Isi Jurnal Oktober 2017 New
Isi Jurnal Oktober 2017 New
Burhati Tprro)
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang berusaha menuturkan
pemecahana masalah yang ada sekarang berdasarkan data. Sebagai tempat (objek)
penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah kelas X.1 SMA Negeri 1 Segeri. Subjek
penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Segeri yang berjumlah
28 orang, yang terdiri dari 11 laki-laki dan 17 perempuan. Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan peningkatan hasil belajar membaca puisi dengan penerapan metode
demonstrasi pada siswa kelas X.1. Hasil belajar siswa yang diperoleh siswa pada siklus
I dengan metode demonstrasi yakni, rata-rata yang diperoleh adalah 65, modusnya
adalah 65, standar deviasinya adalah 16, nilai maksimum adalah 90 dan nilai
minimum adalah 40, berada pada kategori sangat rendah, serta ketuntasan hasil
belajarnya adalah 50%. Dibandingkan dengan pada siklus II, hasil belajarnya yakni,
untuk rata-rata yang diperoleh adalah 80, mediannya adalah 80, modusnya adalah 90,
standar deviasnya adalah 14, nilai maksimum adalah 100 dan nilai minimum adalah
60. Dari data tersebut peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar membaca puisi
dengan metode demonstrasi pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Segeri terjadi
peningkatan. Faktor yang mendukung meningkatkannya hasil belajar tersebut adalah
disebabkan karena pada siklus I siswa yang menyimak (82%), menjawab (39%) dan
menanyakan yang kurang dimengerti (39%) masih kurang , dan didapatkan masih ada
siswa yang melakukan hal-hal yang tidak relevan. Sedangkan pada siklus II siswa yang
menyimak pengajaran guru (100%) , bekerja sama dengan temannya (100%),
mengajukan pertanyaan (61%) dan menjawab pertanyaan (14%), kemudian pada siklus
II ini tidak ditemukan lagi ada siswa yang melakukan hal-hal yang tidak relevan
dengan pembelajaran.
1
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)
2
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)
3
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)
anak dibimbing menggunakan mata dan sesuatu yang telah dilakukan dan
telinganya secara terpadu, sehingga ditunjukkan oleh guru. Guru harus
hasil pengamatan kedua indera itu akan menaruh perhatian kepada anak
saling melengkapi pemahaman anak yang mengalami kesulitan dalam
tentang segala hal yang ditunjukkan, menirukan sesuatu yang
dikerjakan, dan dijelaskan dalam dicontohkan guru.
kegiatan demonstrasi tersebut. Selain uraian di atas,
Untuk menangkap unsur-unsur Moselichhatoen (2004), menambahkan
penting dalam proses pengamatannya, pula manfaat, tujuan dan rancangan
kemungkinan melakukan kesalahan metode demontrasi. Untuk lebih
sangat kecil bila ia menirukan sesuatu jelasnya dapat diuraikan sebagai
yang didemonstrasikan oleh guru berikut:
dibandingkan jika ia melakukan hal 1. Dapat dipergunakan untuk
yang sama hanya berdasarkan memberikan ilustrasi dalam
penjelasan lisan oleh guru. menjelaskan informasi kepada anak.
Dengan demikian, tujuan metode Bagi anak, melihat bagaimana
demonstrasi adalah peniruan terhadap sesuatu peristiwa berlangsung.
model yang dapat dilakukan. Agar dapat Lebih menarik, dan merangsang
meniru contoh perbuatan yang perhatian serta lebih menantang
didemonstrasikan guru, ada beberapa daripada hanya mendengarkan
hal yang penting yang harus penjelasan guru.
diperhatikan oleh guru, antara lain: 2. Metode demonstrasi dapat
1. Sesuatu yang ditunjukkan dan membantu meningkatkan daya pikir
dilakukan oleh guru harus dapat anak terutama dalam peningkatan
diamati secara jelas oleh anak yang kemampuan mengenal, mengingat,
diajar. Bilamana dirasa perlu berpikir konvergen dan berpikir
diulang, maka pengulangan evaluatif.
demonstrasi itu tidak dilakukan Secara umum persiapan guru
secara tergesa-gesa, tetapi dilakukan untuk merancang kegiatan demonstrasi
dengan penuh kesabaran dan adalah
ketenangan agar tidak berdampak 1. Menetapkan rancangan tujuan
negatif terhadap anak. kegiatan demonstrasi. Sebagaimana
2. Dalam pemberian penjelasan, suara telah dikemukakan oleh penggunaan
guru harus dapat didengar dengan demonstrasi antara lain memberikan
jelas. Modulasi suara hendaknya pengalaman belajar melalui
tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu penglihatan dan pendengaran untuk
rendah. Modulasi (alunan) suara mencapai tujuan kegiatan. Dalam
yang terlalu tinggi menyebabkan menetapkan tujuan demonstrasi,
anak lekas lelah, sedangkan guru mengidentifikasi perbuatan-
modulasi suara yang terlalu rendah perbuatan yang akan diajarkan
menjadikan anak lekas bosan. kepada anak dalam pernyataan-
Keadaan semacam itu menyebabkan pernyataan yang spesifik dan
konsentrasi dan perhatian anak operasional. Pernyataan-pernyataan
kepada kegiatan demonstrasi guru operasional mengandung arti dalam
berkurang atau bahkan menjadi bentuk pernyataan tingkah laku
buyar. yang diamati.
3. Demonstrasi itu harus diikuti 2. Menetapkan rancangan bentuk
kegiatan anak untuk menirukan demonstrasi yang dipilih yang
4
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)
5
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)
6
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)
7
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)
8
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)
Misalnya, kalau penyair itu seorang 50, artinya ada banyak siswa yang hasil
guru, maka puisinya kadang-kadang belajarnya adalah 50. Kemudian hasil
bersifat didaktis. belajar pada siklus I ini berada pada
3. Jenis-jenis puisi kategori sangat rendah. Hal ini
Menurut bentuknya puisi dapat disebabkan karena kurangnya motivasi
dibagi atas dua bahagian, yaitu puisi belajar , sehingga siswa tidak tertarik
lama dan puisi baru. dengan pembelajaran yang diberikan.
Dalam metode demonstrasi ditekankan
Proses penciptaan sastra pada pembelajaran secara unjuk kerja
Sejak lahir, manusia telah dibekali atau penampilan. Namun, dalam siklus I
suatu potensi untuk dapat berpikir dan siswa belu dapat bekerja seefisien
bertindak dalam kehidupannya. Potensi mungkin, dalam berkelompok masih
berpikir dan bertindak tersebut banyak siswa yang memonopoli tugas
merupakan dukungan manusia untuk yang diberikan dan yang bekerja sama
mencipta sesuatu termasuk didalamnya dalam kelompok. Oleh karena itu,
menciptakan karya sastra. Untuk dalam siklus I ini guru lebih banyak
mencipta sebuah karya sastra diperlukan membimbing dan mengarahakn siswa.
imajinasi yang kuat dalam hal ini Faktor lain yang menyebabkan
permainan kata-kata atau bahasa. belum maksimalnya hasil belajar ada
Menurut Suhendar (dalam siklus I, pertama karena masih ada
Pradopo, 1993: 56) terciptanya sebuah siswa yang melakukan aktivitas yang
karya sastra semisal puisi berkat si tidak relevan dengan pembelajaran di
pencipta mempunyai daya cipta, daya antaranya : keluar masuk kelas dan
rasa, dan daya karsa yang terus menganggu temannya. Meskipun
berlangsung dalam hidupnya. Ketiga hal jumlah siswa yang melakukan kegiatan
tersebut saling berkaitan satu sama lain tersebut tidak terlalu signifikan dan
dan tidak dipisah-pisahkan. Sebab, masih terkategori ditoleransi. Namun,
kalau salah satu dari tiga hal tersebut tetap harus menjadi perhatian karena,
tidak ada, mustahil karya sastra yang apabila dibiarkan tanpa korektif akan
baik akan terbentuk. Selanjutnya mengakibatkan orientasi belajar siswa
Paradopo (1993: 57) mengemukakan dapat terganggu sehingga tujuan
bahwa: pembelajaran tidak dapat tercapai.
“Daya cipta berhubungan dengan daya Pada siklus II tidak jauh berbeda
imajinasi yang kuat, sedangkan daya dengan siklus I, siklus II keaktifan
rasa berhubungan dengan hati. Daya siswa sudah nampak, dorongan dan
karsa berhubungan dengan kehendak, minar siswa dalam belajar dapat terlihat
keinginan yang kuat. Kalau ketiganya dari keaktifannya bertanya, bekerja
menyatu, maka terwujudlah sebuah sama dalam kelompok dan hasil
karya sastra yang baik melalui proses. belajarnya. Tes siklus II ini
menunjukkan nilai yang lebih baik dari
PEMBAHASAN siklus I yaitu nilai rata-rata 89,62, nilai
Hasil belajar siswa yang diperoleh tertinggi yang diperoleh adalah 80, nilai
setelah dilakukan tes siklus I dalam tertinggi adalah 100 dan nilai terendah
metode demonstrasi adalah rata-rata adalah 60, nilai mediannya adalah 80,
nilai yang diperoleh adalah 25 dengan nilai standar deviasinya 1. Kemudian
nilai tertinggi 90 dan nilai terendah berada pada kategori sangat tinggi.
adalah 40. Sedangkan nilai mediannya Dengan pendekatan struktural akativitas
adalah 65 dan nilai modusnya adalah siswa dalam kelompok sudah baik,
9
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)
laporan lembar kerja siswa sudah baik, ceramah atau diskusi agar siswa merasa
begitupun dalam demonstrasi sudah santai atau rileks belajar (santai tapi
menunjukkan hasil yang signifikan. serius).
Untuk melihat perbandingan Seorang guru yang baik tak bosan
disribusi frekuensi pada siklus I dan memberikan arahan atau motivasi
siklus II dapat dilihat pada diagram kepada siswa agar giat belajar sehingga
perbandingan berikut. mereka dapat mencapai hasil
pembelajaran yang baik, hingga
akhirnya nanti akan meningkatkan hasil
belajar siswa.
10
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)
Saran
Dalama upaya peningkatan hasil
belajar membuat puisi, maka penulis
mengemukakan saran sebagai berikut :
1. Menetapkan metode demonstrasi
untuk meningkatkan hasil belajar
membuat puisi.
