Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang dalam melakukan
aktivitas. Seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan
muskuluskeletal. Ketika kebutuhan energy tidak tercukupi maka akan terjadi penurunan dalam
kapasitas fisologi seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang
dibutuhkan akan mengakibatkan intoleransi aktivitas, terjadi kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen karena status penyakit sehingga
dilakukan tirah baring untuk mempertahankan atau memenuhi aktivitas harian yang diperlukan
atau diharapkan.
Kita dapat melihat perbedaan orang sehat dengan yang mengalami intoleransi aktivitas
adalah ketika mereka meakukan suatu gerakan. Bagi orang normal, berjalan dua tiga meter
tidak merasa lelah, akan tetapi bagi pasien yang mengalami intoleransi aktivitas, bergerak atau
berjalan sedikit saja nafasnya sudah terengah-engah karena tubuhnya tidak mampu memproduksi
energi yang cukup untuk bergerak. Oleh karena dalam laporan pendahuluan ini akan membahas
tentang gangguan aktivitas.

B. Tujuan

1. Mengetahui konsep gangguan kebutuhan aktivitas


2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada gangguan aktivitas

BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan
bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
musculoskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi, 2008). Jadi dapat
diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan
kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

B. Etiologi
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
1. Kelainan Postur
2. Gangguan Perkembangan Otot
3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4. Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan Otot

C. Manifestasi Klinik
Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinik pada gangguan aktivitas yaitu tidak
mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain, memiliki hambatan dalam
berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan.

D. Patofisiologi
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab
gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya
adalah :
1. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berperan
sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka
tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti
trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau
ligament, radang dan lainnya.
2. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada kondisi
tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu
bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang sendi,
kekakuan sendi dan lain sebagainya.
3. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dank e otak. Impuls tersebut
merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu
maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dank e organ target. Dengan tidak
sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubungan
tulang).
b) CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit untuk
dievaluasi)
c) MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang)
2. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah dan urine
b) Pemeriksaan Hb
F. Komplikasi
 Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
 Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi orthostatic
 Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan dangkal
 Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
 Status emosi stabil
(Rosidawati, dkk 2008)

G. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan dan
episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang khidupan, mobilitas dan aktivitas
tergantung pada system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses
episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul
akibat imobilitas atau ketidakaktifan.
a) Hambatan terhadap latihan
b) Pengembangan program latihan
c) Keamanan
2. Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas dapat dikurangi atau
dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasian intervensi berasal dari suatu pengertian
tentang berbagai factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan
penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemliharaan fungsi dan pencegahan
komplikasi. (Tarwoto & Wartonah, 2006)
3. Penatalaksanaan terapeutik

H. Pengkajian Fokus
Menurut (Hidayat, 2014) pengkajian yang penting dalam gangguan aktivitas sebagai
berikut :
a) Biodata pasien
b) Riwayat Kesehatan termasuk pola istirahat/tidur, pola aktivitas/latihan. Pola aktivitas atau
latihan dapat dinilai dengan tabel berikut :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi
Eliminasi
(BAK&BAB)
Berpakaian
Mobilisasi di
tempat tidur
Pindah
Ambulasi

Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total

I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Hambatan mobilitas fisik
2. Deficit perawatan diri
3. Intoleransi aktivitas

J. Intervensi
1. Hambatan mobilitas fisik
a) Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien setelah latihan
b) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
c) Damping dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kebutuhannya
d) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
e) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan secara mandiri sesuai kemampuan
2. Deficit perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, dan eliminasi
a) Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri
b) Pantau tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas
c) Monitor kemampuan pasien untuk menelan
d) Siapkan lingkungan yang menjaga privasi klien
e) Pantau peningkatan dan penurunan kemampuan untuk berpakaian dan melakukan perawatan
rambut
f) Menyediakan privasi saat eliminasi
g) Ganti pakaian klien setelah eliminasi
h) Edukasi keluarga untuk membantu menyiapkan alat dan membantu memandikan pasien
3. Intoleransi aktivitas
a) Anjurkan pasien untuk meningkatkan batasan aktivitas yang dicapainya
b) Fokuskan pada aktivitas yang biasa dilakukan pasien
c) Anjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan klien
d) Kolaborasikan dengan terapis dalam latihan pemenuhan aktifitas

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
Salemba medika
Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan : Binarupa aksara
Mubarak, Wahid Iqbal dkk. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :Teori Dan Aplikasi Dalam
Praktek. Jakarta: EGC
NANDA NIC NOC. 2013. Aplikasi Asuahan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta:
Mediaction Publishing
Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4 volume 1.
Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai