan

untuk aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi, berikan bantuan

sesuai kebutuhan, instruksikan pasien tentang penghematan energi, kaji

respon pasien terhadap aktifitas, mengkaji adanya pusing atau nyeri kepala,

observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam, berikan jarak waktu pengobatan dan

prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan

waktu istirahat sepanjang siang atau sore.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

klien dapat memenuhi kebutuhan tidur dengan kriteria hasil, klien jarang

terbangun pada malam hari, klien mudah tertidur tanpa merasa kesulitan,

klien dapat bangun pada pagi hari dengan segar dan tidak merasa lelah.

Intervensinya mengkaji pola tidur klien, bantu klien mengurangi nyeri

sebelum tidur dan posisikan klien dengan nyaman untuk tidur, jaga

lingkungan tenang misalnya mengecilkan suara radio atau televisi.

E. Implementasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada

tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa pertama melakukan tindakan mengkaji

karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), respon subyektif klien mengatakan nyeri

apabila banyak bergerak, kepala pusing seperti ditusuk-tusuk, pada kepala


37

bagian belakang, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul saat bergerak, data

obyektif klien tampak meringis kesakitan. Pukul 08.00 WIB menganjurkan

klien untuk minum obat captopril 2x12,5 mg didapatkan respon subyektif

klien mengatakan mau minum obat captopril 2x12,5 mg, respon obyektif

klien tampak minum obat captopril 2x12,5 mg dengan air teh, pukul 08.00

WIB memberikan suntikan alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per

12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam melalui intra vena respon subyektifnya

klien mengatakan bersedia di suntik dan respon obyektifnya respon alinamin

obat 25mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per 12 jam, furosemid 40mg per 12

jam masuk lewat intra vena melalui selang infus. Pukul 08.20 WIB

memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan

bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil

180/90 mmHg, frekuensi nadi 98 kali per menit, suhu 36,3 derajad celcius,

pernafasan 26 kali per menit. Pukul 08.50 WIB mengajarkan teknik rendam

kaki dengan air hangat untuk menurunkan tekanan darah, respon subyektif

klien mau mempraktikan apa yang diajarkan oleh perawat, respon obyektif

klien tampak merendam kakinya. Pukul 09.00 WIB memonitor tanda-tanda

vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda

vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 180/90 mmHg, frekuensi

nadi 88 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali

per menit. Pukul 11.00 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan

respon obyektif didapatkan hasil tekanan darah 170/80 mmHg, frekuensi nadi
38

82 kali per menit, suhu 36 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per

menit. Pukul 12.00 WIB memberikan penjelasan bahwa klien tidak boleh

mengejan ketika BAB, respon subyektif klien menjawab “iya”, respon

obyektif klien tampak menganggukkan kepala tanda mengerti.

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada

tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa kedua pukul 09.30 WIB menganjurkan

kepada keluarga untuk menjaga lingkungan yang tenang, di dapatkan respon

subyektif keluarga menuruti kata-kata perawat. Pukul 09.45 WIB mengkaji

tingkat ketergantungan pasien dengan respon subyektifnya klien mengatakan

aktivitas sehari-hari dibantu keluarga dan respon obyektifnya aktivitas sehari-

hari tampak dibantu oleh keluarga. Pukul 11.00 WIB menganjurkan keluarga

untuk membantu pemenuhan ADL klien dengan respon obyektif keluarga

tampak kooperatif mengikuti saran perawat. Pukul 13.00 WIB menganjurkan

kepada keluarga untuk mendekatkan alat yang dibutuhkan klien dengan

respon subyektif keluarga mengatakan “iya” dan respon objektifnya klien

tampak dapat mengambil barang yang dibutuhkan.

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada

tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa ke tiga pukul 10.00 WIB peneliti

melakukan tindakan menganjurkan kepada keluarga untuk menciptakan

suasana yang tenang dan nyaman agar klien bisa beristirahat, respon klien

subyektif mengerti dan menganjurkan keluarganya agar tidak berisik. Pukul

10.30 WIB mengkaji keluhan nyeri kepala, respon klien mengatakan masih

merasakan nyeri pada kepala bagian belakang nyeri apabila banyak bergerak,
39

kepala pusing seperti ditusuk-tusuk, pada bagian kepala belakang, skala nyeri

7, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul 11.00 WIB memberikan

kesempatan klien agar beristirahat, respon klien tertidur di tempat tidurnya,

pukul 12.00 WIB memberikan makan siang kepada klien, respon klien

mengucapkan terimakasih. Pukul 12.30 WIB memotivasi agar klien

beristirahat, didapatkan respon subyektif klien mengatakan “iya”.

Tindakan keperawatan yang diilakukan penulis kepada klien pada

tanggal 11 April 2014 untuk diagnosa pertama mengkaji karakteristik nyeri

(P,Q,R,S,T), respon klien mengatakan nyeri apabila banyak bergerak, kepala

pusing seperti ditekan sudah berkurang, pada bagian kepala belakang, skala

nyeri 5, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul 07.30 WIB memonitor

tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur

tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil tekanan darah

170/90 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36 derajad celcius,

frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 08.00 WIB menganjurkan klien

untuk minum obat captopril 2x12,5 mg dan memberikan suntikan alinamin

25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam

melalui intra vena respon subyektifnya klien mengatakan bersedia di suntik

dan respon obyektifnya respon obat alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25

mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam masuk lewat intra vena melalui

selang infus. Pukul 08.05 WIB mengajarkan teknik rendam kaki dengan air

hangat untuk menurunkan tekanan darah, respon subyektif klien mau

mempraktikan apa yang diajarkan oleh perawat, respon obyektif klien tampak
40

merendam kakinya. Pukul 08.15 memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan

respon obyektif didapatkan hasil 160/90 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per

menit, suhu 36,6 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit.

