Indikasi dilakukannya resusitasi adalah henti napas (apnu) dan henti jantung (cardiac
aerrst)
Gejala akibat sumbatan jalan napas yang segera dapat diketahui dari keadaan
klinis
Hiperkarbia, yaitu penurunan kesadaran. Dipastikan dengan peninggian PCO2
arteri.
Hipoksemia, yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis. Pada
hipoksemia, terjadinya sianosis tergantung Hb reduksi > 5 g% akan terjadi
sianosis. Keadaan hipoksemia dipastikan dengan penurunan PO2 arteri.
2. Henti jantung (cardiac arrest)
Bila terjadi henti jantung primer, oksigen tidak beredar dan oksigen yang tersisa
dalam organ vital akan habis dalam beberapa detik.
Henti jantung dapat disebabkan oleh faktor intrinsik atau ekstrinsik. Faktor intrinsik
berupa penyakit kardiovaskular seperti asistol, fibrilasi ventrikel, dan disosiasi
elektromekanik. Faktor ekstrinsik adalah kekurangan oksigen akut (henti napas
sentral atau perifer, sumbatan jalan napas, dan inhalasi asap); kelebihan dosis obat
(digitalis, kuinidin, antidepresan trisiklik, propoksifen, adrenalin dan isoprenalin);
gangguan asam basa atau elektrolit (hipo atau hiperkalemia, hipo atau
hipermagnesia, hiperkalsemia, dan asidosis); kecelakaan (syok listrik, tenggelam,
dan cedera kilat petir); refleks vagal; anestesi dan pembedahan; terapi dan
tindakan diagnostik medis; dan syok (hipovolemik, neurogenik, toksik, dan
anafilaktik)
Tanda-tanda henti jantung adalah sebagai berikut :
1. Hilangnya kesadaran dalam waktu 10-20 detik setelah henti jantung
2. Henti napas (apnu) atau megap-megap (gasping) yang muncul setelah 15-30
detik henti jantung
3. Terlihat seperti mati (death like appearance) dengan warna kulit pucat sampai
kelabu.
4. Pupil dilatasi dalam waktu 45 detik setelah henti jantung.
5. Tidak teraba denyut arteri besar, yaitu arteri fermoralis dan karotis pada orang
dewasa atau brakialis pada bayi dan anak kecil. Tanda ini muncul segera setelah
henti jantung.
Diagnosis henti jantung sudah dapat ditegakkan bila pasien tidak sadar dan tidak
teraba denyut arteri besar. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Tekanan darah sistolik 50 mmHg mungkin tidak menghasilkan denyut nadi yang
dapat diraba.
2. Aktivitas elektrokardiogram (EKG) mungkin terus berlanjut meskipun tidak ada
kontraksi mekanis terutama pada anfiksia.
3. Gerakan kabel EKG dapat menyerupai irama yang tidak mantap.
Resusitasi harus dilakukan pada infark jantung kecil yang mengakibatkan kematian
listrik, serangan Adams-Stokes, hipoksia akut, keracunan dan kelebihan dosis
obat-obatan, sengatan listrik, refleks vagal, tenggelam dan kecelakaan-kecelakaan
lain yang masih memberikan paluang hidup.
Daftar pustaka
Sunatrio, S. Joenoerham, J. Resusitasi jantung paru. Dalam : Muhiman, M, dkk Editor.
Anestesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 1989: 157-76.
Sunatrio, Resusitasi jantung paru. Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia,1993.
Safar P, Bircher N: Cardipulmonary cerebral resuscitation. London: WB Saunders
Company, 1984.
Muhardi, Sudarsono, Tampubolon,O.E Susilo. Resusitasi jantung paru. Dalam:
Muhiman,M. ed. Penatalaksanaan pasien di intensive care unit.
Jakarta:Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesi, 1989: 109-144.
Alexander RH, Proctor HJ. Advanced Trauma Life Support Course for Physicians.
Chicago:The American College of Surgeon. 5th edition. 1993: 17-59.