Range of motion merupaka suatu jangkauan yang dapat dilakukan oleh bagian tubuh
baik itu menjauhi atau mendekati sumbu tubuh, membentuk suatu sudut, memutar
dan lain-lain. Persendian sangat berperan dalam besar kecilnya range of
motion. Apabila terjadi gangguan pada sendi dimana dalam kasus ini adalah
dislokasi tulang humerus, maka sendi tidak dapat bekerja secara optimal sehingga
menyebabkan range of motion menjai terbatas.
MEKANISME TRAUMA
KOMPLIKASIDINI
a. Kerusakan nervus aksilaris
Nervus aksilaris dapat cedera; pasien tak dapat mengerutkan
otot deltoid dan mungkin terdapatdaerah kecil yang mati rasa
pada otot itu. Ini biasanya suatu neurapraksia yang sembuh
spontansetelah beberapa minggu atau beberapa bulan.Kadang-
kadang korda posterior pleksus brakialis cedera. Ini sedikit
mengkhawatirkan, tetapi untungnya sering sembuh sejalan dengan
waktu.Nervus aksilaris berjalan melingkari leher humerus dan
dapat mengalami paresis atau paralisis.Sebelum dilakukan reposisi
sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada saraf ini. Apabila terdapat
paresisatau paralisis, dilakukan pemeriksaan EMG setiap
3 minggu.
b. Kerusakan pembuluh darahKerusakan pembuluh darah dapat
terjadi pada saat trauma atau pada saat traksi
sewaktu reposisiatau karena tekanan kaput humerus.
c. Fraktur-dislokasiKalau juga terdapat fraktur pada bagian
proksimal humerus, mungkin diperlukan reduksi terbukadan
fiksasi internal.Tuberositas mayor dapat terlepas selama
dislokasi. Ini biasanya masuk ke tempatnya selama
reduksi,sehingga tidak dibutuhkan terapi khusus.
Kalau tuberositas ini tetap bergeser, dapat
dilaksanakanpenempelan kembali dengan operasi.
Pemeriksaan Penunjang
Rotator cuff tear. Biasa mengiringi dislokasi anterior pada orang dewasa. Pasien
mungkin kesulitan mengabduksikan lengannya setelah reduksi; kontraksi muskulus
deltoid yang teraba menyingkirkan kelumpuhan saraf aksilaris.
Kerusakan saraf. Saraf aksilaris paling sering mengalami cedera, pasien tidak
dapat mengkontraksikan otot deltoid dan sedikit kehilangan rasa pada otot.
Ketidakmampuan abduksi harus dibedakan dari robekan rotator cuff.
II. Neurologik
1) Saraf tepi
a. Akar saraf
b. Spiral Foraminal
1. Spondilosys
2. Hernia diskus intervertebralis fraktur
3. Hernia diskus intervertebralis dislokasi
c. Tumor ekstramedullaris
2) Pleksus Brakhialis
a. Mekanikal
1. Kompresi berkas neurovaskuler
2. Sindroma skalenus antikus
3. „Cervikal rib‟
4. Sindroma kalikulo kostal
5. Sindroma pektoralis minor
b. Trauma
1. Cedera tarikan atau tusukan
c. Keradangan
1. Radang pleksus brakhialis
d. Tumor
1. „Panevast‟
2. „Adenitia‟
3) Sistem saraf pusat
a. Tumor indramedullar
b. „Syringomeylia‟
III. Vascular
1) Arterial
a. Sumbatan : akut dan kronis
1. Emboli
2. „Vasospatik‟
3. Traumatik
4. Atherosklerotik
b. Aneurisma atau Fistula
2) Vena
a. Plebitis
3) Saluran Limfe
a. Limfedema
V. Persendian
1) Degeneratif
2) Keradangan
3) Infeksi
4) Metabolik
Apa saja dampak yang dapat terjadi apabila bahu terdorong dan
terpukul dengan kuat?
Dampak yang terjadi apabila seseorang mengalami dorongan atau pukulan
yang hebat pada daerah bahu adalah dapat terjadinya cidera. Cedera dapat
berupa: luksasio / subluksasio dari artikulasio humeri, luksasio / subluksasio
dari artikulasio akromio klavikularis, subdeltoid bursitis, strain dari otot-otot atap
bahu atau rotator cuff. (Luksasio = dislokasi)
Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa, jarang ditemukan pada anak-
anak.Klasifikasi dislokasi sendi bahu:
oDislokasi anterior
oDislokasi posterior
oDislokasi inferior atau luksasi erekta
oDislokasi disertai faktur
oCongenital
oTraumatic
Dislokasi sendi bahu dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut:
Ketiak yang cedera, ditekan dengan telapak kaki sementara itu lengan
penderita ditarik sesuai arah kedudukannya. Tariakan itu harus dilakukan
dengan pelan semakin lama semakin kuat. Hal ini untuk menghindarkan rasa
nyeri yang mendadak dan merusak jaringan- jaringan disekitar sendi. Setelah
ditarik dengan kekuatan yang tetap selama beberapa menit, dengan hati-hati
lengan atas di putar keluar (arah menjauhi tubuh). Hal ini sebaiknya dilakukan
dengan siku terlipat.
Kemudian dengan hati- hati merapatkan siku ke tubuh dan akhirnya lipatlah
lengan bawah merapat kedada,lengan digantung dengan mitella ke leher untuk
menjaga agar sendi bahu tidak bergerak- gerak.
1. Cara Stimson
Cara ini mudah dan tidak memerlukan anestesia. Penderita tidur tengkurang
di atas meja, lengan yang cedera dibiarkan tergelantung ke bawah. Lengan
diberi beban seberat 5 – 7 ½ kg. Pada saat otot bahu dalam keadaan relaksasi,
diharapkan terjadi reposisi akibat berat lengan yang tergantung di samping
tempat tidur tersebut. Hal ini dilakukan selama 20 – 25 menit.
1. Cara Hippocrates
Bila cara stimson gagal maka dilakukan cara hippocrates. Penderita tidur
terlentang di atas meja, lengan penderita pada sisi yang sakit ditarik ke distal,
posisi lengan sedikit abduksi. Sementara itu kaki penolong ditekankan ke
aksila untuk mengungkit kaput humerus ke arah lateral dan posterior. Setelah
reposisi, bahu dipertahankan dalam posisi endorotasi dengan penyangga ke
dada selama paling sedikit 3 minggu.
1. Cara Kocher
· Tahap pertama, dalam posisi siku fleksi penolong menarik lengan atas ke
arah distal
· Tahap ketiga, melakukan gerakan adduksi dan fleksi pada sendi bahu
Setelah tereposisi sendi bahu difiksasi dengan dada, dengan verband dan
lengan bawah digantung dengan sling. Immobilisasi cukup 3 minggu. Cara ini
paling sering dilakukan di klinik.
Tempat- tempat Terjadinya Dislokasi dan Tindakan Pertolongannya
1. Dislokasi sendi rahang
Dislokasi sendi rahang terjadi karena:
Mengucap atau tertawa terlalu lebar
Terkena pukulan kertas ketika rahang sedang terbuka
Tindakan pertolongan:
Dislokasi sendi rahang biasanya sangat mudah memperbaikinya. Cukup
dengan mempergunakan ibu jari yang ditekan dibawah rahang tersebut.
Tetapi jangan lupa membalut ibu jari sebelumnya, sebab setelah di
perbaiki rahang itu akan mengatup dengan cepat dan keras sehingga ibu
jari kita akan tergigit dibuatnya.
2. Dislokasi sendi jari
Sendi jari mudah mengalami disloksi bila tidak ditolong dengan segera
sendi tersebut akan akan menjadi kaku. Sendi jari dapat mengalami
dislokasi keaerah telapak atau punggung tangan.
Tindakan pertolongan:
Tarik ujung jari yang cedera dengan tarikan yang cukup kuat tetapi
tidak disentakkan. Sambil menarik, sendi yang terpeleset ditekan
dengan ibu jari dan telunjuk.
3. Dislokasi sendi bahu
Ada beberapa kemungkinan arah dislokasi pada sendi bahu yang cedera.
Tetapi yang sering terjadi adalah dislokasi kedepan yaitu kepala tulang
lengan atas terpeleset kearah dada.
Tanda lain pada dislokasi sendi bahu adalah lengan menjadi kaku dan
siku agak terdorong menjauhi sumbu tubuh. Ujung tulan bahu akan
tampak lebih menonjol keluar sedang dibagian depan tulang bahu
nampak ada cekungan ke dalam.
Tindakan pertolonagan:
Dislokasi sendi bahu dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut:
Ketiak yang cedera, ditekan dengan telapak kaki sementara
itu lengan penderita ditarik sesuai arah kedudukannya. Tariakan itu
harus dilakukan dengan pelan semakin lama semakin kuat. Hal ini
untuk menghindarkan rasa nyeri yang mendadak dan merusak
jaringan- jaringan disekitar sendi. Setelah ditarik dengan kekuatan
yang tetap selama beberapa menit, dengan hati-hati lengan atas di putar
keluar (arah menjauhi tubuh). Hal ini sebaiknya dilakukan dengan siku
terlipat.
Kemudian dengan hati- hati merapatkan siku ke tubuh dan
akhirnya lipatlah lengan bawah merapat kedada,lengan digantung
dengan mitella ke leher untuk menjaga agar sendi bahu tidak bergerak-
gerak.
4. Dislokasi sendi panggul
Dislokasi sendi panggul sering terjadi pada kecelakaan kendara
bermotor, akibat lutut membentur dashboard, paha terdorong
kebelakang dan terlepas dari sendinya.
Tanda- tandanya: lutut terputar kedalam dan paha terkunci mendekati
garis tengah tubuh.