Pukul 09.00 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon subyektif

klien mengatakan bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, data

obyektif klien tampak lebih rileks dengan skala nyeri turun menjadi 5, nyeri

seperti ditekan, dirasakan di kepala bagian belakang, nyeri hilang timbul saat

bergerak. Pukul 10.15 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan

respon obyektif didapatkan hasil 170/90 mmHg, frekuensi nadi 86 kali per

menit, suhu 36,4 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit.

Pukul 12.15 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien

mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif

didapatkan hasil 160/90 mmHg, frekuensi nadi 88 kali per menit, suhu 36,5

derajad celcius, frekuensi pernafasan 26 kali per menit. Pukul 14.15 WIB

memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan

bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil

150/90 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu 36,3 derajad celcius,

frekuensi pernafasan 22 kali per menit.

Tindakan keperawatan yang diilakukan penulis kepada klien pada

tanggal 11 April 2014 untuk diagnosa ke dua pukul 09.15 WIB mengkaji

respon ketergantungan klien terhadap aktivitas, respon subyektif klien


41

beraktivitas secara mandiri, data obyektif klien tampak melakukan akivitas

secara mandiri. Pukul 09.20 WIB menganjurkan klien agar tidak banyak

beraktifitas, respon subyektif klien mau menurut kepada perawat, pukul

10.00 WIB melibatkan keluarga dalam perawatan pasien respon klien

keluarga kooperatif dan mau membantu merawat pasien sampai pasien

sembuh dan keluarga tampak sabar dalam ayahnya.

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada

tanggal 11 April 2014 untuk diagnosa ke tiga pukul 10.00 WIB menciptakan

suasana yang tenang dan nyaman agar klien bisa beristirahat, didapatkan data

subyektif klien mengerti dan menyuruh keluarganya agar tidak berisik. Pukul

10.30 WIB mengkaji keluhan nyeri kepala, didapatkan respon subyektif klien

mengatakan nyeri apabila banyak bergerak, kepala pusing seperti ditekan

sudah berkurang, pada bagian kepala belakang, skala nyeri 5, nyeri hilang

timbul saat bergerak dan data obyektif klien tampak memegangi kepalanya.

Pukul 11.00 WIB memberikan kesempatan klien agar beristirahat, didapat

data obyektif klien tertidur di tempat tidurnya. Pukul 12.00 WIB memberikan

makan siang kepada klien, didapat data subyektif klien mengucapkan

terimakasih, pukul 12.30 WIB memotivasi agar klien beristirahat, didapatkan

respon klien mengatakan “iya”.

Tindakan keperawatan yang diilakukan penulis kepada klien pada

tanggal 12 April 2014 untuk diagnosa pertama mengkaji karakteristik nyeri

(P,Q,R,S,T), didapatkan respon subyektif klien mengatakan nyeri kepala

berkurang, kepala pusing seperti ditekan sudah berkurang, pada bagian kepala
42

belakang, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul saat bergerak, respon obyektif

klien tampak rileks. Pukul 07.30 WIB memonitor tanda-tanda vital

didapatkan respon subyektif klien mengatakan “iya”, respon obyektif tekanan

darah 150/80 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36 derajad

celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 08.00 menganjurkan

klien untuk minum obat captopril 2x12,5 mg didapatkan respon subyektif

klien mengatakan mau minum obat captopril 2x12,5 mg, respon obyektif

klien tampak minum obat captopril 2x12,5 mg dengan air putih. Pukul 08.00

WIB memberikan suntikan alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidin 25 mg per

12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam melalui intra vena respon subyektifnya

klien mengatakan bersedia di suntik dan respon obyektifnya respon obat

alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidin 25 mg per 12 jam, furosemid 40 mg per

12 jam masuk lewat intravena melalui selang infus. Pukul 08.15 WIB

mengajarkan teknik rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan

tekanan darah, didapatkan respon subyektif klien mau diajari teknik rendam

kaki dengan air hangat, respon obyektif klien tampak merendam kakinya.

Pukul 09.30 memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien

mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif

didapatkan hasil 140/90 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu

36,3derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 09.40 WIB

mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon subyektif klien mengatakan

bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, data obyektif klien tampak

lebih rileks dengan skala nyeri turun menjadi 5, nyeri seperti ditekan,
43

dirasakan di kepala bagian belakang, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul

11.30 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien

mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif

didapatkan hasil 145/80 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu 36,4

derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 13.30 WIB

memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan

bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil

140/80 mmHg, frekuensi nadi 82 kali per menit, suhu 36,2 derajad celcius,

frekuensi pernafasan 20 kali per menit.

F. Evaluasi

Pada tanggal 10 April 2014, pukul 13.00 WIB untuk diagnosa pertama

nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis diperoleh data subyekif

pasien mengatakan masih mengeluh nyeri pusing pada kepalanya, nyeri

sepertiditusuk-tusuk, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul saat bergerak, data

obyekif pasien tampak meringis menahan sakit diperoleh pemeriksaan fisik

tanda-tanda vital tekanan darah 180/90 mmHg,frekuensi nadi 89 kali per

menit, frekuensi nafas 24 kali per menit, suhu 36,3 derajad celsius, maka

dapat disimpulkan masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi kaji skala

nyeri, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.

Pada tanggal 10 April 2014, pukul 13.00 WIB untuk diagnosa kedua

intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum diperoleh data

subyektif klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sendirian harus


44

dibantu oleh orang lain, merasa badannya lemah, data obyektif klien tampak

terbaring lemah di tempat tidur, tampak istri klien membantu klien dalam

beraktivitas seperti makan, toileting dan lain-lain maka dapat disimpulkan

masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan bantu klien dalam melakukan

aktivitas, lakukan tirah baring.

Pada tanggal 10 April 2014, pukul 13.00 WIB untuk diagnosa

gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi diperoleh data

subyektif klien mengatakan kurang puas tidur, tidurnya tidak nyenyak, sering

terjaga. Data obyektif tampak palpebra klien berwarna kehitaman, wajah

klien tampak lusuh kurang tidur, maka dapat disimpulkan masalah belum

teratasi, intervensi dilanjutkan, kaji pola tidur klien, berikan lingkungan yang

tenang.

Pada tanggal 11 April 2014, pukul 10.00 WIB untuk diagnosa pertama

nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis diperoleh data subyekif

pasien mengatakan nyeri pada kepala sudah berkurang, nyeri seperti ditekan,

skala nyeri 5, nyeri hilang timbul saat bergerak, data obyekif pasien tampak

sedikit lebih realeks diperoleh pemeriksaan fisik tanda-tanda vital tekanan

darah 160/90 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36 derajad

celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit, maka dapat disimpulkan

masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan kaji skala nyeri, observasi

TTV tiap 2 jam.

Pada tanggal 11 April 2014, pukul 13.00 WIB untuk diagnosa kedua

intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum diperoleh data


45

subyektif klien mengatakan dapat melakukan aktivitas secara mandiri, merasa

badannya tidak lemah lagi, data obyektif klien tampak melakukan aktivitas

secara mandiri, keadaan umum baik maka dapat disimpulkan masalah

teratasi, intervensi dihentikan.

Pada tanggal 11 April 2014, pukul 13.00 WIB untuk diagnosa

gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi diperoleh data

subyektif klien mengatakan tidur sudah nyenyak, tidak terbangun pada malam

hari. Data obyektif tampak wajah klien segar ketika bagun tidur, palpebra

sudah tidak kehitaman, maka dapat disimpulkan masalah teratasi, intervensi

dihentikan.

Pada tanggal 12 April 2014, pukul 10.00 WIB untuk diagnosa pertama

nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis diperoleh data subyekif

klien mengatakan nyeri kepala berkurang, kepala pusing seperti ditekan sudah

berkurang, pada bagian kepala belakang, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul

saat bergerak, data obyekif pasien tampak sedikit lebih rileks diperoleh

pemeriksaan fisik tanda-tanda vital didapatkan hasil 140/80 mmHg, frekuensi

nadi 82 kali per menit, suhu 36,2 derajad celcius, frekuensi pernafasan 20 kali

per menit. Dapat disimpulkan, masalah teratasi, intervensi dihentikan.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Tn. S

dengan Hipertensi Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.

Pembahasan pada bab ini terutama membahas adanya kesesuaian maupun

kesenjangan antara teori dengan kasus. Asuhan keperawatan memfokuskan pada

pemenuhan kebutuhan dasar manusia melalui tahap pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan

sehingga tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohma dan

Walid, 2012). Keluhan utama klien mengatakan pusing dan kepala cengeng

dan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh tekanan darah 180/90

mmHg, frekuensi pernapasan 26 kali per menit, frekuensi nadi 98 kali per

menit, suhu 36,5 derajad celcius.

Berdasarkan hal tersebut, kondisi Tn. S mengalami tekanan darah lebih

dari 140/90 mmHg yang sudah dianggap tinggi dan disebut hipertensi (Dewi

R, 2013).

Terapi yang diperoleh klien selama dibangsal pada tanggal 9 April

2014 antara lain Ringer Lactat 20 tetes per menit, Ranitidin 25 mg per 12

jam, Furosemid 40 mg per 12 jam, Brainact 500 mg per 8 jam, alinamin 25

46
47

mg per 24 jam. Terapi tersebut diterima sejak tanggal 9 April sampai 12 April

2014 dengan perbedaan tekanan darah yaitu : saat masuk Rumah Sakit

200/110 mmHg dan saat tanggal 10 April 180/90 mmHg. Hal ini menujukkan

bahwa terapi medis belum berhasil maksimal.

2. Perumusan Masalah

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon

manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual/potensial) dari

individu atau kelompok teman perawat secara legal mengidentifikasi dan

perawat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

atau untuk mengurangi, atau mencegah perubahan (Rohma dan Walid, 2012).

Perumusan masalah keperawatan yang diambil oleh penulis adalah

a. Masalah Keperawatan Nyeri akut

Diagnosa : nyeri akut berhubungan dengan agen biologis. Nyeri akut

adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan

muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau gambaran

dalam hal kerusakan yang sedemikian rupa (International for the Study of

pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai

berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan

durasinya kurang dari 6 bulan (Herdman, Heather, 2010).

Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis nyeri akut

yang telah disesuaikan dengan diagnosa yang ada dalam buku. Perumusan

masalah keperawatan yang di ambil oleh penulis adalah nyeri akut dengan

alasan mengacu pada data pengkajian yang didapatkan pada Tn.S


48

berdasarkan data subyektif klien mengatakan pusing bila digunakan untuk

bergerak, leher cengeng, dan apabila banyak bergerak, kepala pusing

seperti ditusuk-tusuk, pada kepala bagian belakang, skala nyeri 7, nyeri

hilang timbul saat bergerak, klien mengatakan kurang puas tidur karena

nyeri kepala, klien mengatakan tidurnya tidak nyenyak dan sering terjaga.

Data obyektifnya ditemukan tekanan darah 180/90 mmHg, frekuensi nadi

98 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 26 kali

per menit, klien kadang terlihat memegang kepala, tampak pasien meringis

menahan nyeri.

Batasan karakteristik nyeri akut sendiri menurut Herdman, Heather

(2010) yaitu perubahan tekanan darah, perubahn frekuensi jantung,

perubahan frekuensi pernafasan, perubahan selera makan perilaku berjaga-

jaga atau perilaku melindungi daerah yang nyeri, dilatasi pupil, fokus pada

diri sendiri, indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi untuk

menghindari nyeri, gangguan tidur, melaporkan nyeri secara verbal.

Berdasarkan data tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa

diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan batasan karakteristik yang

sesuai dengan buku (Herdman, Heather).

b. Masalah keperawatan intoleransi aktivitas

Diagnosa : intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis dan

fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan

sehari-hari yang harus atau yang diinginkan (Herdman, Heather : 2010).


49

Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis intoleransi

aktivitas yang telah disesuaikan dengan diagnose pada buku (Herdman,

Heather, 2010). Penulis mencantumkan masalah intoleransi aktivitas

dengan alasan mengacu pada data subyektif klien mengatakan tidak dapat

melakukan aktivitas sendirian harus dibantu oleh orang lain, merasa

badannya lemah, klien mengatakan setelah beraktivitas berdebar-debar.

Data obyektif klien tampak terbaring lemah di tempat tidur, tampak istri

klien membantu klien dalam beraktifitas seperti makan, toileting dan lain-

lain, tekanan darah 180/90 mmHg, frekuensi nadi 88 kali per menit, suhu

36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit.

Batasan karakteristik intoleransi aktivitas menurut (Herdman,

Heather, 2010) yaitu respon tekanan darah abnormal tehadap aktivitas,

respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas, perubahan EKG

yang mencerminkan aritmia dan iskemia, dan ketidaknyamanan setelah

beraktivitas.

Berdasarkan data tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa

diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan batasan karakteristik yang

sesuai dengan buku (Herdman, Heather : 2010).

c. Masalah keperawatan gangguan pola tidur

Diagnosa : gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya privasi,

bising. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu

tidur akibat faktor eksternal (Herdman, Heather, 2010).


50

Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis gangguan

pola tidur yang telah disesuaikan dengan diagnosa yang ada dalam buku

(Herdman, Heather, 2010). Penulis mencantumkan masalah gangguan pola

tidur dengan alasan mengacu pada data subyektif klien mengatakan kurang

puas tidur, tidurnya tidak nyenyak, sering terjaga. Data obyektif tampak

palpebra klien berwarna kehitaman, wajah klien tampak lusuh kurang

tidur.

Batasan karakteristik gangguan pola tidur menurut (Herdman,

Heather, 2010) yaitu perubahan pola tidur abnormal, keluhan verbal

merasa kurang istirahat, kurang puas tidur.

Berdasarkan data tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa

diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan batasan karakteristik yang

sesuai dengan buku (Herdman, Heather, 2010).

d. Masalah keperawatan kurangnya pengetahuan

Diagnosa : kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi

berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan

perawatan diri.

Tidak dimunculkan oleh perawat dalam masalah keperawatan

karena saat dikaji klien dan keluarga sudah paham tentang penyakit

hipertensi.

Dari data pengkajian yang sudah didapatkan penulis, tidak semua

diagnosa muncul pada Tn. S .Dikarenakan tidak muncul dalam batasan

karakteristik. Untuk memprioritaskan diagnose keperawatan pada Tn. S


51

penulis menggunakan prioritas kebutuhan dasar Maslow. Diagnosa utama

adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.

3. Intervensi

Intervensi atau perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

,mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah

didentifikasi dalam diagnosis keperawatan (Rohmah dan Walid, 2012).

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang

merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yan akan dilakukan,

bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua

tindakan keperawatan (Junaidi, 2011).

Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan

dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada. Tujuan dari tindakan

keperawatan menggunakan kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu

Spesifik (jelas), Measurable (dapat diukur), Acceptance, Rasional dan

Timing. Kriteria hasil merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat

memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam membuat

pertimbangan (Hidayat, 2010).

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis.

Dengan intervensi pertahankan tirah baring, berikan lingkungan yang

tenang, minimalkan gangguan lingkungan, bantu pasien dalam ambulasi

sesuai kebutuhan, beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan

sakit kepala seperti posisi nyaman, tehnik relaksasi, rendam kaki untuk
52

merendahkan tekanan darah, hilangkan/minimalkan vasokonstriksi yang

dapat meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk

panjang, membungkuk, kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

analgesik. Pada kasus Tn. S penulis melakukan rencana tindakan selama

3x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil melaporkan

penurunan nyeri (0-10),wajah klien tampak rileks yangberati nyeri sudah

berkurang (Judha, Sudarti, dan Fauziah, 2012). Pemeriksaan tanda-tanda

vital dalam batas normal tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 60-

100 kali per menit, suhu 36-37,5 derajad celcius (Asrin, Safrudin dan

Purwatiningsih, 2009).

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Dengan intervensi berikan dorongan untuk aktifitas/perawatan diri

bertahap jika dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan,

instruksikan pasien tentang penghematan energi, kaji respon pasien

terhadap aktifitas, mengkaji adanya pusing atau nyeri kepala, observasi

tanda-tanda vital tiap 2 jam, berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur

untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu

istirahat sepanjang siang atau sore. Pada kasus Tn. S penulis melakukan

rencana tindakan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil klien dapat

melakukan aktivitas dengan mandiri maksimal dapat tercapai (2hari),

menyadari keterbatasan energi, menyeimbangkan aktivitas dan istirahat,

tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas (Wilkinson, 2007).


53

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya privasi, bising.

Dengan intervensi mengkaji pola tidur klien, bantu klien mengurangi nyeri

sebelum tidur dan posisikan klien dengan nyaman untuk tidur, jaga

lingkungan tenang misalnya mengecilkan suara radio atau televisi. Pada

kasus Tn. S penulis melakukan rencana tindakan selama 3x24 jam

diharapkan klien dapat memenuhi kebutuhan tidur dengan kriteria hasil

klien jarang terbangun pada malam hari, klien mudah tertidur tanpa

kesulitan, klien dapat bagun pagi dengan wajah yang segar dan tidak

merasa lelah.

