Kajian Laju Infiltrasi Dan Permeabilitas Tanah Pada Beberapa Model Tanaman (Studi Kasus Sub DAS Keduang, Wonogiri)
Kajian Laju Infiltrasi Dan Permeabilitas Tanah Pada Beberapa Model Tanaman (Studi Kasus Sub DAS Keduang, Wonogiri)
id
Disusun oleh :
SITI MARO’AH
H 0207011
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
Disusun oleh :
SITI MARO’AH
H 0207011
Ir. Sumarno, MS. Pamungkas Buana Putra, S.Hut. Ir. Noorhadi, M.Si.
NIP. 19540518198505 1 002 NIP. 19780804200501 1 005 NIP. 19510101198403 1 001
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat terlaksana,
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian UNS Prof. Dr. Bambang Pujiasmanto, MS.
2. Ir. Sumarno, MS., selaku pembimbing utama atas segala bimbingan,
nasehat, waktu, dan saran yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
3. Pamungkas Buana Putra, S, Hut., selaku pembimbing pendamping I atas
segala bimbingan, motivasi, keikhlasan, keramahan, sopan santun, serta
kesabaran beliau sehingga penulis dapat terus maju dan bersemangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ir. Noorhadi, M.Si, selaku pembimbing pendamping II atas bimbingan,
semangat, nasehat dan motivasi selama ini.
5. Hery Widijanto SP. MP., selaku pembimbing akademik atas bimbingan, dan
nasehat selama ini sehingga penulis senantiasa termotivasi dan optimis.
6. Ibu (Muryani), bapak (Parno, S.Pd), dan kakak (Irma Sulistyaningrum,
S.Pd.Si), yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan moral serta
material sehingga penulis selalu bersemangat untuk mewujudkan cita-cita.
7. Andi Wijayanto, “Light of My Life” terima kasih atas kerja sama dan
perjuangan selama ini sahabat dalam suka duka sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Sutino beserta keluarga di Dusun Dungwot, Desa Ngadipiro,
Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri yang telah membantu
kelancaran penelitian selama ini.
9. Keluarga besar IMOET ‘07 atas kasih sayang, kekeluargaan, kerja sama dan
perhatian selama ini, kalian adalah semangat untuk maju.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuan
commit
dan dorongan serta pengorbanan daritoawal
userhingga terwujudnya skripsi ini.
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Surakarta, 2011
Penulis
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix
RINGKASAN ............................................................................................ x
SUMMARY ............................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
A. Sub DAS Keduang ......................................................................... 4
B. Konservasi Tanah secara Vegetatif ................................................ 5
C. Laju Infiltrasi.................................................................................. 7
D. Permeabilitas Tanah ....................................................................... 8
III. METODE PENELITIAN..................................................................... 11
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 11
B. Bahan dan Alat Penelitian .............................................................. 11
C. Rancangan Penelitian ..................................................................... 12
D. Tata Laksana Penelitian ................................................................. 12
1. Pengukuran karakteristik tanaman ........................................... 12
2. Pengambilan contoh tanah ....................................................... 12
3. Perhitungan laju infiltrasi ......................................................... 13
4. Analisis laboratorium ............................................................... 14
commit to user
E. Variabel yang Diamati ................................................................... 14
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
1.1 Peta lokasi Sub-sub DAS Keduang, Dukuh Dungwot, Desa Ngadipiro,
Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri ............................... 19
4.2 SPL Penerapan Hutan Tanaman........ ................................................ 21
4.3 Peta Lokasi Model Tanaman.............................................................. 24
4.4 Model Tanaman................................ ................................................. 26
4.5 Lapisan Top Soil Tanah Pada Lokasi Pengamatan ............................ 29
4.6 Rerata Laju Infiltrasi semua Model Tanaman yang diamati.............. 32
4.7 Rerata Permeabilitas Tanah semua Model Tanaman yang diamati ... 35
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Data Pendukung
2. Analisis Statistik
3. Peta
4. Foto Penelitian
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SUMMARY
xi
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DAS adalah kesatuan wilayah tata air yang terbentuk
secara alamiah dimana air meresap dan/atau mengalir melalui sungai yang
bersangkutan (PP No.22 Tahun 1982 dalam Sutardi dkk., 2001).
Definisi DAS dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air yaitu suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
Wilayah DAS untuk saat ini kondisinya sudah banyak yang
mengkhawatirkan. Hal ini tidak lain karena banyaknya tindakan manusia yang
menyebabkan lahan di DAS menjadi lahan yang kritis. Departemen
Kehutanan (2010) menyebutkan bahwa lahan kritis di Indonesia seluas
30.196.800 ha tersebar di 282 DAS kritis. Jumlah DAS prioritas I (kritis) terus
bertambah sejak 30 tahun terakhir dari 22 DAS pada tahun 1970, menjadi 36
DAS tahun 1980-an dan sejak tahun 1999 menjadi 60 DAS. Kondisi ini
mungkin masih akan terus bertambah pada dekade terakhir.
Sub DAS Keduang adalah salah satu bagian DAS Bengawan Solo
Hulu Atas yang kondisinya perlu diperhatikan. Sub DAS Keduang merupakan
penyumbang terbesar sedimentasi Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri. Menteri
Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar ( Kompas, 2009) mengatakan
pemulihan kondisi Sub DAS Keduang membutuhkan waktu lebih dari 10
tahun. Namun, dengan semakin banyaknya tindakan yang dilakukan akan
mempercepat upaya pemulihan kondisi Sub DAS Keduang. Hal tersebut
mengisyaratkan agar wilayah Sub DAS Keduang dan DAS lainnya perlu
mendapat penanganan khusus dalam pengelolaannya.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
hal tersebut bisa diwujudkan, maka kerusakan lahan di Sub DAS Keduang
akan lebih cepat teratasi. Oleh karena itu perlu adanya kajian tentang laju
infiltrasi dan permeabilitas tanah pada beberapa model tanaman di Sub DAS
Keduang. Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi pengetahuan yang
berguna untuk mengambil tindakan konservasi yang lebih baik.
B. Perumusan Masalah
Lahan kritis di Sub DAS Keduang perlu ditangani untuk rehabilitasi,
salah satunya terdapat di Dusun Dungwot, Desa Ngadipiro, Kecamatan
Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Tindakan konservasi telah dilakukan
diantaranya melalui konservasi vegetatif. Namun, belum diketahui hubungan
dan pengaruh tindakan konservasi vegetatif terhadap infiltrasi dan
permeabilitas tanah. Sehingga diperlukan kajian laju infiltrasi dan
permeabilitas tanah pada beberapa model tanaman untuk bahan
penyempurnaan pemilihan jenis tanaman dalam rangka upaya menekan erosi
pada beberapa lahan kritis di Sub DAS Keduang.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju infiltrasi dan
permeabilitas tanah pada beberapa model tanaman dalam kegiatan rehabilitasi
di Sub DAS Keduang yang terdapat di Dusun Dungwot, Desa Ngadipiro,
Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai laju
infiltrasi dan permeabilitas tanah beberapa jenis tanaman pada beberapa model
penanaman kegiatan rehabilitasi secara konservasi vegetatif di Sub DAS
Keduang yaitu di Dusun Dungwot, Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi,
Kabupaten Wonogiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
3. Laju Infiltrasi
Infiltrasi adalah masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah
secara vertikal. Sedangkan banyaknya air persatuan waktu yang masuk
melalui permukaan tanah dikenal sebagai laju infiltrasi (infiltration rate). Nilai
laju infiltrasi sangat bergantung pada kapasitas infiltrasi tanah. Kapasitas
infiltrasi tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk melalukan air dari
permukaan ke dalam tanah secara vertikal. Infiltrasi ke dalam tanah pada
mulanya tidak jenuh, karena pengaruh tarikan hisapan matrik dan gravitasi.
Infiltrasi yang efektif akan menurunkan run off, sebaliknya infiltrasi yang
tidak efektif akan memperbesar ( Arsyad, 2006).
Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari
permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa
air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam
tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan
overland flow. Sedangkan yang dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah
laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi
permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi
dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Laju infiltrasi (Fa) adalah laju
infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang dipengaruhi oleh intensitas hujan
dan kapasitas infiltrasi. Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap : (1) proses
limpasan; (2) pengisian lengas tanah (soil moisture) dan air tanah.
Laju infiltrasi (infiltration rate) adalah banyaknya air persatuan waktu
yang masuk melalui permukaan tanah, dinyatakan dalam mm per jam atau cm
per jam. Pada saat tanah masih kering, laju infiltrasi tinggi. Setelah tanah
menjadi jenuh air, maka laju infiltrasi akan menurun dan menjadi konstan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi antara lain jenis permukaan
tanah, cara pengolahan lahan, kepadatan tanah, dan sifat serta jenis tanaman
Kemampuan tanah untuk menyerap air infiltrasi pada suatu saat dinamai
kapasitas infiltrasi (infiltrationcommit to user
capacity) tanah (Arsyad, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
4. Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam
meloloskan air ke lapisan bawah profil. Struktur dan tekstur serta unsur
organik lainya berperan dalam menaikkan laju permeabilitas tanah (Anonim,
2010). Kemala Sari Lubis (2007) dalam penelitiannya yang berjudul
keterhantaran hidrolik dan permeabilitas menyatakan bahwa pada ilmu tanah
permeabilitas didefinisikan secara kualitatif sebagai pengurangan gas-gas,
cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau lewat melalui suatu massa
tanah atau lapisan tanah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
11
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
C. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei dan perhitungan laju
infiltrasi serta permeabilitas tanah pada beberapa jenis tanaman yang ditanam
di lokasi penelitian. Survei dilakukan dengan melihat model-model kombinasi
tanaman. Kemudian di amati jenis tanaman apa saja yang ada pada setiap
model dan karakteristik tanaman yang berhubungan dengan kapasitasnya
dalam meningkatkan laju infiltrasi dan permeabilitas tanah.
Selain itu juga dilakukan analisis di laboratorium. Analisisis ini
meliputi permeabilitas tanah, kadar BO, BV, BJ, kadar lengas dan tekstur
tanah. Sehingga penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif
kuantitatif.
permeabilitas tanah yang ada pada lokasi tersebut. Dalam penelitian ini ada
dua jenis sampel tanah yang diambil yaitu tanah utuh dan tanah terganggu
untuk keperluan analisis laboratorium.
3. Pengukuran laju infiltrasi
Pengukuran laju infiltrasi dilakukan secara langsung di lapang.
Pengukuran laju infiltrasi ini menggunakan alat infiltrometer. Pengukuran
ini dilakukan pada setiap model tanaman. Mekanismenya sama dengan
pengambilan contoh tanah. Pengukuran dilakukan 3 kali ulangan di setiap
kombinasi. Prosedur pengukuran laju infiltrasi adalah sebagai berikut :
a. Memasang ring infiltrometer ganda pada titik pengamatan.
b. Menekan dengan alat pemukul (letakan balok kayu diatas ring), ring
masuk 5 – 10 cm kedalam tanah.
c. Memasang 1 lembar plastik di dalam ring kecil untuk menjaga
kerusakan tanah pada waktu pengisian air.
d. Mengisi ruangan antara ring besar dan kecil dengan air
(mempertahankan penuh terus menerus saat pengukuran).
e. Mengisi ring kecil dengan air secara berhati-hati.
f. Memulai pengukuran dengan menarik keluar lembaran plastik dari
dalam ring kecil dan jalankan stopwatch.
g. Mencatat tinggi permukaan air awal dengan melihat skala dan catat
penurunan air dalam interval waktu tertentu, interval waktu tergantung
kecepatan penurunan air.
h. Menambah air, bila tinggi muka air 5 cm dari permukaan tanah dan
catat tinggi permukaaan air awal, ulangi sampai terjadi penurunan air
konstan dalam waktu yang sama (mencapai konstan 3 - 6 jam)
(Balai Penelitian Tanah, 2005).
Perhitungan Laju Infiltrasi
a+b
K= c
e 1
+
(c1xd ) + (c 2 x15) (axc1xd ) + (c 2 x15)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Keterangan :
K : laju infiltrasi
22 r 2 22
a : x = x 3,12 = 30,2 cm2
7 7
b : penyusutan air
c : waktu penyusutan
d : kedalaman pembenaman ring dalam
e : kedalaman penggenangan air ring dalam
α : 0,12 / cm
c1 : ketetapan (0,9927)
c2 : ketetapan (0,5781)
4. Analisis laboratorium
Analisis dilaboratorium meliputi analisis permeabilitas tanah, kadar
BO, BV, BJ, kadar lengas dan tekstur tanah. Analisis ini dilakukan untuk
mendapatkan data sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan laju infiltrasi
dan permeabilitas tanah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
F. Analisis Data
Semua data yang telah didapat dianalisis menggunakan rancangan
RAKL Tunggal, Uji F untuk data normal dan Uji Kruskal Wallis untuk data
tidak normal, dan Uji korelasi. Dengan demikian akan diketahui beda laju
infiltrasi dan permeabilitas tanah pada beberapa jenis tanaman yang ada pada
lokasi penelitian di Dusun Dungwot, Desa Ngadipiro, Kecamatan
Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Sehingga diharapkan dapat dijadikan
pengetahuan oleh masyarakat untuk terus menjaga lingkungan dan
mengembangkan pengetahuan dalam pengelolaan lahan agar lahan dapat
digunakan dengan optimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
KERANGKA BERFIKIR
MODEL KOMBINASI
TANAMAN
INFILTRASI
DAN
PERMEABILITAS
Analisis
Evaluasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
17
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Gambar 4.1 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keduang, Dukuh Dungwot, Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
yaitu ± 4,24 ha lahan kawasan hutan negara (Perum Perhutani) dan ±0,85 ha
merupakan lahan milik warga. Ada tiga model tanaman yang merupakan
perlakuan. Masing-masing perlakuan dilakukan pada satuan contoh model
dengan luasan ± 0,4 ha, dengan ulangan sebanyak 4 kali untuk masing-masing
model (Gambar 4.3).
Penentuan model juga telah dibahas bersama dengan masyarakat
setempat, terutama menyangkut dengan jenis tanaman MPTS. Pertimbangan
penentuan tanaman MPTS adalah jenis yang sesuai untuk kondisi setempat dan
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sehingga diharapkan mampu menambah
penghasilan masyarakat sekaligus tetap menjaga lingkungan.
Tabel 4.1 Lahan yang Digunakan Untuk Model Tanaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
commit to(sumber
Gambar 4.4 Model Tanaman user : BPK Solo, 2008)
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
commit to user
31
1. A1 15,36 15,41 18,83 1,442 1,84 66,15 16,92 16,92 Sub angular blocky 2,59
2. A2 16,22 14,10 16,36 1,207 1,83 66,98 16,51 16,51 Sub Angular blocky 1,30
3. A3 17,21 15,07 14,29 1,270 1,96 66,35 16,82 16,82 Sub Angular blocky 1,06
4. A4 16,52 15,97 18,53 1,288 1,96 66,50 16,75 16,75 Sub angular blocky 1,84
5. B1 12,71 12,61 18,78 1,330 2,08 51,54 30,00 18,46 Sub angular blocky 1,32
6. B2 14,59 14,68 22,22 1,205 2,03 49,81 31,07 19,12 Granuler 1,22
7. B3 11,54 13,37 19,33 1,128 2,06 50,78 30,47 18,75 Angular blocky 1,38
8. B4 12,68 12,31 15,08 1,249 1,94 50,55 30,61 18,84 Angular blocky 2,65
9. C1 12,31 14,97 17,57 1,261 1,97 49,95 28,60 21,45 Granuler 0,78
10. C2 15,43 16,29 22,33 1,218 1,9 49,36 28,94 21,70 Granuler 0,80
11. C3 11,65 13,74 22,12 1,487 1,91 50,30 28,40 21,30 Sub angular blocky 1,62
12. C4 12,46 20,71 18,22 1,521 1,83 46,51 30,57 22,93 Granuler 1,33
0.25
LAJU INFILTRASI (cm/jam)
0.2
0.15
0.1
0.05
0
A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4
Model Tanaman
Gambar 4.6 Rerata Laju Infiltrasi semua Model Tanaman yang diamati
Terlihat pada grafik ada salah satu laju infiltrasi yang nilainya sangat
tinggi dibandingkan yang lain yaitu pada model B4. Pada lokasi ini tanaman
utamanya berupa jati dan tanaman sisipan berupa mangga serta pete. Semuanya
adalah tanaman yang bisa bertahan hidup di daerah yang beriklim ekstrim.
commit yang
Selain itu juga mempunyai perakaran to user
kuat dengan penutupan tajuk cukup
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
rapat. Hal tersebut dapat berfungsi mengurangi laju aliran permukaan (run off)
karena air hujan tidak akan langsung jatuh mengenai permukaan tanah. Namun,
tertahan sementara di batang dan tajuk tanaman disebut air intersepsi. Arsyad
(2006) menyatakan bahwa bagian air hujan yang diintersepsi vegetasi akan
menguap ke udara, yang berarti mengurangi banyaknya air hujan yang jatuh ke
permukaan tanah. Sehingga mengurangi aliran permukaan dan mengurangi
kekuatan perusak butir-butir air hujan terhadap tanah. Oleh karena itu dapat
meningkatkan laju infiltrasi.
laju infiltrasi pada tanah. Bahan organik akan mendorong agregasi dan
memantapkan pori tanah karena membentuk koloid lambat balik yang
berperan sebagai perekat. Tanah tersebut akan menjadi lebih mantap dan stabil.
Sehingga laju infiltrasi akan tetap terjaga. Hal ini sesuai dengan penyataan
Arsyad (2006) yang menyatakan bahwa kapasitas infiltrasi hanya dapat
dipelihara jika porositas semula tidak terganggu selama berlangsungnya hujan.
Tanah-tanah yang mudah terdispersi akan tertutup pori-porinya sehingga
kapasitas infiltrasi cepat menurun. Tanah-tanah yang agregatmya stabil akan
menjaga kapasitas infiltrasi tetap tinggi.
Bahan organik akan meningkatkan daya jerap dan KTK. Hal ini
berhubungan dengan koloid tanah yang merupakan indikasi tanah mengandung
liat (lempung) dan senyawa organik. Inilah yang merupakan bahan perekat
tanah untuk memantapkan agregat. Bahan organik juga meningkatkan jumlah
dan aktivitas organisme makro dan mikro dalam tanah. Aktivitas organisme ini
akan menyebabkan terbentuknya lubang atau celah pada tanah. Sehingga
jumlah air yang meresap dalam tanah meningkat.
Laju infiltrasi berkorelasi negatif dengan BV, BJ, dan kadar lengas.
Artinya semakin tinggi nilai BV, BJ, dan kadar lengas maka laju infiltrasi akan
semakin kecil. Sebaliknya semakin rendah nilai BV, BJ, dan kadar lengas maka
laju infiltrasi akan semakin besar. Bobot jenis (BJ), bobot volume (BV) dan
kadar lengas akan berpengaruh terhadap porositas. Bobot jenis dan bobot
volume memiliki pengertian yang sama, yaitu perbandingan antara bobot
dengan volume partikel tanah, hanya saja perbedaannya ada pada saat
pengukuran volume.
Berat volume tanah ditentukan sebagai massa atau berat suatu kesatuan
volume tanah kering yang dinyatakan dalam gram per cm3. Volume tanah ini
menyangkut benda padat dan pori tanah. Sedangkan berat jenis tanah
didasarkan suatu kesatuan volume tanah dimana volume tanah ini hanya
menyangkut padatan saja. Berdasarkan hal ini, maka berat jenis tanah suatu
tanah mempunyai nilai yang lebih besar dari berat volume tananhmya. Hal ini
commit todari
dikarenakan berat volume ditentukan usersuatu massa tanah atau dari berat
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
suatu kesatuan volume tanah kering yang mencakup benda padatan atau pori,
sedangkan berat jenis tanah merupakan suatu ukuran berat yang hanya
memperhitungkan butir-butir padatan tanah saja.
Total porositas tanah lempung lebih tinggi dibanding tanah berpasir.
Pada lokasi penelitian kandungan lempung masih sangat rendah. Hal tersebut
disebabkan karena lokasi dengan ordo tanah Inceptisol yang resisten terhadap
pelapukan serta rentan dengan pencucian. Sehingga membuat pori totalnya
rendah karena tanahnya didominasi fraksi pasir yang komposisi penyusunnya
adalah pori berukuran besar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
3.3
Gambar 4.7 Rerata Permeabilitas Tanah semua Model Tanaman yang diamati
Berdasarkan uji korelasi, permeabilitas tanah berkorelasi positif dengan
BO, BJ, kadar lengas bongkah dan laju infiltrasi. Permeabilitas tanah
berkorelasi negatif dengan BV, kadar lengas ctka ϕ 0.5 mm dan kadar lengas ctka
ϕ 2 mm. Semua itu menyangkut sifat-sifat tanah. Sehingga untuk meningkatkan
permeabilitas tanah adalah dengan cara memperbaiki sifat-sifat tanah.
Permeabilitas meningkat seiring peningkatan laju infiltrasi. Sehingga
pada penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan laju infiltrasi akan
meningkatkan permeabilitas tanah. Model tanaman diharapkan mampu
meningkatkan laju infiltrasi dan permeabilitas tanah dengan memperbaiki sifat-
sifat tanah terutama karena penambahan BO. Dengan kajian laju infiltrasi dan
permeabilitas tanah pada beberapa tanaman diharapkan mampu untuk
meningkatkan upaya perbaikan sifat-sifat tanah. Sehingga nantinya akan
mampu mengurangi aliran permukaan tanah (run off) yang menyebabkan erosi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan
1. Model tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap BV, BJ, dan kadar
lengas. Sifat-sifat tanah tersebut berhubungan dengan porositas.
Porositas total salah satunya ditentukan oleh distribusi ukuran partikel
atau tekstur. Pada lokasi tanah didominasi oleh partikel pasir. Hal ini
menyebabkan tanah mempunyai daya mengikat air yang rendah.
2. Model tanaman berpengaruh tidak nyata (p > 0,05) terhadap tinggi
tanaman mangga, mete, dan pete. Namun, berpengaruh nyata terhadap
tanaman jati. Model tanaman juga berpengaruh tidak nyata (p > 0,05)
terhadap diameter semua tanaman yaitu tanaman jati, mangga, mete,
dan pete. Sehingga harus dilakukan pengamatan lebih lanjut serta terus
menjaga dan mengembangkan model tanaman untuk diketahui
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman yang ada.
3. Model tanaman berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) terhadap BO.
Model tanaman memberikan pengaruh yang baik terhadap ketersedian
BO. Setiap model tanaman berisi bermacam-macam tanaman. Seresah
dan sisa hasil panen dapat menjadi sumber BO yang dapat
memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
4. Model tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap laju infiltrasi dan
permeabilitas tanah. Laju infiltrasi dan permeabilitas tanah untuk
semua model tanaman hampir sama. Peningkatan laju infiltrasi akan
meningkatkan permeabilitas tanah. Model tanaman diharapkan mampu
meningkatkan laju infiltrasi dan permeabilitas tanah dengan
memperbaiki sifat-sifat tanah.
B. Saran
1. Kombinasi tanaman sangat baik untuk menjaga kualitas tanah. Dengan
pembuatan model tanaman di atas diharapkan akan terus mendukung
commit
usaha menjaga kualitas tanah.toOleh
userkarena itu perlu adanya tindakan
37
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
commit to user