LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Otonomi daerah menjadikan adanya pembagian wewenang antara pemerintah pusat dan
daerah namun pemerintah daerah tetap harus menyinkronkan kebijakan yang diambil dengan
kebijakan yang pemerintah pusat ambil. Sinkronisasi kebijakan ini menjadikan adanya keselarasan
program-program prioritas yang dialokasikan dalam anggaran pemerintah pusat dan daerah. Saat
ini, pemerintah pusat memprioritaskan alokasi anggaran untuk pembangunan infrastuktur. Prioritas
pembangunan infrastruktur ini dapat dilihat dari besarnya dan kenaikan belanja modal pemerintah
daerah mengalokasikan dana yang besar untuk belanja modal.
Bank dunia pada akhir tahun 2011 mengingatkan kepada pemerintah indonesia bahwa
belanja modal dapat berpengaruh terhadap kinerja berbagai badan pemerintah karena apabila
pemerintah indonesia mampu untuk melakukan belanja modal secara bijaksana, maka diharapkan
akan mampu memberikan multiplier effect dalam perekonomian nasional. Berdasarkan laporan
terbaru bank dunia, tahun 2015 pemerintah indonesia meningkatkan belanja modal dalam jumlah
yang signifikan sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga dan dapat
mempercepat pertumbuhan pada tahun 2016 apabila realisasi belanja modal terus diperbaiki karena
pada saat ini penyerapan belanja modal oleh pemerintah masih rendah. Berikut ini data belanja
pemerintah daerah menurut jenisnya yang menunjukkan alokasi belanja modal dibandingkan
belanja lainnya.
Tabel 18.1 belanja provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia tahun 2011-2015 menurut
jenisnya
Dari tabel 18.1 terlihat bahwa alokasi belanja modal mengalami kenaikan tiap tahunnya.
Namun bila dibandingkan dengan belanja pegawai, jumlah belanja pegawai jauh lebih besar
dibandingkan belanja modal. Hal tersebut menimbulkan dugaan bahwa saat ini pemerintah tidak
lagi mementingkan pemenuhan kebutuhan publik, melainkan hanya melakukan solusi jangka
pendek atas permasalahan penyerapan tenaga kerja dengan cara menambah jumlah pegawai negeri
atau memperbaiki struktur penghasilannya.
Berdasarkan agency theory disektor publik, kinerja pemerintah dinilai melalui anggaran
yang dibuatnya, sehingga diharapkan pengeluaran pemerintah yang menyentuh pada fungsi
pelayanan pada masyarakat, yang berwujud dalam belanja modal, harus mendapatkan porsi yang
relatif besar. Namun, apabila kita lihat dari sudut pandang manajemen keuangan, seorang manajer
di sebuah pemerintah daerah, contohnya adalah seorang kepala daerah, ternyata menghadapi
kondisi yang cukup berat dalam mengelola sebuah belanja modal dari sisi pendanaannya maupun
dalam pengalokasiannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan belanja daerah ?
2. Apa permasalahan dan solusi kegiatan belanja modal ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Belanja Daerah
Apabila ingin mengetahui pengertian belanja daerah maka ada beberapa peraturan
perundang-undangan yang diacu, yaitu undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang
keuangan negara; peraturan pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan
daerah; dan peraturan Menteri dalam negeri (permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah. Permandagri Nomor 59 Tahun 2007 dan yang terbaru adalah
permendagri Nomor 21 Tahun 2011. Dari ketiga peraturan perundang-undamgan tersebut dapat
ditarik pengertian mengenai belanja daerah yaitu kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. Sedangkan pengertian belanja daerah menurut halim (2002)
adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode anggaran.
Dalam penggunaanya, belanja derah di prioritaskan untuk melaksanakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan
wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundangan. Apabila berbicara
mengenai klasifikasi belanja daerah menurut kelompok belanja, maka permendagri Nomor 13 tahun
2006 membaginya dalam kelompok berikut :
Belanja tidak langsung Belanja langsung
Belanja pegawai Belanja pegawai
Belanja bunga Belanja barang dan jasa
Belanja subsidi Belanja modal
Belanja hibah
Belanja bantuan social
Belanja bagi hasil
Bantuan keuangan
Belanja tak terduga
Belanja pegawai
Belanja Pegawai adalah belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat
negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang
belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali
pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Contoh Belanja Pegawai adalah gaji
dan tunjangan, honorarium, lembur, kontribusi sosial dan lain-lain yang berhubungan
dengan pegawai.
Belanja Bunga
Belanja Bunga adalah pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga (interest) atas
kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding) yang dihitung berdasarkan
posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panjang.
Belanja subsidi
Subsidi yaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang
memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi hajat
hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat.
Belanja ini antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi kepada masyarakat melalui
BUMN/BUMD dan perusahaan swasta. Jadi, Belanja Subsidi adalah pengeluaran
pemerintah yang diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan untuk
membantu biaya produksi agar harga jual produk/jasa yang dihasilkan dapat dijangkau oleh
masyarakat.
Belanja hibah
Hibah adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada
pemerintah atau pemerintah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib
dan tidak mengikat serta tidak secara terus menerus.
Belanja bantuan social
Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung
diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk di
dalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan. Jadi
Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa
kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang
sifatnya tidak terus-menerus dan selektif.
Belanja bagi hasil
Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari
pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada
pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah
lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
Bantuan keuangan
Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum
atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah
daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah
daerah lainnya dalam rangka pemerataan atau peningkatan kemampuan keuangan daerah
Belanja tak terduga
Belanja tidak terduga merupakan tindakan belanja untuk kegiatan yang bersifat tidak biasa
atau tidak diharapkan akan terjadi seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial
yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan
daerah tahun sebelumnya, yang telah ditutup
Belanja barang dan jasa
Belanja Barang dan Jasa merupakan pengeluaran yang antara lain dilakukan untuk
membiayai keperluan kantor sehari-hari, pengadaan barang yang habis pakai seperti alat
tulis kantor, pengadaan/penggantian inventaris kantor, langganan daya dan jasa, lain-lain
pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat non-fisik dan secara langsung
menunjang tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga, pengadaan inventaris kantor yang
nilainya tidak memenuhi syarat nilai kapitalisasi minimum yang diatur oleh pemerintah
pusat/daerah dan pengeluaran jasa non-fisik seperti pengeluaran untuk biaya pelatihan dan
penelitian.
Belanja modal
Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang menfaatnya melebihi satu
tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan
menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan.
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh ada
tidaknya program dan kegiatan SKPD, sedangkan belanja langsung merupakan belanja yang
dipengaruhi secara langsung oleh adanya program dan kegiatan SKPD yang kontribusinya terhadap
pencapaian prestasi kerja dapat diukur.
Belanja modal dibagi menjadi beberapa jenis belanja berdasarkan peraturan pemerintah No. 71
Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan antara lain:
Belanja modal tanah : seluruh pengeluaran untuk perolehan hak atas tanah.
Belanja modal peralatan dan mesin : seluruh pengeluaran untuk membeli alat alat dan mesin
yang nantinya digunakan untuk kegiatan.
Belanja modal gedung dan bangunan : seluruh biaya untuk pembangunan gedung dan
bangunan
Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan : seluruh pengeluaran untuk pembangunan sarana
dan prasarana jaringan pengairan, jaringan instalasi distribusi listrik dan jaringan pengairan,
jaringan instalasi distribusi listrik dan jaringan telekomunikasi serta jaringan lain yang
berfungsi sebagai prasarana dan sarana fisik distribusi instalasi.
Belanja modal fisik lainnya : seluruh biaya dalam rangka pengadaan/pembangunan belanja
fisik lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan dalam belanja modal tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jaringan (jalan, dan irigasi) dan belanja modal non fisik.
Contoh belanja modal fisik lainnya antara lain kontrak sewa beli, pengadaan/pembelian
barang-barang kesenian, pembelian hewan ternak, dan pengadaan buku-buku.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015
tentang pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah Tahun anggaran 2016,
pemerintah daerah harus memprioritaskan alokasi belanja modal untuk pembangunan dan
pengembangan sarana dan prasarana yang terkait langsung dengan peningkatan pelayanan dasar
kepada masyarakat dalam APBD Tahun Anggaran 2016. Sedangkan alokasi anggaran untuk
barang milik daerah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keuangan daerah.
Belanja modal merupakan belanja yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara riil.
Infrastruktur yang dibiayai dengan belanja modal nantinya akan mempercepat roda
perekonomian sehingga kegiatan perekonomian dapat berjalan dengan lancar dikarenakan
distribusi barang dan jasa dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Namun pada
kenyataannya realisasi belanja modal pada akhir tahun sering kali tidak mencapai target yang
dianggarkan. Ini menunjukkan pada akhir tahun anggaran, pemerintah daerah lebih
memprioritaskan untuk memenuhi target belanja melalui peningkatan belanja pegawaidaripada
memenuhi target belanja modal
Belanja modal bersifat investasi dikarenakan manfaat yang diberikan dari belanja modal
bersifat jangka panjang sehingga pemerintah harus lebih memprioritaskan belanja modal
terutama untuk pembangunan infrastruktur ketimbang belanja yang bersifat kosumtif. Belanja
yang bersifat konsumtif memang akan mempercepat pertumbuhan ekonomi namun dalam
jangka pendek sedangkan belanja untuk pembangunan infrastruktur akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
1. Tahap perencanaan
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap penatausahaan
Permasalahan dalam kegiatan belanja modal yang sering muncul pada tahap perencanaan antara
lain adalah sebagai berikut :
Solusi yang perlu dipertimbangkan oleh seorang manajer pemerintahan daerah dalam
mengatasi penyebab di atas antara lain dengan cara berikut ini.
1. Penyeleksian secara ketat terhadap personel yang akan duduk di dalam panitia
anggaran.
2. Pengiriman sebanyak-banyaknya personel untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
pengadaan barang/jasa pemerintah, dengan harapan agar makin banyak personel
yang mampu dan memiliki sertifikat keahlian untuk duduk di dalam kepanitiaan
pengadaan barang/jasa pemerintah.
3. Pengarahan kepada pejabat pembuat komitmen agar membuat harga perhitungan
sendiri (HPS) secara benar sesuai dengan keahliannya.
4. Penganggaran pemberian honor yang memadai kepada para panitia pengadaan yang
mempertimbangkan resiko yang dihadapi.
5. Pemerintah pusat harus mempercepat kepastian transfer kepada daerah sehingga
pemerintah daerah dapat mempercepat belanja modal, misalnya mempercepat
dimulainya proses lelang. Selain itu, kementerian teknis sebaiknya tidak terlalu ketat
dalam menyusun petunjuk teknis dan lebih baik berlaku dalam jangka waktu lebih
dari 1 tahun dikarenakan jangka waktu pelaksanaan proyek yang lama.
Belanja modal di daerah, yang merupakan salah satu kelompok belanja daerah berdasarkan
jenisnya, memegang peranan yang sangat penting terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu daerah
karena dengan melakukan kegiatan belanja modal diasumsikan akan membawa multiolier effect
bagi perekonomian suatu masyarakat dengan cara membangun jalan, jembatan, pabrik, dan
sebagainya.
Namun dalam menjalankan kegaiatan belanja modal di suatu daerah ternyata bukan
merupakan suatu hal yang mudah. Para manajer di pemerintahan daerah harus paham betul
mengenai ilmu manajemen keuangan daerah, agar kegiatan belanja seperti belanja modal benar-
benar dapat membawa manfaat bagi kepentingan public sesuai amanah yang diterima dari
masyarakat.
Permasalahan yang sering terjadi pada kegiatan belanja modal sering muncul pada berbagai
tahap, yaitu pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan pada tahap penatausahaan. Setiap
permasalahan yang muncul pada setiap tahapan tersebut harus dapat diselesaikan oleh seorang
menajer di pemerintahan daerah dengan menggunakan ilmu dan strategi yang dimilikinya.
Beberapa solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh seorang manajer di pemerintahan daerah
untuk setiap tahapan telah dipetakan. Namun apabila ternyata solusi yang ada tersebut dirasakan
belum memadai, maka manajer di pemerintahan daerah dapat meminta pertimbangan dari lembaga
lain di luar pemerintahan daerah yang lebih berkompetensi sesuai bidangnya, antara lain kepada
lembaga pengkajian kebijakan pengadaan barang jasa pemerintah (LKPP), BPK RI, BPKP,
kejaksaan maupun Polri, agar dapat mendapatkan kepastian hukum sebelum melakukan eksekusi
sebuah anggaran belanja modal.