2. Dalam kegiatan pembelajaran
guru hendaknya memberikan situasu
yang bervariasi sehingga tidak
menyebabkan kejenuhan bagi siswa.
3. Diharapkan para peneliti
bidang pendidikan, agar dapat
melakukan penelitian lebih lanjut
tentang penggunaan metode
demonstrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2008. Prosedur Suatu
Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara
Departemen Pendidikan Nasional.
Standar Nilai Hasil Belajar.
Moeslichatoen. 2004. Metode
Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta
Muchtar, Annaslah, dkk. 1998. Bahasa
Indonesia untuk SLTP Jilid 2.
Malang : IKIP
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Penilaian
Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPPFE
Purwanto. 2004. Prinsip-prinsip dan
Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Sudjarso. 2005. Teori Puisi. Jakarta:
Depdiknas, Direktorat Jenderal
11
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)
Hj. Mahani
Guru SD Negeri 6 Pangkajene
Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian tinadakan kelas (classroom action research), dengan
mendiskripsikan kemampuan belajar IPA murid kelas V SD Negeri 6 Pangkajene tahun
pelajaran 2017/2018. Adapun sebjek pnelitian tindakan kelas adalah murid kelas V SD
Negeri 6 Pangkajene sebanyak 28 orang yang terdiri dari 10 murid laki-laki dan 18
murid perempuan. Sedangkan Tujuan utama penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui
bagaimana penerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), dalam
pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 6 Pangkajene, dan 2) Untuk meningkatkan
hasil belajar murid dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) dalam pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 6 Pangkajene.
Penerapan pembelajaran pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pada
pelajaran IPA pokok bahasan sistem alat pencernaan manusia. Murid kelas V SD
Negeri 6 Pangkajene dapat meningkat. Hasil analisis siklus I skor rata-rata sebesar
70,35 dari skor ideal 100 yang berada pada kategori cukup, denga standar deviasi
13,46 dan pada siklus II skor rata-rata mencapai sebesar 80,53 dari skor ideal 100
yang barada pada kategori baik, dengan standar deviasi 21,27 Persentase ketuntasan
pada siklus I sebesar 67,85% yaitu 19 dari 28 murid dan pada siklus II persentase
ketuntasan mencapai 85,71% yaitu 24 dan mengalami peningkatan 10,18% pada siklus
I ke siklus II dari 28 murid. Partisifasi dalam pembelajaran dapat meningkat hal ini
dapat dilihat dari observasi aktivitas murid. selain itu, dari hasil respon murid setelah
diterapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagian besar murid
lebih aktif.
Kata Kunci : Hasil Belajar, IPA, Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)
12
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)
13
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)
14
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)
15
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)
16
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)
17
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)
pengetahuan baru dalam stuktur akan tetapi hasl dari proses menemukan
kognitif murid berdasarkan sendiri. Dengan demikian dalam proses
pengalaman. Menurut konstruktivisme, perencanaan, guru bukanlah
pengetahuan itu memang berasal dari mempersiapkan sejumlah materi yang
luar, akan tetapi dikonsrtuksi oleh dan harus dihapal, Akan tetapi merancang
dari dalam diri sesorang. Kunandar pembelajaran yang memungkinkan
(2007: 305) berpandapat bahwa murid dapat menemukan sendiri materi
konstruktivisme adalah landasan yang harus dipahaminya. Belajar pada
berpikir pembelajaran kontekstual yang dasarnya merupakan proses mental
menyatakan bahwa pengetahuan seseorang yang tidak terjadi secara
dibangun oleh manusia sedikit demi mekanis. Melalui proses mental itulah,
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui diharapkan murid berkembang secara
konteks yang terbatas (sempit) dan tidak utuh baik intelektual, mental,
sekonyong-konyong. Pengetahuan emosional, maupun pribadinya.
bukanlah seperangkat fakta-fakta, Langkah-langkah kegiatan
konsep atau kaidah yang siap diambil inkuiri adalah sebagai berikut :
atau diingat. Manusia harus 1) Merumuskan masalah
mengkonstruksi pengetahuan itu dan 2) Mengamati atau melakukan
memberi makna melalui pengalaman observasi
nyata. 3) Menganalisis dan menyajikan hasil
Dalam konstruktivisme dalam tulisan, gambar, laporan,
pembelajaran harus dikemas menjadi bagan, tabel, dan karya lainnya.
proses “mengkonstruksi” bukan 4) Mengkomunikasikan atau
“menerima” pengetahuan. Dalam proses menyajikan hasil karya pada
pembelajaran murid membangun sendiri pembaca, teman sekelas, guru, atau
pengetahuan mereka melalui audien yang lain.
keterlibatan aktif didalam proses c. Bertanya
pembelajaran. Murid menjadi pusat Belajar pada hakikatnya adalah
kegiatan bukan guru. Dalam pandangan bertanya dan menjawab pertanyaan.
konstruktivisme strategi memperoleh Bertanya dipandang sebagai refleksi
lebih diutamakan dibandingkan dari keingintahuan setiap individu,
seberapa banyak murid memperoleh dan sedangkan menjawab pertanyaan
mengingat pengetahuan. Oleh karena itu mencerminkan kemampuan seseorang
tugas guru adalah memfasilitasi proses dalam berpikir. Dalam pembelajaran
tersebut dengan (1) menjadikan melalui CTL guru tidak menyampaikan
pengetahuan bermakna dan relevan bagi materi begitu saja, tetapi perlu
murid (2) memberikan kesempatan memancing agar murid dapat
kepada murid untuk dan menerapkan menemukan sendiri. Karena itu peran
idenya sendiri; (3) menyadarkan murid bertanya sangat penting, sebab melalui
agar mereka menerapkan strategi pertanyaan-pertanyaan guru dapat
mereka sendiri dalam belajar membimbing dan mengarahkan murid
b. Inkuiri untuk menemukan setiap materi yang
Asas kedua dalam pembelajaran dipelajarinya.
CTL adalah inkuiri. Artinya, proses Dalam sebuah pembelajaran
pembelajaran didasarkan atas pencarian yang produktif kegiatan bertanya
dan penemuan melalui proses berpikir berguna untuk (Triyanto, 2008:31) :
secara sistematis. Pengetahuan 1) Menggali informasi baik
bukanlah fakta dari hasil mengingat, administrasi maupun akademis
18
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)
2) Mengecek pemahaman murid dari guru saja, akan tetapi dapat juga
3) Membangkitkan respon kepada guru memanfaatkan murid yang
murid dianggap memiliki kemampuan.
4) Mengetahui sejauh mana Misalkan, murid yang menjadi juara
keingintahuan murid dalam membaca puisi dapat disuruh
5) Mengetahui hal-hal yang sudah untuk memampilkan kebolehannya
diketahui murid didepan teman-temannya, dengan
6) Memfokuskan perhatian murid demikian murid dapat dianggap sebagai
kepada hal-hal yang diinginkan guru model. Modeling merupakan asas yang
7) Membangkitkan lebih banyak lagi cukup penting dalam pembelajaran
pertanyaan dari murid CTL, sebab melalui modeling murid
8) Menyegarkan kembali pengetahuan dapat terhindar dari pembelajaran yang
murid teoritis-abstrak yang dapat
memungkinkan terjadinya verbalisme.
d. Masyarakat Belajar (Learning f. Refleksi (Reflection)
Community) Refleksi adalah proses
Dalam kelas CTL, penerapan pengendapan pengalaman yang telah
asas masyarakat belajar dapat dilakukan dipelajari yang dilakukan dengan cara
dengan menerapkan pembelajaran mengurutkan kembali kejadian atau
melalui kelompok belajar. Murid dibagi peristiwa-peristiwa pembelajaran yang
kedalam kelompok-kelompok yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi,
anggotanya bersifat heterogen, baik pengalaman belajar itu akan
dilihat dari kemampuan dan kecepatan dimasukkan kedalam struktur kognitif
belajarnya, maupun dilihat dari bakat murid yang pada akhirnya akan menjadi
dan minatnya. Biarkan dalam dari pengetahuan yang dimilikinya.
kelompoknya mereka saling Dalam proses pembelajaran
membelajarkan, yang cepat belajar yang menggunakan CTL, setiap
didorong untuk membantu yang lambat berakhir proses pembelajaran, guru
belajar, yang memiliki kemampuan memberi kesempatan kepada murid
tertentu didorong untuk menularkan untuk merenung atau mengingat
pada yang lain. kembali apa yang dipelajarinya. Biarkan
Masyarakat belajar terjadi secara bebas murid menafsirkan
apabila ada proses komunikasi dua arah. pengalamannya sendiri, sehingga ia
Seorang guru yang mengajari muridnya dapat menyimpulkan tentang
bukan merupakan masyarakat belajar pengalaman belajarnya.
karena komunikasi hanya terjadi satu Adapun realisasi dari kegiatan
arah, yaitu informasi yang datang dari refleksi dapat berupa (Triyanto,2008:
guru kearah murid. Dalam hal ini yang 35) :
belajar hanya murid bukan guru. Dalam 1) Pertanyaan langsung tentang apa-
masyarakat belajar, dua kelompok (atau apa yang diperoleh pada hari itu
lebih) yang terlibat dalam komunikasi 2) Catatan atau jurnal dibuku murid
pembelajaran saling belajar. 3) Kesan dan saran murid mengenai
e. Pemodelan (Modeling) pembelajaran hari itu
Yang dimaksud dengan asas 4) Diskusi
modeling adalah proses pembelajaran 5) Hasil karya
dengan memperagakan sesuatu sebagai g. Penilaian Nyata (Autenthic
contoh yang dapat ditiru oleh setiap Assesment)
murid. Proses modeling tidak terbatas Penilaian nyata adalah proses
19
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)
20
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)
21
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)
22
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)
23
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)
24
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)
25
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)
Abstrak
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Jenis penelitian adalah
penelitian tindakan kelas yang mengkaji gambaran penggunaan media kartu bergambar
dalam pembelajaran membaca permulaan, dan kemampuan membaca permulaan anak
didik kelompok B TK TK PGRI Kulo Kab. Sidrap melalui penggunaan media kartu
bergambar. Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok B TK TK PGRI Kulo
Kab. Sidrap sebanyak 16 anak didik. tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan membaca permulaan anak didik
kelompok B TK TK PGRI Kulo Kab. Sidrap melalui penggunaan media kartu
bergambar. Hasil penelitian mengenai penggunaan media kartu bergambar dalam
pembelajaran membaca permulaan anak didik kelompok B TK PGRI Kulo Kab. Sidrap,
disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan membaca permulaan anak didik
kelompok B TK PGRI Kulo Kab. Sidrap melalui penggunaan media kartu bergambar,
ditandai dengan adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan dari segi
kualitatif dan kuantitatif (rata-rata) yaitu: siklus pertama dalam kategori cukup mampu,
siklus kedua meningkat menjadi mampu, dan siklus ketiga menjadi sangat mampu.
26
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)
27
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)
guru sebagai pengajar dan anak didik bisa guru, anak didik orang lain ataupun
sebagai subjek atau pihak yang diajar, penulis buku dan media. Demikian pula
dimana dalam pelaksanaannya kunci pokok pembelajaran ada pada
memerlukan keterlibatan berbagai guru (pengajar), tetapi bukan berarti
komponen, antara lain kurikulum, dalam proses pembelajaran hanya guru
metode, media dan lingkungan yang aktif sedang anak didik pasif.
pembelajaran dalam proses tersebut, Pembelajaran menuntut keaktifan kedua
terdapat kegiatan memilih, menetapkan, belah pihak yang sama-sama menjadi
dan mengembangkan metode untuk subjek pembelajaran. Jadi, jika
mencapai hasil pembelajaran, di mana pembelajaran ditandai oleh keaklifan
kedudukan guru sebagai pembelajar dan guru sedangkan anak didik hanya pasif
anak didik sebagai objek yang diajar. maka pada hakikatnya kegiatan itu
Antara guru dan anak didik dalam hanya disebut mengajar. Demikian pula
pembelajaran harus saling berinteraksi bila pembelajaran di mana anak didik
satu sama lainnya demi optimalnya yang aktif tanpa melibatkan keaktifan
kegiatan pembelajaran di sekolah. guru untuk mengelolanya secara baik
Hamalik (2003: 52) dan terarah” maka hanya disebut
mengemukakan bahwa pembelajaran belajar. Hal ini menunjukkan bahwa
adalah : pembelajaran menuntut keaktifan guru
Suatu kombinasi yang tersusun meliputi dan anak didik, di mana objek
unsur manusiawi, material, fasilitas, pembelajaran dalam kajian ini adalah
perlengkapan, dan prosedur yang saling membaca permulaan sebagai dasar
mempengaruhi mencapai tujuan dalam peningkatan kemampuan
pembelajaran. Manusia terlibat dalam membaca anak didik.
sistem pembelajaran terdiri dari anak Klein (Rahim, 2007:3)
didik, guru, dan tenaga lainnya. mengemukakan pengertian membaca
Material meliputi: buku, papan tulis, yang mencakup: “membaca merupakan
kapur, audio. Fasilitas dan perlengkapan suatu proses, membaca adalah strategis,
berupa: ruangan belajar, perlengkapan, dan membaca merupakan interaktif”.
dan prosedur meliputi:jadwal dan Berdasarkan pendapat di atas,
metode penyampaian informasi, praktik, jelas bahwa membaca merupakan suatu
belajar, ujian, dan sebagainya. proses kegiatan yang melibatkan fisik
Arikunto (1993: 4) dan mental seseorang. Melalui kegiatan
mengemukakan “pembelajaran adalah membaca seseorang dapat mengerti,
bantuan pendidikan kepada anak didik mengamati dan mengingat apa yang ia
agar mencapai kedewasaan di bidang baca. Dalam membaca tidak hanya
pengetahuan, keterampilan dan sikap”. sekadar mengucapkan bahasa tulisan
Dalam Undang-Undang Republik atau lambang bunyi bahasa, melainkan
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang juga menanggapi dan memahami isi
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 bahasa tulisan, sehingga membaca
ayat (20 (2003: 5) dikemukakan bahwa merupakan suatu bentuk komunikasi
“pembelajaran adalah proses interaksi tulis. Namun tingkat kemampuan
anak didik dengan pendidik dan sumber membaca seseorang tentu berbeda
belajar pada suatu lingkungan belajar”. terlebih pada anak didik yang harus
Proses yang akan dituntut kemampuan membaca
dikomunikasikan dalam pembelajaran permulaan.
adalah isi ajaran ataupun didikan yang Tahap membaca permulaan ini
ada dalam kurikulum, sumber pesannya umumnya ada pada saat tibanya masa
28
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)
peka, yaitu anak didik usia lima tahun pembelajaran di sekolah, maka tentunya
atau enam tahun bagi anak didik normal akan terkait dengan komponen-
atau usia tujuh tahun atau sepuluh tahun komponen yang sangat menentukan,
pada anak didik. Pada tahap membaca baik aspek sumber daya manusia, bahan
permulaan ini, penguasaan jumlah kata materi pelajaran, metode, maupun
anak didik masih terbatas dan kegiatan evaluasi atau penilaian
penguasaan pada abjad belum terhadap hasil pembelajaran.
