Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN HUKUM ASURANSI

Asuransi atau pertanggungan yang merupakan terjemahan dari insurance atau verzekering
atau assurantie, timbul karena kebutuhan manusia. Dalam kehidupan manusia pasti dihadapkan
pada sesuatu hal yang tidak pasti yang mana mungkin menguntungkan, tetapi mungkin pula
sebaliknya. Pengertian Asuransi dapat dibagi menjadi dua yaitu, asuransi sebagai sebuah perjanjian
dan asuransi sebagai sebuah mekanisme pengalihan resiko.

Kemungkinan menderita kerugian dimaksud dengan resiko. Dalam KBBI(1989;753), risiko


diartikan sebagai akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,membahayakan) dari suatu
perbuatan atau tindakan. Pendapat seperti itu dapat disetujui, tetapi setiap resiko tidak hanya
disebabkan oleh perbuatan atau tindakan manusia saja, namun dapat juga disebabkan hal hal di luar
tindak manusia. Asuransi sebagai sebuah mekanisme pengalihan resiko adalah tertanggung
mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan resiko yang mana dapat mengancam kekayaan
atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi kepada perusahaan asuransi , sejak itu pula resiko
berada di penanggung.

Adapun yang dimaksud dengan perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau
lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum (Sudikno Mertokusumi,
(1986;96)). Kata sepakat dalam perjanjian berarti tidak adanya paksaan,kekeliruan atau penipuan ,
apabila terjadi hal hal tersebut maka telah terjadi cacat kehendak atas dasar kata sepakat dari
perjanjian. Dengan kata sepakat berarti yang bersangkutan telah setuju mengatur ketentuan tentang
isi perjanjian, hak dan kewajiban serta akibat hukum yang ditimbulkan dari perjanjian itu. Karena
asuransi adalah perjanjian, ketentuan ketentuan yang diutarakan tersebut berlaku pula
terhadapnya.

Pengertian Asuransi juga diatur dalam Pasal 246 KHUD; Asuransi atau pertanggungan adalah
suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian,kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tak terduga.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa perjanjian asuransi merupakan suatu perikatan


timbal balik antara penanggung yang memberikan jaminan dan dengan tertanggung yang
memberikan imbalan pembayaran premi asuransi. Berkaitan dengan hal tersebut, para pihak , yaitu
penanggung dan tertanggung masing – masing mempunyai hak dan kewajiban yang saling berhadap
hadaan. Rumusan yang terdapat dalam pasal 246 KUHD lebih mengutamakan kepada asuransi
kerugian. Sesuai dengan kalimat; suatu kerugian,kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, lebih menonjol kepada sesuatu yang dapat dinilai dengan uang.

Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 2/1992, Asuransi (pertanggungan) adalah perjanjian dua pihak,
dengan nama pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Rumusan asuransi yang diberikan dalam pasal 1 Undang – Undang Nomor 2 tahun 1992 di
atas lebih luas daripada yang terdapat dalam pasal 246 KUHD karena mencakup bukan hanya
masalah kerugian tetapi juga tentang asuransi jiwa serta kepentingan lainnya yang dapat hilang,
rusak atau berkurang nilainya , maka dari itu pengertian yang diberikan pasal 1 Undang Undang
Nomor 2 tahun 1992 lebih luas dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Dari ketentuan
perundangan tersebut, asuransi adalah suatu perjanjian antara penanggung, dengan imbalan
pembayaran suatu premi yang telah disepakati, berjanji untuk memberikan suatu penggantian atau
manfaat kepada tertanggung pada satu pihak dan tertanggung atau pihak yang ditunjuk sebagai
pihak lainnya.

Memperhatikan pasal 246 KUHD dan pasal 1 Undang Undang Nomor 2 tahun 1992, dapat
disimpulkan bahwa terdapat beberapa unsur dari asuransi, yaitu :

1. Merupakan suatu perjanjian

2. Adanya premi

3. Adanya kewajiban penangggung untuk memberikan penggantian kepada tertanggung

4. Adanya suatu peristiwa yang belum pasti terjadi

Karena di dalam asuransi terdapat unsur peristiwa yang belum pasti, oleh pasal 1774 KUHP asuransi
dikelompokkan sebagai perjanjian untung untungan. Mengenai dikelompokkannya asuransi dalam
perjanjian untung untungan bersama sama dengan permainan dan perjudian juga tidak tepat dan
menimbulkan anggapan yang salah. Pendapat seperti itu tidak benar karena asuransi bukan
permainan perjudian (Dorhout Mees, 1980:100; Burg, 1984;6)

PENGATURAN HUKUM ASURANSI

1. Kitab undang – undang Hukum Perdata

2. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata ( pasal 246 s/d 308 )

3. Undang – Undang No.2 Tahun 1992 tentang usaha perasurasian

4. Keputusan presiden Republik Indonesia No. 40 Tahun 1992 tentang usaha di bidang asuransi
kerugian.

5. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1249/KMK.013/1988 tentang ketentuan dan tata cara
pelaksanaan usaha di bidang asuransi kerugian.

6. Keputusan Mentri Keuangan RI No. 1250/KMK.013/1988 tentang usaha Asuransi Jiwa

7. Diluar KUHD

1. UU No. 33 / 1964

Pertanggungan penumpang kecelakaan

2. UU No.34 / 1964

Pertanggungan tentang kecelakaan lalu lintas jalan

3. UU No. 10 / 1963

Tabungan asuransi (Taspen)

Mengenai pendapat sebagian orang atau dikalangan masyarakat menyebutkan bahwa asuransi
sama dengan perjudian . Seperti yang kita ketahui, penyataan tersebut salah. Dan terdapat
perbedaan mendasar dari asuransi dan perjudian yaitu:

1) Dalam perjudian Undang Undang tidak memberikan akibat hukum.


2) Kepentingan dalam asuransi adalah adanya peristiwa tidak teentu yang terjadi,
diluar/sebelum ditutup perjanjian. Sedangkan perjudian kepentingan atas peristiwa
tidak tentu itu baru ada pada kedua belah pihak dengan diadakannya
perjudian/perjanjian pertaruhan.

JENIS JENIS ASURANSI

Pada umumnya asuransi digolongkan menjadi dua yaitu asuransi kerugian dan jumlah. Namun,
seiring perkembangan waktu terjadi perkembangan sehingga terdapat beberapa macam
penggolongan asuransi yaitu ;

1) Penggolongan secara yuridis, yaitu:

a. Asuransi kerugian

b. Asuransi jumlah

Asuransi kerugian adalah sutau perjanjian asuransi yang berisikan ketentuan bahwa penanggung
mengikatkan dirinya untuk memberikan ganti rugi kepada tertanggung dengan jumlah seimbang
dengan kerugian yang diderita oleh pihak tersebut. Salah satu ciri asuransi kerugian adalah dapat
dinilai dengan uang, dalam menentukan ganti kerugian diberlakukan prinsip indemnitas, serta
berlaku ketentuan tentang suborgasi (Pasal 284 KUHD)

Termasuk dalam asuransu kerugian diantaranya adalah ;

1. Asuransi pencurian

2. Asuransi pembongkaran

3. Asuransi perampokan

4. Asuransi kebakaran

5. Asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian

Asuransi jumlah asalah suatu perjanjian asuransi yang berisi ketentuan bahwa penanggung terikat
untuk melakukan pembayaran sejumlah uang yang besarnya sudah ditentukan sebekumnya. Ciri
asuransu jumlah adalah tidak dapat dinilai dengan uang, julah uang telah ditentukan sebelumnya,
jadi tidak berlkaku prinsip indemnitas seperti halnya dalam asuransu kerugian serta tidak
diberlakukannya subrogasi. Asuransi jiwa pada umumnya menyangkut tentang juwa manusia,
keselamatan dan kesehatannya.

Sebagai contoh asuransi jumlah ;

a. Asuransi jiwa

b. Asuransi sakit

c. Asuransi kecelakaan

Adapun diantara asuransi kerugian dan asuransi jumlah terdapat jenis asuransi campuran. Contoh
asuransi campuran adalah dimisalkan dalam sebuah kecelakaan kedua jenis asuransi dimaksud
mengenai orang. Asuransi kecelakaan dan asuransi keselamatan. Bila kedua asuransi tersebut sudah
dibayar penanggung dan sudah dijanjikan jumlahnya sebelumnya tanpa memperhatikan berat rngan
kecelakaan atau berapa ongkos yang dikeluarkan untuk penyembuhan maka kedua asuransi tersebut
murni asuransi jumlah. Namun,bila kedua asuransi tersebut dapat dinilai dengan uang misal biaya
rumah sakit,biaya dokter maka kedua asuransi tersebut dikatakan asuransi kerugian. Dalam keadaan
seperti itu maka kedua asuransi tersebut dapat masuk dalam jenis asuransi campuran.

2) Penggolongan menurut sifat pelaksanaanya

 Asuransi sukarela

 Asuransi wajib

 Asuransi kredit

3) Penggolongan berdasarkan tujuan

 Asuransi komersial

 Asuransi sosial

4) Penggolongan berdasarkan sifat dari penanggung

 Asuransi premi

 Asuransi saling menanggung

Anda mungkin juga menyukai