Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia bertanggung jawab penuh terhadap kesejahteraan rakyat.
Hal ini tertera pada pasal 27 ayat 2 Undang-undang dasar 1945 yang berbunyi
: “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.”Keberhasilan pembangunan nasional Indonesia
menunjukan adanya peningkatan umur harapan hidup yaitu dari 45,7 tahun
pada tahun 1968 menjadi 61,3 pada tahun 1992 (BPS) . Peningkatan umur
harapan hidup membawa akibat pada pertambahan jumlah penduduk usia
lanjut yang berarti pula semakin memerlukan upaya pelayanan kesejahteraan
para lanjut usia yang semakin baik. Salah satu indikator keberhasilan
pembangunan adalah diantaranya semakin meningkatnya usia harapan hidup
penduduk . Kondisi ini menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus
meningkat dari tahun ke tahun . Menurut undang-undang nomor 13 tahun
1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan lanjut usia
adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas .
Pandangan masyarakat pada umumnya terhadap lanjut usia adalah
menganggapnya seperti beban . Padahal saat ini keberadaan lanjut usia sudah
dipandang sebagai potensi yang bisa memberikan konstribusi dalam
pembangunan. Seiring dengan angka haapan hidup yang semakin baik, maka
jumlah lanjut usia semakin meningkat . Lanjut usia memiliki potensi , maka
mereka perlu mendapatkan penguatan agar mereka tidak menjadi Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial(PMKS) yang akan membebani keluarganya .
Hal ini penting, mengingat nilai kekeluargaan didalam masyarakat sudah
mulai melemah .
Lanjut usia sebagai individu tetap membutuhkan teman untuk berbagai,
baik dalam keluarga maupun didalam lingkungan sosialnya. Mengingat
usianya yang sudah lanjut mereka memiliki keterbatasan mobilitas dan
berdampak pada relasi sosial mereka. Relasi sosial menjadi sempit dan ini
akan berdampak pada aspek psikologis lanjut usia itu sendiri . Mereka
menjadi merasa terasing dan tidak punya harapan hidup (hopeles) yang lebih
baik di masa tuanya .Saat ini pelayanan terhadap lanjut usia baik potensial
maupun terlantar masih sangat terbatas. Layanan lanjut usia yang
diselenggarakan pemerintah lebih banyak berbasis panti sosial dan lebih
banyak diperntukan bagi lanjut usia non potensial. Masih banyak lanjut usia
terlantar di masyarakat yang potensial.
Oleh sebab itu , pekerjaan sosial memperhatikan individu, orang-orang
dan masyarakat yang bekerja dengan orang-orang yang memiliki kerentanan
dan mungkin memiliki hambatan untuk berpartisipasi dalam masyarakat .
Pekerja sosial bekerja sebagai penengah antara individi yang
termarginilisasikan dengan lingkunan sosial yang mungkin berkontribusi
terhadap termarganilisasikan mereka . Pekerja sosial perlu memiliki keahlian
yang tinggi dan pengetahuan yang luas untuk bekerja secara efektif dalam
menangani permasalahan dalam hal ini lanjut usia terlantar (lansia) .

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari penelantaran pada lansia?
2. Apa saja penyebab dari penelantaran pada lansia?
3. Jenis-jeinis apa saja yang menyebabkan penalantaran lansia?
4. Apa akibat dari penelantaran pada lansia?
5. Apa asuhan keperawatan pada penelantaran lansia?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari penelantaran pada lansia
2. Mengetahui faktor dari penelantaran pada lansia
3. Mengetahui jenis-jenis dari penelantaran pada lansia
4. Mengetahui akibat dari penelantaran pada lansia
5. Mengetahui asuhan keperawatan dari penelantaran pada lansia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lanjut Usia Terlantar


Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007), menedefinisikan
lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa orang
telah tua jika menunjukan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan
hilangnya gigi . Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi
peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi
produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria
simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir.
Glascock dan Feinman (1981); Stanley and Beare (2007), menganalisis
kriteria Lanjut usia dari 57 negara didunia dan menemukan bahwa kriteria lansia
yang paling umum adalah gabungan antara usia kronologis dengan perubahan
dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan status fungsional seseotang.
Menurut Permensos RI NO.8 TAHUN 2012 lanjut usia terlantar adalah
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.

2.2 Faktor Penyebab Lanjut Usia Terlantar

Ada beberapa factor penyebab dimana lanjut usia menjadi terlantar, yaitu :

1. Ketiadaan anak keluarga, kerabat dan masyarakat lingkungan yang dapat


memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupannya.
2. Kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana selama ini ia
tinggal.
3. Ketiadaan kemampuan keuangan/ekonomi dari keluarga yang menjamin
penghidupannya secara layak.
4. Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui lapangan kerja yang
ada.
5. Perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari orangtua, serta
urbanisasi yang menyebabkan lanjut usia terlantar

2.3 Jenis Penelantaran Pada Lansia


2.3.1 Penganiayaan fisik (Physical abuse)

Penganiayaan fisik umumnya dianggap sebagai tindakan penyerangan atau


pemukulan. Manifestasi klinis: memar, luka bakar, fraktur, laserasi.
Penganiayaan fisik adalah keluarga atau care giver yang tidak memberikan
kebutuhan dasar pada lansia (misalnya, makanan pakaian dan tempat tinggal
yang memadai).

2.3.2 Penelantaran pendidikan (Educational Neglect)


Jenis penelantaran ini lebih kepada Neglect Child. Penelantaran
pendidikan adalah kegagalan orang tua atau pengasuh untuk menyekolahkan anak
usia wajib sekolah di sekolah, home schooling, atau pelatihan pendidikan khusus
yang sesuai.Pengabaian pendidikan dapat menyebabkan anak gagal untuk
memperoleh keterampilan hidup dasar, putus sekolah atau terus menampilkan
perilaku yang mengganggu. Pengabaian pendidikan bisa menimbulkan ancaman
serius bagi kesehatan anak, kesejahteraan emosional, fisik atau pertumbuhan
psikologis normal dan perkembangan.

2.3.3 Penelantaran emosional (Psychological Neglect Emotional )

Penelantaran psikologi dan emosional meliputi terlibat pertengkaran


dengan lansia sehingga memungkinkan lansia menggunakan obat-obatan, tidak
menyediakan perawatan psikologis. Perilaku anak yang dianggap menganiaya
Lansia. Mengabaikan (tidak merespon kebutuhan lansia seperti stimulasi,
merawat, perlindungan), Menolak (menolak menunjukkan kasih sayang),
Menghina secara verbal (meremehkan,mengancam), Mengisolasi (melarang
lansia berhubungan sosial), Meneror (mengancam lansia dengan hukuman),
Kerusakan atau pemanfaatan (mendorong lansia untuk terlibat dalam perilaku
merusak, ilegal atau antisosial.

2.3.4 Penelantaran medis (Medical Neglect)

Penelantaran medis adalah kegagalan untuk menyediakan perawatan


kesehatan yang tepat bagi lansia, Anak atau keluarga menolak perawatan medis
untuk lansia, Anak atau keluarga mengabaikan rekomendasi medis sehingga
menimbulkan kecacatan pada Lansia.

2.4 Akibat penelantaran lansia

Kelainan perilaku: ketakutan, penurut, tergantung, menyalahkan diri


sendiri,menolak bila disentuh oleh orang lain, kekurangan biaya pengobatan

Psikis: stress. Pemenuhan nutrisi kurang

2.5 Landasan Asuhan Keperawatan


2.5.1 Pengkajian
- Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi,
muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Terdapat gejala
kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti
rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat.
- Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit
hati, menyalahkan dan menuntut

- Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses


intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman.

Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab


kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.

- Aspek sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.


Penyaluran kemarahan dengan mengkritik orang lain, kata-kata kasar dan suara
keras menyebabkan buruknya hubungan. Sehingga klien mengasingkan diri, dan
menolak mengikuti aturan.

- Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan


lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdosa.

2.5.2 Diagnosa Yang Mungkin Muncul


No Analisa Data Diagnosa Keperawatan Paraf
1 DS : Resiko mencederai diri, orang
Klien mengatakan marah dan
lain dan lingkungan
jengkel kepada orang lain, ingin
berhubungan dengan perilaku
membunuh, ingin membakar
kekerasan/amu.
atau mengacak-acak
lingkungannya
DO :
Klien mengamuk, merusak dan
melempar barang melakukan
tindakan kekerasan pada orang
didekitarnya
2 DS : Harga diri rendah situasional
Klien mengatakan “saya sudah
berhubungan dengan kurang
tidak dibutuhkan lagi, kenapa
pengakuan atau penghargaan
saya harus menjadi yua?”
DO :
Klien sering menyendiri di
kamar, dan menangis
3 DS : Defisit perawatan diri
Klien mengatakan “anak saya
berhubungan dengan :
sudah tidak ingin merawat saya,
penurunan atau kurangnya
mungkin merasa jijik, sedangkan
motivasi, hambatan
saya sudah tua butuh bantuan
lingkungan, kerusakan
dalam melaukan apapun”
presepsi/kognitif, kecemasan
DO :
Klien terhat bau dan otor kelemahan dan kelelahan

2.5.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC Nursing NIC ( Nursing Outcome


Intervention Clasification Clasification ) : Risk Control
Environmen
Resiko mencederai Setelah dilakukan tindakan 1) Identifiksi kebutuhan
diri, orang lain dan keperawatan selama 3x24 pengamanan klien,
lingkungan jam klien mampu meliputi fisik, kebiasaan
berhubugan dengan mengontrol emosinya, dan fungsi kognitif
2) Identifikasi bahaya
perilaku dengan kriteria hasil :
1. Menggunakan strategi lingkungan
kekerasan/amuk
3) Hilangkan resiko bahaya
kontrol resiko bila
lingkungan
perlu
4) Gunakan alat pelindung
2. Mengetahui faktor
untuk menghindari
resiko
3. Menunjukkan situasi yang berbahaya
5) Identifikasi perubahan
perubahan status
status keamanan
kesehatan
6) Berikan nomor darurat
pada keluarga yang bisa
dihubungi ( polisi/rumah
sakit )
7) Elaborasi dengan ahli
psikologi
Harga Diri Rendah Setelah dilakukan 1) Identifikasi kebutuhan
situasional tindakan keperawatan pengamanan klien,
berhubungan selama 3x24 jamklien meliputi fisik,kebiasaan
dengan kurang mampu mengontrol dan fungsi kognitif
2) Identifikasi bahwa
pengakuan atau emosinya, dengan kriteria
lingkungan
penghargaan hasil :
3) Hilangkan resiko bahaya
1. Menggunkan strategi
lingkugan
kontrol resiko bia
4) Gunakan alat pelindung
diperlukan
untuk menghindari
2. Mengetahui faktor
situasi yang berbahaya
resiko
5) Identifikasi perubahan
3. Menunjukan
status keamanan
perubahan status
6) Berikan nomor darurat
kesehatan
pada keluarga yang bisa
dihubungi (polisi/rumah
sakit)
7) Elaborasi dengan ahli
psikologi
Defisit perawata Setelah dilakukan tindakan 1) Identifikasi kebutuhan
diri berhubungan keperawatan selama 3x24 pengamanan klien,
dengan penurunan jamklien mampu meliputi fisik,kebiasaan
atau kurangnya mengontrol emosinya, dan fungsi kognitif
2) Identifikasi bahwa
motivasi, hambatan dengan kriteria hasil :
1. Klien terbebas dari lingkungan
lingkungan,
3) Hilangkan resiko bahaya
bau badan
kerusakan,
2. Menyatakan lingkugan
kelemahan dan 4) Gunakan alat pelindung
kenyamanan
kelelahan. untuk menghindari
terhadap
situasi yang berbahaya
kemampuan untuk
5) Identifikasi perubahan
melakukan ADLs
status keamanan
1. Monitor
6) Berikan nomor darurat
kemampuan
pada keluarga yang bisa
klien untuk
dihubungi (polisi/rumah
perawatan diri
sakit)
yang mandiri 7) Elaborasi dengan ahli
2. Monitor
psikologi
kebutuhan
klien untuk
alat-alat bantu
untuk
kebersihan diri,
berpakaian,
berhias,
toileting dan
makan
3. Sediakan
bantuan sampai
klien mampu
secara utuh
untuk
melakukan self
care (libatkan
keluarga)
4. Dorong klien
untuk
melakukan
aktivitas sehari-
hari yang norml
sesuaai
kemampuan
yang dimiliki

2.5.4 Evaluasi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1. Resiko menciderai diri, orang lain S : klien mengatakan “saya”
dan lingkunganberhubungan menyayangi anak-anak saya
O : klien terlihat tenang
dengan perilaku kekerasan/amuk
A : masalah resiko menciderai
diri, orang lian dan lingkungan
teratasi
P : Tindakan keperawatan
dihentikan
2. Harga diri rendah situasional S : klien mengatakan “ saya tua
berhubungan dengan kurang bukan karena kenginan saya
pengakuan atau peghargaan setiap orang pasti akan tua “
O : klien mulai berani bertemu
ketetangganya
A : masalah harga diri rendah
teratasi
P : tindakan keperawatan
dihentikan
3. Defisit perawatan diri S : klien mngatakan “ saya senang
berhubungan dengan : penurunan anak saya sudah mulai membantu
atau kurangnya motivasi, saya lagi dalam membersihkan
hambatan lingkungan, kerusakan diri “
O : klien dibantu anaknya
persepsi/kognitif, kecemasan,
kelemahan dan kelelahan membersihkan dirinya
A : masalah defisit perawatan diri
teratasi
P : tindakan keperawatan
dihentikan

2.6 Kasus Askep Penelantaran Pada Lansia

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA Bp.”M” DENGAN ASPEK PSIKOLOGI DAN PERILAKU

PROGRAM HOME CARE

A. Identitas Klien
Nama : Bpk.M
Umur : 68 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : pensiunan
Jenis Kelamin : laki-laki
Status Perkawinan : kawin
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat Rumah : blumbang wetan rt 02 rw 03, bantengan,
karanggede
Tgl Pengkajian : 20 oktober 2015

B. Keluhan Utama :
Klien mengatakan merasa kesepian karena ditinngal pergi oleh anaknya

C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang pernah dialami dan dir asakan saat ini :
Klien mengatakan kepala sering pusing, badan pegal-pegal dan terasa
dingin, merasa kesepian karena tidak serumah dengan anaknya.
2. Riwayat kesehatan keluarga / keturunan
Dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit keturunan seperti (DM,
Jantung, Asma, Hipertensi)

Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan : Garis perkawinan

: Klien : Garis keturunan

Klien merupakan anak kedua dari 2 saudara, klien tinggal sendiri sejak 2
tahun yang lalu, hubungan dengan anak-anaknya kurang diperhatikan,
komunikasi dengan anaknya kurang, kedua orang tua sudah meninggal
karena sudah tua.

D. Kebiasaan Sehari-hari :
1. Biologis
1) Pola makan
Klien makan 2X sehari dengan menu nasi, sayur dan lauk pauk
bervariasi. Kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi, saat pengkajian klien
habis ¼ porsi. Kurang lebih 300 gram. Makan pagi jam 07:00 WIB
makan sore jam 17:00 WIB, makan disiapkan oleh anaknya. Tidak ada
pantangan makanan atau alergi dan tidak ada riwayat operasi
pencernaan. Refleks makan lambat.
2) Pola minum
Klien minum air putih hangat 3 – 4 gelas perhari atau 300 – 400 CC.
Tersedia thermos disamping tempat tidur, klien kurang menyukai
mengkonsumsi teh dan kopi.
3) Pola tidur
Klien mengatakan tidur 6–8 Jam, sering terbangun dimalam hari
karena kedinginan, klien jarang tidur siang, klien juga tidak pernah
mengkonsumsi obat-obat tidur dan alat pengantar tidur.
4) Pola Eliminasi

Saat pengkajian klien mengatakan BAK & BAB dengan bantuan


kekamar mandi, akan tetapi dalam pengamatan klien BAK & BAB di
sekitar ruangan tempat tidur. Klien tidak mempunyai keluhan BAB
dan BAK, menggunakan alat bantu dan dibantu oleh keluarganya.
Tidak mengalami konstipasi dan nyeri.

5) Aktifitas Sehari-hari

No Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


1 ROM 

2 Mobilitas Tempat Tidur 

3 Makan & Minum 

4 Toileting 

5 Mandi 

6 Berpindah 

7 Berpakian 

Jumlah : 14 0 8 6
Total Skor : 14

Keterangan :

0 : Mandiri 3 : Dengan bantuan/alat


1 : Alat bantu 4 : Tergantung total
2 : Dibantu orang lain
Keterangan :
Klien dalam melakukan aktifitas dan berpindah membutuhkan bantuan
orang lain, klien tampak jarang mandi, berbau, badan terasa lengket,
jarang ganti pakaian, makan dan minum dilakukan sendiri disamping
tempat tidur, tetapi harus disediakan dan didekatkan disamping tempat
tidur klien oleh keluarga. Klien mampu berpindah tempat tetapi
dengan bantuan orang lain dan alat. Toileting dilakukan dilingkungan
kamar, terlihat lantai tanah lembab dan berbau pesing menyengat.

a. Rekreasi

Klien mengatakan tidak pernah berrekreasi, tidak terdapat sarana


hiburan seperti TV, radio dan klien mengatakan tidak pernah jenuh
dengan lingkungan seperti itu, tetapi memang terasa sepi. Saat timbul
sepi biasanya tidur

b. Indeks Katz

Penilaian F, Klien mampu makan secara mandiri akan tetapi mandi,


berpakaian, berpindah, dan ke kamar kecil dengan bantuan orang lain

2. Psikologis

Pengkajian Fungsional Klien :

1) Indeks KATZ

Termasuk / kategori manakah klien ?

Penilaian F, Klien mampu makan secara mandiri akan tetapi mandi,


berpakaian, berpindah, dan kekamar kecil dengan bantuan orang lain

SKOR NORTON

Aspek yang dikaji Score


Kondisi fisik umum : 3
Lumayan
Kesadaran : 4
Komposmentis
Aktivitas : 3
Ambulasi dengan bantuan
Mobilisasi : 3
Sedikit terbatas
Inkonintensia 2
Sering inkontinensia urin
Score 15
Interpretasi hasil pemeriksaan :
Jadi klien kemungkinan kecil ada resiko dekubitus.

PENGKAJIAN STATUS MENTAL KLIEN


Identifikasi tingkat intelektual dengan SPMSQ (Short Portable Mental
Status Quesioner) ; Pfeiffer E, 1975 :

No Pertanyaan Benar Salah


1 Tanggal berapa hari ini ? tanggal 15 √
2 Hari apa sekarang ? Senin wage √
3 Apa nama tempat ini ? blumbang √
4 Dimana alamat anda ? blumbang √
bantengan
5 Berapa umur anda ? 68 tahun √
6 Kapan anda lahir ? agustus 1947 √
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ? √
pak bambang yudhoyono
8 Siapa presiden Indonesia √
sebelumnya ? pak gus dur
9 Siapa nama ibu anda ? Markamah √
10 Berapa 20-3 ? 17 17-3? 10 √
Jumlah 6 4

Interpretasi hasil pemeriksaan :


Salah 3 – 4 : kerusakan intelektual ringan
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan
MMSE (Mini Mental Status Exam) ; Fostain MF, 1975 :
No Aspek Kognitif Nilai Nilai Kriteria
Maks Klien
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan
dengan benar :
Tahun = 2015(B)
Musim = Kemarau
(B)
Tanggal = 14 (S)
Hari = Senin (B)
Bulan= September
(S)
Orientasi 5 3 Dimana kita
sekarang :
Negara Indonesia
(B)
Provinsi = Jawa
Tengah (B)
Kabupaten =
boyolali (B)
2 Registrasi 3 2 Sebutkan 3 obyek
(oleh peneriksa) 1
detik untuk
mengatakan
masing-masing
obyek. Kemudian
tanyakan kepada
kklien ketiga obyek
tadi (untuk
disebutkan) :
Obyek 1 = kursi (B)
Obyek 2 = sandal
(B)
Obyek 3 = piring
(S)
3 Perhatian dan 5 2 Minta klien untuk
kalkulasi memulai dari
angka100 kemudian
dikurangi 7 sampai
5 kali :
93 (B)
86 (B)
79 (S)
72 (S)
65 (S)
4 Mengingat 3 1 Minta klien untuk
mengulangi obyek
pada no.2 tadi, bila
benar 1 point untuk
masing-masing
obyek :
Obyek 1 = kursi (B)
Obyek 2 = sepatu
(S)
Obyek 3 = piring
(S)
5 Bahasa 9 7 Tunjukkan pada
klien suatu benda
dan tanyakan
namanya pada
klien :
Mengetahui nama =
Pulpen (B)

Minta pada klien


untuk mengulang
kata berikut “tak
ada jika, dan, atau,
tetapi”. Bila benar,
nilai 1 point :
Tak ada jika (B)
Dan (B)
Atau (S)
Tetapi (S)
Minta klien untuk
mengikuti perintah
yang terdiri dari 3
langkah : “Ambil
kertas di tangan
anda. Lipat dua dan
taruh di lantai” :
Ambil kertas (B)
Lipat dua (B)
Taruh di lantai (B)

Perintahkan pada
klien untuk hal
berikut Tutup mata
anda :
Aktifitas sesuai
perintah Tutup mata
anda (B)
Total 18
Interpretasi hasil pemeriksaan :

Terdapat kerusakan aspek fungsi mental ringan

SKALA DEPRESI

No Pertanyaan Jawaban Yang


Sesuai
1 Apakah anda sebenanrnya puas dengan TIDAK Tidak
kehidupan anda?
2 Apakah anda telah meningalkan Ya YA
banyak kegiatan dan minat/ kesenangan
anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda Tidak YA
kosong?
4 Apakah anda merasa sering bosan? Tidak YA
5 Apakah anda mempunyai semangat TIDAK Tidak
yang baik setiap saat?
6 Apakah anda merasa takut sesuatu Tidak YA
yang buruk akan terjadi pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk TIDAK Tidak
sebagian besar hidup anda?
8 Apakah anda merasa sering tidak Tidak YA
berdaya?
9 Apakah anda lebih sering di rumah Tidak YA
daraipada pergi keluar dan
mengerjakan sesuatu hal yang buruk?
10 Apakah anda merasa mempunyai Ya YA
banyak masalah dengan daya ingat
anda dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda berpikir bahwa hidup TIDAK Tidak
anda sekarang menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga Ya YA
seperti perasaan anda saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? TIDAK Tidak
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan Tidak YA
anda tidak ada harapan?
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain Tidak YA
lebih baik keadaanya dari pada anda?
Total skor 8

Interpretasi hasil pemeriksaan :


Dari yang telah diukur diatas, klien kemungkinan depresi.
a. Keadaan Emosi
Selama wawancara dengan klien, klien selalu menjawab dengan
sangat ramah, tidak banyak mengeluh tentang kondisinya, tidak
pernah marah, kondisi emosi klien terkontrol. Klien menerima
keadaannya.
b. Konsep diri
a) Gambaran diri
Klien menyukai semua anggota tubuhnya, walaupun sudah
mengalami penurunan fungsi. Terutama pada kedua lutut trauma
saat jatuh dari atap rumah. yang terpenting tubuhnya sehat. Klien
menerima keadaan tubuh yang dialaminya dan bukan sebagai
faktor penghambat dalam berhubungan dengan orang lain karena
sudah tua.
b) Identitas Diri
Klien mengaku sebagai seorang laki-laki, dan merasa puas sesuai
perilaku. Klien menginginkan agar ditemani salah satu keluarganya
pada malam hari untuk berbicara, karena terasa sepi kalau tinggal
sendirian, akan tetapi klien menerima semuanya.
c) Peran Diri
Klien saat ini merasa perannya sebagai orang tua di dalam
keluarga, setiap keputusan kadang-kadang masih melibatkan klien
dalam setiap pengambilan keputusan
d) Harga diri
Klien mengatakan selama ini diperhatikan oleh keluarganya,
dengan cara makan dan minum telah disediakan walaupun klien
terpisah dari anak dan cucunya, sebenarnya klien merasa kesepian
dan tetangga mengatakan klien kurang diperhatikan oleh
keluarganya, sehingga tetanga kadang-kadang menyediakan
makanan yang bergizi.
3. Sosial
1) Dukungan keluarga
Keluarga kurang perhatian dengan klien, hal ini terbukti dengan
menempatkan klien di tempat terpisah sejak 2 tahun yang lalu serta
dengan lingkungan yang tidak bersih, pencahayaan kurang, klien juga
ditinggalkan sendirian dari pagi hingga siang hari
2) Hubungan dengan keluarga
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan baik, namun saat
pengkajian peran keluarga sangat kurang perhatian dengan kakeknya
yang sedang sakit, terbukti dengan tidak dapat menjawab pertanyaan
yang berkaitan dengan kondisi klien
3) Hubungan dengan orang lain
Saat pengkajian menurut tetangga, klien adalah orang yang baik, klien
suka memberikan sesuatu ketika memiliki sesuatu yang berlebih.
Dahulu klien senang bergaul/mengobrol dengan tetangga, namun
sekarang tak dapat lagi dilakukan, karena klien tidak dapat berjalan.
Keluarga klien jarang menemani klien, hanya pada saat mengantar
makanan saja.
4. Spritual
1) Pelaksanaan ibadah
Klien beragama islam, saat pengkajian klien mengatakan
melaksanakan sholat 5 waktu diatas tempat tidur, akan tetapi
diruangan klien tidak tersedia perlengkapan sholat, klien dapat
menyebutkan kalimat syahadat dan rokaat dalam sholat 5 waktu
dengan benar.
2) Keyakinan tentang kesehatan

Klien mengatakan sehat ditentukan dan diserahkan pada tuhan YME.


Sedangkan sakit merupakan cobaan dari YME

E. Pemeriksaan Fisik

a. Tingkat kesadaran : Comphos Menthis, KU : Cukup, GCS : 15

b. TTV : TD 150/90 Suhu : 36oC

c. Nadi : 88 x/mnt Respirasi : 20


x/mnt

d. Kepala : Bentuk : Mesochepal

e. Rambut : Beruban, tidak rapi, pendek, kotor, tidak


ditemukan adanya tumor maupun lesi. Hidung nafas spontan
kondisi kotor, mukosa kering tidak sianosis, gigi tinggal 6 dibawah
kondisi kotor yang tersisa 4 gigi insisivus, 2 graham, tidak terjadi
pembesaran tosil. Mata konjungtiva tidak anemis, sklera keruh,
fungsi pengelihatan normal.

f. Leher : Bentuk simetris, tidak ada riwayat tumor


TVJ tidak mengalami peningkatan yang berarti, tidak mengalami
nyeri tekan.

g. Dada :
Inspeksi : RR 20 x/mnt, bentuk simetris,
retraksinormal kanan dan kiri. Tidak ada lesi, bentuk dada berel
chast

Palpasi : Tidak ada krepitasi, tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Suara paru resonan,

Auskultasi : tidak terdengar wheezing, suara vasikuler, suara


jantung S1-S2 normal.

h. Abdomen :

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi dan pus.

