Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyelenggaraan pendidikan tinggi dilakukan melalui proses

belajar mengajar di kelas, proses belajar mengajar terkadang tidak berjalan

sebagaimana yang diharapkan, banyak faktor yang menyebabkan proses

belajar mengajar tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, misalnya

faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia serta faktor

lingkungan yang kurang menunjang.

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba

ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah

satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik,

sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5).

Mahasiswa keperawatan adalah seseorang yang dalam proses belajar di

bidang kesehatan untuk memberikan pelayanan secara profesional kepada

individu baik yang sehat maupun yang sakit.

Program Studi Keperawatan Waingapu Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kupang, adalah salah satu lembaga Pendidikan di Nusa

Tenggara Timur (NTT) yang menyelenggarakan pendidikan di bidang

kesehatan dengan jenjang pendidikan Diploma (DIII). Adapun jurusan

yang terdapat pada Politeknik Kemenkes kupang, yaitu, Jurusan

keperawatan, Jurusan Kebidanan, jurusan Farmasi, jurusan Gizi, jurusan

Kesehatan Gigi dan jurusan Kesehatan Lingkungan, serta Program studi


Keperawatan Waingapu, Ende, dan program studi analis D IV Medikal

Bedah.

Berdasarkan Renstra Kementrian Kesehatan 2015-2019 bahwa

untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (RS) masih

menghadapi kendala kekurangan tenaga kesehatan di RS, sehubungan

dengan itu, berikut adalah jumlah program studi yang mewadahi

mahasiswa kesehatan di Indonesia.

Jumlah Program Studi (Prodi) Kesehatan di Perguruan Tinggi

(PT), masing-masing sebanyak 719 PTN, 2.624 PTS, 463 PTK, dan 34

PTA. Sehingga total keseluruhan berjumlah 3.840 dimana paling banyak

adalah jenjang Diploma 3

Sementara jika dilihat dari sebaran PT yang memiliki Prodi

Kesehatan, Provinsi Jawa Timur menduduki jumlah terbanyak dengan 175

PT, diikuti oleh Jawa Barat (135), dan Sumatera Utara (129). Sedangkan

jumlah PT Kesehatan di Indonesia yang memiliki Prodi Kesehatan adalah

1.379.

Jika dilihat dari jumlah mahasiswa Prodi Kesehatan di PT, jumlah

paling banyak ada di Kelompok Kesehatan Keperawatan sebesar 30.58%,

disusul Kebidanan dan Kesehatan Masyarakat. Sedangkan, untuk

Mahasiswa Kelompok Kesehatan Kefarmasian berada di urutan kelima

setelah Kedokteran dan Kedokteran Gigi sebesar 9.66%. Total jumlah

mahasiswa kesehatan sendiri adalah 844.301 hingga April 2016 yang

berarti 12.89 % dari total jumlah mahasiswa di Indonesi. Sedangkan

Jumlah Mahasiswa kesehatan di NTT sendiri adalah 2.735. (Sumber data :


forlap.ristekdikti.go.id, Sub Bidang Informasi dan Publikasi PD DIKTI,

PUSDATIN IPTEK DIKTI)

Berdasarkan data yang diperoleh jumlah mahasiswa tingkat 1

sampai 3 pada tahun 2017 sebanyak 385 mahasiswa yang terdiri dari

tingkat 1 reguler 100 orang, kelas karyawan tingkat 1 sebanyak 23 orang

tingkat 2 reguler sebanyak 100 orang, kelas karyawan tingkat 2 sebanyak

48 orang, tingkat 3 reguler sebanyak 93 orang dan mahasiswa diatas

semester 7 berjumlah 23 orang.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pernyataan Masalah

Banyak Mahasiswa tidak mengumpulkan laporan Asuhan

Keperawatan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dalam

kerangka acuan proses Praktik Klinik Keperawatan. Dengan alasan:

 Kesulitan membagi waktu mencatat ASKEP dengan Waktu

Dinas

 Terlalu banyak materi dalam laporan yang harus dicatat

1.2.2 Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah faktor yang memepengaruhi keterlambatan

Mahasiswa Tingkat 2 mengumpulkan laporan asuhan keperawatan

pasca praktik klinik keperawatan di Prodi Keperawatan Waingapu?


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang mempengaruhi keterlambatan Mahasiswa

Tingkat 2 mengumpulkan laporan asuhan keperawatan pasca

praktik klinik keperawatan di Prodi Keperawatan Waingapu.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa, yaitu identitas diri

mahasiswa.

b. Mengidentifikasi “Faktor yang memepengaruhi keterlambatan

Mahasiswa Tingkat 2 mengumpulkan laporan asuhan

keperawatan pasca praktik klinik keperawatan di Prodi

Keperawatan Waingapu”.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang “Faktor yang memepengaruhi keterlambatan Mahasiswa

Tingkat 2 mengumpulkan laporan asuhan keperawatan pasca

praktik klinik keperawatan di Prodi Keperawatan Waingapu”.

1.4.2 Manfaat Praktis

- Bagi institusi

Diharapkan dapat menjadikan bahan pertimbangan yang positif

bagi pelaksanaan proses praktek klinik dan melakukan evaluasi

pada mahasiswa.
- Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan peneliti dan mengetahui Faktor yang

memepengaruhi keterlambatan Mahasiswa Tingkat 2

mengumpulkan laporan asuhan keperawatan pasca praktik klinik

keperawatan di Prodi Keperawatan Waingapu.


BAB II

TINJAUAN TEORI

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MAHASISWA

2.1.1 Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba

ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada

salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik,

politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5).

Menurut Siswoyo (2007: 121) mahasiswa dapat didefinisikan

sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi,

baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan

perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas

yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam

bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat

merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa,

yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.

Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang

usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa

remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi

perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah

pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012: 27).


Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa

ialah seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar

dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik,

politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Sedangkan dalam

penelitian ini, subyek yang digunakan ialah dua mahasiswa yang berusia

23 tahun dan masih tercatat sebagai mahasiswa aktif.

2.1.2 Karakteristik Perkembangan Mahasiswa

Seperti halnya transisi dari sekolah dasar menuju sekolah

menengah pertama yang melibatkan perubahan dan kemungkinan stres,

begitu pula masa transisi dari sekolah menengah atas menuju

universitas. Dalam banyak hal, terdapat perubahan yang sama dalam

dua transisi itu. Transisi ini melibatkan gerakan menuju satu struktur

sekolah yang lebih besar dan tidak bersifat pribadi, seperti interaksi

dengan kelompok sebaya dari daerah yang lebih beragam dan

peningkatan perhatian pada prestasi dan penilaiannya (Santrock, 2002:

74)

Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan

pertumbuhan kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap

kurikulum yang menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti;

terhadap mahasiswa lain yang berbeda dalam soal pandangan dan nilai,

terhadap kultur mahasiswa yang berbeda dengan kultur pada umumnya

dan terhadap anggota fakultas yang memberikan model baru. Pilihan

perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran terhadap hasrat yang

menggebu atau awal dari karir masa depan (Papalia dkk, 2008: 672 )
Ciri-ciri perkembangan remaja lanjut atau remaja akhir (usia 18

sampai 21 tahun) dapat dilihat dalam tugas-tugas perkembangan yaitu

(Gunarsa: 2001: 129-131) :

1. Menerima keadaan fisiknya; perubahan fisiologis dan organis

yang sedemikian hebat pada tahun-tahun sebelumnya, pada masa

remaja akhir sudah lebih tenang. Struktur dan penampilan fisik

sudah menetap dan harus diterima sebagaimana adanya.

Kekecewaan karena kondisi fisik tertentu tidak lagi mengganggu

dan sedikit demi sedikit mulai menerima keadaannya.

2. Memperoleh kebebasan emosional; masa remaja akhir sedang

pada masa proses melepaskan diri dari ketergantungan secara

emosional dari orang yang dekat dalam hidupnya (orangtua).

Kehidupan emosi yang sebelumnya banyak mendominasi sikap

dan tindakannya mulai terintegrasi dengan fungsi-fungsi lain

sehingga lebih stabil dan lebih terkendali. Dia mampu

mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan sikap yang

sesuai dengan lingkungan dan kebebasan emosionalnya.

3. Mampu bergaul; dia mulai mengembangkan kemampuan

mengadakan hubungan sosial baik dengan teman sebaya maupun

orang lain yang berbeda tingkat kematangan sosialnya. Dia

mampu menyesuaikan dan memperlihatkan kemampuan

bersosialisasi dalam tingkat kematangan sesuai dengan norma

sosial yang ada.


4. Menemukan model untuk identifikasi; dalam proses ke arah

kematangan pribadi, tokoh identifikasi sering kali menjadi faktor

penting, tanpa tokoh identifikasi timbul kekaburan akan model

yang ingin ditiru dan memberikan pengarahan bagaimana

bertingkah laku dan bersikap sebaik-baiknya.

5. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri; pengertian dan

penilaian yang objektif mengenai keadaan diri sendiri mulai

terpupuk. Kekurangan dan kegagalan yang bersumber pada

keadaan kemampuan tidak lagi mengganggu berfungsinya

kepribadian dan menghambat prestasi yang ingin dicapai.

6. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma;

nilai pribadi yang tadinya menjadi norma dalam melakukan

sesuatu tindakan bergeser ke arah penyesuaian terhadap norma di

luar dirinya. Baik yang berhubungan dengan nilai sosial ataupun

nilai moral. Nilai pribadi adakalanya harus disesuaikan dengan

nilai-nilai umum (positif) yang berlaku dilingkungannya.

Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan; dunia

remaja mulai ditinggalkan dan dihadapannya terbentang dunia dewasa

yang akan dimasuki. Ketergantungan secara psikis mulai ditinggalkan

dan ia mampu mengurus dan menentukan sendiri. Dapat dikatakan

masa ini ialah masa persiapan ke arah tahapan perkembangan

berikutnya yakni masa dewasa muda.


2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1. Pengertian

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan

pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada

klien /pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan

berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang

berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,dan

berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah

yang dihadapi klien.

Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan

keperawatan yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus- menerus serta

berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan

pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan data,analisis

data,dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan

penilaian tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan di berikan

dalam upaya memenuhi kebutuhan klien. Menurut A Maslow ada lima

kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis meliputi

oksigen,cairan,nutrisi, kebutuhan rasa aman dan

perlindungan,kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki,kebutuhan

akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

asuhan keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan

yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-

kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan


evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat

kesehatan yang optimal.

2.2.2. Tujuan asuhan keperawatan

Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain

1. Membantu individu untuk mandiri

2. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang

kesehatan.

3. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara

kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain

dalam memelihara kesehatannya

4. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal

2.2.3. Fungsi proses keperawatan

Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut.

1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah

bagi tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien

smelalui asuhan keperawatan .

2. Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui

pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang

efektif dan efisien.

3. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang

optimal sesuai dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di

bidang kesehatan.
2.2.4. Tahap-tahap proses keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan

dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial

maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga

kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis data,dan penentuan

masalah kesehatan serta keperawatan.

1) Pengumpulan data

Tujuan :

Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang

ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus

di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut

aspek fisik,mental,sosial dan spiritual serta faktor lingkungan

yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah

di analisis.

Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh

melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,

misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.Data

subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan

pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya,kepala

pusing,nyeri,dan mual.

Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi

a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang


b) Pola koping sebelumnya dan sekarang

c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang

d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan

e) Resiko untuk masalah potensial

f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

2) Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan

kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan.

3) Perumusan masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa

masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat

diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan)

tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan

medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai

dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan

criteria penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan

apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan

segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak

sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah

komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah

juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut

Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan


yang mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan

keperawatan.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan

merubah.

Carpenito,2000).Perumusan diagnosa keperawatan :

1) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data

klinik yang ditemukan.

2) Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika

tidak di lakukan intervensi.

3) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data

tambahan untuk memastikan masalah keperawatan

kemungkinan.

4) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan

individu,keluarga,atau masyarakat dalam transisi dari tingkat

sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.

5) Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok

diagnosakeperawatan actual dan resiko tinggi yang

diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi

tertentu.
3. Rencana keperawatan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu

klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang

di uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).

Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana

perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan

cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan.

Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat

memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke

perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai

kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan

konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur

pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas.

Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka

panjang(potter,1997)

4. Implementasi keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana

tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu

rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.


Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai

berikut :

a. Tahap 1 : persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk

mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.

b. Tahap 2 : intervensi

Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan

dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi

kebutuhan fisik dan emosional.

Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan :

independen,dependen,dan interdependen.

c. Tahap 3 : dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh

pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian

dalam proses keperawatan.

5. Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan

keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat

dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan

pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan

dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian

pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan

sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut


1) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang

telah disusun.

2) Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan

yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.

Hasil evaluasi

Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

1) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/

kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.

2) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara

maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara

mengatasinya.

3) Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan

perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah

baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih

mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan,

dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab

tidak tercapainya tujuan.

Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan

dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien,seluruh

tindakannya harus di dokumentasikan dengan benar dalam

dokumentasi keperawatan.
6. Dokumentasi keperawatan

Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang

dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang

berwenang (potter 2005).

Potter (2005) juga menjelaskan tentang tujuan dalam

pendokumentasian yaitu :

a. Komunikasi

Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan

(menjelaskan) perawatan klien termasuk perawatan

individual,edukasi klien dan penggunaan rujukan untuk rencana

pemulangan.

b. Tagihan financial

Dokumentasi dapat menjelaskan sejauhmana lembaga

perawatan mendapatkan ganti rugi (reimburse) atas pelayanan

yang diberikan bagi klien.

c. Edukasi

Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus

ditemui dalm berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu

untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien.

d. Pengkajian

Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk

mengidentifikasi dan mendukung diagnose keperawatan dan

merencanakan intervensi yang sesuai.


e. Riset

Perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset

untuk mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu.

f. Audit dan pemantauan

Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klienmemberi

dasar untuk evaluasi tentang kualitas dan ketepatan perawatan

yang diberikan dalam suatu institusi.

g. Dokumentasi legal

Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan

diri terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan

keperawatan. Dokumentasi penting untuk meningkatkan

efisiensi dan perawatan klien secara individual. Ada enam

penting penting dalam dokumentasi keperawatan yaitu :

1) Dasar factual

Informasi tentang klien dan perawatannya harus

berdasarkan fakta yaitu apa yang perawat lihat,dengar dan

rasakan.

2) Keakuratan

Catatan klien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat

dapat dipertahankan klien.

3) Kelengkapan

Informasi yang dimasukan dalam catatan harus

lengkap,mengandung informasi singkat tentang perawtan

klien.
4) Keterkinian

Memasukan data secara tepat waktu penting dalam

perawatan bersama klien.

5) Organisasi

Perawat mengkomunikasikan informasi dalam format atau

urutan yang logis. Contoh catatan secara teratur

menggambarkan nyeri klien,pengkajian dan intervensi

perawat dan dokter.

6) Kerahasiaan

Informasi yang diberikan oleh seseorang keorang lain

dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa informasi

tersebut tidak akan dibocorkan.

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana

peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

pada klien. Hal ini akan bermanfaat bagi peningkatan mutu

pelayanan dan bahan pertimbangan dalam kenaikan jenjang

karir/kenaikan pangkat. Selain itu dokumentasi keperawatan juga

dapat menggambarkan tentang kinerja seorang perawat.


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
keterlambatan
mahasiswa

1.

Pengumpulan
Asuhan
keperawatan

Karakteristik Mahasiswa

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti
B. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

1. Motivasi Intrinsik Adalah niat atau Motivasi Intrinsik Kuisoner Ordinal Diklasifikasikan dalam 3
keinginan yang berasal - Kebutuhan kategori yaitu: Motivasi tinggi
dari dalam diri - Harapan dengan skor: > 75%, Motivasi
Mahasiswa itu sendiri - minat sedang dengan skor:56-75% dan
tanpa adanya dorongan untuk motivasi rendah dengan
dari luar skor < 56%.
(Nursalam 2008).

2. Motivasi Ekstrinsik Adalah niat atau Motivasi Ekstrinsik Kuisoner Ordinal Diklasifikasikan dalam 3
keinginan yang - Dukungan keluarga kategori yaitu: Motivasi tinggi
disebabkan oleh adanya - Lingkungan dengan skor: > 75%, Motivasi
dorongan dari luar - imbalan sedang dengan skor:56-75% dan
untuk motivasi rendah dengan
skor < 56%.
(Nursalam 2008).

Anda mungkin juga menyukai