Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia melakukan biosintesis purin dan pirimidin dalam asam nukleat
jaringan tubuh. ATP, NAD+, koenzim A dan lain-lain dari senyawa antara
amfibolik. Namun demikian senyawa analog purin dan pirimidin yang disuntikan,
termasuk obat-obat yang potensial sebagai preparat anti kanker. Dapat disatukan
kedalam DNA. Biosintesis purin serta pirimidin oksi dan deoksiribonukleotida
(NTP dan dNTP), merupakan peristiwa yang diatur secara akurat serta
dikoordinasikan lewat mekanisme umpan balik yang menjamin produksi senyawa
ini dengan kuantitas yang tepat kadang-kadang disesuaikan menurut berbagai
kebutuhan fisiologik (misalnya pembelahan sel).
Purina dan pirimidina yang terdapat dalam tumbuhan dapat dibahas menjadi
empat bagian. Yang pertama, basa dari asam nukleat yang sudah amat dikenal:
purina, adenine, dan guanine, serta pirimidina, sitosina, urasil (hanya dalam
RNA), timina (habya dalam DNA). Kesemuannya lazim terdapat dalam jaringan
hidup, kelima basa tersebut, selain ditemukan dengan struktur asam nukleat, juga
sedikit-dikitnya terdapat dalam jumlah yang terikat didalam senyawa berbobot
molekul rendah dalam tumbuhan. Setiap basa dapat terikat dengan gula ribose
atau deoksiribosa (sebagai nukleosida) yang sesuai. Tau dengan gula dan fosfat
(sebagai nukleotida). Nukleotida tertentu seperti adenosine trifosfat (ATP)
berfungsi sangat penting dalam metabolisme utama. Yang lainnya, seperti uridin
difosfat glukosa (UDPG) terlibat dalam metabolisme karbohidrat.

1 KELOMPOK 14
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ditarik pada makalah ini, antara lain:
1. Jelaskan kimia dan penyebaran, cara yang dianjurkan serta biosintesis
mengenai Purina, Pirimidina dan Sitokinin?
2. Jelaskan kimia dan penyebaran, cara yang dianjurkan serta biosintesis
mengenai klorofi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini, antara lain:
1. Menjelaskan kimia dan penyebaran, cara yang dianjurkan serta biosintesis
mengenai Purina, Pirimidina dan Sitokinin.
2. Menjelaskan kimia dan penyebaran, cara yang dianjurkan serta biosintesis
mengenai klorofi!

2 KELOMPOK 14
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Purina, Pirimidina dan Sitokinin


A. Kimia dan Penyebaran
Purin dan Pirimidin merupakan komponen utama DNA, RNA,
koenzim (NAD, NADP, ATP, UDPG). Inti purin dan pirimidin adalah inti
dari senyawa komponen molekul nukleotida asam nukleat RNA dan DNA.
Contoh Pirimidin: (sitosin, urasil, timin) → dimetabolisme jadi CO2 dan
NH3. Sedangkan contoh Purin adalah Adenin dan Guanin. Purin dan
Pirimidin merupakan unsur yang nonesensial secara dietetik artinya manusia
dapat mensintesis nukleotida secara denovo (dari senyawa intermediet
anfibolik), meskipun tidak mengkonsumsi asam nukleat.
Purina dan pirimidina yang terdapat dalam tumbuhan dapat dibahas
menjadi empat bagian. Yang pertama, basa dari asam nukleat yang sudah
amat dikenal: purina, adenine, dan guanine, serta pirimidina, sitosina, urasil
(hanya dalam RNA), timina (habya dalam DNA). Kesemuannya lazim
terdapat dalam jaringan hidup, kelima basa tersebut, selain ditemukan
dengan struktur asam nukleat, juga sedikit-dikitnya terdapat dalam jumlah
yang terikat didalam senyawa berbobot molekul rendah dalam tumbuhan.
Setiap basa dapat terikat dengan gula ribose atau deoksiribosa (sebagai
nukleosida) yang sesuai. Tau dengan gula dan fosfat (sebagai nukleotida).
Nukleotida tertentu seperti adenosine trifosfat (ATP) berfungsi sangat
penting dalam metabolisme utama. Yang lainnya, seperti uridin difosfat
glukosa (UDPG) terlibat dalam metabolisme karbohidrat.
Yang kedua basa tak umum dalam tumbuhan , yang strukturnya
sangat mirip basa asam nukleat. Basa ini terikat dalam asam nukleat, seperti
juga 5-metilsitosina, dalam DNA kecambah gandum, atau terdapat dalam
senyawa berbobot molekul rendah. Contoh yang terakhir ini adalah dua
glikosida pirimidina, yaitu visina dan konvisina yang ditemukan dalam biji
kacang-kacangan tertentu dari marga Vicia dan Pisum. Contoh lain, asam

