Penerapan Nasionalisme Terhadap Negara, Berkaitan Dengan Penerapan Revolusi Mental
Penerapan Nasionalisme Terhadap Negara, Berkaitan Dengan Penerapan Revolusi Mental
Pengertian Nasionalisme
1
Apa yang mau dibidik oleh ‘Revolusi Mental’ adalah transformasi etos, yaitu
perubahan mendasar dalam mentalitas (lihat butir 4 untuk pengertian ini), cara
berpikir, cara merasa dan cara mempercayai, yang semuanya menjelma dalam
perilaku dan tindakan sehari-hari. Etos ini menyangkut semua bidang kehidupan
mulai dari ekonomi, politik, sains-teknologi, seni, agama, dsb. Begitu rupa,
sehingga mentalitas bangsa (yang terungkap dalam praktik/kebiasaan seharihari)
lambat-laun berubah. Pengorganisasian, rumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan diarahkan untuk proses transformasi itu.
Di satu pihak, pendidikan lewat sekolah merupakan lokus untuk memulai revolusi
mental. Di lain pihak, kita tentu tidak mungkin membongkar seluruh sistem
pendidikan yang ada. Meski demikian, revolusi mental dapat dimasukkan ke
dalam strategi pendidikan di sekolah. Langkah operasionalnya ditempuh melalui
siasat kebudayaan membentuk etos warga negara (citizenship).
Maka, sejak dini anak-anak sekolah perlu mengalami proses pedagogis yang
membuat etos warga negara ini ‘menubuh’. Mengapa? Karena landasan
kebangsaan Indonesia adalah kewarganegaraan. Indonesia tidak berdiri dan
didirikan di atas prinsip kesukuan, keagamaan atau budaya tertentu.
Karena itu, pendidikan kewarganegaraan perlu diperkenalkan kepada siswa mulai
dari usia dini. Dalam menjalankan Revolusi Mental, pendidikan kewarganegaraan
merupakan tuntutan yang tidak dapat diganti misalnya dengan pelajaran agama.
Sebaliknya, pelajaran agama membantu pendidikan kewarganegaraan.
2
Dan supaya pendidikan karakter itu dibangun dengan baik, diperlukan adanya
revolusi mental. Mental manusia Indonesia harus diubah dengan pendidikan
karakter.
Sejatinya, pendidikan merupakan sarana pembentuk karakter bangsa.
Mengapa? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pendidikan diartikan
sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Sedangkan, Karakter artinya cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan Negara. Jadi, pendidikan berkarakter adalah pendidikan
nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang
bertujuan mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan
keputusan baik-buruk, keteladanan, memelihara apa yang baik dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sarana yang
penting dalam pembentukan karakter setiap warga dalam suatu bangsa. Peranan
pendidikan akan dapat mempengaruhi kokohnya keimanan dan secara tidak
langsung juga moralitas dan karakter bangsa. Fakta historis telah menunjukkan
bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia dimulai secara nyata dari adanya
kecerdasan. Kecerdasan dapat berfungsi setelah disentuh oleh pendidikan dan para
penyentuhnya adalah para guru di sekolah. Kecerdasan adalah asset utama untuk
melestarikan bangsa itu sendiri. Apapun yang dimiliki oleh suatu bangsa tak akan
berarti bila pengelolaannya tidak dilandasi oleh kecerdasan. Akhirnya dengan
sedikit spirit kecerdasan yang kita miliki mari sekali lagi kita mengucapkan
proficiat buat bapak/ibu guru yang adalah pahlawan tanpa tanda jasa.
Bahwa karena rasa cinta yang amat mendalam terhadap bangsa dan
negara, api patriotisme dan Nasionalisme harus dinyalakan dalam tungku
pendidikan. Kerelaan dan kesadaran untuk berbuat sesuatu yang baik bagi bangsa
dan tanah air berarti kita turut mengekspresikan kecintaan pada Republik
Indonesia serta menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dan negara Indonesia
sebagaimana termaktub dalam pancasila dan UUD 1945 agar tetap bermegah di
3
mata dunia dan sekitarnya. Dengan demikian, Thomas Hobbes (sang filsuf)
meyakinkan kita bahwa sifat-sifat manusia seperti persaingan, malu-malu dan
kemegahan selalu ada dalam watak manusia sehingga apabila tidak diwaspadai
akan terjadi “Bellum omnium contra omnes”, perang semua melawan semua dan
pada saat itu manusia akan tampil sebagai “homo homini lupus”, manusia menjadi
serigala bagi sesamanya manusia. Manusia yang tidak memiliki daya saing akan
berusaha menghancurkan manusia yang sangat kompetitif dengan segala macam
cara
Lantas apa yang diharapkan dari pendidikan zaman ini? Dunia
berkembang sangat kompleks. Teknologi menjadi pemacu utama yang membuat
orang kaget setiap waktu. Situasi dan suasana yang serba baru selalu bermunculan
setiap saat. Maka pengaruh kemajuan teknologi membuat manusia kewalahan
dalam mempertahaankan hal-hal yang baik. Dalam situasi demikian, kemajuan
zaman yang begitu cepat menantang sekaligus menuntut tanggung jawab atas
dunia pendidikan kita. Tantangan kemajuan zaman akhirnya menghadirkan sikap
mental instant dan jalan pintas untuk mencapai kualitas atau kesuksesan tanpa
proses. Prinsip klasik :”berjuang sekuat tenaga dulu baru dapatkan hasil yang
baik” gugur. Orang harap gampang tanpa proses, serba instant itu yang bertumbuh
subur, wajah pendidikan makin suram. Maka yang menjadi harapan kita adalah
penataan dunia pendidikan yang lebih baik karena dunia pendidikanlah yang
menjadi oven pemanusiaan manusia. Tugas dan tanggung jawab lembaga-
lembaga pendidikan adalah janganlah mereduksi misi pemanusiaan manusia
hanya sebatas penataan intelek/otak saja, tetapi perlu pendidikan budi pekerti,
pembentukan mental, pembinaan iman, opus manuela serta pendidikan watak
yang sejalan sehingga out put dari dunia pendidikan tetap menghasilkan insan-
insan pecinta kebenaran yang berkepribadian utuh tanpa pincang. Revolusi mental
adalah solusi yang terbaik untuk Indonesia.
Dalam bidang yang lain, yaitu bidang ekonomi, revolusi mental akan
membangun kesadaran agar kita dapat menghargai ciptaan dan produk dalam
negeri. Selama ini, kita kerap menganggap produk yang datang dari luar negeri
sebagai yang paling baik. Ini merupakan masalah serius. Kita mestinya lebih
percaya terhadap kreativitas dalam negeri.
4
Sedangkan dalam bidang politik, revolusi mental akan mendorong seluruh
elemen membangun sistem politik-hukum yang sesuai dengan konteks sosial-
budaya. Selama ini, pemerintah dengan mudah mengadopsi sistem yang datang
dari luar sembari mengabaikan khazanah pemikiran yang tumbuh dan
berkembang di antara para ilmuan.
Jadi, untuk menjadi negara yang kuat, berkepribadian dan bermartabat dan
berbudaya tinggi, diperlukan revolusi mental yang benar-benar harus diterapkan
sebagai bentuk nasionalisme terhadap Negara Republik Indonesia.
Daftar Pustaka
http://nasional.kompas.com/read/2014/08/27/14432651/Pengamat.Nilai.Revolusi.
Mental.Jokowi.Perlu.Segera.Diterapkan
http://www.mirifica.net/2014/10/31/geliat-study-tour-di-negara-singapura-
revolusi-mental-pendidikan-karakter-pemanusiaan-manusia/