Evolusi fisik: diawali dengan terjadinya ledakan besar (big bang). Alam semesta terbentuk sekitar 14.000 juta tahun yang lalu. Segalanya berawal ketika energy dibebaskan dari keadaan vakum. Energi mengalami proses pengembangan dan pendinginan. Hasilnya, energy ini berubah menjadi materi. Albert Einstein menemukan bahwa energy dapat diubah menjadi materi dan sebaliknya. Pada awal keberadaan alam semesta, energy dari vakum diubah menjadi materi dan semua materi tersebut terionisasi. Kemudian, planet-planet batuan (seperti Bumi) terbentuk dan muncullah kehidupan. Evolusi kimia: Proton, neutron dan electron terbentuk pada menit-menit pertama keberadaan alam semesta. Kemudian mereka membentuk atom-atom sederhana seperti H dan He. Sisa dari unsur-unsur terbentuk di dalam bintang melalui reaksi termonuklir. Atom-atom berat, seperti uranium, terjadi ketika bintang meledak dan melontarkan partikel-partikel, yang ketika bertumbukan membentuk unsur-unsur baru. Ribuan juta tahun setelah terjadinya Big Bang, ketika unsur-unsur selain hydrogen dan helium terbentuk melalui proses evolusi bintang. Planet bumi terbentuk pada saat suhunya sekita 4 ribu hingga 80 ribu derajat celcius dan pada saat mulai mendingin, senyawa karbon beserta senyawa logam mengembun membentuk inti bumi. Pada saat itu, kondisi atmosfer bumi juga berbeda dengan kondisi saat ini. Gas-gas ringan seperti hydrogen , nitrogen, oksigen, helium, dan argon lepas meninggalkan bumi karena gaya gravitasi bumi tidak mampu menahannya.di atmosfer juga terbentuk senyawa-senyawa sederhana yang mengandung unsur-unsur tersebut seperti uap air, ammonia, metana dan karbondioksida. Menurut Harold Urey, asal usul kehidupan dimulai dari adanya reaksi-reaksi kimia antara zat-zat anorganik seperti CH4, H2, NH3, dan H2O yang sangat banyak terdapat di atmosfer purba dengan bantuan energy tinggi dari halilintar dan sinar kosmis sehingga terbentuklah zat organik sederhana yang selanjutnya zat sederhana tersebut saling berinteraksi membentuk zat organik kompleks. Pendapat yang dikemukakan oleh Urey kemudian dibuktikan oleh Stanley Miller. Miller memasukkan gas hydrogen, metana, ammonia dan air kedalam suatu alat kemudian dipanaskan selama satu minggu sehingga gas-gas tersebut bercampur. Kemudian alat tersebut dialiri dengan listrik bertegangan tinggi yang menyebabkan gas-gas di dalam alat tersebut bereaksi membentuk suatu zat baru dan perangkat alat tersebut didinginkan agae gas-gas hasil reaksi tersebut mengembun. Hasil dari eksperimennya membuktikan bahwa air yang tertampung di dalam perangkat mengandung senyawa organik sederhana seperti asam amino, adenine dan gula sederhana seperti ribose. Eksperimen Miller dapat memberikan petunjuk bahwa satuan-satuan kompleks di dalam system kehidupan seperti lipid, karbohidrat, asam amino, protein, nukleotida dan lain-lain dapat terbentuk dalam kondisi abiotic. Senyawa organik yang terbentuk terjadi secara bertahap yang pada akhirnya membentuk senyawa-senyawa yang merupakan komponen sel. Evolusi biologi: pada awalnya, materi genetic pertama dan enzim pertama kemungkinan berupa RNA. Gen pertama berupa RNA rantai pendek yang dapat bereplikasi sendiri tanpa bantuan protein. Proses replikasi RNA dapat terjadi dengan bantuan molekul RNA yang berfungsi sebagai katalis. Para ilmuwan telah menemukan RNA yang disebut ribozim dan dapat berfungsi mirip katalis. Selanjutnya, terjadi kerja sama antarmolekul yang menyebabkan terjadinya translasi primitif dari gen RNA sederhana menjadi polipeptida. Translasi ini tidak menggunakan ribosom atau RNA. Kumpulan molekul tersebut akan terkumpul ke dalam bulatan membran mikroskopis yang terbuat dari fosfolipid. Bentuk kumpulan molekul dalam membran tersebut dikenal dengan protobion. Adanya kerja sama antarmolekul memberikan kemampuan pada protobion untuk bereplikasi dan melakukan metabolisme primitif. Protobion berkembang menjadi bentuk kompleks yang mengandung DNA dan dapat menggunakan banyak bahan mentah dari lingkungan. Secara berangsur-angsur protobion digantikan organisme yang dapat membuat molekul yang dibutuhkannya sendiri (autotrof) dengan bantuan cahaya matahari (fotoautotrof) atau molekul berenergi tinggi dari lingkungannya (kemoautotrof). Adanya autotrof memicu munculnya makhluk hidup yang dapat memanfaatkan produk autotrof, misalnya heterotrof, atau merupakan autotrof juga. Autotrof dan heterotrof yang bergantung pada makhluk hidup ini merupakan prokariot pertama. Kemudian prokariot membentuk eukariot dan selanjutnya eukariot membentuk ganggang, jamur, hewan dan tumbuhan.