3 KELOMPOK 14
amino nonprotein latirina, yang bercincin pirimidil dalam strukturnya dan
yang terdapat juga dalam kacang-kacangan, dalam biji Lathyrus.
Golongan basa ketika yang penting dalam tumbuhan ialah purina
termetisasi, misalnya teobromina dan kafein yang sangat berharga sebagai
stimulant. Senyawa tersebut terdapat dalam dalam konsentrasi tinggi dalam
the, kopi, dan coklat, tetapi juga ditemukan dalam jumlah sesepora sebagai
kandungan sejumlah tumbuhan lain.
Golongan keempat, juga purina, tersulih pada enam tempat, dan
secara keseluruhan dikenal sebagai sitokinin. Senyawa ini meliputi
segolongan pengatur-tumbuh yang penting dan terutama berperan untuk
memulai pembelahan sel selama pertumbuhan.

Rumus purina dan dan pirimidina tumbuhan

4 KELOMPOK 14
Sitokinin pertama adalah kinetin (6-furfurilaminopurina) yang
sesungguhnya merupakan hasil urai sediaan asam nukleat hewan yang
ditemukan selama telaah biakan jaringan tumbuhan (Miller dkk., 1956).
Selanjutnya, sitokinin yang terdapat dalam alam terdetekdsi.
Sitokinin-alam yang pertama kali ditemukan adalah zeatin dari Zea
mays (Letham, 1963), tetapi sejumlah senyawa lain yang berkerabat erat,
termasuk dihidrozeatin, N6-metilamino-purina, dan N6-(Δ2-isopentenil)
adenine, sudah sejak lama diperkirakan terlibat sebagai sitokinin dalam
tumbuhan lain.
Purina dan pirimidina adalah senyawa berbentuk Kristal takwarna.
Pada umumnya hanya sedikit larut dalam air, lerut lebih baik dalam
larutan asam lemah atau basa lemah. Telaah mengenai penyebarannya
tidak lancer karena tidak ada pereaksi warna khas yang dapat membantu
mendeteksinya lebih mudah dalam mikro dalam ekstrak tumbuhan. Yang
harus diandalkan selama kromatografi adalah bercak serapan gelap yang
timbul dibawah sinar UV meski uji ini sama sekali tidak khas untuk
kedua basa tersebut.
Namun demikian, begitu purina dan pirimidina sudah terisolasi,
keduanya dapat dicirikan dengan memuaskan dengan spektrum UV-nya,
terutama karena mengalami geser khas sesuai dengan pH larutan. Hal ini
terjadi karena purina dan pirimidina dapat berada dalam lebih dari satu
bentuk tautomer, dalam larutan basa, gugus hidroksil akan terionkan dan
bentuk ini akan terbentuk dengan baik, sedangkan dalam larutan asam,
gugus amino akan terionkan dan tautomer keto yang akan terbentuk
dengan baik.
B. Cara yang Dianjurkan
 Kromatografi kertas
Sampai sekarang cara ini dugunakan secara luas unuk memisahkan
purina dan pirimidina biasa dan masih baik untuk memisahkan campuran
sederhana. Memang basa umum dapat dipisahkan pada kertas Whatman
no.1 satu arah dalam air yang dibuat ber pH 10 dengan NH4OH 1M. RF