Auskultasi : Pristaltik usus 8 x/mnt.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Suara abdomen tympani

i. Genetalia : Jenis kelamin laki-laki, kondisi utuh,


rambut pubis beruban. Tidak terasa nyeri saat BAK, klien
mengatakan warna urin putih, urin mampu ditahan sebelum keluar,
klien BAK tampa meggunakan alat bantu/pisphot

j. Ekstrimitas :

Atas : Tidak mengalami gangguan pada


ekstrimitas kekuatan otot 5/5, akral dingin, uji keseimbangan
tremor

Bawah : Mengalamai gangguan pada otot dengan


kekuatan otot 1/1, lutut tidak bisa digerakkan, riwayat truama/jatuh
mengalami kekakuan, aktifitas terbatas, akral dingin, skala lovett
(ada kontraktilitas sedikit)

k. SSP (N I-XII) :

Olfaktorius : klien dapat membedakan parfum dan miyak kayu


putih.
Optikus : penglihatan klien sudah mulai berkurang.

Okulomotorius : pupil mampu menerima rangsangan jika terkena


cahaya senter

Throklear : pupil mampu menerima rangsangan jika terkena cahaya


senter.

Trigeminus : reflex dagu klien baik, terdapat refleks kornea baik.

Abdusen : pupil mampu menerima rangsangan jika terkena cahaya.

Fasialis : gerakan mimik klien baik.

l. Auditori :

Glosofaringeal : refleks menelan baik, klien mampu berbicara


dengan jelas, terdapat refleks mual.

Vagus : refleks menelan baik, klien mampu berbicara dengan jelas,


terdapat refleks mual.

Aksesorius : klien mampu memalingkan kepala ke kiri dan ke


kanan.

Hiplogosus : klien dapat mengucapkan tra-la-la-tri-li-li.

System endokrin : Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada riwayat


penyakit metabolic.

m. Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit kering,


keriput, lengket, kotor/bersisik, integritas utuh tanpa kelainan.
Elastisitas lambat kelmabali > 2menit.

n. Keadaan Lingkungan : Keluarga mengatakan rumahnya tidak


pernah tertata karena sibuk, klien tinggal di rumah yang terpisah
dengan keluarga. Bentuk rumah joglo, terbuat dari kayu dan papan
dari bambu anyaman. Lantai masih dengan tanah. Jumlah pintu
hanya satu yang digunakan keluar masuk, tidak ada pencahayaan
rumah, rumah selalu tertutup lembab, kotor berbau, tempat tidur
tidak ada pengaman. Di ruangan sisa makanan menumpuk, gelas,
piring kotor tidak dicuci. Penataaan ruangan tidak beraturan. Suhu
lembab ruangan berbau pesing. Jarak sumur dengan rumah 20
meter.

F. Informasi Penunjang

Klien setiap bulan dilakukan Home Care , Berdasarkan status Home Care,
klien sudah 2 kali dilakukan kunjungan oleh perawat:

- Kunjungan I : 26/09/2015 Captopril 12,5 gram 1 x 1

Vit.B1 3x1

- Kunjungan II : 16/10/2015 Salisilk Talk 1

Vit.B Compleks 3x1

G. Analisa Data
Data Penunjang Masalah Etiologi
DO : Klien sudah 2 tahun tinggal Kesepian Perpindahan
dirumah sendiri, klien tampak tempat tinggal
mengurung diri dan jarang keluar
kamar, tidak tersedia sarana
rekreasi.

DS : Klien mengatakan inginnya ada


anak cucu yang menemaninya dan
bisa diajak komunikasi.

Gangguan
Kerusakan
DO : Salah 3 – 4 : kerusakan intelektual neurologis
memori
ringan
(proses menua)
DS : Setiap diajukan pertanyaan test
mental Klien mengatakan tahu,
lupa

H. Diagnosa Keperawatan
1. Kesepian berhubungan dengan perpindahan tempat tinggal
2. Kerusakan memori : pikun berhubungan dengan gangguan nerologis :
proses menua
I. Intervensi
No Diagnosa Tujuan / Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Kesepian klien mampu 1. Bina 1. Terciptanya
berhubungan mengekspresikan hubungan komunikasi yang
dengan perasaannya dan saling efektif
2. Klien merasa
perpindahan mampu percaya
2. Dengarkan dihargai dan klien
tempat tinggal bersosialisasi
semua kata- dapat
dengan
kata klien mengungkapkan
lingkungannya
dan jangan perasaannya.
3. Klien tidak merasa
menyela saat
kesepian.
klien
bertanya
3. Libatkan
keluarga
untuk
mengatasi
masalah
klien
4. Ajak lah
keluarga agar
ada yang
mendamping
i klien untuk
mendengarka
n keluhan
keluhanya
agar klien tak
merasa
sendiri
2 Kerusakan Setelah 1. Melakkan 1. Meningkatkan daya
memori : pikun dilakukan stimulasi ingat klien
2. Membantu klien
berhubungan intervensi memory
agar dapat
dengan keperawatan dengan
mengingat masa
gangguan diharapkan klien mengulangi
lalunya
nerologis : dapat mengingat pembicaraan
3. Memulihkan daya
proses menua dan mampu secara jelas
ingat klien
melakukan di akhir 4. Memusatkan
proses mental pertemuan perhatian klien
5. Klien merasa
yang kompleks. dengan klien
2. Mengenang dihargai dan
pengalaman diperhatikan
masa lampau
3. Menyediakan
gambar
untuk
membantu
mengenal
ingatannya
kembali
4. Memanggil
nama klien
pada saat
berbincang.
5. Menatap
wajah klien
saat
berbicara.
J. Implementasi Dan Evaluasi

Diagnosa Tanggal/ Implementasi Tanggal/ Evaluasi


Keperawatan Jam
jam
Kesepian 20-10- - Bina 20-10- S : klien mampu
berhubungan dengan 2015 hubunga 2015 berbicara
perpindahan tempat n saling danbeninteraksi
13.50
tinggal percaya kembali dengan
- Dengark
lingkungan dan
an semua
terlihat ceria
kata-kata
klien dan O : klien

jangan didampingi

menyela keluarga

saat A : masalah
klien belum teratasi.
bertanya
- Libatkan P : Lanjutkan

keluarga intervensi

untuk
mengata
si
masalah
klien
- Ajak lah
keluarga
agar ada
yang
mendam
pingi
klien
untuk
mendeng
arkan
keluhan
keluhany
a agar
klien tak
merasa
sendiri
Kerusakan memori : 20-10- - Melakka 20-10- S : “__”.
pikun berhubungan 2015 n 2015
O : klien masih
dengan gangguan stimulasi
12.00 belum dapat
nerologis : proses memory
mengingat
menua dengan
secara penuh
mengula
masa lalu nyaA:
ngi
Masalah belum
pembicar
teratasi. dapat
aan
mengingat dan
secara
mampu
jelas di
melakukan
akhir
proses mental
pertemua
yang kompleks.
n dengan
klien : P: Lanjutkan

saling intervensi

memper
kenalkan
perawat
pada tn
M
- Mengena
ng
pengala
man
masa
lampau :
menganj
urkan
klien
brcerita
tentang
masa
llunya
- Menyedi
akan
gambar
untuk
membant
u
mengena
l
ingatann
ya
kembali
- Memang
gil nama
klien
pada saat
berbinca
ng.
- Menatap
wajah
klien
saat
berbicara
.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007), menedefinisikan
lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa
orang telah tua jika menunjukan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan
kulit, dan hilangnya gigi . Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi
melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat
dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi
tugas rumah tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu
pertamanya lahir.
Glascock dan Feinman (1981); Stanley and Beare (2007), menganalisis
kriteria Lanjut usia dari 57 negara didunia dan menemukan bahwa kriteria
lansia yang paling umum adalah gabungan antara usia kronologis dengan
perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan status fungsional
seseotang.

Penganiayaan fisik umumnya dianggap sebagai tindakan penyerangan atau


pemukulan. Manifestasi klinis: memar, luka bakar, fraktur, laserasi.
Penganiayaan fisik adalah keluarga atau care giver yang tidak memberikan
kebutuhan dasar pada lansia (misalnya, makanan pakaian dan tempat tinggal
yang memadai). Jenis penelantaran ini lebih kepada Neglect Child.
Penelantaran pendidikan adalah kegagalan orang tua atau pengasuh untuk
menyekolahkan anak usia wajib sekolah di sekolah, home schooling, atau
pelatihan pendidikan khusus yang sesuai.Pengabaian pendidikan dapat
menyebabkan anak gagal untuk memperoleh keterampilan hidup dasar, putus
sekolah atau terus menampilkan perilaku yang mengganggu. Pengabaian
pendidikan bisa menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan anak,
kesejahteraan emosional, fisik atau pertumbuhan psikologis normal dan
perkembangan.

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Jubaedi, dkk, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Madika.

Anda mungkin juga menyukai