Anda di halaman 1dari 9

STUGAS MANDIRI SISTEM HEMATOLOGI

ASKEP GANGGUAN LIMFATIK (LIMFOMA)

Penyusun :
Nama : Siti ayuanida
NIM : 175070200111008
Kelas : PSIK Reguler 2
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN LIMFATIK (LIMFOMA)

I. DEFINISI
Limfoma merupakan istilah umum yang diberikan untuk semua kelainan
neoplastik pada jaringan limfoid. Istilah limfoma sering sendiri dipakai untuk
menyatakan limfoma maligna karena limfoma yang jinak jarang ditemukan
Limfoma atau limfoma maligna adalah sekelompok kanker di mana sel-sel
limfatik menjadi abnormal dan mulai tumbuh secara tidak terkontrol. Karena
jaringan limfe terdapat di sebagian besar tubuh manusia, maka pertumbuhan
limfoma dapat dimulai dari organ apapun.

II. PATOFISIOLOGI
Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan genetik pada sel-
sel tubuh manusia, termasuk sel-sel limfoid, yang dapat menginduksi
terjadinya keganasan. Gen-gen tersebut adalah proto-onkogen, gen supresor
tumor, gen yang mengatur apoptosis, gen yang berperan dalam perbaikan
DNA. Proto-onkogen merupakan gen seluler normal yang mempengaruhi
pertumbuhan dan diferensiasi, gen ini dapat bermutai menjadi onkogen yang
produknya dapat menyebabkan transformasi neoplastik, sedangkan gen
supresor tumor adalah gen yang dapat menekan proliferasi sel (antionkogen).
Normalnya, kedua gen ini bekerja secara sinergis sehingga proses terjadinya
keganasan dapat dicegah. Namun, jika terjadi aktivasi proto-onkogen menjadi
onkogen serta terjadi inaktivasi gen supresor tumor, maka suatu sel akan terus
melakukan proliferasi tanpa henti. Gen lain yang berperan dalam terjadinya
kanker yaitu gen yang mengatur apoptosis dan gen yang mengatur perbaikan
DNA jika terjadi kerusakan. Gen yang mengatur apoptosis membuat suatu sel
mengalami kematian yang terprogram, sehingga sel tidak dapat melakukan
fungsinya lagi termasuk fungsi regenerasi. Jika gen ini mengalami inaktivasi,
maka sel-sel yang sudah tua dan seharusnya sudah mati menjadi tetap hidup
dan tetap bisa melaksanakan fungsi regenerasinya, sehingga proliferasi sel
menjadi berlebihan. Selain itu, gagalnya gen yang mengatur perbaikan DNA
dalam memperbaiki kerusakan DNA akan menginduksi terjadinya mutasi sel
normal menjadi sel kanker.

III. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Tanggal pengkajian 29 September 2015
a. Identitas
1. Pasien Nama : Tn. D 10. Diagnosa Medis : Lymfoma
2. Tempat, tanggal Lahir : 2 Non Hodgkin (LNH)
September 1970 11. Keluarga/Penanggung jawab
3. Status Perkawinan : Kawin Nama : Ny. W
4. Pendidikan : D1 Perpajakan 12. Hubungan : Istri
5. Pekerjaan : PNS 13. Umur : 38
6. Suku/Bangsa : Jawa 14. Pendidikan : SLTA
7. Tanggal Masuk RS : 22 15. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
September 2015 16. Alamat : Jalan Veteran dalam,
8. No. RM : xx-xx-xxxx Malang
9. Ruang : Mawar

b. Riwayat kesehatan Kesehatan pasien


1. Keluhan Utama : Sakit pada tenggorokan
2. Alasan utama masuk RS : Pasien mengatakan kesulitan dalam menelan
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan sejak kurang lebih 4 bulan
yang lalu sebelum masuk Rumah sakit pertama kali disadari di leher kiri
berukuran sebesar telur ayam, padat kenyal dan makin lama makin membesar,
mula-mula benjolan tidak nyeri tekan, tetapi sejak 3 bulan yang lalu
mengalami penurunan berat badan dari 75 kgmenjadi 63 kg, dan pada benjolan
nyeri saat di tekan dan sakit saat menelan. Kurang lebih 2 bulan yang lalu
sebelum MRS, pasien mengalami demam yang tidak jelas penyebabnya selama
lebih dari 1 minggu lamanya dan berkeringat malam.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Tidak memiliki
riwayat penyakit DM dan hipertensi. Pasien mengatakan jika mengalami
demam, batuk, dan pilek hanya membeli obat di apotek.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit yang berbahaya

c. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital :
TD :160/100 mmHg RR : 26 x/menitS.
ND : 125 x/menit Suhu : 38,5 c

a. Pernapasan
Gejala : dipnea pada saat aktivitas, nyeri
dada Tanda :
1. Dipnea, takipnea
2) Batuk non produktif
3) Tanda-tanda distress pernapasan (frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat,
penggunaan otot bantu pernapasan, stridor, sianosis)
4) Parau (paralisis paringeal akibat tekanan pembesaran kelenjar limfe terhadap saraf
laringeal)
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri
dada Tanda :
1) Takikardia, disritmia
2) Sianosis wajah akibat obstruksi drainase vena karena pembesaran kelenjar limfe
(jarang terjadi
3) Ikterus sclera/umum akibat kerusakan hati dan obstruksi duktus empedu (tanda
lanjut)
4) Pucat (anemia), diaphoresis, dan keringat malam
c. Neurosensor Gejala :
1) Nyeri saraf (neuralgia) yang menunjukkan terjadinya kompresi akar saraf oleh
pembesaran kelenjar limfe pada brakial, lumbal dan pleksus sacral
2) Kelemahan otot, parastesi
d. Nyeri dan kenyamanan
Nyeri tekan pada nodus yang terkena, misalnya: pada sekitar mediastinum, nyeri
dada, nyeri punggung (kompresi vertebral), nyeri tulang (keterlibatan tulang limfo
matus)
g. Eliminasi, Gejala :
1) Perubahan karakteristik urine dan/atau feses
2) Riwayat obstruksi usus, sindrom malabsopsi (infiltrasi kelenjar limfe
retroperitoneal)
Tanda :
1) Nyeri tekan kuadran kanan atas, hepatomegali
2) Nyeri tekan kuadran kiri atas, splenomegali
3) Penurunan keluaran urin, warna lebih gelap/pekat, anuria (obstruksi uretral, gagal
ginjal)
4) Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi spinal cord pada gejala lanjut)
h. Makanan dan cairan. Gejala :
1) Anoreksia
2) Disfagia (tekanan pada esophagus)
3) Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan 10% dalam 6 bulan tanpa
upaya
diet pembatasan, Tanda :
1) Pembengkakan pada wajah, leher, rahang, atau ekstremitas atas (kompresi vena
cava superior)
2) Edema ekstremitas bawah, asites(kompresi vena cava inferior oleh pembesaran
kelenjar limfe intradominal)
i. Aktivitas/istirahat
Gejala :
1) Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum
2) Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi aktivitas

3) Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak


j. Seksualitas
Gejala : masalah fertilitas, kehamilan, dan penurunan libido akibat efek terap
IV. PRIORITAS DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhungan dengan pembesaran kelenjar limfe dibuktikan dengan nyeri
pada leher saat menelan

V. RENCANA INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan No.
kriteria hasil intervensi
keperawatan
1. Nyeri akut Tujuan : Intervensi NIC: Pain
berhungan Setelah dilakukan tindakan Management

dengan keperawatan selama 3x24 jam, 1. Melakukan pengkajian


nyeri secara komprehensif
pembesaran diharapkan pasien melaporkan
kelenjar limfe nyeri berkurang 2. Observasi isyarat
dibuktikan Kriteria Hasil : ketidaknyamanan non

dengan nyeri mendapat skor sesuai dengan verbal

pada leher saat indikator NOC 3. Kurangi presipitasi


menelan nyeri
Skala
4.Keterangan
Pilih dan lakukan
indikator Saat
target skala target nyeri
manajemen
ini
1 Melaporkan nyeri 3 5 (farmakologi/non
2 Mengerang dan 3 5 farmakologi)
menangis
3 Ekspresi wajah 2 5
5. Ajarkan teknik non
tampak nyeri farmakologi untuk
4 Gelisah 2 5 mengatasi nyeri
5 Meringis 3 5
6. Berikan analgesik untuk
mengurangi nyeri

7. Evaluasi tindakan
mengontrol nyeri

8. Berikan istirahat yang


adekuat untuk mengurangi
nyeri

VI. PENELITIAN TERKAIT SESUAI TREND DAN ISSUE

Sumber : Infodatin/Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI


Dilihat dari proporsi penderita limfoma, maka jenis kelamin juga memiliki peran
dalam trend dan issue yang ada pada penyakit limfoma. Maka terdapat salah satu
penelitian yang meneliti keterkaitan antara usia dan jenis kelamin padapenyakit
limfoma. Terdapat pada jurnal yang berjudul “KAITAN FAKTOR USIA DAN
JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN LIMFOMA NON HODGKIN DI
RUMAH SAKIT SANGLAH TAHUN 2014”
Pada jurnal di atas, memaparkan bahwa adakah keterkaitan atara faktor usia dan jenis
kelamin pada angka kejadian penderita limfomanon Hodgkin. Pada jurnal di atas, usia
dapat meningkatkan risiko menjadi penderita LNH. Semakin tinggi usia manusia,
maka risiko terkena LNH juga makin tinggi. Pada penelitian tersebut, untuk jenis
kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan mengenai risiko besar terkena LNH
karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah tidak
adanya perbedaan gaya hidup dan konsumsi gizi antara laki-laki dan perempuan di
tempat penelitian dilaksanakan.
Sumber :
Swesis, I. A. C., Suega, K., & Rena, N. M. R. A. (2014). KAITAN FAKTOR
USIA DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN LIMFOMA
NON HODGKIN DI RUMAH SAKIT SANGLAH TAHUN 2014.
Murti, K. (2015). Burkitt Lymphoma. JURNAL KEDOKTERAN &
KESEHATAN: Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya, 2(2), 237-243.
Steward Keneddy Mengko, Bakti Surarso. 2009. Patogenesis Limfoma Non
Hodgkin Ekstra Nodal Kepala Dan Leher. Dep/SMF Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal THT-
KL.Vol.2,No.1, Januari – April 2009, hlm 32 – 47
Komite kesehatan RI : Komite PenanggulanganKanker Nasional. Panduan
Penatalaksanaan. Limfoma Non-Hodgkin. Komite Penanggulangan
Kanker Nasional

Anda mungkin juga menyukai