5 KELOMPOK 14
(X100) adenine 37, guanine 40, urasil 76, tiamina 74, dan sitosina 70
(KKt menaik pada 22-23oC). kelimanya dapat juga dipisahkan dalam
butanol jenuh air (RF berturut-turut 38,15,31,52, dan 22). Berbagai basa
tersebut dideteksi pada kertas menggunakan sinar UV gelombang pendek
(253 nm), tampak sebagai bercak yang menyerap dengan latar belakang
berfluoresensi. Batas deteksi 0,5-1,0 µg/ml. untuk penentuan kuantitatif,
bercak dideteksi dengan cara cetak UV pada plat fotografi.
Kemudian bercak dipotong, dielusi dengan HCl 0,1 M dan
konsentrasinya ditentukan dari serapan pada maksimum UV (antara 245
dan 265 nm) Purina dan pirimidina lain dapat dipisahkan dengan baik
pada kertas dengan menggunakan pengembang sederhana. Kafeina dan
teobromina misalnya mempunyai Rf (x100) 65 dan 33 dalam n-butanol-
HCl pekat (9 : 1), visina dan konvisina mempunyai Rf 44 dan 52 dalam
n-butanol-pirimida-air, serta 18 dan 24 dalam isopropanol-NH4OH 1M-
air (7 : 1 : 2). Tidak ada pereaksi kromogenik yang dapat dipakai secara
umum meski masing-masing basa kadang dapat dideteksi dengan cara
khusus (Lederer, 1957).
 Kromatografi lapis tipis

KLT mempunyai keuntungan karena daya pisahnya tajam dan


kepekaanya tinggi. Cara ini hendaknya selalu digunakan bila yang
dipisahkan berupa campuran basa yang rumit. Penyangga selulosa MN
300 lebih disukai daripada silika gel dan campuran celite-pati telah juga
digunakan (Mangold, 1969). Harga Rf khas dari delapan basa dan empat
nukleosida dalam dua dari sekian banyak pengembang yang baik. Dapat
dilihat pada tabel 5.10. Lapisan selulosa penukar ion (misalnya selulosa-
ECTEOLA dan –Epi) penting untuk memisahkan nukleosida (Randerath,
1967). Sephadex dan DEAE-sephadex juga dapat dipakai. Untuk
campuran rumit dapat dipakai elektrofotoresis lapis tipis pada selulosa
dalam format 0,05 M pH 3,4 (1500 V, 25 mA), diikuti KLT dalam
metanol-HCl pekat-air (64 : 17 : 18).

6 KELOMPOK 14
 Kromatografi cair kinerja tinggi
Cara ini merupakan cara analisis yang sangat penting karena
dapat dengan mudah mendeteksi purina dan pirimidina pada
konsentrasi rendah dengan pemariksaan sinar UV. Keduanya dapat
dipisahkan pada kolom penukar ion (misalnya Zipax SCX)
menggunakan fase gerak HNO3 0,01 M dan NH4NO3 0,05 M. Pada
laju aliran 1,5 cm/menit basa keluar dari kolom dalam urutan berikut :
urasil 1,0 menit, sitidina 1,5 menit, guanina 2,2 menit, sitosina 4,2
menit danadenina 5,0 menit.
Pemisahan fase balik dapat juga dilakukan pada kolom silika
yang diperlukan dengan ODS memakai pengelusi dengan KH2PO4
0,05 M dan mengubah-ubah jumlah metanol (Mischke dan
Wickstrom, 1980).

Tabel 5.10 Kromatografi lapis tipis dan spektrum UV purina dan


pirimidina

Rf (x100) Maks.spektrum
Purina atau KLT pada selulosa MN 300 UV (nm) dalam
pirimidina Pengembang Pengembang 2* HCl 0,1M
1
Basa umum
: 30 49 262
Adenina
Guinina 20 25 249
Urasil 68 47 260†
Sitosina 48 43 276
Timina 75 62 265
Basa tak
umum : 46 34 279
5-
Hidroksime

7 KELOMPOK 14
tilsi tosina

Xantina 26 21 -
Asam 61 21 -
orotat
Nukleosida
: 33 44 259†
Adenosina
Guanosina 31 22 252†
Uridina 67 37 262†
Sitidina 49 36 262
Pengembang 1 = MeOH-HCl pekat-H2O (7 : 2 : 1)
Pengembang 2 = n-BuOH-Me OH-H2O NH4OH pekat (60:20:20:1)
Diukur dalam air sebagai pelarut
 Identifikasi
Seperti telah diuraikan purina dan pirimidina diidentifikasi
dengan mengukur spektrum Uvnya dalam larutan denga pH berlainan.
Spektrum dan perubahannya cukup berbeda bila pH diubah sehingga
orang dapat diidentifakasi senyawa yang tidak diketahui. Puncak
spektrum dalam air atau HCl 0,1M untuk beberapa basa ditunjukan
dalam tabel 5.10.
 Sitokinin
Sesudah jaringan tumbuhan diekstraksi dengan alkohol pada 0
0
C selama 12 jam, ekstrak sitokinin dicuci dengan (a) Melewatkan
melalui kolom selulosa fosfat, dicuci dengan asam asetat encer
sebelum dielusi dengan amonia encer dan (b) Memisahkan pelarut ke
dalam etil asetat dan n-butanol. Sesudah dikromatografi kolom pada
Scphadex LH20, pemurnian terakhir dilakukan secara KKt, KLT atau
KCKT. KKt lebih menguntungkan daripada KLT karena zat dapat
diperoleh kembali dari pita kertas, dan ini lebih sempurna daripada

8 KELOMPOK 14
percobaan silika gel. Identifikasi sotokinin yang telah dipisahkan
didasarkan pada kromatografi dengan zat autentik dalam beberapa
pengembang digabung dengan membandingkan spektrum UV pada
pH asam dan basa dan dengan SM.
Arti pola fragmentasi SM untuk diidentifikasi zeatin telah
diuraikan dalam gambar 1.6. Cara KGC-SM pernah juga digunakan
dalam beberapa masalah teknis untuk menerapkannya pada senyawa
tertantu (Horgan, 1981).
Pada KKt sitokinin telah dipisahkan dalam pengembang seperti
n-butanol-air-NH4OH pekat (172 : 18 : 10) dan n-butanol-asam asetat-
air (12 : 3 : 5). Pengembang pertama memisahkan zeatin dari dihidro-
zeatin. Dalam banyak pengembang keduanya merambat berdekatan.
Sitokinin dapat dideteksi sebagai bercak biru setelah kertas disemprot
dengan pereaksi biru bromofenol/perak nitrat.
Pemisahan secara KLT pada silika gel dalam kloroform-metanol
(9 : 1) berguna untuk memisahkan isomer cis dan trans, misalnya cis
dan trans-zeatin. KCKT fase balik memisahkan campuran dari
glikosida sitokinin yang sangat erat kaitannya. Untuk ini digunakan
kolom ODS Hypersil denganlandaian linier, asetonitril 5-20% dalam
air selama lebih dari 30 menit. Deteksi dilakukan dengan UV 265 nm
(Horgan, 1981). KCKT kini dikembangkan untuk memisahkan
sitokinin lain dan dapat memberikan pengembang ideal untuk
penentuan kuantitatif. Cara lain seperti uji biologi dan
radioimmunoassay juga ada (Wailer, 1988).
C. Percobaan Laboratorium
Cara paling sederhana untuk mendapatkan pengalaman dalam
menangani purina dan pirimidina biasanya adalah dengan melakukan
hidrolisis cuplikan asam nukleat. Sebaiknya bahan isolasi dari
jaringan tumbuhan dan deteksilah basa yang dihasilkan.

9 KELOMPOK 14
a) Langkah kerja
1. RNA dihidrolisis dengan HCL 1M selama 1 jam pada 100 0C
dihasilkan purina, adenina dan guanina bebas. Tetapi ikatan
glikosida pirimidina lebih tahan terhadap hidrolisi asam dan
terbentuk nukleosida, asam sitidilat dan asam uridilat.
2. DNA dihidrolisis dengan asam perklorat 72% pada100 0C selama
dua jam dan keempat basanya (adenina, guanina, sitosina dan
timina) diperoleh dalam bentuk bebas.
3. Sebagian dari berbagai hidrolisat ini dapat dikromatografi langsung
dalam isopropanol-HCl pekat-air (17 : 4 : 4) atau pengembang
sejenis. Rincian kerja KKt kelima basa tersebut bagi pemula
diuraikan oleh Witham dkk. (1971)
b) Ekstraksi kafeina dari daun the
Ekstrak kafeina dari daun teh merupakan contoh pengerjaan yang baik
untuk isolasi purina dari tumbuhan (ikan, 1969).
1. Serbukanlah 100 g daun teh sampai halus, ekstraksi dengan 400 ml
etanol dalam alat Soxhlet selama tiga jam.
2. Kemudian kafeina diserap pada magnesium oksida (50 g),
diasamkan dengan 50 ml H2SO4 10% dan diekstraksi ke dalam
kloroform. Kafeina diperoleh sebagai jarum halus seperti sutera
sedikit air panas. Maksimum UV kafeina dalam air terdapat pada
278 nm.
3. Uji warna sederhana untuk kafeina dilakukan sebagai berikut :
larutkan cuplikan dalam tiga tetes HNO3 pekat, uapkan sampai
kering dan tambahkan dua tetes NH4OH pekat terbentuk warna
merah lembanyung.

10 KELOMPOK 14
D. Biosintesis Purin, Pirimidin dam Sitokinin

Struktur purin dan pirimidin

1. Tahapan biosintesis Purin


1.1. Sintesis purin diawali oleh reaksi pembentukan molekul PRPP
(5-phospho ribosil pyro phosphate) yang berasal dari ribosa-5P
yang mengkaitkan ATP dan ion Mg²+ sebagai aktivator.
1.2. Selanjutnya pembentukan senyawa 5-Phosphoribosilamin dari
hasil reaksi PRPP dengan glutamin. Reaksi ini menghasilkan
pula asam amino glutamat + Ppi.
1.3. Berikutnya pembentukan senyawa GAR (glycin amid ribosil-
5P) dari hasil reaksi ribosilamin-5P dengan glisin yang
mengaktipkan ATP dan Mg²+ sebagai aktivator dan yang
dikatalisis oleh enzim GAR syn-thetase.
1.4. Kemudian GAR melakukan reaksi formilasi yang dikatalisis
oleh enzim transformilase dengan koenzim FH4 (tetrahidrofolat)
dan senyawa donor gugus formil, membentuk senyawa formil
glisin amid ribosil-5P nya. Atom karbon gugus formil tersebut
menempati posisi atom C-8 inti purin.
1.5. Kemudian senyawa formil glisin amid ribosil 5P melakukn
reaksi aminasi (pada atom karbon ke-4 nya) dengan senyawa
donor amino (berupa glutamin) dan terbentuknya senyawa

11 KELOMPOK 14
formil- glisinamidin- ribosil-5P.atom N gugus amino yang baru
menempati posisi N-3 inti purin.
1.6. Selanjutnya terjadi reaksi penutupan rantai dan terbentuknya
senyawa amino- imidazole- ribosil-5P, selanjutnya senyawa-
senyawa amino- imidazole- ribosil-5P melakukan fiksasi CO2
dengan biotin sebagai koenzim dan atom karbon yang difiksasi
tersebut menempati atom C (6) inti purin. Dilanjutkan reaksinya
dengan aspartat membentuk senyawa 5-amino- 4- imidazole- N-
suksinil karboksamid ribosil-5P.
1.7. Senyawa 5-amino- 4- amidazole- karboksamid- ribosil- 5P,
melakukan reaksi formilasi yang dikatalisis oleh enzim
transformilase dengan koenzim FH4 (tetrahidrofolat)
dansenyawa donor gugus formil, maka terbentuknya senyawa 5-
formamido- 4- imidazole karboksamide- ribosil-5P.
1.8. Akhirnya terjadilah reaksi penutupan cincin yang ke-2 kalinya
terbentuklah derivat purin yang pertama berupa IMP (inosin
monophosphate= inosinic acid) yaitu derivat hiposantin atau 6-
oksipurin. Sedangkan AMP dan GMP diturunkan dari IMP.

2. Tahapan biosintesis pirimidin


2.1. Biosintesis pirimidin diawali oleh reaksi pembentukan
karbamoil-P yang dihasilkan dari reaksi antara glutamin, ATP
dan CO2 yang dikatalisis oleh enzim karbamoil-P sintetase yang
berlangsung didalam sitosol.
2.2. Berbeda dengan enzim karbamoil-P sinthase yang bekerjapada
reaksi pembentukan urea, dimana reaksi nya berlangsung bukan
didalam sitosol melainkan didalam mitokondria.
2.3. Berikutnya karbamoil-P berkondensasi dengan asam aspartat
menghasilkan senyawa karbamoil-asparta. Reaksi ini dikatalisis
oleh enzim aspartat transkarbamoilase.

12 KELOMPOK 14
2.4. Berikutnya terjadi reaksi penutupan rantai sambil membebaskan
H2O dari molekul karbamoil-aspartat sehingga dihasilkan asam
dehidro orotat (DHOA= dihidroorotic acid). Reaksi tersebut
dikatalisis oleh enzim dihidroorotase.
2.5. Berikutnya melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim DHOA
dehidrogenase dengan koenzim NAD+, DHOA menghasilkan
asam arotat (OA=orotic acid).
2.6. Selanjutnya terjadi reaksi penambahan gugus ribosa-P pada
asam orotat. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim orotat fosforibosil
transferase dan dihasilkan orotidilat OMP (orotidin mono
posphate).
2.7. Akhirnya enzim orotidilat dikarboksilase mengkatalisis reaksi
dikarboksilasi orotidilat dan menghasilkan uridilat (uridin mono
phosphate)yaitu produk nukleotida pertama pada biosintesis
pirimidin.

Struktur Sitokinin

13 KELOMPOK 14
14 KELOMPOK 14
2.2 Klorofil
A. Kimia dan Penyebaran
Klorofil adalah katalisator fotosintesis yang penting dan sebagai
pigmen hijau dalam semua jaringan tumbuhan berfotosintesis. Zat ini
terdapat dalam kloroplas dalam jumlah lebih banyak , sering terikat
longgar dengan protein, tetapi mudah diekstrasi ke dalam pelarut lipid
seperti aseton dan eter.
Secara kimia semuanya mengandung satu inti porfirin (tetrapirol)
dengan satu atom magnesium terikat secara kelat di tengah dan satu
rantai samping hidrokarbon panjang (fitil) terbgabung melalui gugus
asam karboksilat. Di dalam tumbuhan sekurang-kurangnya terdapat lima
klorofil, semuanya berstruktur dasar sama tetapi menunjukan bermacam-
macam sifat sesuai dengan rantai samping alifatik yang terikat pada inti
porfirin. Jadi struktur klorofil b berbeda dengan klorofil a karena klorofil
a mempunyai penyulih metil, sedangkan klorofil b mempunyai gugus
aldehida yang terikat di kanan atas cicin pirol. Kedua klorofil ini terdapat
dalam tumbuhan tinggi, paku-pakuan dan lumut. Klorofil c sampai e
hanya ditemukan dalam tiga alga, sedangkan klorofil lain secara khas
terbatas hanya pada bakteri tertentu (Jackson, 1976; Vernon dan Seely,
1966).

Gambar Struktur klorofil a dan b

15 KELOMPOK 14
Klorofil ini tak mantap dan selama isolasi perlu dilindungi agar tak
mengurai. Misalnya tumbuhan yang mengandung enzim klorofilase
menghilangkan rantai samping fitol membentuk klorofilida. Atom
magnesium pusat juga tidak mudah hilang selama pengerjaan dengan
terbentuknya protoklorofil.
Pigmen porfirin lain terdapat dalam tumbuhan, tetapi biasanya
dalam jumlah yang jauh lebih sedikit. Sitokrom misalnya satuan esensial
dalam rantai pernpasan dalam tumbuhan dan hewan adalah senyawa
rumitbesi-porfirin-protein yang dapat dibedakan dengan cara
spektroskopi. Juga beberapa alga mengandung banyak pigmen merah dan
biru disebut fikobilin 9 (O’Cara dan O’Eocha, 1976).
Struktur dasarnya pirol dan berprotein, walaupun keempet inti
pirolnya terikat dalam struktur rantai terbuka (tidak seperti porfirin) dan
tak ada logam berikatan kelat. Yang terakhir fitokrom, pigmen
fotoreseptor tumbuhan semesta, berstruktur sangat mirip dengan
fikobilin.

B. Cara yang Dianjurkan


Menetukan kandungan klorofil total sering kali diperukan dalam
analisis tumbuhan. Selalu lebih baik mengekstraksi jaringan segar dan
segera mengukurnya. Ekstrak dapat disimpan dalam keadaan gelap dalam
0
aseton yang mengandung sesepora Na2CO3 pada 20-30 C tanpa
kehilangan yang berarti. Lebih baik lagi bila kita bekerja dalam keadaan
cahaya suram untuk menghindari kehilangan pigmen
Jaringan segar digiling dalam lumpang atau maserator dengan
aseton atau metanol berlebih sampai semua warna lepas dari jaringan.
CaCO3 ditambahkan agar tak berbentuk feofitin. Ekstrak disaring dengan
penyaring Buchner, sisa penyaringan dicuci dengan aseton baru sampai
tak berwarna. Ekstrak dan hasil pencucian kemudian dijadikan volume
yang diketahui lalu disimpan dalam lemari es

16 KELOMPOK 14
Pengukuran klorofil a dan b dapat dilakukan dengan menetukan
serapan langsung pada berbagai panjang gelombang, memakai
spektrofotometer baku. Bila diambil ekstrak aseton 80%, serapan
hendaknya diukur pada 663 dan 645 nm dalam sel 1 cm. Konsentrasi
dihitung dengan rumus berikut :
Klorofil total = 17,3 A646 + 7,18 A663 mg/
Klorofil a = 12,21 A663 – 2,81 A646 mg/l
Klorofil b = 20,13 A646 – 5,03 A663 mg/l
Kurva serapan kuantitatif klorofil a dan b dalam aseton 80% saling
potong pada 652 nm, serapan khas pada titik ini adalah 36,0 karena itu
jumlah keseluruhan klorofil dapat juga diperoleh dengan mengukur
serapan pada titik ini dan menghitung konsentrasinya dalam mg/l dari
1000 A652/36 atau 27,8 A652 . Hasilnya dapat dicocokkan dengan hasil
pengukuran yang dilakukan pada panjang gelombang maksimum
Koefisien serapan dalam pelarut lain dan penentuan secara
spektrofotometri dapat dilihat lebih lanjut dalam Holden (1976) dan
Lichtenthaler dan wallburn (1983)
Cara lain untuk menentukan kandungan klorofil adalah dengan
memisahkan klorofil a dan b secara KLT. Diikuti dengan mengelusi
kromatogram dan mengukur spektrumnya. Cara yang lebih sederhana
adalah memakai KCKT karena hasilnya 500 dan 600 nm, dan satu
puncak utama lagi di atas 625 nm. Untuk klorofil a dan b, puncak
gelombang panjang terletak berturut-turut pada 630 dan 688 nm.
Klorofil a dan b dari bakteri mempunyai serapan maksimum pada
780 dan 750 nm, sedangkan klorofil Chlorobium menyerap pada 650 dan
660 nm. Posisi puncak sinar tampak yang tepat bergantung pada pelarut
yang dipakai dan terdapat perubahan spektrum sebagai akibat penguraian
pigmen yang disebabkan oleh hilangnya magnesium atau rantai samping
fitil. Akhirnya hendaklah diingat bahwa spektrum klorofil in vivo tidak
cocok dengan spektrumnya in vitrvo . klorofil a pada in vivo

17 KELOMPOK 14
menunjukkan tiga puncak pada 673, 683 dan 694, sedangkan klorofil b
menyerap pada 650 nm.

18 KELOMPOK 14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini, antara lain:
1. Purina dan pirimidina yang terdapat dalam tumbuhan dapat dibahas
menjadi empat bagian. Yang pertama, basa dari asam nukleat yang sudah
amat dikenal: purina, adenine, dan guanine, serta pirimidina, sitosina,
urasil (hanya dalam RNA), timina (habya dalam DNA).
2. Klorofil adalah katalisator fotosintesis yang penting dan sebagai pigmen
hijau dalam semua jaringan tumbuhan berfotosintesis. Zat ini terdapat
dalam kloroplas dalam jumlah lebih banyak , sering terikat longgar
dengan protein, tetapi mudah diekstrasi ke dalam pelarut lipid seperti
aseton dan eter.
3.2 Saran
Adapun saran dari penulis yaitu dengan disusunnya makalah ini kami
mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat mengetahui dan
memahami isi dari makalah ini.

19 KELOMPOK 14

Anda mungkin juga menyukai