Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002: 52) analisis adalah penguraian suatu
pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian
untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Sedangkan menurut
Syahrul dan Muhammad Nizar (2000: 48) analisis adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi
dari pos-pos atau ayat ayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasan-alasan yang
memungkinkan tentang perbedaan yang muncul.
Dari defenisi-defenisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa analisis adalah kegiatan
menguraikan suatu pokok menjadi bagian-bagian atau komponen sehingga dapat diketahui ciri
atau tanda tiap bagian, kemudian hubungan satu sama lain serta fungsi masing-masing bagian
dari keseluruhan.
Menurut Ismail (2005:21) pengertian dari analisis break even adalah alat analisis
keuangan yang dihitung dengan cara menyamakan total cost (fixed cost ditambah variable cost)
dengan total revenue (harga jual dikalikan kuatitas barang yang terjual).
Sedangkan menurut Syahrul dan Muhammad Nizar (2000:113) analisis break even
diartikan sebagai: teknik analisa yang digunakan untuk menentukan kuantitas output atau
penjualan yang menghasilkan tingkat pendapatan sebelum bunga dan pajak (earnings before
interest and taxes) sebesar nol.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa analisis break even
merupakan suatu teknik untuk menentukan tingkat penjualan dimana biaya total sama dengan
penerimaan (keuntungan sama dengan nol).
Break even dihitung dalam jumlah unit maupun rupiah, pada titik break even perusahaan
berada dalam keadaan tidak rugi dan tidak untung, penjualan dalam unit yang lebih besar dari
break even akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Hubungan antara struktur biaya
perusahaan, dan volume output dikaji dalam analisis ini atau merupakan cabang dari analisis
biaya-volume-keuntungan (cost-volume-profit analysis) yang menentukan titik impas.
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi
tersebut adalah:
Seluruh jenis biaya dibagi dalam golongan biaya variabel dan biaya tetap
Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proposionil dengan volume
produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya berubah-ubah karena
adanya perubahan volume kegiatan.
Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume
produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya adalah tetap sama
Harga jual tidak berubah selama periode yang dianalisa.
Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila memproduksi lebih dari
satu jenis produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing
produk/sales mix adalah tetap konstan
Ada banyak kegunaan analisis break even. Beberapa diantaranya yang cukup penting
diikhtisarkan di bawah ini:
Contoh kasus:
Suatu perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesar Rp300.000.OO. Biaya variabel per unit
Rp40,00. Harga jual per unit Rpl00,00. Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit.
Perhitungan break-even point dapat dilakukan dengan cara “trial and error” (serba coba-
coba) atau dengan menggunakan rumus-rumus aljabar.
Perhitungan Break-Even Point dengan Cara “Trial and Error”
Perhitungan break-even point dapat dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan
menghitung keuntungan operasi dan suatu volume produksi/penjualan tertentu. Apabila
perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume penjualan/produksi yang
lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu, perusahaan menderita
kerugian maka kita mengambil volume penjualan/produksi yang lebih besar, Demikian
dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan/produksi di mana penghasilan penjualan
tepat sama dengan besarnya biaya total.
Misalkan dari contoh kasus di atas diambil volume produksi 6.000 unit. Dengan volume
produksi 6.000 unit maka dapat dihitung keuntungan operasi sebagai berikut:
Pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti
bahwa break-even pointnya terletak di bawah 6.000 unit. Misalkan diambil 4.000 unit, dan hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Pada volume 4.000 unit ternyata diderita kerugian sebesar Rp60.000,00. Ini beranti
bahwa break-even pointnya lebih besar dan 4.000 unit. Misalkan kita ambil 5.000 unit, dan hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Ternyata pada volume produksi penjualan 5.000 unit tercapai break-even point yaitu yang di
mana keuntungan netonya sama dengan nol.
Perhitungan Break-Even Point dengan Menggunakan Rumus Aljabar
Perhitungan break-even point dengan menggunakan rumus aijabar dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu:
a) Perhitungan break-even point atas dasar unit dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 (𝑄) =
𝑃−𝑉
dimana
FC = biaya tetap
Dari contoh kasus di atas dapat dihitung secara Iangsung dalam unit dengan menggunakan rumus
tersebut di atas dan hasilnya adalah sebagai berikut.
𝑅𝑝. 300.000,00
𝐵𝐸𝑃 = = 5.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝. 100,00 − 𝑅𝑝. 40,00
b) Perhitungan break-even point atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus aljabar sebagai berikut:
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 =
𝑉𝐶
1− 𝑆
di mana:
FC = biaya tetap
VC = biaya variabel
S = volume penjualan.
Dari contoh 22.1. di muka, Sales pada break-even dinyatakan dalam rupiah dapat dihitung
dengan menggunakan rumus tersebut sebagai berikut:
𝑅𝑝. 300.000,00
𝐵𝐸𝑃 = = 𝑅𝑝. 500.000,00
𝑅𝑝. 400.000,00
1 − 𝑅𝑝. 1.000.000,00
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa volume penjualan pada break-even dinyatakan
dalam rupiah adalah sebesar Rp500.000,00. Apabila volume penjualan tersebut dibagi dengan
harga jual per unit, hasilnya menunjukkan break-even point dalam unit yaitu:
𝑅𝑝. 500.000,00
= = 5.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝. 100,00
Analisis break-even mempunyai beberapa batasan. Batasan tersebut berupa asumsi yang
mendasari model analisis tersebut. Analisis itu akan berguna apabila beberapa asumsi dasar
dipenuhi. Asumsi – asumsi tersebut adalah:
Harga jual dan biaya variable per unit konstan. Asumsi ini sering disebut dengan
asumsi linieritas. Dalam praktik, fungsi pendapatan dan biaya cenderung bersifat nonlinier
seperti tampak pada gambar.
Ket: Q1 = break-even point yang rendah
Q2 = profit maksimum
Komposisi biaya operasi, asumsi lain dari analisis peluang pokok adalah bahwa biaya
dapat diklasifikasikan ke dalam biaya tetap dan biaya variable. Dalam kenyataannya biaya tetap
dan biaya variable saling tergantung satu sama lain dalam range tertentu dan jangka waktu
tertentu.
Ketidakpastian, asumsi dalam analisis adalah bahwa biaya variable per unit, harga jual
dan biaya tetap dapat diketahui dengan pasti untuk setiap output. Dalam kenyataannya factor –
factor tersebut adalah penuh ketidapastian (uncertainty). Selain itu, analisis peluang pokok hanya
relevan untuk perencanaan jangka pendek, beberapa biaya seperti biaya penelitian dan
pengembangan baru akan dirasakan manfatnya dalam jangka panjang.
Soal Latihan
1. Untuk memproduksi suatu barang sebuah perusahaan mengeluarkan biaya tetap sebesar
Rp.42.000,00 per bulan dengan biaya variabel sebesar Rp.400,00 per unit. Harga jual
produk sebesar Rp.600,00 per unit. Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit.
Ditanyakan: