Anda di halaman 1dari 13

LEMBAR KERJA MAHASISWA SISTEM OTOT 1 dan 2

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan Dan Manusia


Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Abdul Gofur, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 6 / Offering I
Endah Retno Atdha Sari (170342615502)
Farida Ariyani (170342615518)
Muhammad Haidar Amrullah (130342615319)
Mega Berliana (170342615550)
Vina Rizkiana (170342615504)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2018
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA
SISTEM OTOT 1

Soal:
1 Pada dasarnya semua gerak pada hewan, mulai dari protozoa sampai pada
vertebrata memiliki persamaan dan menggunakan mekanisme yang sama.
Jelaskan maksudnya!
2 Ada beberapa teori gerak amuboid, namun kesemuanya memiliki persamaan
dasar. Sebutkan persamaan dasar tersebut dan berikan penjelasan!

3 Berikan penjelasan dengan disertai gambar struktur dari silia!

4 Apa perbedaan gerak dasar silia dan flagel? Mengapa silia dan flagel hanya
cocok untuk hewan kecil?

5 Jelaskan protein (kontraktil) yang menyusun otot!

6 Teori kontraksi otot yang diterima pada saat ini adalah teori pergeseran
filament (sliding filament theory)? Jelaskan bagaimana prosesnya!

7 Jelaskan kontraksi sel otot mengikuti fenomena “all or none” sedangkan


kontraksi otot rangka tidak demikian!

8 Jelaskan peranan ATP dan fosfagen dalam kontraksi otot!

Jawab:
1. Gerak pada semua hewan termasuk protozoa tergantung pada suatu mekanisme
dasar, yaitu protein kontraktil yang mampu mengubah bentuknya menjadi
panjang dan pendek. Sistem protein kontraktil yang paling penting adalah system
aktomiosin yang terdiri atas dua macam protein kontraktil aktin dan miosin. Ini
merupakan suatu sistem biomekanik yang hampir universal dijumpai dari
protozoa sampai vertebrata, dengan peran fungsional yang beraneka ragam.
Meskipun sepintas lalu nampak berbeda, tapi semua tipe gerak adalah proses
yang memerlukan energi. Pada proses itu energi kimia yang tersimpan dalam
ATP diubah menjadi energi mekanik protein kontraktil (Soewolo, 2000).
2. Dari ketiga teori gerak amuboid yang dikemukakan, yaitu menurut R.D. Allen,
R.J. Goldacre, dan teori model pergeseran molekul didapatkan persamaan yaitu
bahwa gerak amuboid diawali dengan plasmasol yang ada di tengah-tengah sel
mengalir ke arah gerakan, begitu plasmosol mencapai ujung pseudopodium,
sebagian dari plasmosol berbelok ke sisi kanan dan kiri, dan sebagian ke arah
depan. Plasmasol yang bergerak ke kanan dan kiri kemudian berubah menjadi
plasmagel, sehingga sebagian besar plasmasol terus mengalir ke ujung
pseudopodium membentuk tudung hialin. Aliran plasmasol ini akan terus
berlangsung, sebab di bagian posterior sel terus terjadi perubahan plasmagel
menjadi plasmasol. Pembentukan pseudopodium akan berhenti apabila ujung
depan pseudopodium terbentuk plasmagel (Soewolo, 2000).
3. Silia adalah organel yang relatif kecil, terdapat dalam jumlah besar pada
permukaan sel, misalnya Paramecium caudatum, memiliki silia sekitar 2.500
pada permukaan selnya.

Gambar 1. Potongan melintang suatu silium dengan bagian-bagiannya

silia biasanya sampai 0,2 sampai 0,5 µm. Panjang silia umumnya 10-20 µm. silia
mengandung 9 pasang mikrotubul peripheral dan 2 mikrotubul tunggal sentral
(gambar 1). Semua (9 pasang + 2) mikrotubuli itu disebut aksonema; aksonema
dibungkus oleh suatu membran yang bersambungan dengan sel hewannyapada kira-
kira titik masuknya aksonema ke dalam sel, kedua mikrotubul sentral berakhir pada
semacam lempeng kecil yang terdapat di dalam lingkaran 9 pasang lainnya. juga di
dekat tempat itu kepada masing-masing pasangan dari ke sembilan mikrotubul
ditambah suatu serabut, sehingga dari dasar silia masuk ke arah dalam terdapat
serabut triplet yang tersusun melingkar. Tabung pendek yang terdiri atas 9 triplet
itu disebut kinetosom, dan mempunyai struktur yang sama dengan sentriol
(Soewolo, 2000).
4. Perbedaan utama antara silia dan flagel terletak pada pola geraknya. Suatu flagel
bergerak simetris dengan undulasi mirip dengan gerakan ular, sehingga air didorong
sejajar dengan sumbu memanjang flagel. Sebaliknya, silia bergerak tidak simetris;
gerak yang ke arah satu berlangsung dengan silia dalam keadaan kaku disertai
tenaga kuat dan gerak cepat (kayuhan efektif); ini diikuti oleh gerak balik yang
lambat dengan silia melengkung berawal dari pangkalnya (kayuhan balik),
sehingga kembali pada posisi semula. Air didorong sejajar dengan permukaan yang
bersilia itu. Silia dan flagel hanya cocok untuk hewan kecil karena permukaan silia
paling efektif digunakan untuk berpindah tempat dengan cepat hanya pada hewan
yang amat kecil seperti Protozoa, Rotifera, dan larva yang bersilia (Soewolo,
2000).
5. Protein kontraktil berperan dalam proses gerak. Protein ini memberikan
kemampuan pada sel untuk berkontraksi, bergerak, atau mengubah bentuk. Aktin
yang merupakan serabut yang bergerak dalam myofibril, dan myosin, yang
merupakan serabut stasioner (tetap/tidak berubah) dalam myofibril, adalah protein
utama penyusun otot yang sangat berperan dalam proses gerak. Protein kontraktil
terlibat dalam transportasi nutrisi dalam sel, menyusun genetik, pembelahan sel,
serta koordinasi otot (Soewolo, 2000).
6. Menurut teori pergeseran filament, suatu kontraksi dapat terjadi karena adanya
pergeseran filamen aktin dan miosin. Pergeseran kedua macam filamen tersebut
menyebabkan sarkomer menjadi pendek sehingga jarak antara garis-garis atau pita
menjadi lebih rapat. Karena sarkomer memendek, dengan sendirinya miofibril dari
serat-serat otot menjadi pendek. Dalam keadaan demikian dikatakan otot sedang
berkontraksi. Sekali otot melakukan relaksasi, filamen aktin dan miosin kembali
bergeser ke posisi semula (Soewolo, 2000).
7. Semua sel otot berkontraksi menurut prinsip “all or none”, artinya bila suatu sel
otot diberi stimulus yang cukup kuat (stimulus ambang/minimal atau atas
ambang/supraminimal), maka sel otot akan berkontraksi dengan kekuatan kontraksi
yang penuh, sedangkan stimulus bawah ambang (subminimal) tidak akan
menghasilkan konraksi samasekali. Stimulus bawah ambang dapat menimbulkan
kontraksi apabila diberikan dengan cara penjumlahan (sumasi), artinya beberapa
stimulus bawah ambang bila dikenakan pada otot berkali-kali dengan cepat, maka
otot akan berkontraksi. Prinsip all or none juga berlaku pada kontraksi otot jantung.
Berbeda dengan sel otot, maka kontraksi otot atau jaringan tidak mengikuti prinsip
all or none. Artinya otot akan berkontraksi lebih kuat apabila stimulus yang
mengenainya kuat, dan berkontraksi lebih lemah bila stimulus yang mengenainya
lebih lemah. Kontraksi otot demikian disebut kontraksi bertingkat (grading
contraction), yaitu pada kontraksi otot rangka (Soewolo, 2000).
8. Dalam proses kontraksi otot ATP berfungsi sebagai sumber energi siap pakai.
Energi ATP akan dibebaskan melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim ATP-ase.
Reaksinya sebagai berikut :
ATP-ase
ATP ADP + H3PO4 + energi untuk kontraksi + energi panas ........(1)
Pada proses ini selain energi untuk kontraksi, dihasilkan juga energi panas,
sehingga pada saat terjadi aktivitas otot, suhu tubuh akan meningkat. Selain ATP,
di dalam otot tersimpan senyawa fosfat berenergi tinggi lain yang disebut fosfagen
yang dapat berupa fosfokreatin, fosforilarginin, fosforiltaurosiamin,
fosforilglikosianin, atau fosforilambrisin. Apabila satu dan lain hal persediaan ATP
dalam otot menipis, misalnya pada saat olah raga dalam waktu lama, maka sumber
energi dapat diperoleh dari fosfagen. Fosfagen akan memberikan gugus fosfatnya
kepada ADP untuk resistensi ATP. Sebagai contoh fosfagen, kita ambil
fosfokreatin, reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut :
kreatin fosfokinase
Fosfokreatin + ADP Kreatin + ATP......................(2)

Reaksi (2) ini dapat berlangsung bolak balik, sehingga apabila ATP diproduksi
berlebihan, maka banyak fosfokreatin dihasilkan dan disimpan dalam otot.
Apabila otot bekerja keras dalam waktu lama, mungkin pasok oksigen ke otot
menjadi kurang dan tidak mencukupi untuk oksidasi glukosa secara sempurna. Jika
hal ini terjadi, maka otot akan mendapatkan energinya sebagian besar dari glikolisis
anaerob, dalam keadaan semacam ini dikatakan otot “menghutang” oksigen.
Selama glikolisis, glukosa didegradasi menjadi asam laktat dengan menghasilkan
energi. Perlu diketahui bahwa energi dari dlikolisis ini tidak digunakan oleh otot
secara langsung untuk kontraksi, tetapi digunakan untuk mensintesis kembali
fosfokreatin. Persamaan reaksinya sebagai berikut :

Glukosa asam laktat + energi untuk sintesis fosfokreatin (anaerob).....(3)

Jika otot berkontraksi dalam waktu yang lama, maka dapat terjadi kelelahan. Ini
berkaitan dengan menurunnya jumlah ATP, glikogen, dan fosfokreatin, sedangkan
ADP, AMP dan asam laktat meningkat kadarnya. Dalam keadaan semacam ini ATP
dapat diperoleh dengan mengubah ADP menjadi ATP dengan bantuan miokinase
dan Mg++, dengan reaksinya sebagai berikut :

miokinase

2 ADP ATP + AMP ......................(4)


Mg++
Beberapa ATP-ase otot diaktifkan oleh Ca++, beberapa yang lain diaktifkan oleh
Mg++. ATP-ase pada miosin otot bergaris melintang pada Vertebrata diaktifkan oleh
Ca++ dan dihambat oleh Mg++ pada pH optimum 7,0. ATP-ase lain dalam otot
diaktifkan oleh Mg++ dan mempunyai pH optimum 7,0. Setelah otot berkontraksi
maka 1/5 dari asam laktat yang tertimbun akan dioksidasi menjadi H2O + CO2 dan
energi yang dilepas digunakan mengubah 4/5 asam laktat menjadi glikogen yang
selanjutnya disimpan dalam otot. Reaksinya sebagai berikut :

1/5 Asam laktat = O2 H2O + CO2 + Energi

Asam laktat Glikogen .......(5)


LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA
SISTEM OTOT 2

Soal:
1. a. Jelaskan perbedaan struktur otot polos dan otot lurik!

b. Apa yang dimaksud dengan twich contraction, gelombang sumasi dan


tenatus?

2. a. Prinsip “all or none “ selain dikenal pada pembentukan potensial aksi


sel saraf juga pada kontraksi sel otot. Jelaskan prinsip “all or none”
disertai grafik pada sel otot lurik!

b. Jaringan otot (biasa disebut otot) tidak mengikuti prinsip “all or none”
tetapi mengikuti kontraksi bertingkat. Jelaskan disertai gambar!

3. a. Jelaskan perbedaan struktur otot polos dan otot lurik!

b. Apa yang dimaksud dengan motor unit? Berikan penjelasan!

c. Apa yang dimaksud dengan twich contraction, gelombang sumasi, dan


tenatus?

4. a. Jelaskan perbedaan antara otot rangka, otot polos unit tunggal, otot
polos unit jamakdanototjantung

b. Jelaskan mengapa otot jantung tidak mudah lelah seperti otot rangka!

Jawab:
1.
a. Otot polos memiliki bentuk ujung yang runcing dan juga bentuknya
gelondong, sedangkan Bentuk yang dimiliki oleh otot lurik adalah
memanjang dan silindris. Jumlah inti sel pada otot polos adalah satu,
sedangkan pada otot lurik memiliki banyak inti sel Untuk letak inti sel, otot
polos memiliki inti sel yang intinya di tengah sel, sedangkan otot lurik
memiliki inti sel yang letaknya di tepi. Sistem kerja pada otot polos adalah
secara tidak sadar, sedangkan pada otot lurik bekerja secara sadar.Juga
Reaksi terhadap gerakan pada otot polos ini lambat, sedangkan reaksi
gerakan terhadap gerakan pada otot lurik ini cepat. Dalam Gerakannya, otot
polos ini tidak cepat lelah, sedangkan otot lurik tidak lelah. Dan otot polos
ini letaknya pada sistem organ, sedangkan otot lurik terletak melekat pada
rangka. Penjelasan diatas, dapat dilihat di tabel berikut, agar memudahkan
kita dalam membedakan antar keduanya.

No. Perbedaan dari hal Otot polos Otot lurik


1. Bentuk Ujung runcing, gelendong Memanjang dan silindris
Jumlah inti sel Satu Banyak
Letak inti sel Ditengah Di teoi
Sistem kerja Tidak sadar Sadar (dibawah kendali diri)
Reaksi terhadap gerakan Lambat Cepat
Gerakan Tidak cepat lelah Tidak lelah
Letak Pada sistem organ Melekat pada rangka

b.
 Kontraksi tunggal (single contraction= twitch contraction) adalah satu
bentuk kontraksi otot akibat dari satu stimulus yang dikenakan pada otot.
Kurva kontraksi tunggal berbentuk kurva normal yg terdiri dari periode
kontraksi dan periode relaksasi. Bila stimulus kedua diberikan pada otot
setelah otot relaksasi, maka akan terjadi kontraksi tunggal kedua.
 Gelombang sumasi yaitu apabila stimulus diberikan pada saat otot belum
mencapai relaksasi penuh, maka akan terjadi kontraksi tambahan pada
puncak kontraksi tunggal pertama. Dua kontraksi tunggal yang dihasilkan
akibat dari dua stimulus yang diberikan sangat berdekatan, akan
menghasilkan tegangan yang kuat pada otot.
 Tetanus terjadi apabila suatu sel otot diberi stimulus dengan sangat cepat
sehingga tidak ada kesempatan otot untuk relaksasi di antara dua stimuli,
maka sel otot akan berkontraksi terus menerus dengan kekuatan maksimum
((Soewolo, 2000); (Grazi Pozzati, 2010)).
2.
a. Semua sel otot berkontraksi menurut prinsip “all or none” yang artinya bila
suatu sel otot diberi stimulus yang cukup kuat maka sel otot akan berkontraksi
dengan kekuatan kontraksi yang penuh, sedangkan stimulus bawah ambang
tidak akan menghasilkan kontraksi sama sekali. Stimulus bawah ambang
dapat menimbulkan kontraksi apabila diberikan dengan cara penjumlahan
(sumasi), artinya beberapa stimulus bawah ambang bila dikenakan pada otot
berkali-kali dengan cepat, maka otot akan berkontraksi (Soewolo, 2000).

b. Berbeda dengan sel otot, maka kontraksi otot atau jaringan otot tidak
mengikuti prinsip all or none. Artinya otot akan berkontraksi lebih kuat
apabila stimulus yang mengenainya kuat, dan berkontraksi lebih lemah bila
stimulus yang mengenainya lebih lemah. Setiap jaringan otot disarafi oleh
beberapa saraf motoric yang akan bercabang-cabang menjadi kurang lebih
serratus cabang kecil-kecil dan akan berakhir pada satu sel otot. Ujung saraf
yang melekat pada sel otot dikenal dengan nama motor end plate atau
myoneural junction. Jadi satu serabut saraf motor akan sensarafi kurang lebih
100 sel otot. Satu serabut saraf motor tunggal, bersama-sama dengan sel-sel
otot yang disarafi disebut unit motor. Bila suatu saraf motor diaktifkan, maka
semua sel-sel otot yang disarafi akan berkontraksi secara simultan. Makin
banyak saraf motor yang diaktifkan, maka makin banyak sel-sel otot yang
berkontraksi. Dengan kata lain, bahwa makin kuat stimulus yang mengenai
saraf motor, maka makin banyak unit motor yang diaktifkan, sehingga otot
akan berkontraksi semakin kuat. Kontraksi otot demikian disebut kontraksi
bertingkat atau grading contraction (Soewolo, 2000).
3.
a. Otot rangka tersusun atas sel-sel panjang tidak bercabang, disebut serabut
otot (muscle fiber). Serabut-serabut ini merupakan sel-sel berinti banyak
(multinuklei) yang terletak pada bagian pinggir (perifer) sel. Sel-sel otot
terbentuk sejak perkembangan embrionik melalui fusi dari banyak sel-sel
kecil yang membentuk sinsitium. Apabila dilihat dengan mikroskop cahaya,
serabut otot nampak bergaris-garis melintang. Sel otot polos bila dilihat di
bawah mikroskop cahaya tidak menunjukkan adanya garis-garis melintang.
Sel otot polos berbentuk seperti gelendong dengan satu inti terletak di tengah
sel memiliki penampang antara 2-10nm, sedangkan panjangnya 50-200nm
(penampang otot rangka dapat mencapai 20 kali otot polos dan panjangnya
bisa ribuan kali otot polos).
b. Setiap jaringan otot disarafi oleh beberapa saraf motor. Setiap serabut saraf
motor tunggal akan bercabang-cabang menjadi kurang lebih 100 cabang
kecil-kecil. Masing-masing cabang kecil ini akan berakhir pada satu sel otot.
Ujung saraf yang melekat pada sel otot ini dikenal dengan nama motor end
plate atau myoneural junction. Jadi satu serabut saraf motor akan mensarafi
kurang lebih 100 sel otot. Satu serabut saraf motor tunggal, bersama-sama
dengan sel-sel otot yang disarafi disebut unit motor/motor unit.
c. Kontraksi tunggal (single contraction= twitch contraction) adalah satu bentuk
kontraksi otot akibat dari satu stimulus yang dikenakan pada otot. Kurva
kontraksi tunggal berbentuk kurva normal yg terdiri dari periode kontraksi
dan periode relaksasi. Bila stimulus kedua diberikan pada otot setelah otot
relaksasi, maka akan terjadi kontraksi tunggal kedua. - Gelombang sumasi
yaitu apabila stimulus diberikan pada saat otot belum mencapai relaksasi
penuh, maka akan terjadi kontraksi tambahan pada puncak kontraksi tunggal
pertama. Dua kontraksi tunggal yang dihasilkan akibat dari dua stimulus yang
diberikan sangat berdekatan, akan menghasilkan tegangan yang kuat pada
otot. - Tetanus terjadi apabila suatu sel otot diberi stimulus dengan sangat
cepat sehingga tidak ada kesempatan otot untuk relaksasi di antara dua
stimuli, maka sel otot akan berkontraksi terus menerus dengan kekuatan
maksimum (Soewolo, 2000).
4.
a. Otot Rangka (Sceletal Muscle) Otot rangka tersusun atas sel-sel panjang
bentuk serabut tidak bercabang yang disebut dengan muscle fiber (serabut
otot = sel otot) yang juga terkait dengan sedikit bahan lain yaitu jaringan
ikat, pembuluh darah dan saraf. Struktur serabut otot tunggal memiliki
beberapa nukleus yang terletak di tepi mengelilingi serabut otot mendekati
membran plasma. Serabut otot berkembang dari sel yang belum matang
dengan multinukleus yang disebut myoblast. Multinukleus dihasilkan dari
fusi dari sel prekursor myoblast. Myoblast akan berubah menjadi serabut
otot sebagai suatu protein kontraktil yang terakumulasi dalam sitoplasma.
Setelah itu akan diikuti dengan inervasi pertumbuhan sel saraf dalam
perkembangan lanjut serabut otot.
Otot polos unit jamak Otot polos berdasarkan aktivitasnya dibedakan
menjadi dua yaitu otot polos unit tunggal (single unit) dan otot polos unit
jamak (multiple unit). Otot polos Multiple Unit merupakan otot polos yang
memiliki sifat gabungan antara otot lurik dan otot polos single unit. Otot
polos multiple unit memiliki unit-unit yg terpisah dan mirip seperti unit
motor otot lurik/skeletal sehingga memiliki sifat neurogenik. Akan tetapi
berbeda dengan otot skeletal respon kontraktil pada otot polos multiple unit
adalah potensial depolarisasi bertingkat. Kekuatan kontraksi tidak hanya
dipengaruhi oleh jumlah unit yang terstimulasi dan kecepatan stimulasi,
tetapi juga oleh hormon dan obat yang bersirkulasi. Contoh tempat yang
banyak mengandung otot polos multiple unit yaitu dinding pembuluh darah
besar, otot lensa, otot iris, saluran udara besar paru, dan otot folikel rambut.
Otot polos unit tunggal Otot polos single unit juga disebut dengan otot polos
visceral. Disebut sebagai otot polos unit tunggal karena serabut otot polos
menjadi aktif dan berkontraksi secara serempak sebagai suatu unit tunggal.
Otot polos unit tunggal mempunyai sistem electrical junction/unit
kelistrikan dan mekanik sebagai suatu unit yang dikenal sebagai sinsitium
fungsional. Otot polos unit tunggal mampu membangkitkan stimulus pada
selnya sendiri tanpa stimulus melalui saraf self excitable. Sel otot polos unit
tunggal juga tidak memiliki potensial istirahat yang konstan dan fluktuasi
potensial membrannya tanpa pengaruh eksternal sama sekali. Depolarisasi
spontan pada otot polos unit tunggal akibat adanya pacemaker dan potensial
gelombang lambat (slow-wave potentials). Kemampuan otot polos unit
tunggal untuk berkontraksi tanpa stimulus dari saraf disebut sebagai
aktivitas miogenik.
Otot Jantung Otot jantung merupakan jaringan otot lurik seperti otot rangka,
tetapi mengandung satu nukleus yang berada di tengah sel. Sel yang
berbatasan tergabung bersama dengan perlekatan khusus yang disebut
diskus interkalaris, yang merupakan gap junctions dengan peran melalukan
potensial melintasi sel satu ke sel lainnya. Sel otot jantung memiliki sifat
autoritmik dan bagian tertentu dari jantung bertindak sebagai pacemaker.
Potensial aksi otot jantung hampir sama dengan potensial aksi di saraf dan
otot rangka, tetapi memiliki durasi periode refraktori cukup panjang.
Depolarisasi dari otot jantung dihasilkan dari influx Na+ dan Ca2+ melintasi
membran plasma. Regulasi dari kontraksi otot jantung oleh Ca 2+ mirip
dengan kejadian pada kerja otot rangka. Otot jantung memiliki sifat
gabungan otot skeletal dan otot polos dengan ciri khusus seperti sebelumnya
yaitu memiliki electrical junction (diskus interkalaris), memiliki tubulus T
lebih luas dari otot skeletal, self excitable (saraf otonom).
b. Karena pada otot jantung bekerja diluar kesadaran manusia dan pada otot
jantung juga mempunyai kelimpahan mitokondria. Mitokondria adalah
pembangkit bahan bakar untuk sel. Mereka mengambil nutrisi dan
menghasilkan adenosine triphosphate, atau ATP, yang merupakan sumber
energi kimia untuk otot (Soewolo, 2000).
DAFTAR RUJUKAN
Grazi, E., & Pozzati, S. (2010). Skeletal Muscle Contraction. The thorough
definition of the contractile event requires both load acceleration and load
mass to be known. Theoretical Biology and Medical Modelling, 7(1), 24.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: DIKTI.

Anda mungkin juga menyukai