Anda di halaman 1dari 50

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

KAJIAN LAJU INFILTRASI DAN PERMEABILITAS TANAH


PADA BEBERAPA MODEL TANAMAN
( Studi Kasus Sub DAS Keduang, Wonogiri)

Disusun oleh :
SITI MARO’AH
H 0207011

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KAJIAN LAJU INFILTRASI DAN PERMEABILITAS TANAH


PADA BEBERAPA MODEL TANAMAN
( Studi Kasus Sub DAS Keduang, Wonogiri)

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna memperoleh derajat sarjana S1 pertanian
di Fakultas pertanian Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh :
SITI MARO’AH
H 0207011

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KAJIAN LAJU INFILTRASI DAN PERMEABILITAS TANAH


PADA BEBERAPA MODEL TANAMAN
( Studi Kasus Sub DAS Keduang, Wonogiri)

yang dipersiapkan dan disusun oleh :


SITI MARO’AH
H 0207011

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada tanggal : 2011
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji


Ketua Anggota I Angoota II

Ir. Sumarno, MS. Pamungkas Buana Putra, S.Hut. Ir. Noorhadi, M.Si.
NIP. 19540518198505 1 002 NIP. 19780804200501 1 005 NIP. 19510101198403 1 001

Surakarta, Juli 2011

Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan

Prof. Dr. Bambang Pujiasmanto, MS.


commit to user 1 001
NIP. 19560225198601

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat terlaksana,
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian UNS Prof. Dr. Bambang Pujiasmanto, MS.
2. Ir. Sumarno, MS., selaku pembimbing utama atas segala bimbingan,
nasehat, waktu, dan saran yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
3. Pamungkas Buana Putra, S, Hut., selaku pembimbing pendamping I atas
segala bimbingan, motivasi, keikhlasan, keramahan, sopan santun, serta
kesabaran beliau sehingga penulis dapat terus maju dan bersemangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ir. Noorhadi, M.Si, selaku pembimbing pendamping II atas bimbingan,
semangat, nasehat dan motivasi selama ini.
5. Hery Widijanto SP. MP., selaku pembimbing akademik atas bimbingan, dan
nasehat selama ini sehingga penulis senantiasa termotivasi dan optimis.
6. Ibu (Muryani), bapak (Parno, S.Pd), dan kakak (Irma Sulistyaningrum,
S.Pd.Si), yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan moral serta
material sehingga penulis selalu bersemangat untuk mewujudkan cita-cita.
7. Andi Wijayanto, “Light of My Life” terima kasih atas kerja sama dan
perjuangan selama ini sahabat dalam suka duka sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Sutino beserta keluarga di Dusun Dungwot, Desa Ngadipiro,
Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri yang telah membantu
kelancaran penelitian selama ini.
9. Keluarga besar IMOET ‘07 atas kasih sayang, kekeluargaan, kerja sama dan
perhatian selama ini, kalian adalah semangat untuk maju.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuan
commit
dan dorongan serta pengorbanan daritoawal
userhingga terwujudnya skripsi ini.

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan,


untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Amin.

Surakarta, 2011

Penulis

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix
RINGKASAN ............................................................................................ x
SUMMARY ............................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
A. Sub DAS Keduang ......................................................................... 4
B. Konservasi Tanah secara Vegetatif ................................................ 5
C. Laju Infiltrasi.................................................................................. 7
D. Permeabilitas Tanah ....................................................................... 8
III. METODE PENELITIAN..................................................................... 11
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 11
B. Bahan dan Alat Penelitian .............................................................. 11
C. Rancangan Penelitian ..................................................................... 12
D. Tata Laksana Penelitian ................................................................. 12
1. Pengukuran karakteristik tanaman ........................................... 12
2. Pengambilan contoh tanah ....................................................... 12
3. Perhitungan laju infiltrasi ......................................................... 13
4. Analisis laboratorium ............................................................... 14
commit to user
E. Variabel yang Diamati ................................................................... 14

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

F. Analisis Data .................................................................................. 15


IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 17
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 17
B. Pengaruh Model Tanaman terhadap Variabel Pengamatan ........... 25
C. Laju Infiltrasi pada Model Tanaman .............................................. 32
D. Permeabilitas Tanah pada Model Tanaman ................................... 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 37
A. Kesimpulan .................................................................................... 37
B. Saran............................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 39
LAMPIRAN

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1 Lahan yang Digunakan Untuk Model Tanaman ................................ 22


4.2 Titik-Titik Pengambilan Sampel ........................................................ 23
4.3 Metode Variabel Pengamatan ............................................................ 27
4.4 Pengaruh Perlakuan Model Tanaman terhadap Vegetasi .................. 27
4.5 Pengaruh Perlakuan Model Tanaman Terhadap Sifat-Sifat Tanah ... 28
4.6 Kondisisi Sifat-Sifat Tanah Pada Semua Model Tanaman................ 31
4.7 Volume Limpasan Permukaan (mm/bln) .......................................... 33

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1.1 Peta lokasi Sub-sub DAS Keduang, Dukuh Dungwot, Desa Ngadipiro,
Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri ............................... 19
4.2 SPL Penerapan Hutan Tanaman........ ................................................ 21
4.3 Peta Lokasi Model Tanaman.............................................................. 24
4.4 Model Tanaman................................ ................................................. 26
4.5 Lapisan Top Soil Tanah Pada Lokasi Pengamatan ............................ 29
4.6 Rerata Laju Infiltrasi semua Model Tanaman yang diamati.............. 32
4.7 Rerata Permeabilitas Tanah semua Model Tanaman yang diamati ... 35

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Data Pendukung
2. Analisis Statistik
3. Peta
4. Foto Penelitian

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

RINGKASAN

KAJIAN LAJU INFILTRASI DAN PERMEABILITAS TANAH


PADA BEBERAPA MODEL TANAMAN
(Studi Kasus Sub DAS Keduang, Wonogiri)

Siti Maro’ah. H0207011. Kajian Laju Infiltrasi dan Permeabilitas


Tanah pada Beberapa Model Tanaman. Di bawah bimbingan Ir. Sumarno,
MS., Pamungkas Buana Putra, S. Hut dan Ir. Noorhadi, M.Si. Penelitian ini
dilaksanakan di Sub DAS Keduang yang terdapat di Dusun Dungwot, Desa
Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri pada bulan Oktober
2010 sampai April 2011. Sub DAS Keduang adalah salah satu bagian DAS
Bengawan Solo Hulu Atas yang merupakan penyumbang terbesar sedimentasi
Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri. Sub DAS Keduang menjadi lahan kritis yang
rentan terhadap bahaya erosi. Lahan kritis di Sub DAS Keduang perlu ditangani
untuk rehabilitasi, salah satunya melalui konservasi vegetatif. Namun, belum
diketahui hubungan dan pengaruh tindakan konservasi vegetatif terhadap laju
infiltrasi dan permeabilitas tanah. Sehingga diperlukan kajian laju infiltrasi dan
permeabilitas tanah untuk bahan penyempurnaan pemilihan jenis tanaman dalam
rangka upaya menekan erosi pada beberapa lahan kritis di Sub DAS Keduang.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui laju infiltrasi dan permeabilitas tanah
pada beberapa jenis tanaman dalam kegiatan rehabilitasi di Sub DAS Keduang.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif kuantitatif yang
pendekatan variabelnya dilakukan melalui survei lapang dan didukung data hasil
analisis tanah di laboratorium. Analisis statistika yang digunakan adalah Uji F
untuk data normal dan Uji Kruskal Wallis untuk data tidak normal, hasilnya untuk
mengetahui pengaruh model tanaman terhadap laju infiltrasi dan permeabilitas
tanah; Uji Korelasi untuk mengetahui hubungan laju infiltrasi dan permeabilitas
tanah dengan semua variabel pengamatan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa model tanaman memberikan
kontribusi yang baik dan penting terhadap ketersediaan bahan organik dalam
tanah pada lokasi penelitian. Namun model tanaman yang diterapkan belum
memberi kontribusi yang lebih nyata untuk memperbaiki sifat-sifat fisik tanah.
Untuk itu model tanaman harus terus dikembangkan dan lebih diperhatikan dalam
perkembangannya. Permeabilitas meningkat seiring peningkatan laju infiltrasi.
Sehingga peningkatan laju infiltrasi akan meningkatkan permeabilitas tanah.
Model tanaman diharapkan mampu meningkatkan laju infiltrasi dan permeabilitas
tanah dengan memperbaiki sifat-sifat tanah. Dengan kajian laju infiltrasi dan
permeabilitas tanah pada beberapa tanaman diharapkan mampu untuk
meningkatkan upaya perbaikan sifat-sifat tanah. Sehingga nantinya akan mampu
mengurangi aliran permukaan tanah (run off) yang dapat menyebabkan erosi.

Kata kunci: Sub DAS Keduang, konservasi vegetatif, laju ifiltrasi,


permeabilitas tanah
commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

SUMMARY

STUDY OF INFILTRATION RATE AND SOIL PERMEABILITY


ON SOME MODELS OF PLANT
(Case Study of Keduang Sub-Watershed, Wonogiri)

Siti Maro'ah. H0207011. Study of Infiltration Rate and Soil Permeability


on Some Models of Plant. Under supervision of Ir. Sumarno, MS., Pamungkas
Buana Putra, S.Hut. and Ir. Noorhadi, M.Si. The research was conducted in
Keduang sub-watershed located on Dusun Dungwot, Ngadipiro Village,
Nguntoronadi District, Wonogiri Regency on October 2010 until April 2011. Sub-
watershed Keduang is apart of Upper Solo River Basin which is the largest
sedimentation contributor on Gajah Mungkur Reservoir, Wonogiri. Sub-
watershed Keduang become a critical land that vulnerable to erosion hazard.
Critical land in Keduang sub-watershed need to be addressed for rehabilitation,
one through vegetative conservation. However, the relationship and the influence
of vegetative conservation against soil infiltration rate and permeability are not
known yet. Therefore, the study of infiltration rate and soil permeability are
needed to improve the models of plant as an effort to minimize the erosion at some
critical land in the Keduang sub-watershed. The aim of this study is to determine
the rate of infiltration and soil permeability in some of plant within the
rehabilitation activities in Keduang sub-watershed.
This research is a quantitative descriptive exploratory and the variables
are approached by field survey and supported by the laboratory soil analysis
data. Statistic analysis that used was F test for normal data and Kruskal Wallis
test for abnormal data, the results determine the effects of plant model in
infiltration rate and soil permeability; Correlation Test determines the
relationship between the infiltration rate and permeability of soil to all the
observed variables.
The results showed that the plant model gives a good and important
contribution to the availability of organic matter in soil on the study site.
However, plant models applied have not give more tangible contribution yet to
improving the physical properties of soil. Because of that, plant models must be
keep developed and more concerned for further appliment. Permeability
increased as the increasing of infiltration rate. It means, the increase of
infiltration rate will increase the soil permeability. The plant model was expected
to increase the rate of infiltration and soil permeability by improving the soil
properties. By the study of infiltration rate and soil permeability in some models
of plants was expected can increase the efforts to improve soil properties.
Therefore, land will able to reduce soil runoff (run off), which eventually cause
soil erosion.

Keywords: Keduang Sub-watershed, vegetative conservation, infiltration rate,


soil permeability commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DAS adalah kesatuan wilayah tata air yang terbentuk
secara alamiah dimana air meresap dan/atau mengalir melalui sungai yang
bersangkutan (PP No.22 Tahun 1982 dalam Sutardi dkk., 2001).
Definisi DAS dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air yaitu suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
Wilayah DAS untuk saat ini kondisinya sudah banyak yang
mengkhawatirkan. Hal ini tidak lain karena banyaknya tindakan manusia yang
menyebabkan lahan di DAS menjadi lahan yang kritis. Departemen
Kehutanan (2010) menyebutkan bahwa lahan kritis di Indonesia seluas
30.196.800 ha tersebar di 282 DAS kritis. Jumlah DAS prioritas I (kritis) terus
bertambah sejak 30 tahun terakhir dari 22 DAS pada tahun 1970, menjadi 36
DAS tahun 1980-an dan sejak tahun 1999 menjadi 60 DAS. Kondisi ini
mungkin masih akan terus bertambah pada dekade terakhir.
Sub DAS Keduang adalah salah satu bagian DAS Bengawan Solo
Hulu Atas yang kondisinya perlu diperhatikan. Sub DAS Keduang merupakan
penyumbang terbesar sedimentasi Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri. Menteri
Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar ( Kompas, 2009) mengatakan
pemulihan kondisi Sub DAS Keduang membutuhkan waktu lebih dari 10
tahun. Namun, dengan semakin banyaknya tindakan yang dilakukan akan
mempercepat upaya pemulihan kondisi Sub DAS Keduang. Hal tersebut
mengisyaratkan agar wilayah Sub DAS Keduang dan DAS lainnya perlu
mendapat penanganan khusus dalam pengelolaannya.
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

Pengelolaan DAS diperlukan karena adanya ancaman kerusakan


terhadap kelestarian sumber daya alam (vegetasi, tanah, dan air). Selama ini
sasaran pengelolaan DAS ditujukan pada bagian dari DAS yang terbuka atau
potensial terhadap kerusakan, dalam hal ini ancaman erosi (Suyana, 2003).
Untuk itu perlu adanya langkah pasti dari semua kalangan untuk
meyelamatkan Sub DAS Keduang yang kondisinya sudah memprihatinkan.
Telah banyak cara yang dilakukan salah satunya adalah dengan menanam
berbagai tanaman pada lahan Sub DAS Keduang. Dimulai dari tanaman keras
dan kayu-kayuan, perkebunan hingga tanaman pangan. Namun hal tersebut
ternyata belum banyak memberikan kontribusi yang nyata terhadap kerusakan
lahan di Sub DAS Keduang. Lahan di sekitar Sub DAS Keduang terus tererosi
dan menyumbangkan sedimentasi yang besar kepada Waduk Wonogiri.
JICA (2007) dalam BPK Solo (2007) menyebutkan bahwa Sub DAS
Keduang merupakan penyumbang sedimentasi terbesar Waduk Wonogiri.
Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap beberapa sistem sungai yang ada
di DAS Bengawan Solo Hulu, menunjukkan bahwa jumlah erosi terbesar
adalah dari sungai Keduang. Total jumlah dan sumber erosi mencapai
1.218.580 m3 per tahun.
Hasil penelitian di atas diperkuat dengan pernyataan dari Eka (2008)
dan Sutoto (2008), bahwa daerah Tangkapan Waduk Gajah Mungkur
tergolong daerah paling kritis di antara 22 DAS yang kritis di Indonesia.
Tingkat kekritisan DTW Gajah Mungkur ini ditunjukkan oleh laju sedimentasi
rata-rata tahunan sebesar 6,3 mm, dan besarnya rasio Q maks/Q min di atas
300.
Penanggulangan lahan kritis di Sub DAS Keduang dapat dilakukan
dengan konservasi secara vegetatif. Dengan adanya tanaman, air hujan yang
jatuh ke tanah tidak langsung mengenai permukaan tanah. Sehingga akan
mengurangi aliran permukaan yang menjadi penyebab terjadinya erosi.
Kombinasi tanaman yang sesuai diharapkan mampu meningkatkan laju
infiltrasi dan permeabilitas tanah. Peningkatan laju infiltrasi dan permeabilitas
tanah akan mengurangi limpasan commit to user yang menyebabkan erosi. Jika
permukaan
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

hal tersebut bisa diwujudkan, maka kerusakan lahan di Sub DAS Keduang
akan lebih cepat teratasi. Oleh karena itu perlu adanya kajian tentang laju
infiltrasi dan permeabilitas tanah pada beberapa model tanaman di Sub DAS
Keduang. Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi pengetahuan yang
berguna untuk mengambil tindakan konservasi yang lebih baik.

B. Perumusan Masalah
Lahan kritis di Sub DAS Keduang perlu ditangani untuk rehabilitasi,
salah satunya terdapat di Dusun Dungwot, Desa Ngadipiro, Kecamatan
Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Tindakan konservasi telah dilakukan
diantaranya melalui konservasi vegetatif. Namun, belum diketahui hubungan
dan pengaruh tindakan konservasi vegetatif terhadap infiltrasi dan
permeabilitas tanah. Sehingga diperlukan kajian laju infiltrasi dan
permeabilitas tanah pada beberapa model tanaman untuk bahan
penyempurnaan pemilihan jenis tanaman dalam rangka upaya menekan erosi
pada beberapa lahan kritis di Sub DAS Keduang.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju infiltrasi dan
permeabilitas tanah pada beberapa model tanaman dalam kegiatan rehabilitasi
di Sub DAS Keduang yang terdapat di Dusun Dungwot, Desa Ngadipiro,
Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai laju
infiltrasi dan permeabilitas tanah beberapa jenis tanaman pada beberapa model
penanaman kegiatan rehabilitasi secara konservasi vegetatif di Sub DAS
Keduang yaitu di Dusun Dungwot, Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi,
Kabupaten Wonogiri.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Sub DAS Keduang


DAS adalah suatu megasistem kompleks yang dibangun atas sistem
fisik (physical systems), sistem biologis (biological systems) dan sistem
manusia (human systems). Setiap sistem dan sub-sub sistem di dalamnya
saling berinteraksi. Dalam proses ini peranan tiap-tiap komponen dan
hubungan antar komponen sangat menentukan kualitas ekosistem DAS. Tiap-
tiap komponen tersebut memiliki sifat yang khas dan keberadaannya tidak
berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan komponen lainnya membentuk
kesatuan sistem ekologis (ekosistem). Gangguan terhadap salah satu
komponen ekosistem akan dirasakan oleh komponen lainnya dengan sifat
dampak yang berantai. Keseimbangan ekosistem akan terjamin apabila kondisi
hubungan timbal balik antar komponen berjalan dengan baik dan optimal.
(Kartodihardjo, 2008).
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi
punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah
tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan
dialirkan melalui sungai sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995).
Sub DAS Keduang merupakan bagian dari Sub DAS Bengawan Solo
Hulu Atas. Sistem sungai Keduang merupakan penyumbang sedimen Waduk
Serbaguna Wonogiri yang terbesar (1.218.580 m3 tahun-1) diantara sistem
sungai yang lain (sungai Tirtomoyo, Temon, Solo dan Alang) dan sebagian
besar berasal dari erosi permukaan tanah (BPK Solo, 2007).
Tanah di Sub-DAS Keduang sebagian besar termasuk Ordo Inceptisol
dan Litosol yang didominasi oleh mineral lempung kaolinit serta mineral
sekunder feldspar, mika dan feromagnesium. Mineral penyusun tanahnya
bersifat sukar larut menyebabkan tanah tersebut mudah tererosi dan kahat
unsur hara, ditambah Sub DAS Keduang sekitar 85% wilayahnya didominasi
oleh lereng agak curam sampai sangat curam (16 – >45%) yang sangat rentan
commit to
terhadap bahaya erosi dan longsor. user
Tata guna lahannya beraneka sehingga

4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

mempunyai dampak yang berbeda terhadap genesis, hidrologi dan konservasi


tanahnya (Pusat Litbang Hutan Tanaman BPK Solo, UNS, 2009).
Waluyaningsih (2008) menyatakan bahwa sumberdaya alam (lahan)
menjadi salah satu tumpuan untuk mencukupi kebutuhan hidup masyarakat.
Sejalan dengan perkembangan lahan pertanian, ternyata aktivitas pertanian
juga dapat menurunkan fungsi tanah. Untuk mencukupi kebutuhan pangan,
para petani melakukan ekstensifikasi pertanian. Keadaan tersebut
menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem dan penurunan kualitas tanah,
sehingga menambah luasan lahan kritis di Sub Das Keduang.

2. Konservasi Tanah Secara Vegetatif


Sinukaban (2003) menyatakan bahwa teknik konservasi tanah dan air
dapat dilakukan secara vegetatif dalam bentuk pengelolaan tanaman berupa
pohon atau semak, baik tanaman tahunan maupun tanaman setahun dan
rumput-rumputan. Teknologi ini sering dipadukan dengan tindakan konservasi
tanah dan air secara pengelolaan.
Metode vegetatif bermanfaat untuk memelihara kestabilan struktur
tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah,
penutupan lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi, meningkatkan
aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah,
sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi.
Manfaat lain yaitu meningkatkan taraf hidup petani. hasil panen secara
musiman seperti buah-buahan dapat membantu menutupi pengeluaran tahunan
petani. Komoditas lainnya berupa kayu juga dapat menjadi sumber uang
cukup besar meskipun tidak tetap, dan dapat dianggap sebagai cadangan
tabungan untuk kebutuhan mendadak (BPK Solo, 2007).
Cara vegetatif yaitu tindakan konservasi yang memanfaatkan peranan
tanaman meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Penghutanan kembali (reboisasi) dan penghijauan.
b. Penanaman tanaman penutup tanah.
c. Penanaman secara commit to user
garis kontur.
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

d. Penanaman dalam strip.


e. Penanaman secara bergilir.
f. Pemulsaan atau pemanfaatan seresah tanaman.
( Kartasapoetra, 1991).
Pengaruh tanaman terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi
dalam (1) intersepsi air hujan, (2) mengurangi kecepatan aliran permukaan dan
kekuatan perusak hujan dan aliran permukaan, (3) pengaruh akar, bahan
organik sisa-sisa tumbuhan yang jatuh dipermukaan tanah, dan kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya
terhadap stabilitas struktur porositas tanah, dan (4) transpirasi yang
mengakibatkan berkurangnya kandungan air tanah (Arsyad, 2006).
Ada berbagai jenis tanaman yang berperan dalam meningkatkan laju
infiltrasi dan permeabilitas tanah sehingga besarnya erosi bisa sedikit-demi
sedikit dapat dikurangi. Dalam penelitian ini digunakan tanaman jati, mangga,
mete, dan pete. Tanaman jati (Tectona grandis) adalah sebagai tanaman
pokok. Sedangkan mangga (Mangifera sp), mete (Annacardium ocidentale)
dan pete (Parkia speciosa) adalah jenis MPTS yang merupakan tanaman
sisipan.
Dalam penelitian ini tanaman-tanaman di atas dibuat model kombinasi
tanaman. Kombinasi tanaman mempunyai tujuan yang nyata untuk menjaga
kualitas tanah. Tujuan dari kombinasi tanaman antara lain :
a. Meningkatkan biodiversitas fauna di atas tanah,
b. Menghasilkan tajuk multistrata sehingga efektif mengintersepsi air
hujan dan melakukan fotosintesis,
c. Menghasilkan keragaman kedalaman (eksplorasi) akar sehingga
efektif berperan sebagai safety net filter hara dalam tanah,
d. Menghasilkan kombinasi seresah berkualitas rendah (nisbah C/N,
lignin dan polifenol tinggi) sehingga lambat terdekomposisi dengan
seresah berkualitas tinggi. Seresah berkualitas rendah akan lebih
lama melindungi permukaan tanah dari pukulan air hujan sehingga
commit
menurunkan limpasan to user tanah,
permukaan
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

e. Memelihara biodiversitas dalam tanah (Buresh et al., 2004).

3. Laju Infiltrasi
Infiltrasi adalah masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah
secara vertikal. Sedangkan banyaknya air persatuan waktu yang masuk
melalui permukaan tanah dikenal sebagai laju infiltrasi (infiltration rate). Nilai
laju infiltrasi sangat bergantung pada kapasitas infiltrasi tanah. Kapasitas
infiltrasi tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk melalukan air dari
permukaan ke dalam tanah secara vertikal. Infiltrasi ke dalam tanah pada
mulanya tidak jenuh, karena pengaruh tarikan hisapan matrik dan gravitasi.
Infiltrasi yang efektif akan menurunkan run off, sebaliknya infiltrasi yang
tidak efektif akan memperbesar ( Arsyad, 2006).
Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari
permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa
air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam
tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan
overland flow. Sedangkan yang dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah
laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi
permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi
dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Laju infiltrasi (Fa) adalah laju
infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang dipengaruhi oleh intensitas hujan
dan kapasitas infiltrasi. Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap : (1) proses
limpasan; (2) pengisian lengas tanah (soil moisture) dan air tanah.
Laju infiltrasi (infiltration rate) adalah banyaknya air persatuan waktu
yang masuk melalui permukaan tanah, dinyatakan dalam mm per jam atau cm
per jam. Pada saat tanah masih kering, laju infiltrasi tinggi. Setelah tanah
menjadi jenuh air, maka laju infiltrasi akan menurun dan menjadi konstan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi antara lain jenis permukaan
tanah, cara pengolahan lahan, kepadatan tanah, dan sifat serta jenis tanaman
Kemampuan tanah untuk menyerap air infiltrasi pada suatu saat dinamai
kapasitas infiltrasi (infiltrationcommit to user
capacity) tanah (Arsyad, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

Balai besar litbang sumber daya pertanian (2006) menyatakan bahwa


infiltrasi merupakan peristiwa atau proses masuknya air ke dalam tanah,
umumnya (tidak mesti) melalui permukaan tanah dan secara vertikal. Pada
beberapa kasus, air dapat masuk melalui jalur atau rekahan tanah atau gerakan
horizontal dari sampimg. Infiltrasi merupakan kompleks antara intensitas
hujan karakteristik dan kondisi permukaan tanah. Intensitas hujan berpengaruh
terhadap kesempatan air untuk masuk ke dalam tanah. Bila intensitas hujan
lebih kecil dibandingkan kapasitas infiltrasi, maka semua air mempunyai
kesempatan untuk masuk ke dalam tanah. Sebaliknya bila intensitas hujan
lebih tinggi dibandingkan dengan kapasitas infiltrasi, maka sebagian air yang
jatuh ke permukaan tanah tidak mempunyai kesempatan untuk masuk ke
dalam tanah, dan bagian ini akan mengalir sebagai aliran permukaan.
Menurut Horton (1940) laju infiltrasi adalah volume air yang mengalir
kedalam profil persatuan luas dikenal dengan laju infiltrasi. Pengaliran yang
memiliki satuan kecepatan juga dikenal dengan kecepatan infiltrasi. Pada
kondisi laju hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air dan
infiltrasi akan berlarut dengan laju maksimal. Kemampuan tanah menyerap air
akan semakin berkurang dengan makin bertambahnya waktu. Pada tingkat
awal kecepatan penyerapan air cukup tinggi dan pada tingkat waktu tertentu
kecepatan penyerapan air ini akan menjadi konstan.

4. Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam
meloloskan air ke lapisan bawah profil. Struktur dan tekstur serta unsur
organik lainya berperan dalam menaikkan laju permeabilitas tanah (Anonim,
2010). Kemala Sari Lubis (2007) dalam penelitiannya yang berjudul
keterhantaran hidrolik dan permeabilitas menyatakan bahwa pada ilmu tanah
permeabilitas didefinisikan secara kualitatif sebagai pengurangan gas-gas,
cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau lewat melalui suatu massa
tanah atau lapisan tanah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam


meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil
bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas
tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air
larian. Air larian inilah yang akan merusak permukaan tanah.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori
yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur
tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula
ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu
lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki
harga koefisien permeabilitas yang lebih rendah dan pada tanah ini koefisien
permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Tinggi rendahnya permeabilitas
ditentukan oleh ukuran pori. Koefisien permeabilitas (k) untuk macam-macam
tanah adalah sebagai berikut:
- Pasir :10-102 cm/det
- Debu :102-105 cm/det
- Lempung :<150 cm/det
Permeabilitas tanah adalah suatu kesatuan yang melipui infiltrasi tanah
dan bermanfaat sebagai permudahan dalam pengolahan tanah. (Dede rohmat,
2009) permeabilitas tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas
berkisar antara lambat sampai agak cepat (0,20 – 9,46 cm jam-1), sedangkan
di lapisan bawah tergolong agak lambat sampai sedang (1,10 -3,62 cm jam-1)
( N. Suharta dan B. H Prasetyo, 2008). Permeabilitas tanah dilapisan bawah
lebih lambat dari pada dilapisan atas. Keadaan seperti ini dapat disebabkan
oleh pengaruh pengolahan tanah, perakaran tanaman, atau pemadatan
pedogenesis karena ada penimbunan liat seperti terjadi pada tanah yang
mempunyai horizon argilik. Hasil penetapan menunjukkan permeabilitas
lapisan tanah berkisar antara lambat sampai agak cepat, sedangkan dilapisan
bawah tergolong agak lambat sampai sedang.
Aliran dalam tanah umumnya aliran laminer berlaku Hukum Darcy
commitkecepatan
yaitu V=Ki , dimana V adalah to user (cm/det), k adalah koefisien
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

permeabilitas, dan I adalah gradient hidrolik. Sedangkan I=h/1 yaitu selisih


tinggi tekanan dibagi panjang lintasan. Dari rumus dapat didefinisikan k
adalah kecepatan aliran bila gradient hidrolik sama dengan satu. Hukum Darcy
menunjukkan bahwa permeabilitas tanah ditentukan oleh koefisien
permeabilitasnya. Koefisien permeabilitas tanah bergantung pada berbagai
faktor yaitu:
1. Viskositas cairan, semakin tinggi viskositasnya, koefisien permeabilitas
tanahnya akan semakin kecil.
2. Distribusi ukuran pori, semakin merata distribusi ukuran porinya,
koefesien permeabilitasnya cenderung semakin kecil.
3. Disrtibusi ukuran butiran, semakin merata distribusi ukuran butirannya,
koefesien permeabilitasnya cenderung semakin kecil.
4. Rasio kekosongan (void), semakin besar rasio kekosongannya, koefisien
permeabilitas tanahnya akan semakin besar.
5. Kekasaran partikel mineral, semakin kasar partikel mineralnya, koefisien
permeabilitas tanahnya akan semakin tinggi.
6. Derajat kejenuhan tanah, semakin jenuh tanahnya, koefisien permeabilitas
tanahnya akan semakin tinggi.
Hubungan antara permeabilitas dengan erosi adalah apabila
permeabiltas dalam tanah terlalu tinggi sehingga menutupi seluruh pori tanah
dapat terjadi berkurangnya kekuatan dalam tanah sehingga bila mendapatkan
tekanan terhadap tanah tersebut dapat mengakibatkan mudahnya tanah itu
terjadi longsoran atau erosi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian di Dusun Dungwot, Desa Ngadipiro, Kecamatan
Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Lokasi ini merupakan daerah penelitian
antara BPK Solo, P3HT, dan PPLH LPPM UNS dalam rangka pengelolaan
hutan tanaman terpadu sejak tahun 2007. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Oktober 2010 sampai April 2011.

B. Bahan dan Alat Penelitian


1. Bahan
a. Lahan dengan beberapa model kombinasi vegetasi.
b. Peta.
c. Data pendukung berupa data iklim (curah hujan, temperatur udara dan
kelembaban udara), data monografi dan data erosi tanah.
2. Alat
a. Hard ware : GPS, Pc Komputer, Printer dan Plotter
b. Soft ware : Arc View, MS word , Excel dan power point.
c. Alat tulis
d. Meteran
e. Jangka Sorong
f. Belati
g. Lup
h. Plastik trasparan
i. Ring sampel
j. Spidol marker
k. Kamera
l. Kertas label
m. Infiltrometer
n. Alat dan chemikalia laboratorium
commit to user

11
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

C. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei dan perhitungan laju
infiltrasi serta permeabilitas tanah pada beberapa jenis tanaman yang ditanam
di lokasi penelitian. Survei dilakukan dengan melihat model-model kombinasi
tanaman. Kemudian di amati jenis tanaman apa saja yang ada pada setiap
model dan karakteristik tanaman yang berhubungan dengan kapasitasnya
dalam meningkatkan laju infiltrasi dan permeabilitas tanah.
Selain itu juga dilakukan analisis di laboratorium. Analisisis ini
meliputi permeabilitas tanah, kadar BO, BV, BJ, kadar lengas dan tekstur
tanah. Sehingga penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif
kuantitatif.

D. Tata Laksana Penelitian


1. Pengukuran karakteristik tanaman
Tanaman yang diamati di lokasi terbagi dalam beberapa model
sebagai berikut :
· Model A : tanaman jati, mangga, dan mete
· Model B : tanaman jati, mangga, dan pete
· Model C : tanaman jati, mangga, mete, dan pete
Setiap model disisipkan tanaman semusim seperti ketela pohon,
jagung, dan kacang tanah. Selain untuk menambah faktor pencegahan
erosi, tanaman semusim ini dapat menambah pendapatan masyarakat.
Dilakukan pengukuran tinggi dan diameter tanaman. Pengukuran
dilakukan untuk mengetahui kontribusi tanaman di setiap model terhadap
laju infiltrasi dan permeabilitas tanah. Data yang diperoleh kemudian di
gabungkan dengan data biofisik dan sosek seperti erosi, curah hujan,
topografi, monografi desa dan data lainnya.
2. Pengambilan contoh tanah
Sampel tanah diambil di setiap model tanaman. Pada setiap model
tanaman diambil 3 sampel tanah pewakil secara acak. Pengambilan di
commit to user
setiap kombinasi bertujuan untuk mengetahui laju infiltrasi dan
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

permeabilitas tanah yang ada pada lokasi tersebut. Dalam penelitian ini ada
dua jenis sampel tanah yang diambil yaitu tanah utuh dan tanah terganggu
untuk keperluan analisis laboratorium.
3. Pengukuran laju infiltrasi
Pengukuran laju infiltrasi dilakukan secara langsung di lapang.
Pengukuran laju infiltrasi ini menggunakan alat infiltrometer. Pengukuran
ini dilakukan pada setiap model tanaman. Mekanismenya sama dengan
pengambilan contoh tanah. Pengukuran dilakukan 3 kali ulangan di setiap
kombinasi. Prosedur pengukuran laju infiltrasi adalah sebagai berikut :
a. Memasang ring infiltrometer ganda pada titik pengamatan.
b. Menekan dengan alat pemukul (letakan balok kayu diatas ring), ring
masuk 5 – 10 cm kedalam tanah.
c. Memasang 1 lembar plastik di dalam ring kecil untuk menjaga
kerusakan tanah pada waktu pengisian air.
d. Mengisi ruangan antara ring besar dan kecil dengan air
(mempertahankan penuh terus menerus saat pengukuran).
e. Mengisi ring kecil dengan air secara berhati-hati.
f. Memulai pengukuran dengan menarik keluar lembaran plastik dari
dalam ring kecil dan jalankan stopwatch.
g. Mencatat tinggi permukaan air awal dengan melihat skala dan catat
penurunan air dalam interval waktu tertentu, interval waktu tergantung
kecepatan penurunan air.
h. Menambah air, bila tinggi muka air 5 cm dari permukaan tanah dan
catat tinggi permukaaan air awal, ulangi sampai terjadi penurunan air
konstan dalam waktu yang sama (mencapai konstan 3 - 6 jam)
(Balai Penelitian Tanah, 2005).
Perhitungan Laju Infiltrasi
a+b
K= c
e 1
+
(c1xd ) + (c 2 x15) (axc1xd ) + (c 2 x15)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Keterangan :
K : laju infiltrasi
22 r 2 22
a : x = x 3,12 = 30,2 cm2
7 7
b : penyusutan air
c : waktu penyusutan
d : kedalaman pembenaman ring dalam
e : kedalaman penggenangan air ring dalam
α : 0,12 / cm
c1 : ketetapan (0,9927)
c2 : ketetapan (0,5781)
4. Analisis laboratorium
Analisis dilaboratorium meliputi analisis permeabilitas tanah, kadar
BO, BV, BJ, kadar lengas dan tekstur tanah. Analisis ini dilakukan untuk
mendapatkan data sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan laju infiltrasi
dan permeabilitas tanah.

E. Variabel yang diamati


Data yang dibutuhkan meliputi :
1. Data primer
a. Data vegetasi : tinggi tanaman dan diameter tanaman.
b. Laju infiltrasi
c. Permeabilitas tanah : tekstur, struktur, BO, kadar lengas, BV,BJ
2. Data skunder : pengukuran erosi
a. Data erosi
b. Data curah hujan
c. Data topografi
d. Dll.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

F. Analisis Data
Semua data yang telah didapat dianalisis menggunakan rancangan
RAKL Tunggal, Uji F untuk data normal dan Uji Kruskal Wallis untuk data
tidak normal, dan Uji korelasi. Dengan demikian akan diketahui beda laju
infiltrasi dan permeabilitas tanah pada beberapa jenis tanaman yang ada pada
lokasi penelitian di Dusun Dungwot, Desa Ngadipiro, Kecamatan
Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Sehingga diharapkan dapat dijadikan
pengetahuan oleh masyarakat untuk terus menjaga lingkungan dan
mengembangkan pengetahuan dalam pengelolaan lahan agar lahan dapat
digunakan dengan optimal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

KERANGKA BERFIKIR

MODEL KOMBINASI
TANAMAN

INFILTRASI
DAN
PERMEABILITAS

Data Primer Data Sekunder

Analisis

Evaluasi

Informasi Tentang Laju Infiltrasi Dan


Permeabilitas Tanah Untuk
Masyarakat Di Lokasi Penelitian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Dusun Dungwot, Desa Ngadipiro, Kecamatan
Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri (110o59’52” BT; 7o53’8” LS). Lokasi
penelitian ini berbentuk suatu Catchment Area dengan bentuk lahan dataran
vulkanik hingga pegunungan. Terletak di Bukit Kendeng dengan ketinggian
tempat antara 196 – 427 m dpl dan sebagian besar lerengnya masuk dalam
kategori agak curam antara 31 – 45%. Lahan di bagian atas bukit merupakan
kawasan hutan negara (yang dikelola oleh Perum Perhutani) dan di bagian
bawah merupakan milik masyarakat. Jenis batuan di daerah penelitian
didominasi oleh material breksi vulkanik dengan arah “dip” sesuai dengan
kemiringan lereng yaitu ke arah utara (BPK Solo, 2007).
Tanah di lokasi penelitian termasuk dalam klasifikasi Inceptisols dengan
kedalaman dangkal hingga sangat dangkal (< 50 cm). Tanah tersebut
didominasi oleh mineral lempung kaolinit serta mineral sekunder feldspar,
mika dan feromagnesium. Inceptisols adalah tanah muda dan mulai
berkembang. Profilnya mempunyai horison yang dianggap pembentuknya
agak lamban sebagai hasil alterasi bahan induk. Horison-horisonnya tidak
memperlihatkan hasil hancuran eksterm. Horison timbunan liat dan besi
aluminium oksida yang jelas tidak ada pada golongan ini.
Inceptisols dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen
dan metamorf. Inceptisols merupakan tanah yang baru berkembang biasanya
mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, dalam hal ini
dapat tergantung pada tingkat pelapukan bahan induknya. Bentuk wilayah
beragam dari berombak hingga bergunung. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk
efektifnya beragam dari dangkal hingga dalam. Di dataran rendah pada
umumnya tebal, sedangkan pada daaerah-daerah lereng curam solumnya tipis.
Pada tanah berlereng cocok untuk tanaman tahunan atau tanaman permanen
untuk menjaga kelestarian tanah (Munir, 1996).
commit to user

17
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

Tidak ada proses pedogenik yang dominan kecuali pencucian, meskipun


mungkin semua proses pedogenetik selalu aktif. Di lembah-lembah yang selalu
tergenang oleh air, terjadi proses gleisasi sehingga terbentuk tanah dengan
chroma rendah. Ditempat dengan bahan induk yang resisten proses
pembentukan liat terhambat. Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan
tanah Inceptisol adalah bahan induk yang sangat resisten terhadap pelapukan,
banyak mengandung abu vulkan dan tidak memenuhi sifat-sifat Andik, posisi
dalam bentang lahan yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah, permukaan
geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah baru mulai
(Darmawijaya, 1990).
Iklim di daerah penelitian ditentukan berdasarkan klasifikasi iklim
Schmith-Ferguson untuk kepentingan tanaman tahunan dan klasisikasi iklim
Oldeman untuk kepentingan kesesuaian lahan tanaman semusim. Kedua
klasifikasi iklim yang digunakan mengacu pada data curah hujan Dungwot 15
tahun terakhir dari tahun 1996 sampai 2010, bersumber dari Penangkar Curah
Hujan BPK Solo di Keduang. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmith-
Ferguson lokasi penelitian termasuk ke dalam tipe iklim C yaitu agak basah.
Sedangkan berdasarkan klasifikasi iklim menurut Oldeman, lokasi penenlitian
termasuk dalam tipe iklim C3 yaitu dalam satu tahun penanaman palawija yang
kedua harus hati-hati jangan jatuh pada bulan kering.
Tata guna lahannya beraneka sehingga mempunyai dampak yang berbeda
terhadap genesis, hidrologi dan konservasi hara tanahnya. Peta skematis lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.

commit to user
19

Gambar 4.1 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keduang, Dukuh Dungwot, Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Lokasi Penelitian telah dibagi menjadi beberapa model tanaman. Model


tanaman ditentukan berdasarkan hasil identifikasi dan klasifikasi satuan lahan
yang telah dilakukan oleh BPK Solo dalam rangka penelitian hutan tanaman
terpadu sejak tahun 2007. Lahan yang dibuat satuan lahan merupakan sub-sub
DAS Sungai Keduang dengan luas wilayah 10,82 ha. Atas dasar penguasaan
lahan, maka daerah penelitian dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu milik
masyarakat (petani) seluas 2,04 ha (18,18%) dan milik perhutani seluas 8,77 ha
(81,11%). Lahan milik perhutani dikelola oleh masyarakat yang berasal dari
Dusun Dungwot dan Dusun Tawing dengan cara pesanggem yaitu masyarakat
harus melakukan penanaman tanaman hutan.
Daerah yang memiliki kesamaan atau kemiripan unsur lahan diasumsikan
menjadi satu unit lahan. Oleh karenanya, dalam suatu wilayah tertentu dapat
dibedakan lebih dari satuan lahan tergantung dari homogenitas unsur-unsur
lahannya. Dalam pemetaan atau evaluasi lahan, unsur-unsur lahan yang
dipergunakan untuk klasifikasi seringkali tidak selalu sama. Hal ini disebabkan
perbedaan tingkat kerincian informasi yang diperlukan dan atau variasi unsur-
unsur lahan yang terdapat di wilayah tersebut. Satuan lahan dalam penelitian
ini dibedakan berdasarkan unsur-unsur kemiringan lereng, kedalaman tanah
dan tipe penggunaan lahan yang selanjutnya diwujudkan dalam bentuk peta-
peta kemiringan lereng, kedalaman tanah, dan peta tipe penggunaan lahan.
Berdasarkan hasil kompilasi peta-peta kemiringan lereng, kedalaman tanah dan
peta tipe penggunaan lahan, maka lokasi penelitian di Gunung Kendeng dapat
dibedakan menjadi 17 satuan lahan (Gambar 4.2).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.2 SPL Penerapan Hutan Tanaman

Setelah ditentukan SPL kemudian dipilih beberapa lokasi untuk


menetapkan model tanaman yang merupakan titik pengambilan sampel pada
commit to user
penelitian ini. Model tanaman yang dibuat luasnya ± 5,09 ha dengan rincian
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

yaitu ± 4,24 ha lahan kawasan hutan negara (Perum Perhutani) dan ±0,85 ha
merupakan lahan milik warga. Ada tiga model tanaman yang merupakan
perlakuan. Masing-masing perlakuan dilakukan pada satuan contoh model
dengan luasan ± 0,4 ha, dengan ulangan sebanyak 4 kali untuk masing-masing
model (Gambar 4.3).
Penentuan model juga telah dibahas bersama dengan masyarakat
setempat, terutama menyangkut dengan jenis tanaman MPTS. Pertimbangan
penentuan tanaman MPTS adalah jenis yang sesuai untuk kondisi setempat dan
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sehingga diharapkan mampu menambah
penghasilan masyarakat sekaligus tetap menjaga lingkungan.
Tabel 4.1 Lahan yang Digunakan Untuk Model Tanaman

No. Nama Status Kepemilikan Alamat Unit


Lahan Perlakuan
1. Kirman Lahan Milik Dungwot C1
2. Marimin Lahan Milik Dungwot C1
3. Saimo Lahan Milik Dungwot B1
4. Yatno Negara Dungwot A1
5. Katiman Negara Dungwot A1 & A2
6. Saimo Negara Dungwot A2
7. Sukirto Negara Tawing A2 & C2
8. Tarno Sadino Negara Tawing B2
9. Marimin Negara Dungwot A3 & C2
10. Ratno Suwito Negara Tawing B3 & C3
11. Taryono Negara Tawing C4
12. Kamino Negara Tawing C4
13. Parwoto Negara Tawing C4 & C3
14. Tukimin Negara Tawing A4
15. Minto Wikromo Negara Tawing B4
Sumber : BPK Solo
Saat ini tanaman pada model tanaman telah berumur 3 tahun. Selama itu
dilakukan perawatan dan peninjauan secara intensif. Koordinasi dengan warga
pun selalu dilakukan. Hal ini terus dilakukan agar model tanaman tetap terjaga
kelestariannya. Sehingga mampu memberi manfaat bagi masyarakat dan juga
menjaga lingkungan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

Model tanaman sekaligus lokasi titik pengambilan sampel terperinci


sebagai berikut :
Tabel 4.2 Titik-Titik Pengambilan Sampel

No. Model Tanaman Lokasi


1. A1 SPL 5
2. A2 SPL 6
3. A3 SPL 7, SPL 11
4. A4 SPL 16
5. B1 SPL 3
6. B2 SPL 16
7. B3 SPL 11
8. B4 SPL 17, SPL 10
9. C1 SPL 2
10. C2 SPL 5, SPL 7, SPL 11
11. C3 SPL 10, SPL 11, SPL 14
12. C4 SPL 14
Sumber : BPK Solo, 2008
Saat survei dilakukan pengukuran kemiringan lereng secara langsung
pada semua titik. Kemiringan lereng pada lokasi yaitu model A 39 %, model B
40 %, model C 39%. Hal tersebut menunjukan bahwa lokasi penelitian
memliki lereng yang curam.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.3 Peta Lokasi Model Tanaman

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

B. Pengaruh Model Tanaman tehadap Variabel Pengamatan


Model tanaman yang dibuat di dalamnya terdapat beberapa jenis tanaman
dengan fungsi yang berbeda-beda sebagai berikut:
1. Tanaman pokok, tanaman penghasil kayu. Jenis yang dipilih adalah Jati
(Tectona grandis).
2. Tanaman sisipan, tanaman MPTS (Multi Purpose Trees System). Jenis
tanaman yang akan dipilih adalah: Mangga (Mangifera sp), Mete
(Anacardium ocidentale), dan Pete (Parkia speciosa).
3. Tanaman semusim/palawija, jenis tanaman penghasil pangan dengan
umur pendek. Jenis tanaman yang akan dipilih sesuai dengan yang telah
dibudidayakan oleh masyarakat yaitu: Jagung, Kacang tanah, kacang
tunggak dan singkong.
4. Tanaman penguat teras, jenis tanaman yang dapat berfungsi sebagai
penguat teras dan sekaligus dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Jenis tanaman yang akan dipilih adalah: rumput gajah, kolojono.
Kombinasi jenis tanaman pokok dan sisipan yang akan diusahakan
dengan jarak tanam 10 x 5 m, yaitu:
1. Model A, Jati (50%) + Mangga (25%) + Mete (25%) + tan. semusim
2. Model B, Jati (50%) + Mangga (25%) + Petai (25%) + tan. semusim
3. Model C, Jati (50%) + Mangga (20%) + Mete (15%) + Pete (15%) +
tan. semusim
Pemilihan tanaman tersebut berdasarkan diskusi dengan masyarakat yang
disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Kombinasi tanaman pada setiap
model diharapkan mampu menjaga keberadaan tanah pada lokasi dengan
meningkatkan laju infiltrasi dan permeabilitas tanah. Seperti kita ketahui
bahwa kombinasi tanaman mempunyai manfaat antara lain menghasilkan
kombinasi seresah yang bisa menjaga permukaan tanah dari pukulan air hujan
yang dapat merusak tanah. Sehingga tanah lebih tahan terhadap erosi. Selain
itu juga menjaga biodiversitas dalam tanah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

commit to(sumber
Gambar 4.4 Model Tanaman user : BPK Solo, 2008)
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.3 Metode Variabel Pengamatan

No. Variable Pengamatan Satuan Metode


1. Data vegetasi
a. Tinggi tanaman m Pengukuran langsung di lapang
b. Diameter tanaman m Pengukuran langsung di lapang
2. Laju infiltrasi cm/jam Pengukuran langsung di lapang (Balitan, 2005)
3. Permeabilitas tanah cm/jam
4. Sifat fisika
a. Tekstur % Hidrometer
b. Struktur - Pengamatan langsung di lapang
c. BV g/cm3 Volumetri (Balai Penelitian Tanah, 2005)
d. BJ g/cm3 Gravimetri (Balai Penelitian Tanah, 2005)
e. Kadar lengas % Gravimetri (Balai Penelitian Tanah, 2005)
5. Sifat kimia : BO % Walkey and Black (Tan. K. H., 2005)

Untuk mendapatkan data-data vegetasi dilakukan pengukuran semua


tanaman yang terdapat pada model tanaman. Kemudian barulah didapat data
tinggi tanaman serta diameter tanaman keseluruhan. Tanaman yang diukur
berumur 3 tahun. Semua tanaman memiliki tingkat pertumbuhan yang tidak
sama. Sehingga hasil datanya pun bervariasi. Hal ini disebabkan bahwa setiap
model tanaman mempunyai karakteristik lahan yang berbeda-beda. Selain itu
faktor lain yang berpengaruh adalah tindakan manusia. Ada tanaman beberapa
model tanaman yang terawat dengan baik, namun ada juga tanaman yang tidak
terawat sehingga penuh dengan semak belukar yang menghambat pertumbuhan
tanaman yang ada di dalamnya (Lampiran). Hasil uji F pengaruh model
tanaman terhadap tinggi tanaman dan diameter tanaman disajikan pada tabel
4.4:
Tabel 4.4 Pengaruh Perlakuan Model Tanaman terhadap Vegetasi

No. Tanaman F Hitung


Tinggi Tanaman Diameter Tanaman
1. Jati 0,005 0,109
2. Mangga 0,59 0,428
3. Mete 1,00 0,386
4. Pete 0,065 0,623

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan bahwa model tanaman


berpengaruh tidak nyata (p > 0,05) terhadap tinggi tanaman mangga, mete, dan
pete. Hal ini menunjukkan bahwa model tanaman mempunyai pengaruh yang
hampir sama terhadap tinggi tanaman tanaman mangga, mete, dan pete.
Sedangkan model tanaman berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jati. Hal
ini menunjukan bahwa model tanaman berperan penting dalam pertumbuhan
tanaman jati. Tanaman jati pada setiap model tanaman menunujukan nilai
tinggi tanamannya yang bervariasi.
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa model tanaman berpengaruh
tidak nyata (p > 0,05) terhadap diameter semua tanaman yaitu tanaman jati,
mangga, mete, dan pete. Hal ini menunjukkan bahwa diameter tanaman
mempunyai nilai yang hampir sama pada semua tanaman. Salah satu faktor
yang mempengaruhi hal ini yaitu umur tanaman yang masih muda yaitu baru 3
tahun. Sehingga harus dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui
pengaruh model tanaman pada diameter semua tanaman yang diamati. Untuk
itu model tanaman harus terus dikembangkan dan dijaga pertumbuhannya.
Untuk mengetahui peran dari tanaman yang diterapkan dalam model
tanaman yaitu dengan mengetahui pengaruhnya terhadap variabel yang diamati
terutama sifat-sifat tanah. Berikut adalah ringkasan hasil uji F pengaruh perlakuan
berupa model tanaman terhadap sifat tanah yang disajikan pada tabel 4.5:
Tabel 4.5 Pengaruh Perlakuan Model Tanaman Terhadap Sifat-Sifat Tanah
No. Sifat Tanah F Hitung
1. Tekstur
a. Pasir 0,004
b. Debu 0,003
c. Lempung 0,001
2. BV 0,797
3. BJ 0,077
4. Kadar Lengas
a. Ctka ϕ 0.5 mm 0,163
b. Ctka ϕ 2 mm 0,001
c. bongkah 0,979
5. BO 0,008

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan bahwa model tanaman yang


terdiri dari beberapa tanaman berpengaruh tidak nyata (p > 0,05) terhadap BV,
BJ, kadar lengas ctka lolos 0,5 mm, dan kadar lengas bongkah. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa semua model tanaman mempunyai pengaruh yang sama
terhadap BV, BJ, kadar lengas ctka lolos 0,5 mm, dan kadar lengas bongkah.
Meskipun komposisi tanaman pada berbagai model bervariasi. Hal ini
menunjukan bahwa model tanaman belum memberikan kontribusi yang lebih
baik untuk perbaikan sifat-sifat tanah tersebut. Untuk BV dan BJ berhubungan
erat dengan porositas tanah. Total porositas terdiri atas pori besar, sedang dan
kecil yang semuanya berpengaruh terhadap pergerakan air dan udara dalam
tanah. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa tanah pada lokasi penelitian
termasuk ordo Inceptisols yang sangat resisten terhadap pelapukan. Oleh
karena hal tersebut maka liat yang dihasilkan relatif sedikit. Berdasar hasil
pengamatan langsung di lokasi, tanah pada model tanaman yaitu model A1
sampai A4 permukaannya bertekstur kasar. Hal ini menunjukkan bahwa
kandungan liatnya sedikit. Sehingga total pori kecil sedikit tetapi banyak
memiliki pori berukuran besar. Hal ini yang menyebabkan tanah ini
mempunyai kemampuan menahan air yang rendah.

Gambar 4.5 Lapisan Top Soil Tanah Pada Lokasi Pengamatan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Kelengasan tanah adalah keadaan yang memberikan volume air (cairan)


yang tertahan di dalam pori – pori sistem tanah sebagai akibat adanya saling
tindak antara massa air dengan berbagai zarah tanah (adhesi) dan sesama massa
air (kohesi). Adanya berbagai aras saling tindak ini menjadikan di dalam suatu
sistem tanah ditemui aneka keadaan lengas tanah (Poerwowidodo, 1992).
Kadar lengas ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tersedia dalam
tanah. Salah satu ditentukan oleh distribusi ukuran partikel atau tekstur. Pada
tanah Inceptisols yang diamati distribusi partikel berukuran besar berupa pasir
mendominasi. Hal ini telah dibuktikan dengan pengamatan di laboratorium
yang menunjukan hasil bahwa partikel pasir sangat dominan. Oleh karena itu
air tersedia atau kandungan lengas yang diikat rendah.
Model tanaman berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) terhadap BO. Hal
ini berarti bahwa model tanaman memberikan kontribusi yang baik dan penting
terhadap ketersediaan bahan organik dalam tanah. Bahan organik mempunyai
peran yang sangat penting pada tanah seperti memperbaiki sifat-sifat tanah,
meningkatkan kemampuan menahan air dan pelapukan mineral. Tanah
Inceptisols memiliki kadar bahan organik yang rendah. Hal ini ditunjukkan
dengan pengamatan dilaboratorium bahwa kandungan bahan organik pada
lokasi rendah yaitu hanya berkisar 1 % untuk semua model tanaman. Untuk itu
penambahan bahan organik lewat model tanaman yang telah dibuat penting
untuk diperhatikan. Di dalam model tanaman terdapat kombinasi antara
tanaman tahunan dan tanaman semusim. Hal ini dapat meningkatkan
kandungan bahan organik dalam tanah. Seresah dan sisa hasil panen yang
dihasilkan dapat menjadi sumber bahan organik yang baik untuk tanah.

commit to user
31

Tabel 4.6 Kondisisi Sifat-Sifat Tanah Pada Semua Model Tanaman


No. Model KL (%) BV BJ Tekstur (%) Struktur BO
3 3
Tanaman (g/cm ) (g/cm ) (%)
Ctka ϕ 0.5 mm Ctka ϕ 2 mm Bongkah Pasir Debu Lempung

1. A1 15,36 15,41 18,83 1,442 1,84 66,15 16,92 16,92 Sub angular blocky 2,59

2. A2 16,22 14,10 16,36 1,207 1,83 66,98 16,51 16,51 Sub Angular blocky 1,30

3. A3 17,21 15,07 14,29 1,270 1,96 66,35 16,82 16,82 Sub Angular blocky 1,06

4. A4 16,52 15,97 18,53 1,288 1,96 66,50 16,75 16,75 Sub angular blocky 1,84

5. B1 12,71 12,61 18,78 1,330 2,08 51,54 30,00 18,46 Sub angular blocky 1,32

6. B2 14,59 14,68 22,22 1,205 2,03 49,81 31,07 19,12 Granuler 1,22

7. B3 11,54 13,37 19,33 1,128 2,06 50,78 30,47 18,75 Angular blocky 1,38

8. B4 12,68 12,31 15,08 1,249 1,94 50,55 30,61 18,84 Angular blocky 2,65

9. C1 12,31 14,97 17,57 1,261 1,97 49,95 28,60 21,45 Granuler 0,78

10. C2 15,43 16,29 22,33 1,218 1,9 49,36 28,94 21,70 Granuler 0,80

11. C3 11,65 13,74 22,12 1,487 1,91 50,30 28,40 21,30 Sub angular blocky 1,62

12. C4 12,46 20,71 18,22 1,521 1,83 46,51 30,57 22,93 Granuler 1,33

Sumber : Data Primer


perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

C. Laju Infiltrasi pada Model Tanaman


Laju infiltrasi adalah banyaknya air persatuan waktu yang masuk melalui
permukaan tanah. Kemampuan tanah untuk menyerap air infiltrasi pada suatu
saat disebut kapasitas infiltrasi. Pada saat tanah keadaan kering maka laju
infiltrasi tinggi. Sebaliknya saat tanah jenuh air, laju infiltrasi menjadi menurun
dan akhirnya konstan. Laju infiltrasi ditentukan oleh besarnya kapasitas
infiltrasi dan laju penyediaan air. Selama laju penyediaan air (hujan) lebih kecil
dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan intensitas hujan. Jika
intensitas hujan melampaui kapasitas infiltrasi, maka terjadilah genangan air
dipermukaan tanah atau aliran permukaan (Arsyad, 2006).
Berdasarkan uji Kruskal Wallis pengaruh berbagai model tanaman
terhadap laju infiltrasi (Lampiran) menunjukkan bahwa model tanaman
berpengaruh tidak nyata (p > 0,05) terhadap laju infiltrasi. Hal ini
menggambarkan bahwa semua model tanaman menunjukkan laju infiltrasi
yang hampir sama. Rerata laju infiltrasi tanah di berbagai model tanaman
disajikan pada Gambar 4.6.

0.25
LAJU INFILTRASI (cm/jam)

0.2
0.15
0.1
0.05
0
A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4
Model Tanaman

Gambar 4.6 Rerata Laju Infiltrasi semua Model Tanaman yang diamati
Terlihat pada grafik ada salah satu laju infiltrasi yang nilainya sangat
tinggi dibandingkan yang lain yaitu pada model B4. Pada lokasi ini tanaman
utamanya berupa jati dan tanaman sisipan berupa mangga serta pete. Semuanya
adalah tanaman yang bisa bertahan hidup di daerah yang beriklim ekstrim.
commit yang
Selain itu juga mempunyai perakaran to user
kuat dengan penutupan tajuk cukup
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

rapat. Hal tersebut dapat berfungsi mengurangi laju aliran permukaan (run off)
karena air hujan tidak akan langsung jatuh mengenai permukaan tanah. Namun,
tertahan sementara di batang dan tajuk tanaman disebut air intersepsi. Arsyad
(2006) menyatakan bahwa bagian air hujan yang diintersepsi vegetasi akan
menguap ke udara, yang berarti mengurangi banyaknya air hujan yang jatuh ke
permukaan tanah. Sehingga mengurangi aliran permukaan dan mengurangi
kekuatan perusak butir-butir air hujan terhadap tanah. Oleh karena itu dapat
meningkatkan laju infiltrasi.

Tabel 4.7 Volume Limpasan Permukaan (mm/bln) Tahun 2011

Januari Febuari Maret April


CH LP CH LP CH LP CH LP Rata-rata
Perlakuan (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) mm/bln
A 299 37.6 200 112.81 232 229.02 47 29.38 102.20
299 5.6 200 5.6 232 10.58 47 12.91 8.67
B 299 3.68 200 50.27 232 125.23 47 3.13 45.58
299 9.51 200 3.49 232 8.8 47 15.58 9.35
C 299 20.23 200 80.51 232 157.54 47 0.47 64.69
299 20.09 200 22.39 232 19.78 47 12.17 18.61
Sumber : (Data Sekunder) Hasil Analisis Laboratorium Tanah dan Hidrologi
BPK Solo di Jumantono
Ket : CH : Curah Hujan
LP : Limpasan Permukaan

Berdasarkan data di atas jelas bahwa rata-rata nilai limpasan permukaan


yang terendah adalah di model B. Hal ini menunjukan bahwa komposisi
tanaman pada model B telah memberikan pengaruh yang positif untuk
mengurangi limpasan permukaan. Sehingga diharapkan akan meningkatkan
laju infiltrasi.
Berdasarkan uji korelasi, laju infiltrasi berkorelasi positif dengan BO.
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kandungan bahan organik, laju infiltrasi
semakin besar. Pengaruh bahan organik terhadap tanah sangat besar yaitu sifat-
sifat tanah yang berhubungan dengan laju infiltrasi. Bahan organik
mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi pada tanah. Bahan organik
memperbaiki sifat-sifat tanah commit
tersebuttosehingga
user nantinya akan meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

laju infiltrasi pada tanah. Bahan organik akan mendorong agregasi dan
memantapkan pori tanah karena membentuk koloid lambat balik yang
berperan sebagai perekat. Tanah tersebut akan menjadi lebih mantap dan stabil.
Sehingga laju infiltrasi akan tetap terjaga. Hal ini sesuai dengan penyataan
Arsyad (2006) yang menyatakan bahwa kapasitas infiltrasi hanya dapat
dipelihara jika porositas semula tidak terganggu selama berlangsungnya hujan.
Tanah-tanah yang mudah terdispersi akan tertutup pori-porinya sehingga
kapasitas infiltrasi cepat menurun. Tanah-tanah yang agregatmya stabil akan
menjaga kapasitas infiltrasi tetap tinggi.
Bahan organik akan meningkatkan daya jerap dan KTK. Hal ini
berhubungan dengan koloid tanah yang merupakan indikasi tanah mengandung
liat (lempung) dan senyawa organik. Inilah yang merupakan bahan perekat
tanah untuk memantapkan agregat. Bahan organik juga meningkatkan jumlah
dan aktivitas organisme makro dan mikro dalam tanah. Aktivitas organisme ini
akan menyebabkan terbentuknya lubang atau celah pada tanah. Sehingga
jumlah air yang meresap dalam tanah meningkat.
Laju infiltrasi berkorelasi negatif dengan BV, BJ, dan kadar lengas.
Artinya semakin tinggi nilai BV, BJ, dan kadar lengas maka laju infiltrasi akan
semakin kecil. Sebaliknya semakin rendah nilai BV, BJ, dan kadar lengas maka
laju infiltrasi akan semakin besar. Bobot jenis (BJ), bobot volume (BV) dan
kadar lengas akan berpengaruh terhadap porositas. Bobot jenis dan bobot
volume memiliki pengertian yang sama, yaitu perbandingan antara bobot
dengan volume partikel tanah, hanya saja perbedaannya ada pada saat
pengukuran volume.
Berat volume tanah ditentukan sebagai massa atau berat suatu kesatuan
volume tanah kering yang dinyatakan dalam gram per cm3. Volume tanah ini
menyangkut benda padat dan pori tanah. Sedangkan berat jenis tanah
didasarkan suatu kesatuan volume tanah dimana volume tanah ini hanya
menyangkut padatan saja. Berdasarkan hal ini, maka berat jenis tanah suatu
tanah mempunyai nilai yang lebih besar dari berat volume tananhmya. Hal ini
commit todari
dikarenakan berat volume ditentukan usersuatu massa tanah atau dari berat
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

suatu kesatuan volume tanah kering yang mencakup benda padatan atau pori,
sedangkan berat jenis tanah merupakan suatu ukuran berat yang hanya
memperhitungkan butir-butir padatan tanah saja.
Total porositas tanah lempung lebih tinggi dibanding tanah berpasir.
Pada lokasi penelitian kandungan lempung masih sangat rendah. Hal tersebut
disebabkan karena lokasi dengan ordo tanah Inceptisol yang resisten terhadap
pelapukan serta rentan dengan pencucian. Sehingga membuat pori totalnya
rendah karena tanahnya didominasi fraksi pasir yang komposisi penyusunnya
adalah pori berukuran besar.

D. Permeabilitas Tanah pada Model Tanaman


Permeabilitas tanah adalah sifat yang menyatakan laju pergerakan suatu
zat cair di dalam tanah melalui suatu media berpori-pori makro maupun mikro
baik daerah vertikal maupun horizontal. Permeabilitas tanah menunjukkan
kemampuan tanah dalam meloloskan air. Semua jenis tanah bersifat lolos air
(permeable) dimana air bebas mengalir melalui ruang-ruang kosong (pori-pori)
yang ada di antara butiran-butiran tanah.
Berdasarkan uji Kruskal Wallis pengaruh berbagai model tanaman
terhadap permeabilitas tanah (Lampiran) menunjukkan bahwa model tanaman
berpengaruh tidak nyata (p > 0,05) terhadap permeabilitas tanah. Hal ini berarti
bahwa semua model tanaman menunjukkan permeabilitas tanah yang hampir
sama. Rerata permeabilitas tanah di semua model tanaman dapat dilihat pada
gambar 4.7 berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

3.3

PERMEABILITAS TANAH (cm/jam)


3
2.7
2.4
2.1
1.8
1.5
1.2
0.9
0.6
0.3
0
A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4
Model Tanaman

Gambar 4.7 Rerata Permeabilitas Tanah semua Model Tanaman yang diamati
Berdasarkan uji korelasi, permeabilitas tanah berkorelasi positif dengan
BO, BJ, kadar lengas bongkah dan laju infiltrasi. Permeabilitas tanah
berkorelasi negatif dengan BV, kadar lengas ctka ϕ 0.5 mm dan kadar lengas ctka
ϕ 2 mm. Semua itu menyangkut sifat-sifat tanah. Sehingga untuk meningkatkan
permeabilitas tanah adalah dengan cara memperbaiki sifat-sifat tanah.
Permeabilitas meningkat seiring peningkatan laju infiltrasi. Sehingga
pada penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan laju infiltrasi akan
meningkatkan permeabilitas tanah. Model tanaman diharapkan mampu
meningkatkan laju infiltrasi dan permeabilitas tanah dengan memperbaiki sifat-
sifat tanah terutama karena penambahan BO. Dengan kajian laju infiltrasi dan
permeabilitas tanah pada beberapa tanaman diharapkan mampu untuk
meningkatkan upaya perbaikan sifat-sifat tanah. Sehingga nantinya akan
mampu mengurangi aliran permukaan tanah (run off) yang menyebabkan erosi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Model tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap BV, BJ, dan kadar
lengas. Sifat-sifat tanah tersebut berhubungan dengan porositas.
Porositas total salah satunya ditentukan oleh distribusi ukuran partikel
atau tekstur. Pada lokasi tanah didominasi oleh partikel pasir. Hal ini
menyebabkan tanah mempunyai daya mengikat air yang rendah.
2. Model tanaman berpengaruh tidak nyata (p > 0,05) terhadap tinggi
tanaman mangga, mete, dan pete. Namun, berpengaruh nyata terhadap
tanaman jati. Model tanaman juga berpengaruh tidak nyata (p > 0,05)
terhadap diameter semua tanaman yaitu tanaman jati, mangga, mete,
dan pete. Sehingga harus dilakukan pengamatan lebih lanjut serta terus
menjaga dan mengembangkan model tanaman untuk diketahui
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman yang ada.
3. Model tanaman berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) terhadap BO.
Model tanaman memberikan pengaruh yang baik terhadap ketersedian
BO. Setiap model tanaman berisi bermacam-macam tanaman. Seresah
dan sisa hasil panen dapat menjadi sumber BO yang dapat
memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
4. Model tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap laju infiltrasi dan
permeabilitas tanah. Laju infiltrasi dan permeabilitas tanah untuk
semua model tanaman hampir sama. Peningkatan laju infiltrasi akan
meningkatkan permeabilitas tanah. Model tanaman diharapkan mampu
meningkatkan laju infiltrasi dan permeabilitas tanah dengan
memperbaiki sifat-sifat tanah.

B. Saran
1. Kombinasi tanaman sangat baik untuk menjaga kualitas tanah. Dengan
pembuatan model tanaman di atas diharapkan akan terus mendukung
commit
usaha menjaga kualitas tanah.toOleh
userkarena itu perlu adanya tindakan

37
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

konservasi vegetatif lanjutan agar model tanaman yang telah dibuat


tetap terjaga dengan baik.
2. Penanaman berbagai macam tanaman harus terus dikembangkan pada
masyarakat. Dengan demikian tanah akan terus terjaga kelestariannya.
Sehingga terjadi keseimbangan ekosistem di alam. Selain itu
diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
3. Perlu penelitian lanjut tentang laju infiltrasi dan permeabilitas tanah.
Diharapkan hal tersebut mampu membantu dan mengatasi masalah
kerusakan tanah akibat erosi khususnya di Sub DAS Keduang.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai