Asti Nuraeni *)
Junaiti Sahar dan Henny Permatasari **)
*) Dosen Stikes Telogorejo Semarang
**) Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI Depok
ABSTRAK
Balita sebagai salah satu populasi berisiko untuk mengalami masalah diare. Balita mengalai rata-rata
3-4 kali kejadian diare pertahun atau hampir 15-20% sebagian kehidupannya terkena diare. Salah
satu upaya untuk mengatasi permasalahan diare adalah dengan deteksi dan pencegahan diare secara
dini di keluarga. Penulisan Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana
Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu strategi intervensi keperawatan komunitas efektif
dilaksanakan dalam pencegahan diare balita. Hasil p value 0.000 menunjukkan ada hubungan
antara perilaku keluarga dalam penerapan SAKA terhadap penurunan angka kejadian diare balita di
Kelurahan Cisalak Pasar. Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu strategi intervensi
keperawatan komunitas efektif dalam pencegahan diare pada balita dengan melakukan pemantauan
penerapan SAKA diare. Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu program
pengembangan program pencegahan diare pada balita yang harus dilakukan secara kontinu serta
dilakukan pembinaan secara berkelanjutan yang dilakukan oleh Dinkes dan Puskesmas.
ABSTRACT
Under five age as one population at risk for having problems of diarrhea. Under five age are seen on
average 3-4 times the incidence of diarrhea per years, or nearly 15-40% most of his life diarrhea. One
effort to overcome the problems of diarrhea is the detection and prevention of diarrhea early in
the family. Finaly Scientific writting aims to determine the extent of SAKA support group as one
of the strategies implemented efffective community nursing intervantion in the prevention of diarrhea
under five age. P value 0.000 result show no relationship between family behaviour in the application
SAKA to decrease the incidence of diarrhea in under five age Cisalak Pasar Village. Support Group
SAKA as one community nursing intervention strategies effective in preventing diarrhea in under
five age with diarrhea in under five age with diarrhea SAKA monitoring application. SAKA Support
Group activities as one of the development programs developed in a sustainable manner by health
office and health center.
Kelompok Pendukung Saka Sebagai … (Asti Nuraeni, Junaiti Sahar, Henny Permatasari) | 1
LATAR BELAKANG menurunkan insiden balita diare di
masyarakat. Kelompok pendukung sebagai
Balita merupakan populasi yang berisiko salah satu bentuk intervensi keperawatan
terhadap masalah kesehatan, salah satunya yang dapat meningkatkan pengetahuan,
adalah masalah diare pada balita.Faktor sikap dan perilaku hidup dengan melakukan
yang mempengaruhi hal tersebut antara lain penerapan SAKA untuk mengatasi masalah
kurang keterpaparan terhadap informasi, balita dengan diare.
tingkat pendidikan rendah, keterpaparan
dengan lingkungan serta akibat perilaku Berdasarkan fenomena tersebut penulis
manusia itu sendiri (Stanhope dan mencoba membuat inovasi pencegahan dan
Lancaster, 2010).United Nations Children's deteksi dini diare dengan menggunakan
Fund (UNICEF) dan World Health Kelompok Pendukung SAKA sebagai
Organization(WHO) pada tahun 2009, strategi intervensi keperawatan komunitas
menjelaskan bahwa diare merupakan di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan
penyebab kematian ke-3 pada bayi dan ke- Cimanggis, Kota Depok. Tujuan umum
2 pada balita di dunia. Kondisi ini sejalan untuk memberikan gambaran tentang
dengan hasil Survei Demografi dan implementasi pelaksanaan Kelompok
Kesehatan Indonesia tahun 1997 yang Pendukung SAKA pada aggregat balita
mendapatkan hasil sebanyak 13.7% balita dengan diare mencakup manajemen
mengalami diare. Prevalensi tertinggi pada pelayanan dan asuhan keperawatan di
anak umur 12-23 bulan, laluumur 6-11 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan
bulan dan umur 23-45 bulan. Survei Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.
Morbiditas Diare yang dilakukan
Kementerian Kesehatan juga menunjukkan TINJAUAN PUSTAKA
bahwa prevalensi terbesar penderita diare
pada balita adalah kelompok umur 6 – 11 Kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap
bulan yaitu sebesar 21.65%, lalu kelompok masalah kesehatan akibat dari interaksi
umur 12-17 bulan sebesar 14.43%, dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
12.37% pada kelompok umur 24-29 bulan Faktor-faktor tersebut meliputi kurang
keterpaparan terhadap informasi, tingkat
(Buletin diare, 2011).
pendidikan rendah, keterpaparan dengan
lingkungan serta akibat perilaku manusia
Strategi pengendalian penyakit diare yang sendiri. Kelompok berisiko meliputi bayi ,
dilaksanakan pemerintah anak-anak, remaja dan dewasa muda, dewasa
meliputi melaksanakan tatalaksana menengah, lanjut usia(Stanhope dan Lancaster,
penderita diare yang standar di sarana 2010).
kesehatan melalui Lima Langkah
Tuntaskan Diare (LINTAS Diare), Fungsi manajemen yang lazim digunakan
meningkatkan tata laksana penderita diare dalam keperawatan komunitas adalah
di rumah tangga yang tepat dan benar, dan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
penanggulangan KLB diare, melaksanakan dan pengawasan. Pengelolaan manajemen
pelayanan keperawatan dalam pencegahan dan
upaya kegiatan pencegahan yang efektif
penanggulangan diare balita akan dilanjutkan
serta melaksanakan monitoring dan dengan pemberian asuhan keperawatan
evaluasi (Buletin Diare, 2011). komunitas. Model pengkajian yang akan
dikembangkan pada aggregate balitaadalah
SAKA merupakan inovasi pencegahan aplikasi dari community as partner yang
diare pada balita yang memodifikasi dikembangkan oleh Anderson dan Mc Farlan
program pencegahan diare antara LINTAS dari teori Betty Neuman (Anderson dan Mc
dan SAFE diharapkan mampu Farlane, 2004).
menghasilkan inovasi terbaru yang lebih
aplikatif bisa dilakukan keluarga dalam Model ini lebih berfokus pada perawatan
kesehatan masyarakat adalah praktek,
Kelompok Pendukung Saka Sebagai … (Asti Nuraeni, Junaiti Sahar, Henny Permatasari) | 3
balita dengan meningkatnya pengetahuan, mendalami program pencegahan diare.
sikap dan perilaku ibu dalam penerapan Kerjasama dengan program lain kurang
SAKA diare dengan upaya-upaya promotif optimal karena sosialisasi program
dan preventif di Kelurahan Cisalak Pasar pencegahan diare tidak efektif dilakukan.
Kota Depok. Pada saat survey ditemukan keterbatasan SDM di Puskesmas sehingga
perumahan yang padat dimana sebagian tidak ada penyuluhan di masyarakat terkait
besar rumah kurang memperhatikan pencegahan diare. Alokasi dana yang
kebersihan lingkungan, lingkungan rumah terbatas sehingga tidak ada penghargaan
yang kotor dan sampah yang dibuang terhadap kinerja perawat. Proses
sembarangan. Lalat yang berterbangan komunikasi yang belum intensif sehingga
disekitar rumah, banyak tempat sampah pengarahan dan bimbingan belum
terbuka di sekitar rumah. Keadaan saluran dilakukan di tingkat masyarakat.
pembuangan air limbah rumah tangga yang Pencatatan dan pelaporan kegiatan
terbuka sehingga menimbulkan bau yang pencegahan diare kurang optimal sehingga
tidak enak. Balita yang sering bermain di fungsi umpan balik tidak berjalan optimal.
tempat yang terbuka seperti lapangan,
halaman rumah yang lantainya masih tanah. Fungsi pengawasan tidak berjalan dengan
Pemukiman yang banyak ditemukan baik disebabkan sistem dan format
adanya kandang ternak ayam dan burung pelaporan program pencegahan diare belum
yang tidak dibersihkan. optimal karena tidak berjalan evaluasi
pelaksanaan program pencegahan diare.
PELAYANAN DAN ASUHAN Kegiatan supervisi belum efektif karena
KEPERAWATAN kegiatan pencegahan diare hanya pelaporan
kasus diare. Format evaluasi yang
Perencanaan program pencegahan dan digunakan secara terstruktur belum ada
penanggulangan diare dalam upaya sehingga pelaksanaan penilaian
preventif dan promotif belum dilakukan keberhasilan program belum optimal.
secara optimal. Analisis masalah dalam Tidak ada pelaporan pelaksanaan kegiatan
perencanaan adalah keterbatasan SDM pencegahan diare di Posyandu karena
untuk perencanaan di Dinkes proses sosialisasi program pencegahan
mengakibatkan sosialisasi program diare di Puskesmas belum efektif
pencegahan diare belum optimal sampai ke tersosialisasi.
Puskesmas. Keterbatasan anggaran yang
berdampak pada belum ada perencanaan Diagnosa manajemen pelayanan
program pencegahan diare terinci secara keperawatan komunitas yang muncul
jelas di Puskesmas dan Posyandu. berdasarkan penapisan yaitu (1) Belum
Komunikasi tidak berjalan optimal optimalnya peran kader dalam pelaksanaan
sehingga koordinasi dengan Puskesmas dan program P2D berhubungan dengan
kelurahan belum ada. Peran kader dalam keterbatasan sumber daya dan tenaga. (2)
pencegahan dan penanggulangan diare Belum adanya kerjasama lintas program
belum berjalan dengan optmal. Hal ini dan lintas sektoral dalam pengontrolan dan
terlihat dari petugas yang masih merangkap pengembangan Posyandu berhubungan
program lain karena keterbatasan SDM. dengan alur komunikasi dan koordinasi
yang jelas untuk pembinaan pelayanan
Kader kesehatan khusus program balita dengan diare.
pencegahan diare belum terbentuk karena
program pencegahan diare belum berjalan Pengkajian yang dilakukan pada keluarga Bp. E
di Posyandu. Penyegaran program terhadap adalah An.K satu bulan yang lalu
pencegahan diare tidak dilakukan secara berobat ke Puskesmas Cimanggis karena sakit
kontinu karena keterbatasan petugas yang diare, saat ini keluhannya sulit makan. Menurut
ibu M An.Kminum susu formuladan cara
Kelompok Pendukung Saka Sebagai … (Asti Nuraeni, Junaiti Sahar, Henny Permatasari) | 5
mampu meningkatkan status kesehatannya melaksanakan penerapan SAKA diare tersebut
melaluitindakan promotif (DepKes 2006). dapat mempengaruhi insiden penurunan diare.
Pendidikan kesehatan yang secara rutin
dilakukan oleh KPS dalam kegiatan Posyandu SIMPULAN
setiap bulan memberikan dampak yang positif
terhadap penurunan kejadian diare pada balita Telah terbentuk Kelompok Pendukung SAKA
yaitu 43.3%. Penurunan insiden diare pada untuk melakukan deteksi dini dan pencegahan
balita masih tinggi dibandingkan insiden diare secara dini di RW 01 dan RW 03.
nasional yaitu 10.2%. Analisis penulis hal ini Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA berupa
disebabkan fokus intervensi keperawatan yang pemberian pendidikan kesehatan, kunjungan
diberikan hanya 2 RW sedangkan cakupan rumah serta pembinaan terhadap keluarga yang
wilayah Kelurahan Cisalak Pasar luas. balitanya terkena diare. Pengetahuan anggota
Pendidikan kesehatan yang diberikan di RW KPS sebelum dan sesudah kegiatan penerapan
lain sebatas kampanye dan penyebarluasaan SAKA diare rata-rata mengalami peningkatan
informasi tentang penerapan SAKA diare. 28.09% (dari rata-rata nilai 53.33 menjadi
Analisis lain adalah waktu singkat untuk 74.17). Pengetahuan tersebut meliputi rata-rata
mengubah perilaku yang menetap.Sosialisasi pengetahuan tentang diare balita, pengetahuan
terkait pencegahan diare tidak dilakukan SAKA diare, dan penerapan SAKA diare
pembinaan secara kontinu dilakukan di keluarga. Peningkatan ketrampilan penerapan
Posyandu. Pencegahan diare sebagai salah satu SAKA diare balita sebesar 16.22%. Sikap
kegiatan pokok dalam Posyandu tidak berjalan anggota KPS yang sebelum dilakukan
secara optimal. Kader yang harusnya pelaksanaan penerapan SAKA diare dengan
melaksanakan fungsi pencegahan diare pada rata-rata nilai 51.67 menjadi meningkat setelah
balita dalam kegiatan Posyandu tidak pernah pelaksanaan penerapan SAKA diare dengan
mengikuti pelatihan tentang pencegahan diare nilai rata-rata 61.67. Peningkatan sikap anggota
pada balita. Keterbatasan media informasi yang KPS untuk pemantauan penerapan SAKA diare
tersedia untuk melakukan kegiatan pencegahan keluarga sebesar 10.83%. Kemampuan 12
diare balita di Posyandu. kader anggota KPS sebelum dilakukan
pemantauan penerapan SAKA diare 67.92 dan
Kelompok Pendukung SAKA dapat setelah dilakukan menjadi 78.75. Pada uji
berkontribusi secara aktif terhadap target statistik dengan test wilcoxon didapatkan nilai
pelayanan kesehatan khususnya promosi p value 0.005 maka dapat disimpulkan adanya
kesehatan di masyarakat, penemuan kasus baru, perbedaan signifikan sebelum dan sesudah
deteksi dan pencegahan secara dini serta pemantauan penerapan SAKA diare keluarga
pencatatan dan pelaporan. Peningkatan yang dilakukan oleh kader.
pengetahuan, ketrampilan dan sikap kader
terhadap penerapan SAKA diare melalui Pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah
kegiatan Kelompok Pendukung SAKA. kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare
Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA berupa rata-rata mengalami peningkatan 23.22% (dari
pemberian pendidikan kesehatan, kunjungan rata-rata nilai 64.43 menjadi 83.85).
rumah untuk melakukan pembinaan pada Pengetahuan tersebut meliputi rata-rata
keluarga secara langsung keluarga yang yang pengetahuan tentang diare balita, pengetahuan
terkena diare. Hasil Kelompok Pendukung SAKA diare, dan penerapan SAKA diare
SAKA efektif menurunkan angka kejadian keluarga. Peningkatan ketrampilan untuk
diare pada balita. Salah satu strategi intervensi melakukan penerapan SAKA diare balita
komunitas yang digunakan adalah Kelompok sebesar 23.23%. Ketrampilan keluarga yang
Pendukung SAKA. Inovasi KPS diare pada sebelum dilakukan pemantauan penerapan
balita hanya menggambarkan strategi SAKA diare dengan rata-rata nilai 64.09
kelompok pendukung saja sedangkan untuk menjadi 80.96 setelah pemantauan.
strategi lain dibutuhkan juga suatu penelitian Peningkatan sikap keluarga untuk melakukan
lebih lanjut sejauhmana keluarga menjalankan penerapan SAKA diare keluarga sebesar
penerapan SAKA diare di keluarga dengan 23.22%. Kemampuan 120 keluarga sebelum
strategi intervensi pemberdayaan keluarga. dilakukan penerapan SAKA diare 50.75 dan
Pemberdayaan keluarga secara spesifik dalam setelah dilakukan menjadi 74.54. Nilai standar
deviasi sebelum 3,19 dan nilai standar deviasi
Kelompok Pendukung Saka Sebagai … (Asti Nuraeni, Junaiti Sahar, Henny Permatasari) | 7
Badan penelitian dan pengembangan
Kesehatan. (2007). Riset Kesehatan Dasar Pusat Promosi Kesehatan. (2008). Pedoman
(Riskesdas). Departemen Kesehatan RI. Pelatihan Pembinaan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di Rumah Tangga. Departemen
Boediarso, A. (1985). Sindroma Klinik Kesehatan RI.
Penyakit Diare. Bagian Ilmu Kesehatan.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Soetjiningsih. (2006). Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta: EGC
Buletin Jendela dan Data Informasi. (2011).
Situasi Diare di Indonesia. Triwulan II. ISSN Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004).
2088-270X. Kementerian Kesehatan RI. Community health nursing : Promoting health
of agregates, families and individuals. (5 th ed).
Baltazar. (1993). Hygiene Behaviour and St.Louis: Mosby, inc.
Hospitalized Severe Childhood Diarrhoe.
Bulletin of WHO.
UNICEF. (2002). Pedoman Hidup Sehat.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Diadaptasi dari Facts for Life. (Third Edition).
Penyehatan Lingkungan. (2010). Buku Saku
Lintas Diare untuk Petugas Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Wibowo, T., Soenarto, S., dan Pramono, D.
(2004). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare
Ervin, NF. (2002). Advanced community Berdarah pada Balita di Kabupaten Sleman.
health nursing : Concept and practice. (5 th ed). Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 20.
Philadelphia: Lippincot. No.1. maret 2004 : 41-48.
Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. Yulisa. (2008). Faktor-faktor yang
(2003). Family Nursing: Research Theory & Mempengaruhi Diare pada Anak Balita.
Practice. New Jersey: Prentice Hall. Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas
Diponegoro.
Irianto, J., Soesanto. S., Supraptini, Inswiasri,
Irianti, S., dan Anwar, A. (1996). Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak
Balita (Analisis Lanjut Data SDKI 1994).
Buletin Penelitian Kesehatan. Vol 24 (2 dan 3)
1996 : 77-96.