4. Implementasi

Menurut Potter & Perry (1997) bahwa implementasi adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari

masalah status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil

yang diharapkan. Implementasi adalah rencana realisasi rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan

juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien

selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru

(Rohmah dan Walid, 2012).

a. Implementasi diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera biologis.

Penulis melakukan tindakan rendam kaki menggunakan air hangat selama

3 hari berturut-turut, dengan frekuensi 1x setiap pagi hari. Saat sebelum

dilakukan tindakan tekanan darah Tn. S 180/90 mmHg dan hari ketiga
54

diperoleh tekanan darah 140/80 mmHg. Hal tersebut juga dipengaruhi

oleh pemberian obat medis, sehingga penulis memberikan edukasi kepada

pasien agar terapi rendam kaki ini menjadi salah satu alternatif pilihan

disaat ingin menstabilkan tekanan darah saat kondisi pasien dirumah,

meskipun saat di rumah sakit sudah di mulai relaksasi tersebut. Hasilnya

akan lebih baik jika dilakukan selama kurang lebih 1 bulan.

Hasil dari tindakan tersebut membuktikan bahwa tekanan darah

dapat turun saat diberikan terapi rendam kaki dengan air hangat. Hal

tersebut karena terapi rendam kaki dengan air hangat dapat menurunkan

tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi, dengan

terapi rendam kaki dengan air hangat akan meciptakan suasana yang lebih

rileks. Rendam kaki menggunakan air hangat akan meregangkan syaraf

yang terdapat pada kaki untuk merangsang barosereptor, dimana

baroreseptor merupakan reflek paling utama dalam menentukan kontrol

regulasi pada denyut jantung dan tekanan darah. Baroreseptor menerima

rangsangan dari peregangan atau tekanan yang berlokasi di arkus aorta dan

sinuskarotikus. Pada saat tekanan darah arteri meningkat dan arteri

meregang, resptor-reseptor ini dengan cepat mengirim impulsnya ke pusat

vasomotor mengakibatkan vasodilatasi pada arteriol dan vena. Dilatasi

ateriol menurunkan tahanan perifer dan dilatasi vena menyebabkan darah

menumpuk pada vena sehingga mengurangi aliran balik vena, dan dengan

demikian menurunkan curah jantung. Implus aferen suatu baroreseptor

yang mencapai jantung akan merangsang aktivitas saraf parasimpatis dan


55

menghambat pusat simpatis (kardioaselerator) sehingga menyebabkan

penurunan denyut jantung dan daya kontraksi jantung (Guyton dan Prof.

Hembing, 2000).

Pemberian terapi non farmakologis relatif praktis dan efisien, karena

terapi non farmakologi salah satu jenis pengobatan atau penyembuhan

dengan cara terapi rendam kaki dengan air hangat yang dapat menurunkan

tekan darah tinggi pada penderita hipertensi.

Hari pertama penggunaan terapi rendam kaki dilakukan penulis

kepada klien penggunaan terapi rendam kaki dengan air hangat di

dapatkan hasil yang dimulai pada tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa

pertama melakukan tindakan mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T),

respon subyektif klien mengatakan nyeri apabila banyak bergerak, kepala

pusing seperti ditusuk-tusuk, pada kepala bagian belakang, skala nyeri 7,

nyeri hilang timbul saat bergerak, data obyektif klien tampak meringis

kesakitan. Pukul 08.00 WIB menganjurkan klien untuk minum obat

captopril 2x12,5 mg didapatkan respon subyektif klien mengatakan mau

minum obat captopril 2x12,5 mg, respon obyektif klien tampak minum

obat captopril 2x12,5 mg dengan air teh, pukul 08.00 WIB memberikan

suntikan alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per 12 jam,

furosemid 40 mg per 12 jam melalui intravena respon subyektifnya klien

mengatakan bersedia di suntik dan respon obyektifnya respon obat

alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per 12 jam, furosemid 40

mg per 12 jam masuk lewat intravena melalui selang infus. Pukul 08.20
56

WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien

mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif

didapatkan hasil 180/90 mmHg, frekuensi nadi 89 kali per menit, suhu

36,3 derajad celcius, pernafasan 24 kali per menit. Pukul 08.50 WIB

mengajarkan teknik rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan

tekanan darah, respon subyektif klien mau mempraktikan apa yang

diajarkan oleh perawat, respon obyektif klien tampak merendam kakinya.

Pukul 09.00 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif

klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon

obyektif didapatkan hasil 180/90 mmHg, frekuensi nadi 88 kali per menit,

suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit. Pukul

11.00 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien

mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif

didapatkan hasil tekanan darah 170/80 mmHg, frekuensi nadi 82 kali per

menit, suhu 36 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit.

Pukul 12.00 WIB memberikan penjelasan bahwa klien tidak boleh

mengejan ketika BAB, respon subyektif klien menjawab “iya”, respon

obyektif klien tampak menganggukkan kepala tanda mengerti.

Tindakan keperawatan yang diilakukan penulis kepada klien

padahari ke dua 11 April 2014 untuk diagnosa pertama mengkaji

karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), respon klien mengatakan nyeri apabila

banyak bergerak, kepala pusing seperti ditekan sudah berkurang, pada

bagian kepala belakang, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul saat bergerak.
57

Pukul 07.30 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif

klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon

obyektif didapatkan hasil tekanan darah 170/90 mmHg, frekuensi nadi 80

kali per menit, suhu 36 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per

menit. Pukul 08.00 WIB menganjurkan klien untuk minum obat captopril

2x12,5 mg dan memberikan suntikan alinamin 25 mg per 24 jam,

ranitidine 25 mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam melalui

intravena respon subyektifnya klien mengatakan bersedia disuntik dan

respon obyektifnya respon obat alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25

mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam masuk lewat intravena melalui

selang infus. Pukul 08.05 WIB mengajarkan teknik rendam kaki dengan

air hangat untuk menurunkan tekanan darah, respon subyektif klien mau

mempraktikan apa yang diajarkan oleh perawat, respon obyektif klien

tampak merendam kakinya. Pukul 08.15 WIB memonitor tanda-tanda vital

dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda

vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 160/90 mmHg,

frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu 36,6 derajad celcius, frekuensi

pernafasan 24 kali per menit. Pukul 09.00 WIB mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam, respon subyektif klien mengatakan bersedia

diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, data obyektif klien tampak lebih

rileks dengan skala nyeri turun menjadi 5, nyeri seperti ditekan, dirasakan

di kepala bagian belakang, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul 10.15

WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien


58

mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif

didapatkan hasil 170/90 mmHg, frekuensi nadi 86 kali per menit, suhu

36,4 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 12.15

WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien

mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif

didapatkan hasil 160/90 mmHg, frekuensi nadi 88 kali per menit, suhu

36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 26 kali per menit. Pukul 14.15

WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien

mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif

didapatkan hasil 150/90 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu

36,3 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit.

Tindakan keperawatan yang diilakukan penulis kepada klien pada

hari ke tiga tanggal 12 April 2014 untuk diagnosa pertama mengkaji

karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), respon klien mengatakan nyeri kepala

berkurang, kepala pusing seperti ditekan sudah berkurang, pada bagian

kepala belakang, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul

07.30 WIB melakukan tanda-tanda vital respon tekanan darah 150/80

mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36 derajad celcius, frekuensi

pernafasan 24 kali per menit. Pukul 08.00 WIB menganjurkan klien untuk

minum obat captopril 2x12,5 mg didapatkan respon subyektif klien

mengatakan mau minum obat captopril 2x12,5 mg, respon obyektif klien

tampak minum obat captopril 2x12,5 mg dengan air putih. Pukul 08.00

WIB memberikan suntikan alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg


59

per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam melalui intravena respon

subyektifnya klien mengatakan bersedia di suntik dan respon obyektifnya

respon obat alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per 12 jam,

furosemid 40 mg per 12 jam masuk lewat intravena melalui selang infus.

Pukul 08.15 WIB mengajarkan teknik rendam kaki dengan air hangat

untuk menurunkan tekanan darah, respon klien mau mempraktikan apa

yang diajarkan oleh perawat. Pukul 09.30 WIB memonitor tanda-tanda

vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-

tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 140/90 mmHg,

frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu 36,3 derajad celcius, frekuensi

pernafasan 24 kali per menit. Pukul 09.40 WIB mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam, respon subyektif klien mengatakan bersedia

diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, data obyektif klien tampak lebih

rileks dengan skala nyeri turun menjadi 5, nyeri seperti ditekan, dirasakan

di kepala bagian belakang, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul 11.30

WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien

mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif

didapatkan hasil 145/80 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu

36,4 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 13.30

WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien

mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif

didapatkan hasil 140/80 mmHg, frekuensi nadi 82 kali per menit, suhu

36,2 derajad celcius, frekuensi pernafasan 20 kali per menit.


60

Pada Tn. S, yang terjadi setelah dilakukan teknik rendam kaki

menggunakan air hangat adalah klien rileks, nyeri dapat berkurang,

tekanan darah berkurang, klien tampak tenang dan nyaman setelah

dilakukan rendam kaki dengan air hangat, pada klien dengan kondisi rileks

yang terjadi adalah penurunan tekanan darah, yang menunjukkan hasil

penurunan tekanan darah dengan tindakan nonfarmakologis yaitu dengan

cara rendam kaki menggunakan air hangat.

a. Implementasi diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan umum.

Penulis melakukan tindakan dengan cara menyeimbangkan aktivitas

dan membatasi aktivitas selama 2 hari berturut-turut, sebelum

melakukan tindakan tersebut diruang Tn. S sangat ramai dengan

kehadiran keluarganya aktivitas yang selalu dibantu oleh istri dengan

banyak yang menuggu dan menjaga Tn. S, dan setelah dilakukan

edukasi pada Tn. S dan keluarganya klien dapat menyeimbangkan dan

membatasi aktifitasnya dengan maksimal dengan rasional klien dapat

membatasi dan menyeimbangkan aktivitas dengan dibantu oleh

keluarga.

Tindakan keperawatan yang diilakukan penulis kepada klien

padahari pertama tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa kedua pukul

09.30 WIB menganjurkan kepada keluarga untuk menjaga lingkungan

yang tenang, di dapatkan respon subyektif keluarga menuruti kata-kata

perawat. Pukul 09.45 WIB mengkaji tingkat ketergantungan pasien


61

dengan respon subyektifnya klien mengatakan aktivitas sehari-hari

dibantu keluarga dan respon obyektifnya aktivitas sehari-hari tampak

dibantu oleh keluarga. Pukul 11.00 WIB menganjurkan keluarga untuk

membantu pemenuhan ADL klien dengan respon obyektif keluarga

tampak kooperatif mengikuti saran perawat. Pukul 13.00 WIB

menganjurkan kepada keluarga untuk mendekatkan alat yang

dibutuhkan klien dengan respon subyektif keluarga mengatakan iya dan

respon objektifnya klien tampak dapat mengambil barang yang

dibutuhkan.

Tindakan keperawatan yang diilakukan penulis kepada klien

pada hari ke dua tanggal 11 April 2014 untuk diagnosa ke dua pukul

09.15 WIB mengkaji respon ketergantungan klien terhadap aktivitas,

respon klien beraktivitas secara mandiri. Pukul 09.20 WIB

menganjurkan klien agar tidak banyak beraktifitas, respon klien mau

menurut kepada perawat, pukul 10.00 WIB melibatkan keluarga dalam

perawatan pasien respon klien keluarga kooperatif dan mau membantu

merawat pasien sampai pasien sembuh dan keluarga tampak sabar

dalam ayahnya.

Pada Tn. S, yang terjadi setelah dilakukan tindakan untuk

membatasi dan menyeimbangkan aktivitas dengan kondisi klien yang

didapatkan penulis, klien mampu untuk beraktivitas secara mandiri.

b. Implementasi diagnosa ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan

kurangnya privasi.
62

Penulis mengkaji pola tidur klien, bantu klien mengurangi nyeri

sebelum tidur dan posisikan klien dengan nyaman untuk tidur, jaga

lingkungan tenang misalnya mengecilkan suara radio atau televisi.

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada

tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa ke tiga pukul 10.00 WIB peneliti

melakukan tindakan menganjurkan kepada keluarga untuk menciptakan

suasana yang tenang dan nyaman agar klien bisa beristirahat, respon

klien mengerti dan menganjurkan keluarganya agar tidak berisik. Pukul

10.30 WIB mengkaji keluhan nyeri kepala, respon klien mengatakan

masih merasakan nyeri pada kepala bagian belakang nyeri apabila

banyak bergerak, kepala pusing seperti ditusuk-tusuk, pada bagian

kepala belakang, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul

11.00 WIB memberikan kesempatan klien agar beristirahat, respon

klien tertidur di tempat tidurnya, pukul 12.00 WIB memberikan makan

siang kepada klien, respon klien mengucapkan terimakasih. Pukul 12.30

WIB memotivasi agar klien beristirahat, didapatkan respon subyektif

klien mengatakan “iya”.

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada

tanggal 11 April 2014 untuk diagnosa ke tiga pukul 10.00 WIB

menciptakan suasana yang tenang dan nyaman agar klien bisa

beristirahat, respon klien mengerti dan menyuruh keluarganya agar

tidak berisik. Pukul 10.30 WIB mengkaji keluhan nyeri kepala, respon

klien mengatakan nyeri apabila banyak bergerak, kepala pusing seperti


63

ditekan sudah berkurang, pada bagian kepala belakang, skala nyeri 5,

nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul 11.00 WIB memberikan

kesempatan klien agar beristirahat, respon klien tertidur di tempat

tidurnya. Pukul 12.00 WIB memberikan makan siang kepada klien,

respon klien mengucapkan terimakasih, pukul 12.30 WIB memotivasi

agar klien beristirahat, didapatkan respon klien mengatakan “iya”.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan klien (hasil yag diamati) dengan tujuam yang dibuat pada tahap

perencanaan (Rohmah dan Wahid, 2012). Evaluasi yang akan dilakukan oleh

penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga

rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP, subjective, objective,

analisa, planning (Deden, 2012:136).

Pembahasan dari evaluasi yang meliputi subjektif, objektif, analisa dan

rencana :

Evaluasi hari pertama masalah nyeri akut belum teratasi, klien

mengatakan pasien mengatakan masih mengeluh nyeri pusing pada

kepalanya, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul saat

bergerak, klien tampak meringis menahan sakit diperoleh pemeriksaan fisik

tanda-tanda vital tekanan darah dengan respon obyektif didapatkan hasil

tekanan darah 170/80 mmHg, frekuensi nadi 82 kali per menit, suhu 36

derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit.


64

Evaluasi hari pertama untuk diagnosa kedua intoleransi belum teratasi

klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sendirian harus dibantu

oleh orang lain, merasa badannya lemah, klien tampak terbaring lemah di

tempat tidur, tampak istri klien membantu klien dalam beraktivitas seperti

makan, toileting dan lain-lain.

Evaluasi hari pertama masalah gangguan pola tidur belum teratasi klien

mengatakan kurang puas tidur, tidurnya tidak nyenyak, sering terjaga.

Tampak palpebra klien berwarna kehitaman, wajah klien tampak lusuh

kurang tidur.

Evaluasi hari kedua masalah nyeri akut dan tekanan darah masalah

belum teratasi dengan respon obyektif skala nyeri turun menjadi 5, nyeri

seperti ditekan, dirasakan di kepala bagian belakang, nyeri hilang timbul saat

bergerak didapatkan hasil 150/90 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit,

suhu 36,3 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit.

Evaluasi hari kedua masalah intoleransi aktivitas masalah teratasi, klien

mengatakan intoleransi aktivitas teratasi karena tujuan dan kriteria hasil yang

dibuat penulis tercapai.

Evaluasi hari kedua masalah gangguan pola tidur teratasi karena tujuan

dan kriteria hasil yang dibuat penulis tercapai klien mengatakan tidur sudah

nyenyak, tidak terbangun pada malam hari, tampak wajah klien segar ketika

bagun tidur, palpebra sudah tidak kehitaman.


65

Evaluasi hari ketiga masalah teratasi karena tujuan dan kriteria hasil

yang dibuat penulis tercapai. Klien mengatakan nyeri berkurang, nyeri

dirasakan ketika bergerak, pada kepala belakang, skala nyeri 3, nyeri hilang

timbul saat bergerak, hasil vital sign didapatkan 140/80 mmHg, frekuensi

pernafasan 22 kali per menit, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36

derajad celcius, pasien tampak lebih rileks dan tidak pusing lagi.

Berdasarkan evaluasi diatas, diperoleh hasil bahwa rendam kaki pada

Tn.S dapat mengurangi nyeri dan menurunkan tekanan darah. Sebelum

dilakukan rendam kaki tekanan darah Tn.S 180/90 mmHg, dan setelah

dilakukan rendam kaki selama 3 hari dan per hari 1 kali, tekanan darah

menjadi 140/80 mmHg dan skala nyeri menjadi 3. Hal tersebut dikarenakan

bahwa berdasarkan hasil penelitian (Khoiroh Umah, Lina Madyastuti R,

Linda Pribowati Christina) rendam kaki akan efektif menurunkan tekanan

darah jika dilakukan selama satu bulan. Tindakan yang dilakukan penulis juga

dipengaruhi oleh terapi medis atau obat-obatan penurun tekanan darah.

Sehingga penulis memberikan intervensi keperawatan untuk tetap melakukan

selama di rumah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa,

perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang Asuhan Keperawatan Tn S

dengan Hipertensi di Ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo dengan

mengaplikasikan hasil penelitian tentang pemberian terapi rendam kaki dengan

air hangat makan dapat ditarik kesimpulan :

1. Pengkajian

Hasilpengkajian pada Tn. S adalah klienmengeluhkepala pusing

seperti ditusuk-tusuk, pada kepala bagian belakang, skala nyeri 7, nyeri

hilang timbul saat bergerak. Tekanan darah 180/90mmHg, frekuensi nadi 88

kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per

menit.

2. Diagnosa

Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Tn S adalah nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis, peningkatan tekanan darah

(hipertensi).

3. Intervensi

Intervensi yang dibuat oleh penulis kaji karateristik nyeri, observasi

TTV tiap 2 jam, beri tindakan nonfarmakologi rendam kaki untuk

merendahkan tekanan darah.Implementasi, observasi tanda-tanda vital klien.

66
67

4. Implementasi

Implementasi yang dilakukan penulis meliputi mengkaji karakteristik

nyeri (P,Q,R,S,T), mengukur tanda-tanda vital, mengajarkan teknik rendam

kaki dengan air hangat untuk menurunkan tekanan darah.

5. Evaluasi

Hasil evaluasi masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera biologis diperoleh masalah teratasi karena tujuan dan kriteria

hasil yang dibuat penulis tercapai. Klien mengatakan nyeri berkurang, nyeri

dirasakan ketika bergerak, pada kepala belakang, skala nyeri 3, nyeri hilang

timbul saat bergerak, hasil vital sign didapatkan 140/80 mmHg, frekuensi

pernafasan 22 kali per menit, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36

derajad celcius, pasien tampak lebih rileks dan tidak pusing lagi. Masalah

teratasi, intervensi dihentikan.

6. Analisa

Hasil analisa yang didapatkan masalah nyeri akut dan tekanan darah

teratasi dan intervensi dihentikan.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan

hipertensi, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif

khususnya dibidang kesehatan antara lain :

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan

dengan cara non farmakologis yaitu rendam kaki dengan air hangat untuk
68

menurunkan tekanan darah dan mempertahankan hubungan kerja sama baik

antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu

pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan klien

hipertensi khususnya.

2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam

memberikan asuhan keperwatan pada klien agar lebih maksimal, khususnya

pada klien dengan hipertensi. Perwat diharapkan dapat memberikan

pelayanan professional dan komprehensif.

3. BagiInstitusiPendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas dan profesional sehingga dapat tercipta perawat professional,

trampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan

keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah Muhamad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa, Diva Press :


Yogyakarta

Dermawan, Deden. 2013. Proses Keperwatan Penerapan Konsep dan Kerangka


Kerja. Gosyen Publising, Yogyakarta.

Dewi, Ratna. 2013. Penyakit-penyakit Mematikan, Nuha Medika, edisi 1 :


Yogjakarta

Gunawan L. 2004. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Kanisius : Yogyakarta

Hall, Guyton. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Hayens. 2003. Patofisilogi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Herdman,Heather, 2010. NANDA Diagnose Keperawatan dan Klasifikasi 2009-


2011. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba


Medika, hal 119

ISO Indonesia. 2010. Informasi Spesialite Obat. PT ISFI. Jakarta

Junaidi, Mohammad, Sudarti, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri. Nuha Medika,
hal 119

Koiroh Umah, Lina Madyastuti R, dkk. 2011. Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air
Hangat Terhadap Perubahan Tekanan Darah. Pada Hipertensi, diakses 26
Maret 2014

Kusuma Wijaya, Hambing. 2000. Hipertensi (http:// Rendam Kaki Menggunakan


Air Hangat). diakses pada tanggal 26 Maret 2014

Madyastuti, Lina. 2011. Cara Baru Jinakkan Hipertensi. Diakses 8 April 2014

Muwarni, Arinta. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam, Gosyen Publishing,


edisi 1: Yogyakarta

Ningrum, Agnesia, 2012. Seluk Beluk Hipertensi, Airlangga Publishing :


Yogyakarta

Peni. 2008. Panduan Gaya Hidup. Tabloid gaya hidup sehat (http:// Gaya Hidup
Sehat online.com) diakses pada 17 April 2014

69
70

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Volume 1. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan


Praktik. Volume 2. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Rohman, Nikmatur dan Saiful Wallid. 2012. Proses Keperawatan Teori dan
Aplikasi, Ar-Ruzz Media, Jakarta : hal 17-105

Safrudin ANS, Asrin, Eti Purwaningsih. 2009. Hubungan Tidur Dengan Lama
Hari Dirawat Pada Pasien Hipertensi. diakses 5 April 2014

Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Edisi 8 vol 1. Ter. Agung Waluyo dkk. Jakarta :
EGC

Surendra Fadilah. 2008. Kurangi Asupan Garam Cegah Hipertensi. diakses 2


April 2014

Susilo, Yekti dan Ari Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi, CV
Andi : Yogyakarta

Wikinson, J. M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC


dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai