Anda di halaman 1dari 8

ISSN 2442-3041

Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika


Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015
© STKIP PGRI Banjarmasin

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH2

Abdul Jabar
STKIP PGRI Banjarmasin
E-mail: abdul.jabar.bjm@gmail.co m

Abstrak: Pada umumnya guru jarang memberikan atau membuat naskah soal yang berkarakter
problem solving untuk menguji kemampuan pemecahan masalah. Keadaan ini tentu akan berimbas
pada rendahnya kemampuan pemecahan masalah pada pelajaran matematika. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika di SMK Negeri 3
Banjarmasin dengan menerapkan pendekatan pembelajaran problem posing di kelas XA program
studi Multimedia pada materi sistem persamaan linear. Rancangan penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Sebelum melakukan treatmen terhadap kelas yang hendak diteliti, terlebih dahulu
dilakasanakan pengamatan yang mencakup pembelajaran dan hasil pembelajaran. Indikator
keberhasilan siswa dalam memecahkan masalah yakni minimal siswa mampu memecahkan masalah
pada level baik. Hasil kemampuan pemecahan masalah pada matematika pada siklus I terkategori
sangat baik, sebanyak 12,9% sedangkan pada level baik, sebesar 87,1%. Pada siklus II, kema puan
pemecahan masalah matematika sebesar 100% berada pada level sangat baik.

Kata kunci: problem posing, kemampuan pemecahan masalah

Seiring dengan tidak adanya batas ruang dan problem solver. Keterampilan ini sangat
waktu dalam kehidupan di era globalisa s i, penting dimiliki oleh siswa agar mampu
persaingan hidup adalah sebuah keniscayaan. menjadi pribadi yang solutif. Problem solver
Ketatanya persaingan hidup tentu akan merupakan sebuah karakter yang muncul dari
menjadi kunci utama agar anak bangsa ini akibat terkondisinya siswa untuk berpikir
mampu bertahan. Pendidikan sebagai salah kreatif dan kritis.
satu pembinaan generasi muda haruslah Pemerintah telah membuat kebijakan
mampu mefasilitasi dan mempersiapka n agar pendidikan di Indonesia mampu
peserta didik yang unggul. Salah satu karakter menciptakan lulusan yang memiliki karakter
unggul yang dimiliki oleh peserta didik atau problem solver. Permen Diknas Nomor 22
siswa adalah kemampuan menjadi seorang tahun 2006 tentang standar isi menyebutka n

2 Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP PGRI Banjarmasin, 28 Januari 2015

81
82 Abdul Jabar

bahwa konten pendidikan di Indonesia harus siswa dalam problem solving berkaitan
mampu mencetak siswa yang memilik i dengan kemampuan pemecahan masalah
karakter berpikir kreatif dan kritis. Sejalan sehingga harus memberikan program problem
dengan itu, National Council of Teachers of solving dalam pembelajaran matematika.
Mathematics atau NCTM (2000:52) Sehingga sangat strategis memang ketika
menyatakan bahwa “problem solving is an pemerintah juga menetapkan pemecahan
integral part of all mathematics learning…”. masalah menjadi salah satu tujuan
Problem solving merupakan bagian integra l pembelajaran matematika di SMK.
dari matematika. Pentingnya kemampuan Sayangnya, harapan dari pemerinta h
pemecahan masalah merupakan buah dari serta rekomendasi yang diberikan oleh ahli
proses pembelajaran. Pembelajaran yang pendidikan tidak terjadi di lapangan dalam hal
menyenangkan, bermakna akan mempercepat ini di sekolah. Fakta umum yang dapat
proses karakter tersebut. Peraturan Menteri dijumpai di sekolah menengah adalah
Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 sebagian besar pengajaran matematika masih
(Depdiknas, 2007: 2) tentang standar proses menerapkan paradigma lama melalui
menyebutkan bahwa proses pembelajaran pembelajran teacher centered tanpa banyak
pada satuan pendidikan diselenggaraka n memperhatikan kemungkinan penerapan
secara interaktif, inspiratif, menyenangka n, metode lain yang memungkinkan siswa aktif
menantang, memotivasi peserta didik untuk dalam belajar. Ahmad Fauzan (2002:27),
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang menggambarkan pembelajaran matematika di
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kelas sebagai berikut. “The teachers become
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan the centres of almost all activities in the
perkembangan fisik serta psikologi peserta classrooms in which the pupils are treated as
didik. Pembelajaran yang dirancang oleh guru an 'empty box' that needs to be filled. This
hendaknya mampu mengembangkan potensi situation is certainly not conducive either for
yang dimiliki oleh siswa. Kesuksesan mathematics teaching or for the learning
pengembangan potensi pada siswa dapat process”. Guru menjadi pusat pembelajaran
mengantarkan kesuksesan pada pembelajaran pada setiap aktivitas pembelajaran dengan
matematika. Matematika dan problem solving menjadi siswa sebagai kotak kosong. Keadaan
tidak dapat dipisahkan. Halmos (NCTM, yang demikian tidak kondusif untuk proses
2000: 341) menegaskan bahwa “problem pembelajaran. Hal ini dikarenakan
solving is heart of mathematics”. Hal ini pembelajaran yang dilakaukan oleh guru
dikarenakan sukses problem solving berarati masih sangat dominan (teacher centered) dan
sukses pada matematika sebagai isi dan memanimalkan peran siswa.
strategi dalam menyelesaikan masalah Berdasarkan laporan Programme for
(Halmos (NCTM, 2000: 341)). Menurut Bell International Student Assessment (PISA) pada
(1978:311) pemecahan masalah dapat tahun 2012 untuk literasi matematika,
membantu siswa belajar fakta matematika, menempatkan Indonesia pada peringkat ke –
keterampilan, konsep dan prinsip-prins ip 64 (skor 375) dari 65 negara peserta (OECD,
dengan menggambarkan aplikasi dari objek 2013: 65). Untuk leterasi matematika
matematika dan saling keterkaitan antara Indonesia berapa pada level yang rendah,
objek yang lain. Cai & Lester (2010: 5) yakni level 1(OECD, 2013: 61). Adapun pada
memberikan kesimpulan tentang kesuksesan level satu bermakna siswa hanya dapat

Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015
Penerapan Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah 83

menjawab pertanyaan rutin. Ini berarti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SMK
kemampuan siswa Indonesia untuk dalam Negeri 3 Banjarmasin. Adapun judul
menyelesaikan soal yang berkarakter penelitian tersebut adalah “Penerapan
problem solving sangat rendah. Hasil Pendekatan Problem posing untuk
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
SMK Negeri 3 Banjarmasin, pada umunya Masalah pada Materi Sistem Persamaan
guru sangat jarang memberikan atau membuat Linear Kelas XA Multimedia SMK Negeri 3
naskah soal yang berkarakter problem solving Banjarmasin Tahun pelajaran 2013/2014”.
untuk menguji kemampuan pemecahan
masalah. Keadaan ini tentu akan berimbas
Metode Penelitian
pada rendahnya kemampuan pemecahan
masalah pada pelajaran matematika. Penelitian ini merupakan penelitia n
Berdasarkan papar di atas perlu tindakan kelas. Secara keseluruhan kegiatan
dilaksanakan penelitian untuk memberika n penelitian ini akan dilaksanakan paling tidak
solusi terhadap permasalahan tersebut. dalam dua siklus. Kegiatan setiap siklus
Menurut NCTM (2000: 341) menyebutka n terdiri atas perumusan permasalahan yang
bahwa, “problem posing and problem solving dihadapi; memformulasi alternatif
led to a deeper understanding of both content pemecahan, perencanaan, dan persiapan
and process”. Pembelajaran yang melibatka n tindakan; pelaksanaan tindakan evaluasi
pendekatan problem posing dan problem kegiatan dan refleksi.
solving akan memunculkan pemahaman Untuk menentukan kriteria prestasi
yang lebih baik terhadap materi dan proses siswa maka digunakan klasifikasi yang
pembelajaran. Hasil penelitian yang ditentukan.Total skor aktual yang diperoleh
dilaksanakan oleh Xiaogang Xia, Chuanhan kemudian dikonversikan menjadi data
Lü,Bingyi Wang (2008) yang berjudul kualitatif skala lima seperti ditunjukkan pada
Research on Mathematics Instruction tabel berikut:
Experiment Based Problem posing
menyebutkan bahwa pendekatan problem Tabel 1. Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif
posing berbasis pada masalah signif ika n dengan Skala Lima
terhadapat kemampuan pemecahan masalah. Interval Kriteria
Osman Cankoy dan Sıtkıye Darbaz (2010) Mi+1,5Sdi<X≤M i+3SDi Sangat baik
Mi+Sdi<X≤Mi+1,5SDi Baik
dalam penelitiannya yang berjudul effect of a
Mi-0,5Sdi<X≤M i+SDi Cukup baik
problem posing based problem solving Mi-1,5Sdi<X≤M i-0,5SDi Kurang baik
instruction on understanding problem Mi-3Sdi≤X≤Mi-1,5SDi Sangat kurang
menyebutkan bahwa pendekatan problem baik
posing berbasis masalah lebih unggul Keterangan:
dibandingkan dengan pendekatan problem Rata-rata ideal (Mi) = ½ (skor maksimal ideal + skor
minimal ideal)
solving dalam memahami masalah 1
Standar deviasi ideal(Si) = (skor maksimal ideal - skor
matematika. 6
minimal ideal)
Pentingnya kemampuan pemecahan Mi : rata-rata ideal
masalah dan berdasarkan solusi dari para Si : standar deviasi
pakar matematika merupakan isu yang X : total skor aktual
menarik untuk ditindak-lanjuti berupa

Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015
84 Abdul Jabar

Penyekoran hasil tes siswa dalam TIMMS dan yang lainya telah menunjuka n
penelitian ini dilakukan dengan rentang dari 0 akan lemahnya kemampuan pemecahan
sampai 100, maka untuk menentukan kriteria masalah. Siswa yang memiliki karakter
hasil tes penelitian ini digunakan klasifika s i pemecehan masalah (problem solving)
yang telah ditentukan. Total skor semua unit merupakan hal yang penting dalam kehidupan
yang telah terkumpul kemudian dihitung nyata siswa setelah mereka berada dalam
persentasenya untuk masing-masing kategori lingkungan keluarga dan masyarakat. Peneliti
sangat baik, baik, cukup , kurang baik dan tertarik melakukan treatmen berupa
sangat kurang baik. Berikut adalah hasil penerapan model belajar problem posing
konversi untuk hasil tes pemecahan masalah. untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah.
Tabel 2. Klasifikasi Kemampuan Pemecahan Penelitian yang dilakukan dengan dua
masalah siklus ini dilakukan untuk mengeta hui
Interval Kriteria peningkatan hasil belajar siswa kelas XA
75 < X ≤ 100 Sangat baik Multimedia, yang dilihat dari peningkata n
50 < X ≤ 75 Baik
prestasi belajar siswa. Pelaksanaan kegiatan
41 < X ≤ 50 Cukup baik
25 < X ≤ 41 Kurang baik
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
0 ≤ X ≤ 25 Sangat kurang baik 1. Siklus I

a. Pelaksanaan Pembelajaran. Kegiatan


Hasil dan Pembahasan
pada siklus I ini meliputi pengkondis i-
Pemberi tindakan dalam penelitian ini an siswa dalam pengunaan internet
adalah peneliti sekaligus guru matematika. untuk pembelajaran, mengkondis ika n
siswa dalam belajar kelompok,
Peneliti merasa perlu melakukan penelitia n
mengerjakan soal latihan dalam
karena beberapa hal. Pertama, rendahnya
hasil belajar siswa setiap kali diadakan kelompok, mengerjakan soal tes akhir
ulangan harian. Tanda-tanda prestasi yang siklus.
kurang memuaskan sebenarnya sudah dapat di b. Hasil pengamatan menunjukka n
lihat dari proses pembelajaran. Banyaknya bahwa pembelajaran belum berjalan
dengan baik. Ini dilihat dari pemiliha n
siswa yang ijin keluar, partisipasi siswa dalam
materi yang masih saling berebutan
pembelajaran matematika yang minim.
Kedua, peneliti merasa tertantang dengan dan masih ada ahli materi yang belum
kondisi pembelajaran yang unik di SMK. Satu menguasai materi ini terlihat dari
sisi, siswa lebih tertarik belajar pada mata masih bingungnya saat mempre-
diklat produktif dari pada mata diklat normatif sentasikan materinya di kelompok asal
maupun adatif. Pembelajaran SMK lebih dan kondisi kelas juga masih terliha t
ramai.
menekankan pada pembelajaran yang
mendekatan peserta didik pada pembelajaran c. Peningkatan prestasi siswa dari skor
yang bersifat aplikatif. Pembelajaran aplikatif dasar ke siklus I dapat dilihat dalam
dalam kurikulum KTSP yakni table di bawah ini.
mengaplikasikan konsep dalam aplikasi
dalam kehidupan. Berdasarkan penelitia n

Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015
Penerapan Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah 85

Tabel 3. Hasil Belajar Siklus I Persentase Kriteria


Aspek Nilai Siklus I 0% Kurang baik
Rata-Rata 66 0% Sangat kurang baik
Standar Deviasi 6,4
Skor Maksimum 82
Skor Minimum 58 Berdasarkan tabel di atas, kemampuan
Berdasarkan tabel tersebut dapat pemecahan masalah siswa terhadap tes
diambil beberapa hal yakni: matematika sebagaian besar terketegori baik
yakni sebesar 87,1%. Sedangkan kemampuan
1. Secara klasikal, hasil belajar siswa kelas
pemecahan masalah pada kategori sangat baik
XA Multimedia masih dibawah KKM
sebesar 12,9%.
matematika yakni 70.
Kemampuan pemecahan masalah
2. Tingginya Standar Deviasi menunjuka n
terhadap matematika mengadopsi 5 langkah.
distribusi nilai antara skor maksimal dan
Adapun langkah (1) indentifikasi masalah
minimal masih cukup tinggi.
(L1); (2) merencanakan pemecahan masalah
3. Adanya jarak yang tinggi antara skor
(L2); (3) melaksanakan pemecahan masalah
tertinggi dan terendah.
(L3); (4) mericek hasil pemecahan masalah
(L4); dan (5) menarik kesimpulan (L5).
Deskripsi dari pemaparan di atas akan Berikut hasil pemecahan masalah matematika
lebih detail dari data tentang data kentutasan jika ditinjau dari langkah- langkah pemecahan
secara individual dengan menggunaka n masalah.
pembelajaran problem posing.
Tabel 6. Langkah Pemecahan Masalah
Tabel 4. Ketuntasan Klasikal Persentase
Langkah Pemecahan
Hasil Belajar Jumlah siswa Persentase Bobot Bobot Salah
Masalah
Benar
Skor ≥ 70 5 siswa 16,13%
L1 45% 55%
Skor < 70 26 siswa 83,87%
L2 61% 39%
L3 63% 37%
Berdasarkan tabel di atas dapat ditarik L4 34% 66%
L5 99% 1%
kesimpulan bahwa hanya 16,13% atau 5 siswa
yang memiliki nilai hasil belajar sama dengan Tabel di atas merupakan persentase
atau lebih besar dari KKM yakni 70. Sebagian kemampuan siswa memecahkan masalah
besar hasil belajar siswa masih di bawah setiap langkah pengerjaan berdasarkan skor
KKM yakni sebesar 83,87% atau sebanyak 26 ideal. Berdasarkan tabel di atas, L1 yang
siswa. merupakan identifikasi masalah sebesar 55%
Pada tes hasil belajar yang diberikan siswa mengalami kesulitan. L1 terdiri dari
adalah kemampuan untuk pemecahan masalah mengidentifikasi fakta yang diketahui dan hal
yang berkaitan dengan matematika. Berikut yang ditanyakan dalam permasalah yang
adalah hasil dari kemampuan pemecahan disajikan. Persentase tertinggi diperoleh oleh
masalah pada siklus I. siswa secara klasikal dengan kesalahan
terkecil adalah pada langkah ke-5 (L5). L5
Tabel 5. Kemampuan Pemecahan Masalah
merupakan penarikan kesimpulan dari
Persentase Kriteria
12,9% Sangat baik
permasalahan yang diberikan.
87,1% Baik
0% Cukup baik

Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015
86 Abdul Jabar

2. Siklus II
Berdasarkan tabel tersebut dapat
a. Perencanaan Pembelajaran. Kegiatan
diambil beberapa hal yakni:
yang dilakukan pada siklus II yaitu
pengkondisian kelompok untuk 1. Secara klasikal, hasil belajar siswa kelas
belajar berbasis internet, mengerjaka n XA Multimedia di atas KKM matematika
soal latihan, mengerjakan soal tes yakni 70. Persentase kenaikan secara
akhir siklus. Pembelajaran pada siklus klasikal sebesar 28,7%.
II berjalan dengan lancar dan baik. 2. Terjadi kenaikan skor maksimal siswa
Siswa sudah terlihat aktif mereka juga secara individual yakni sebesar 21,95%
sudah paham dengan tanggung jawab jika dibandingkan dengan siklus I.
mereka masing- masing. Dari hasil tes 3. Skor minimum pada siklus II terjadi
akhir siklus ada peningkatan nila i kenaikan jika dibandingkan dengan siklus
sesuai yang diharapkan sehingga I yakni sebesar 10,34.
penelitian dihentikan pada siklus II. Deskripsi dari pemaparan di atas akan
Berikut tabel hasil siklus II lebih detail dari data tentang data kentutasan
dibandingkan dengan siklus I.
secara individual dengan menggunaka n
b. Pelaksanaan Pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran problem posing.
pada siklus I ini meliputi pengkon-
disian siswa dalam pengunaan internet Tabel 8. Ketuntasan Klasikal
untuk pembelajaran dengan menggu- Jumlah Jumlah
Hasil
nakan model problem posing, siswa Siswa keterangan
Belajar
Siklus I Siklus II
mengkondisikan siswa dalam belajar Skor ≥ 70 5 siswa 30 siswa Kenaikan
kelompok, mengerjakan soal latiha n Skor < 70 26 siswa 1 siswa Penurunan
dalam kelompok, mengerjakan soal tes
akhir siklus. Berdasarkan tabel di atas jika
c. Hasil pengamatan menunjukka n dibandingkan ketuntasan klasikal antara
bahwa pembelajaran dengan menggu- siklus I dan II, maka terjadi peningkata n
nakan model problem posing telah jumlah siswa yang mengalami ketuntasan
menjadi model pembelajaran yang sebesar 500%. Hal ini juga berakibat pada
telah mereka kenal. Siswa mulai aktif penurunan siswa yang tidak tuntas. Jika pada
dalam kelompoknya mengerjakan soal siklus I, jumlah siswa yang tidak tuntas
dengan menyelesaikan masalah serta sebesar 26 siswa maka pada siklus II terjadi
membuat masalah baru. penurunan jumlah siswa yang tidak tuntas
d. Peningkatan prestasi siswa dari siklus yakni hanya 1 siswa.
I ke siklus II dapat dilihat dalam table Pada tes hasil belajar yang diberikan
di bawah ini. adalah kemampuan untuk pemecahan masalah
yang berkaitan dengan matematika. Berikut
Tabel 7. Persentase Kenaikan Hasil Belajar adalah hasil dari kemampuan pemecahan
Aspek Siklus I Siklus II Kenaikan masalah pada siklus I.
Rata-Rata 66 85 28,78%
Standar Deviasi 6,4 7 9,37%
Skor Mak. 82 100 21,95%
Skor Minimum 58 64 10,34%

Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015
Penerapan Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah 87

Tabel 9. Kemampuan Pemecahan Masalah (KPM) sebelum tretmen. Sebanyak 30,30%


Setiap Siklus hasil belajar pada level sangat baik
Persentase Persentase
KPM KPM Kriteria
serta ketuntasan belajar secara klasikal
Siklus I Siklus II sebesar 51,52%.
12,9% 100% Sangat baik b. Hasil belajar siswa pada siklus kedua
87,1% 0% Baik
0% 0% Cukup baik
dengan menggunakan pendekatan
0% 0% Kurang baik pembelajaran problem posing
Sangat mengalami peningkatan sebesar
0% 0%
kurang baik
19,46% dari siklus pertama. Sebanyak
66,67% hasil belajar pada level sangat
Berdasarkan tabel di atas, kemampuan
baik serta ketuntasan belajar secara
pemecahan masalah siswa terhadap tes
klasikal sebesar 100%.
matematika terjadi peningkatan ketegori. Jika
pada siklus I, kategori dengan kriteria sangat 2. Saran
baik sebesar 12,9% maka pada siklus II, a. Peneliti selanjutnya memperluas
kategori sangat baik sebesar 100%. Pada materi matematika selain persamaan
siklus II, tidak ada siswa yang berada pada linear.
kategori Baik. Hal ini berbeda jika b. Peneliti selanjutnya direkomendas ika n
dibandingkan pada siklus I pada kategori baik. melanjutkan ke siklus berikutnya
Sehingga secara keseluruhan terjadi kenaikan untuk mengetahui kekonsistenan dari
kemampuan pemecahan masalah matematika model yang digunakan.
pada siklus II. c. Peneliti selanjutnya direkomendas ika n
Jika dibandingkan dengan siklus I dan menggunakan jenis pendekatan
Siklus II pada aspek L2, secara umum siswa pembelajaran yang mampu menunja ng
mengalami kesulitan. Kesulitan yang dialami pemecahan masalah matematika.
oleh siswa pada L2 adalah sebagian besar
siswa tidak menuliskan rencana pemecahan
masalah. Persentase tertinggi diperoleh oleh Daftar Pustaka
siswa secara klasikal adalah pada langkah ke-
Ahmad Fauzan. (2002). Applying realistic
5 (L5). Keseluruhan siswa telah menuliska n
mathematics education (RME) in
kesimpulan dari setiap permaslahan yang teaching geometry in indonesian
disajikan. L5 merupakan penarikan primary schools. Thesis Megister, Den
kesimpulan dari permasalahan yang Haag: PrintPartners Ipskamp –
diberikan. Enschede.
Bell, F. H. (1978). Teaching and learning
mathematics (In secondary school).
Kesimpulan dan Saran USA: Wm. C. Browm Company
Publisher.
1. Kesimpulan
Cai, J & Lester, F.(April 2010). Why is
a. Hasil belajar siswa pada siklus teaching with problem solving
pertama dengan menggunaka n important to student learning. National
pendekatan pembelajaran problem Council of Teachers of Mathematics,1-
posing mengalami peningkata n 6.
sebesar 75% dari keadaan awal

Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015
88 Abdul Jabar

Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri


Pendidikan Nasional RI Nomor 41,
Tahun 2007, tentang tentang standar
proses untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah.
NCTM. (2000). Principles and standardas for
school. Reston, VA: The National
Council of Theacher of Mathematics,
Inc.
OECD. (2013). PISA 2012 results: what
students know and can do – student
performance in reading, mathematics
and science (Volume I). Diunduh dari
www.oecd.org/publishing/corrigenda.
Xiaogang Xia, Chuanhan Lu, & Biingyi
Wang. (2008). Reasearch on
mathematics instruction experime nt
based problem posing.Journal of
mathematics education, 1, 153-163.

Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015

Anda mungkin juga menyukai