Farmasi Fix
Farmasi Fix
KOLITIS
Oleh :
12700348
FAKULTAS KEDOKTERAN
SURABAYA
2016
1
KATA PENGANTAR
Rasa puji syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas berkat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan
yang diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas penyakit yang berjudul
“KOLITIS”.
Dalam mengerjakan makalah ini, untuk itu saya ucapkan rasa terima kasih
Demikian makalah ini saya susun dan semoga dapat bermanfaat bagi para
kesalahan dan kekurangan, untuk itu saya mohon kritik dan saran guna membangun
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
Judul……………………………………………………………………… 1
Bab I : Pendahuluan……………………………………………………... 4
2.4 Diagnosis…………………………………………………….. 10
2.5 Penatalaksanaan……………………………………………… 11
3.1 Sulfasalazine.......................................................................... 12
3.2 Prednison................................................................................ 19
Bab IV : Kesimpulan............................................................................... 24
Daftar Pustaka............................................................................................... 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan penyebab, kolitis dapat dibagi menjadi kolitis infeksi dan noninfeksi.
Kolitis infeksi disebabkan oleh berbagai macam kuman. Kolitis adalah peradangan akut
atau kronik yang mengenai kolon. Kolitis berhubungan dengan enteritis (peradangan
(Oesman, 2007) :
1. Kolitis infeksi
1) Kolitis amebik
2) Shigelosis
3) Kolitis tuberkulosa
4) Kolitis pseudomembran
2. Kolitis non-infeksi
1) Kolitis ulseratif
4
2) penyakit Crohn’s
3) Indeterminate Colitis
saluran cerna dengan penyebab pastinya sampai saat ini belum diketahui jelas. Secara garis
besar terdiri dari 3 jenis, yaitu kolitis ulseratif, penyakit Crohn, dan bila sulit membedakan
kedua hal tersebut, maka dimasukkan dalam katagori Indeterminate Colitis. (Djojoningrat,
2006) Kolitis ulseratif ditandai dengan adanya eksaserbasi secara intermitten dan
remisinya gejala klinik. Prevalensi penyakit ini diperkirakan sebanyak 200 per
100.000 penduduk. (Judge, 2003) Sementara itu, puncak kejadian penyakit tersebut
adalah antara usia 15 dan 35 tahun, penyakit ini teah dilaporkan terjadi pada setiap
gejala dan mengganti cairan dan zat gizi yang hilang. Pengobatan utama untuk kolitis
2010)
5
BAB II
2.1 Definisi
jaringan, kemudian menghasilkan darah dan pus. Jika inflamasi mengenai rektum dan
Kolitis ulseratif bisa dimulai pada umur berapapun, tapi biasanya dimulai
antara umur 15-30 tahun. Penyakit ini biasanya dimulai di rektum atau kolon sigmoid
(ujung bawah dari usus besar) dan akhirnya menyebar ke sebagian atau seluruh usus
penyakit ini telah menunjukkan beberapa kemungkinan penting Hal ini meliputi
factor familial atau genetic, infeksi imunologik dan psikologik. (Glickman, 2000)
6
1. Faktor familial / genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam.
penyakit ini.
2. Faktor infeksi
Sifat radang kronik ini telah mendukung suatu pencarian terus menerus untuk
bakteri, jamur atau virus, belum ada yang sedimikian jauh diisolasi.
3. Faktor imunologik
Teori bahwa mekanisme imun dapat terlibat didasarkan pada konsep manifestasi
dapat mewakili fenomena autoimun dan bahwa zat tersebut, seperti glukokortikoid
4. Faktor psikologik
Gambaran psikologis pasien penyakit radang usus juga telah ditekankan. Tidak lazim
bahwa penyakit ini pada mulai terjadinya, atau berkembang, sehubungan dengan
Telah dikatakan bahwa pasien penyakit radang usus meiliki kepribadian yang khas
membuat mereka menjadi rentan terhadap stress emosi yang sebaliknya merangsang
gejalanya.
7
5. Faktor lingkungan
Ada hubungan terbalik antara operasi apendiktomi dan penyakit kolitis ulseratif
2.2 Patogenesis
Penyebab penyakit ini tidak diketahui, namun faktor keturunan dan respon
sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif di usus, diduga berperan dalam terjadinya
kolitis ulseratif. Kolitis ulseratif merupakan proses peradangan pada lapisan mukosa
dan submukosa kolon. Atropi mukosa dan abses pada kripta sering ditemukan. Kolitis
ulseratif dapat mengenai rektum, kolon sigmoid, dan seluruh bagian kolon, namun
tidak mengenai intestinal. Pada stadium ringan ditemukan mukosa eritem, edem dan
mengalami granulasi. Pada stadium sedang dan berat kolon tampak mengalami
Ada bukti aktivasi imun pada IBD, dengan infiltrasi lamina propria oleh
limfosit, makrofag, dan sel – lai, meskipun antigen pencetusnya belum jelas. Virus
dan bakteri telah diperkirakan sebagai pencetus, namun sedikit yang mendukung
adanya infeksi spesifik yang menjadi penyebab IBD. Hipotesis yang kedua adalah
bahwa dietary antigen atau gen mikroba non pathogen yang normal mengaktivasi
respon imun yang abnormal. Hasilnya suatu mekanisme penghambat yang gagal.
8
Hipotesis ketiga adalah bahwa pencetus IBD adalah suatu autoantigen yang
Imun respon cell – mediated juga terlibat dalam pathogenesis kolitis ulseratif.
Ada peningkatan sekresi antibody oleh sel mononuclear intestinal, terutama IgG dan
meningkatnya produksi IgG1 (oleh limfosit Th2) dan IgG3, sub tipe yang respon
terhadap protein dan antigen T – Cell – dependent. Ada juga peningkatan produksi
sitokin proinflamasi terutama pada aktivasi makrofag di lamina propria. Defek sitokin
ini menghasilkan infamasi yang kronis. Sitokin jugaa terlibat dalam penyembuhan
Gejala yang sering ditemukan berupa diare berdarah dan kram perut. Proktitis biasa
menyebabkan tenesmus. Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid,
tinja mungkin normal atau keras dan kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang
air besar, dari rektum keluar lendir yang mengandung banyak sel darah merah dan sel
darah putih. Namun, suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare
hebat, demam tinggi, takikardi, sakit perut, peritonitis dengan lekositosis. Selama
serangan, penderita tampak sangat sakit. Jika ditemukan keadaan ini dipertimbangkan
9
2.4 Diagnosis
Pada stadium ringan biasanya hasil laboratorium yang ditemukan normal. Pada
1) Anemia
4) Hipoalbuminemia.
Pemeriksaan tinja untuk melihat apakah terdapat sel darah putih pada tinja.
Selain itu, juga dapat mendeteksi perdarahan atau infeksi kolon karena bakteri, virus
dan parasit.
paling akurat untuk menegakkan diagnosis kolitis ulseratif. Namun untuk keadaaan
akut digunakan sigmoidoskopi untuk mencegah resiko perforasi kolon. Hal ini
penyakit dan untuk meyakinkan tidak adanya kanker. Peradangan usus besar
10
memiliki banyak penyebab selain kolitis ulseratif. Karena itu, dokter menentukan
apakah peradangan disebabkan oleh infeksi bakteri atau parasit. Sampel tinja yang
dibiakkan. Sampel darah dianalisa untuk menentukan apakah terdapat infeksi parasit.
Sampel jaringan diambil dari lapisan rektum dan diperiksa dibawah mikroskop.
Diperiksa apakah terdapat penyakit menular seksual pada rektum (seperti gonore,
virus herpes atau infeksi klamidia), terutama pada pria homoseksual. Pada orang tua
dengan aterosklerosis, peradangan bisa disebabkan oleh aliran darah yang buruk ke
usus besar. Kanker usus besar jarang menyebabkan demam atau keluarnya nanah dari
2.5 Penatalaksanaan
dan mengganti cairan dan zat gizi yang hilang. Obat-obatan yang digunakan untuk
mengontrol inflamasi.
3) Obat-obat untuk mengurangi rasa sakit, diare atau infeksi dapat juga diberikan.
11
BAB III
3.1 Sulfasalazine
berbau, berupa serbuk mengkilat dengan tingkat kelarutan tidak kurang dari
0.1 mg/mL hingga sekitar 0.34 mg/mL dalam alkohol pada suhu 250C. (Dirjen
POM, 1995)
12
Farmakologi Umum
Hal ini diuraikan oleh bakteri dalam usus menjadi asam 5-Aminosalisilat (5-
Farmakodinamik
radang usus yang disebut kolitis ulseratif. Obat ini tidak menyembuhkan
kondisi ini, tapi membantu gejala penurunan seperti demam, nyeri perut,
13
Sulfasalazine membantu mengurangi nyeri sendi, bengkak, dan kekakuan.
melakukan lebih dari aktivitas normal sehari-hari. Obat ini digunakan dengan
obat lain, istirahat, dan terapi fisik pada pasien yang tidak menanggapi obat
pelabelan untuk obat tetapi yang mungkin diresepkan oleh dokter. Gunakan
obat ini untuk suatu kondisi yang tercantum dalam bagian ini hanya jika sudah
begitu diresepkan oleh obat perawatan kesehatan professional. Ini juga dapat
digunakan untuk mengobati jenis lain dari penyakit usus yang disebut
kekurangan asam folat dan mengakibatkan anemia. Obat ini tidak boleh
digunakan dengan obat berikut karena interaksi yang sangat serius mungkin
Sebelum menggunakan obat ini, beritahu dokter atau apoteker dari semua
14
dari: siklosporin, digoksin, asam folat, obat-obatan tertentu yang digunakan
handal saat menggunakan obat ini. Konsultasikan dengan dokter atau apoteker
untuk rincian dokumen. Ini tidak mengandung semua interaksi yang mungkin.
Oleh karena itu, sebelum menggunakan produk ini, beritahu dokter atau
apoteker dari semua produk yang digunakan. Menyimpan daftar semua obat,
dan berbagi daftar dengan dokter dan apoteker. Jika overdosis dicurigai,
hubungi ruang darurat segera. Gejala overdosis mungkin termasuk: perut yang
kali/hari, dosis pemeliharaan: 2 g/hari dalam dosis terbagi. Dosis awal juga
15
5) Wanita hamil
Farmakokinetik
telah diamati pada hewan dan dalam model in vitro, untuk afinitas untuk
jaringan ikat, dan / atau dengan konsentrasi yang relatif tinggi mencapai
dalam cairan serosa, dinding hati dan usus, seperti yang ditunjukkan dalam
oral SSZ kurang dari 15% untuk obat induk. Dalam usus, SSZ dimetabolisme
oleh bakteri usus untuk SP dan 5-ASA. Dari dua spesies, SP relatif baik
diserap dari usus dan sangat dimetabolisme, sedangkan 5-ASA jauh kurang
15% dari dosis SSZ diserap sebagai obat induk. Konsentrasi serum terdeteksi
SSZ telah ditemukan pada orang sehat dalam waktu 90 menit setelah
16
jam pasca-konsumsi, dengan konsentrasi puncak rata-rata (6 mcg / ml) terjadi
pada 6 jam.
terjadi sekitar 10 jam setelah pemberian. Kali ini lebih lama untuk puncak
yang lebih rendah dimediasi terjadi. SP ternyata baik diserap dari usus besar
adalah 7,5 ± 1,6 L. SSZ sangat terikat pada albumin (> 99,3%), sedangkan SP
untuk SP dan 5-ASA. Sekitar 15% dari dosis SSZ diserap sebagai orangtua
dan dimetabolisme sampai batas tertentu di hati ke dua spesies yang sama.
Plasma diamati paruh untuk Sulfasalazine intravena adalah 7,6 ± 3,4 jam.
Pada asetilator cepat, plasma rata-rata paruh SP adalah 10,4 jam, sedangkan
17
pada asetilator lambat, itu adalah 14,8 jam. SP juga dapat dimetabolisme
dalam urin sebagai metabolit baik gratis atau sebagai konjugat glukuronat.
Mayoritas 5-ASA tetap dalam lumen usus dan diekskresikan sebagai 5-ASA
18
3.2 Prednison
sedikit larut dalam air, sedikit larut dalam etanol, methanol, kloroform, dan
19
Farmakologi Umum
Hal ini digunakan untuk mengobati penyakit radang tertentu (seperti reaksi
alergi yang parah) dan (pada dosis tinggi) beberapa jenis kanker, tetapi
memiliki banyak efek samping yang signifikan. Hal ini biasanya diambil
stuktur kimia tertentu yang memiliki tiga cincin sikloheksana dan satu cincin
siklopentana. Suatu molekul steroid yang dihasilkan secara alami oleh korteks
Farmakodinamik
yang muncul secara alamiah yang mencegah atau menekan proses radang dan
20
molekuler, glukokortikoid yang tidak terikat dapat melintasi membran sel dan
transkripsi dan akhirnya terjadi sintesis protein, untuk mencapai kerja steroid
yang sesuai dengan harapan. Prednison adalah bentuk sintetik dari steroid
dimana obat ini merupakan prodrug yang akan diubah oleh hati menjadi
prednisolon yang merupakan bentuk aktif dan steroid. Steroid bekerja dengan
cara seperti: inhibisi infiltrasi leukosit pada tempat terjadinya peradangan, ikut
bekerja pada fungsi mediator respons radang, dan penekanan pada respons
imun humoral. Beberapa efek lainnya seperti reduksi edema atau jaringan
parut, juga penekanan secara umum pada respons imun. Kerja anti-inflamasi
2001).
21
1) Infeksi jamur sistemik.
2) Peptik ulcer.
3) Osteoporosis.
5) Psikosis.
smallpox.
Farmakokinetik
Efek puncak sistemik didapat setelah 1-2 jam konsumsi obat. Obat yang
bersirkulasi terikat erat pada protein plasma albumin dan transcortin, dan
hanya bagian tidak terikat dari dosis aktif. Sistemik prednison didistribusi
secara cepat menuju ginjal, usus, kulit, liver, dan otot. Kortikosteroid
22
Prednison diekskresi melalui traktus urinarius sebesar 3 ± 2% tanpa
sebagai metabolit aktifnya mempunyai waktu paruh plasma sekitar 2-4 jam.
23
BAB IV
KESIMPULAN
Kolitis infektif terdiri dari kolitis amebik, shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis
pseudomembran dan kolitis oleh parasit serta bakteri lain seperti E. coli
Kolitis noninfektif antara lain berupa kolitis ulseratif, penyakit Crohn, kolitis
pada awalnya adalahberupa buang air besar yang lebih sering. Gejala yang
paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare
24
DAFTAR PUSTAKA
1083, 1084.
editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat
95
5. Glickman RM. 2000. Penyakit Radang Usus (Kolitis Ulseratif dan Penyakit
Crohn). Dalam: Asdie AH, editor, Harrison Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit
1577 – 91
25
6. Graham L Patrick. 1995. An introduction to Medicinal Chemistry, Vol.no.3.
236
Yogyakarta.
9. Katzung BG. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik, Buku 2, Edisi 8. Penerbit
10. Makmun D. 2007. Kolitis radiasi. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I
dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat
11. Oesman N. 2007. Kolitis Infeksi. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I
dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat
12. Rang HP, Dale MM, Ritter JM, Flower RJ. 2007. Rand And Dale’s
72
26
27