Anda di halaman 1dari 8

Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Ibu Post Partum

Bobak, Lowdermik dan Jensen, (2005) menyatakan bahwa periode


post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan. Perubahan fisiologis
yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal dimana proses-proses
pada kehamilan berjalan terbalik. Berikut adalah perubahan atau adaptasi
fisiologi serta psikologi wanita setelah melahirkan.
1. Adaptasi Fisiologi Ibu Post Partum
a. Sistem Reproduksi
1) Involusio Uteri
Involusio adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi
normal setelah kelahiran bayi.(Bobak, Lowdermilk, dan Jensen,
2005). Involusio terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih
kecil karena sitoplasma yang berlebihan dibuang. Involusio
disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat protein dinding
rahim pecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang sebagai air
kencing.

Tinggi fundus uteri menurut masa involusio.


Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus
Bayi lahir
Plasenta lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat simpisis
Tidak teraba diatas simpisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
involusi ( Saleha, Sitti, 2009 )
2) Involusio Tempat Plasenta
Pada pemulaan nifas, bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Biasanya
luka yang demikian, sembuh dengan menjadi parut. Hal ini
disebabkan karena dilepaskan dari dasar dengan pertumbuhan
endometrium baru di bawah pemukaan luka.
Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-mules )
disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung 3-4 hari pasca
persalinan.( Cunningham, F Gary, Dkk, 2005 )
3) Lochea
Yaitu sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas. Lochia
dapat dibagi menjadi beberapa jenis:

Lochea rubra/cruenta
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2
hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah dan kuning berisi darah dan lendir,yang
keluar pada hari ke – 3 sampai ke-7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa
Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochia rubra.
Lochia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu
kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada
hari ke -7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba
Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit
hingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu
berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim
serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Locheastatis
Lochea tidak lancar keluarnya.

4) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
5)Vagina dan perineum
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara
berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali
seperti ukuran seorang nulipara. Rugae ( lipatan-lipatan atau
kerutan-kerutan ) timbul kembali pada minggu ketiga. Perlukaan
vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak
sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa,
tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam,
terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat
pada dinding lateral dan baru terlihat dengan pemeriksaan
spekulum. Pada perineum terjadi robekan pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah
dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati
pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito
bregmatika. Bila ada laserasi jalan
lahir atau luka bekas episiotomi lakukanlah penjahitan dan
perawatan dengan baik.
b. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut.
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi
ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali
ke bentuk normal.
2) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar
pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon
ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang
produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar
prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel
dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui
bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari
setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke
arah permulaan pola produksi
estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel,
ovulasi, dan menstruasi.
3) Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan
bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon
antidiuretik yang mengikatkan volume darah. Di samping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva, serta vagina. c. Sistem kardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama
sekali. Tapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20
mmHg. Jika ada perubahan posisi, ini disebut dengan hipotensi
orthostatik yang merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap
penurunan resistensi di daerah panggul.
d. Sistem Urinaria
Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang
dapat mengakibatkan udema dan menurunnya sensitifitas terhadap
tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan, tekanan yang berlebihan
dan kekosongan kandung kemih yang tidak tuntas, hal ini bisa mengakibatkan terjadinya infeksi.
Biasanya ibu mengalami kesulitan
buang air kecil sampai 2 hari post partum.
e. Sistem Gastrointestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada saat melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran
cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan,
haemoroid, dan laserasi jalan lahir.
f. Sistem Muskuloskeletal
1) Ambulasi pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini
untuk mempercepat involusio rahim.
2) Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan yang
mengakibatkan berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa
post partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kendor.
Selama kehamilan otot abdomen terpisah disebut distensi recti
abdominalis, mudah di palpasi melalui dinding abdomen bila ibu
telentang.
Latihan yang ringan seperti senam nifas akan membantu
penyembuhan alamiah dan kembalinya otot pada kondisi normal.
g. Sistem kelenjar mamae
1). Laktasi
Pada hari kedua post partum sejumlah kolostrum, cairan yang disekresi payudara selama lima
hari pertama setelah kelahiran
bayi, dapat diperas dari putting susu.

2). Kolostrum
Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh
payudara, kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang
sebagian besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetapi
gula dan lemak lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum
mengandung globul lemak agak besar di dalam yang disebut
korpustel kolostrum, yang oleh beberapa ahli dianggap
merupakan sel-sel epitel yang telah mengalami degenerasi lemak
dan oleh ahli lain dianggap sebagai fagosit mononuclear yang
mengandung cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum bertahan
selama sekitar lima hari, dengan perubahan bertahap menjadi susu
matur. Antibodi mudah ditemukan dalam kolostrum. Kandungan
immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan pada
neonatus melawan infeksi enterik. Faktor-faktor kekebalan hospes
lainnya, juga immunoglobulin - immunoglobulin, terdapat di
dalam kolostrum manusia dan air susu. Faktor ini meliputi
komponen komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin,
laktoperoksidase, dan lisozim.
3). Air susu
Komponen utama air susu adalah protein, laktosa, air dan lemak.
Air susu isotonik dengan plasma, dengan laktosa bertanggung
jawab terhadap separuh tekanan osmotik. Protein utama di dalam
air susu ibu disintesis di dalam retikulum endoplasmik kasar sel
sekretorik alveoli. Asam amino esensial berasal dari darah, dan asam- asam amino non-esensial
sebagian berasal dari darah atau
disintesis di dalam kelenjar mamae. Kebanyakan protein air susu
adalah protein-protein unik yang tidak ditemukan dimanapun.
Juga prolaktin secara aktif disekresi ke dalam air susu.
Perubahan besar yang terjadi 30-40 jam post partum antara lain
peninggian mendadak konsentrasi laktosa. Sintesis laktosa dari
glukosa didalam sel-sel sekretorik alveoli dikatalisis oleh lactose
sintetase. Beberapa laktosa meluap masuk ke sirkulai ibu dan
mungkin disekresi oleh ginjal dan ditemukan di dalam urin kecuali
kalau digunakan glukosa oksidase spesifik dalam pengujian
glikosuria.
Asam-asam lemak disintetis di dalam alveoli dari glukosa. Butirbutir
lemak disekresi dengan proses semacam apokrin. Semua
vitamin kecuali vitamin K ada di dalam susu manusia tetapi dalam
jumlah yang berbeda. Kadar masing-masing meninggi dengan
pemberian makanan tambahan pada ibu. Karena ibu tidak
menyediakan kebutuhan bayi akan vitamin K, pemberian vitamin
K pada bayi segera setelah lahir ada manfaatnya untuk mencegah
penyakit perdarahan pada neonatus.
Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah besi. Tetapi, besi
di dalam air susu manusia absorpsinya lebih baik dari pada besi di
dalam susu sapi. Simpanan besi ibu tampaknya tidak
mempengaruhi jumlah besi di dalam air susu. Kelenjar mamae, seperti kelenjar tiroid,
menghimpun iodium, yang muncul di dalam
air susu. (Cunningham, F Gary, Dkk, 2005)
h. Sistem Integumen
Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hiperpigmentasi kulit.
1). Hiperpigmentasi pada aerola mammae dan linea nigra mungkin
menghilang sempurna sesudah melahirkan.
2. Adaptasi Psikologi Ibu Post Partum
Menurut Rubin dalam Varney (2007) adaptasi psikologi ibu post partum
dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase Taking In (Fase mengambil) / ketergantungan
Fase ini dapat terjadi pada hari pertama sampai kedua post partum.
Ibu sangat tergantung pada orang lain, adanya tuntutan akan
kebutuhan makan dan tidur, ibu sangat membutuhkan perlindungan
dan kenyamanan.
b. Fase Taking Hold / ketergantungan mandiri
Fase ini terjadi pada hari ketiga sampai hari ke sepuluh post partum,
secara bertahap tenaga ibu mulai meningkat dan merasa nyaman, ibu
sudah mulai mandiri namun masih memerlukan bantuan, ibu sudah
mulai memperlihatkan perawatan diri dan keinginan untuk belajar
merawat bayinya.

c. Fase Letting Go / kemandirian


Fase ini terjadi pada hari ke sepuluh post partum, ibu sudah mampu
merawat diri sendiri, ibu mulai sibuk dengan tanggung jawabnya.

A. Post Partum Blues

1. Post partum blues

Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya.

Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang

dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan

perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain

itu, juga karena semua perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan

kehamilan.
Disini hormon memainkan peranan utama dalam hal bagaimana ibu bereaksi

terhadap situasi yang berbeda. Setelah melahirkan dan lepasnya plasenta dari

dinding rahim, tubuh ibu mengalami perubahan besar dalam jumlah hormone

sehingga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Disamping perubahan

fisik, hadirnya seorang bayi dapat membuat perbedaan besar pada kehidupan ibu

dalam hubungannya dengan suami, orang tua, maupun anggota keluarga lain.

Perubahan ini akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri

dengan peranan barunya dan tumbuh kembali dalam keadaan normal.

Post partum blues ini dialami 80% wanita setelah bersalin yaitu merupakan

semacam perasaan sedih atau uring-uringan yang melanda ibu dan timbul dalam

jangka waktu dua hari sampai dua minggu pasca persalinan.

Etiologi : berbagai perubahan yang terjadi

dalam tubuh wanita selama kehamilan dan

perubahan cara hidupnya sesudah mempunyai

bayi, perubahan hormonal, adanya perasaan

kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang

menjurus pada suatu perasaan sedih.

Pospartum blues adalah keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan

bayinya disebut baby blues. Penyebabnya antara lain: perubahan perasaan

saat hamil, perubahan fisik dan emosional.Perubahan yang ibu alami akan

kembali secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran barunya.

a. Gejala baby blues antara lain:

1) Menangis

2) Perubahan perasaan

3) Cemas
4) Kesepian

5) Khawatir dengan bayinya

6) Penurunan libido

7) Kurang percaya diri

b. Hal-hal yang disarankan pada ibu adalah sebagai berikut:

1) Minta bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin istirahat

2) Beritahu suami tentang apa yang dirasakan oleh ibu

3) Buang rasa cemas dan khawatir akan kemampuan merawat bayi

c. Meluangkan waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri, Ibu

merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi sosial, kurang

kemandirian. Hal ini akan

mengakibatkandepresi pasca persalinan (depresi postpartum).

Depresi masa nifas merupakan gangguan afeksi yang sering terjadi pada

masa nifas, dan tampak dalam minggu pertama pasca persalinan.

Insiden depresi post partum sekitar 10-15 persen. Post partum blues disebut

juga maternity blues atau sindrom ibu baru. Keadaan ini merupakan hal yang

serius, sehingga ibu memerlukan dukungan dan banyak istirahat.

Adapun gejala dari depresi post partum adalah.

1) Sering menangis

2) Sulit tidur

3) Nafsu makan hilang

4) Gelisah

5) Perasaan tidak berdaya atau hilang control

6) Cemas atau kurang perhatian pada bayi

7) Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi


8) Pikiran menakutkan mengenai bayi

9) Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri

10) Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless)

11) Penurunan atau peningkatan berat badan

12) Gejala fisik, seperti sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar

Anda mungkin juga menyukai