sepenuhnya dikuasai. Jadi masih ada Hamalik (2003: 66)
huruf abjad yang sulit diucapkan dan mengemukakan komponen
sering dibaca salah-salah serta pembelajaran meliputi, anak didik,
kemampuan membuat wacana tidak suatu tujuan dan suatu prosedur kerja
lebih dari tujuh baris. Tahap membaca untuk mencapai tujuan. Sedangkan
permulaan merupakan saat kritis dan komponen pembelajaran menurut
strategis dikembangkan kemampuan Djamarah dan Zain (2002:48) meliputi,
membaca tanpa teks yaitu membaca tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar
dengan cara menceritakan gambar mengajar, metode, alat dan sumber serta
situasional yang tersedia. evaluasi. Komponen-komponen
Pengembangan yang tepat pada tahap pembelajaran tersebut diuraikan sebagai
membaca pemulaan sangat perlu berikut :
diperhatikan seperti membaca sambil 1) Tujuan pembelajaran
berrnain dengan menggunakan Tujuan pembelajaran merupakan
permainan kartu bergambar yang arah yang hendak dicapai oleh setiap
memungkinkan anak didik dapat kegiatan pembelajaran. Tujuan
menumbuhkan motivasi membaca pembelajaran umumnya bersumber dari
dalam dirinya sehingga dapat lebih tujuan kurikuluer (yang terkandung
mudah dalam memahami bacaan. pada setiap mata pelajaran), sedangkan
b. Tahapan Pembelajaran tujuan itu bersumber dari tujuan
Pembelajaran merupakan lembaga yang mengarah kepada tujuan
kegiatan yang dilakukan secara pendidikan nasional yang diharapkan
sistematis yang diawali dengan dapat meningkatkan kualitas hasil
penyusunan rencana pelajaran atau belajar. Hal ini sesuai pendapat Usman
persiapan, proses pembelajaran dan (1994: 29) bahwa hasil belajar yang
diakhiri penilaian atau evaluasi yang dicapai anak didik sangat erat kaitannya
dilakukan guru sebagai pengajar dan dengan rumusan tujuan instruksional
anak didik yang melakukan aktivitas yang direncanakan guru.
belajar atau yang diajar. Tujuan pembelajaran merupakan
Menurut Syah (2000:216) komponen yang dapat mempengaruhi
bahwa tahapan dalam pembelajaran komponen pembelajaran lainnya, seperti
mencakup tiga tahapan yaitu “tahap : bahan pembelajaran, kegiatan belajar
prainsfruksional, yaitu persiapan mengajag pemilihan metode, alat,
sebelum mengajar dimulai, tahap sumber, dan alat evaluasi. Semua
instruksional yaitu saat-saat mengajar, komponen ini harus berkesesuaian dan
dan tahap evaluasi dan tindak lanjut didayagunakan untuk mencapai tujuan
yaitu penilaian atas hasil belajar anak seefektif dan seefisin mungkin. Bila
didik dan penindaklanjutannya”. salah satu komponen tidak sesuai
c. Komponen-komponen tujuan, maka pelaksanaan pembelajaran
Pembelajaran tidak dapat mencapai tujuan yang telah
Demi kesuksesan pelaksanaan ditetapkan secara optimal.
29
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)
30
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)
31
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)
32
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)
maka dilakukan dengan dengan lafal yang tepat, pada hasil tes
membandingkan nilai rata-rata hasil pertama yaitu dalam kategori cukup
penilaian kemampuan membaca mampu dengan nilai rata-rata 4,90,
permulaan anak didik berdasarkan hasil walaupun masih terdapat pula sebagian
tes antara hasil tes pertama kedua" dan anak didik yang memiliki kemampuan
ketiga. Kategorisasi kemampuan membaca permulaan dalam kategori
membaca permulaan anak didik, yaitu: kurang mampu yang mencapai 32,50
tidak mampu (0 - 2,00), kurang mampu persen. Hal ini menggambarkan
(2,01 - 4,00), cukup mampu (4,01 - walaupun terdapat sebagian anak didik
6,00), mampu (6,01 - 8,00), dan sangat telah memiliki kemampuan membaca
mampu (8,01 - l0). permulaan dalam kategori cukup
mampu, bahkan ada yang mampu, tetapi
PEMBAHASAN masih terdapat pula sebagian anak didik
Hasil penelitian terhadap anak kurang mampu dalam membaca
didik kelompok B TK PGRI Kulo Kab. permulaan. Hal ini dapat disebabkan
Sidrap menunjukkan bahwa yang bersangkutan kurang termotivasi
penggunaan media kartu bergambar atau kurang bersemangat mengikuti
oleh guru dalam mengajar anak didik pelajaran membaca permulaan. Bahkan
membaca permulaan, yaitu dilakukan pada pertemuan pertama hanya sebagian
dengan cara menempel atau memasang kecil yang bertanya kepada guru
kartu bergambar di papan tulis yang sementara anak didik lainnya pasif.
berisi gambar dan tulisan berupa nama Hasil tindakan kedua,
gambar (kata dan kalimat). Sebelum kemampuan permulaan anak didik
guru membaca kata dan kalimat, guru kelompok B TK PGRI Kulo Kab.
terlebih dahulu mengeja huruf vokal Sidrap mengalami peningkatan menjadi
dan konsonan, suku kata, dan kategori mampu dengan rata-rata 6,28.
selanjutnya kata dan kalimat Hal ini berarti secara kualitatif dan
berdasarkan tulisan dan gambar yang kuantitatif, kemampuan membaca
sama. Selanjutnya, anak didik secara permulaan anak didik mengalami
satu-persatu disuruh mengikuti, peningkatanjika dibandingkan dengan
kemudian semua anak didik mengikuti. tindakan atau tes pertama. Demikian
Demikian pula untuk kartu gambar pula hanya sebagian kecil anak didik
berikutnya hingga selesai. Selanjutnya yang termasuk dalam kategori kurang
anak didik diberi kesempatan bertanya mampu dalam membaca permulaan.
jika masih ada huruf, suku kata dan Ditinjau dari segi rnotivasi anak didik
kalimat sederhana yang belum dipahami mengikuti pelajaran sebagian besar anak
anak didik berdasarkan tulisan dan didik sudah cukup termotivasi
gambar yang ditempel guru di papan mengikuti pelajaran membaca
tulis. Dengan cara tersebut anak didik permulaan, dan sudah cukup banyak
diharapkan dapat mengenal huruf vokal anak didik yang aktif mengajukan
dan konsonan, kemudian mengenal pertanyaan atau menjawab pertanyaan
suku kata, kata dan kalimat sederhana. guru.
Kemampuan membaca Selanjutnya pada tes ketiga
permulaan anak didik kelompok B TK kemampuan membaca permulaan anak
TK PGRI Kulo Kab. Sidrap dengan didik kelompok B TK PGRI Kulo Kab.
menggunakan media kartu bergambar, Sidrap mengalami peningkatan secara
kompetensi dasar membaca nyaring kuantitatif menjadi 8,02 dan dari segi
suku kata, kata, dan kalimat sederhana kualitatif menjadi kategori sangat
33
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)
34
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)
35
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
Abstrak
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan mix kuantitatif dan kualitatif dan jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian
ini dilakukan di SD Negeri 10 Pangkajene Kab. Sidrap. Subjek dalam penelitian ini
adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri 10 Pangkajene Kab. Sidrap pada semester II
tahun pelajaran 2016/2017, di mana jumlah siswa sebanyak 12 orang yang terdiri 6
orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan
dalam dua siklus di kelas V SD Negeri 10 Pangkajene Kab. Sidrap dapat disimpulkan
bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar IPS
siswa kelas V SD Negeri 10 Pangkajene Kab. Sidrap. Hasil penelitian menunjukkan
dengan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar IPS, baik dari
aktivitas mengajar guru maupun aktivitas belajar siswa, dimana pada siklus I
menunjukkan belum mencapai hasil pembelajaran secara optimal atau ketuntasan
belajar siswa berada dalam kategori cukup sedangkan pada siklus II mengalami
peningkatan berada dalam kategori tinggi.
36
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
sesuai dengan apa yang dituntut dalam masalah dan fenomenanya kurang
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dipahami oleh siswa. Hal ini
maupun Kurikulum Tingkat Satuan ditunjukkan oleh rendahnya hasil
Pendidikan (KTSP). Meskipun yang belajar siswa kelas V pada semester I
tidak boleh dikesampingkan adalah tahun ajaran 2016/2017, di mana
bahwa keberhasilan kegiatan belajar Kriteria Ketuntasan Minimalnya yaitu
murid dipengaruhi banyak faktor. 65, namun jumlah siswa yang
Faktor-faktor tersebut dapat bersifat memenuhi syarat ketuntasan belajar
eksternal atau internal dan kemudian minimal 58% dari 12 orang siswa.
dapat menjadi penghambat atau Kondisi tersebut di atas diduga
penunjang proses belajar mereka. disebabkan oleh dalam proses
Sebagaimana diketahui bersama pembelajaran di kelas selama ini guru
bahwa mutu hasil pendidikan sebagian hanya menggunakan metode ceramah
besar ditentukan oleh mutu kegiatan saja dengan sedikit variasi selain itu
belajar mengajar. Sehubungan dengan juga murid ditempatkan sebagai objek
itu, peningkatan mutu KBM dalam belajar yang berperan sebagai penerima
mempersiapkan anak-anak menghadapi informasi secara pasif dan guru tidak
era globalisasi, merupakan kebutuhan membimbing dan mengarahkan siswa
yang mutlak dan sangat mendesak. pada materi pembelajaran, guru kurang
Salah satu upaya untuk meningkatkan menjelaskan materi pembelajaran dan
mutu kegiatan belajar mengajar, kurang memotivasi siswa dalam
khususnya mutu proses pembelajaran kegiatan belajar mengajar. Situasi
Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) adalah seperti itu dengan mudah dapat
peningkatan mutu guru sehingga menggangu konsentrasi dan
memiliki tingkat profesional yang kemampuan belajar siswa. Penggunaan
memadai. (Sardiman, 2004) metode ceramah ini tidak berdasarkan
menyatakan “Ilmu Pengetahuan Sosial pada analisis kesesuaian antara tipe isi
(IPS) merupakan ilmu dasar yang pelajaran dengan tipe kinerja
sangat penting artinya bagi murid pada (performance) yang menjadi sasaran
tingkat satuan pendidikan dasar, karena belajar. Di samping itu, bahasa yang
materinya berisikan penjelasan, disampaikan kurang komunikatif dan
gambaran, uraian, dan analisis tentang secara umum hampir semua materi yang
fungsi dan peranan manusia, hubungan terdapat dalam buku paket kurang bisa
antara manusia dan masyarakat, baik dipahami secara kontekstual. Oleh
secara individu maupun sosial dalam karena itu, di sinilah perlunya peranan
kehidupan sehari-hari”. Dengan guru sebagai salah satu unsur penting
demikian dalam proses dalam proses pembelajaran menguasai
pembelajarannya memerlukan berbagai keterampilan mengajar dalam
keterampilan-keterampilan tingkat dasar sebuah model pembelajaran yang
(basic skills) guna memecahkan dirancang sebelumnya. Untuk itu
masalah atau fenomena-fenomena yang diperlukan model pembelajaran yang
terjadi dalam kehidupan murid sehari- tepat, yang berorientasi dan berpusat
hari. pada siswa, bukan lagi pembelajaran
Berdasarkan observasi awal di yang berpusat pada guru yakni
SD Negeri 10 Pangkajene Kab. Sidrap pendekatan keterampilan proses.
kelemahan selama ini dalam Beberapa penelitian menunjukkan
pembelajaran IPS adalah materi atau bahwa pendekatan keterampilan proses
konsep ilmu pengetahuan sosial berikut dapat meningkatkan hasil pembelajaran.
37
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
38
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
39
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
40
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
41
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
42
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
43
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
44
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
45
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
46
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
47
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
48
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
49
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
belum terlaksana. Hal ini tentunya hasil pembelajaran secara optimal atau
masih membutuhkan perbaikan. ketuntasan belajar siswa berada dalam
Kekurangan tersebut juga berindikasi kategori cukup sedangkan pada siklus II
terhadap hasil belajar siswa yang belum mengalami peningkatan berada dalam
maksimal. Pada pertemuan I siklus II, kategori tinggi.
hasil belajar siswa mencapai rata-rata
66,25, ketuntasan belajar 75% dan Saran
persen ketidaktuntasannya adalah 25%. Berdasarkan hasil penelitian
Pada tindakan siklus II yang dikemukakan diatas maka
pertemuan II, keberhasilan sudah disarankan sebagai berikut :
mencapai target yang diinginkan karena 1. Guru sekolah dasar perlu
pada kegiatan pembelajaran menerapkan pendekatan
peninggalan sejarah kerajaan Islam di keterampilan proses sebagai salah
Indonesia, guru dan siswa sudah satu alternatif dalam upaya
mampu melaksanakan semuan peningkatan hasil belajar IPS di
indikator-indikator keterampilan proses Sekolah Dasar.
dengan baik. Hal ini menunjukan bahwa 2. Bagi lembaga pendidikan lainnya
siswa telah memahami betul langkah- yang tertarik untuk menerapkan
langkah pembelajaran pendekatan bentuk pembelajaran ini, perlu
keterampilan proses. memperhatikan dan menelaah
Tindakan siklus II Pertemuan II kegiatan-kegiatan dalam tahapan
ini, tingkat hasil belajar siswa secara pembelajaran keterampilan proses
tulisan yang ada pada tes formatif II dengan baik sehingga tujuan yang
siklus II secara klasikal mencapai rata- ingin dicapai dalam pembelajaran
rata 70,41, ketuntasan 91,67% dapat tercapai dengan baik.
sedangkan ketidaktuntasan 8,33%.
Berdasarkan data hasil belajar DAFTAR PUSTAKA
siklus II pertemuan II, maka penelitian Al Barry, MD. 1994. Kamus Modern
meningkatakan hasil belajar siswa kelas Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
V SD Negeri 10 Pangkajene Kab. Arkola.
Sidrap telah berhasil. Farris, P.J. & Cooper, S.M. 1994.
Elementary Social Studies.
KESIMPULAN DAN SARA USA: Brown Communications,
Kesimpulan Inc.
Dari hasil penelitian tindakan Mangkuatmodjo, S. 1997. Pengantar
kelas yang dilakukan dalam dua siklus Statistika. Jakarta: Rineka Cipta.
di kelas V SD Negeri 10 Pangkajene Mappasoro. 2006. Belajar dan
Kab. Sidrap dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran. Makassar: FIP
penerapan pendekatan keterampilan UNM.
proses dapat meningkatkan hasil belajar Mulyasa, 2007. Menjadi Guru
IPS siswa kelas V SD Negeri 10 Profesional; Menciptakan
Pangkajene Kab. Sidrap. Hasil Pembelajaran Kreatif dan
penelitian menunjukkan dengan Menyenangkan. Bandung:
pendekatan keterampilan proses dapat Rosdakarya.
meningkatkan hasil belajar IPS, baik Muslich, M. 2007. KTSP Pembelajaran
dari aktivitas mengajar guru maupun Berbasis Kompetensi dan
aktivitas belajar siswa, dimana pada Kontekstual. Jakarta: Bumi
siklus I menunjukkan belum mencapai Aksara.
50
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)
51
Peningkatan Kemampuan Berdeklamasi Melalui Metode.... (Martini Asraka)
Martini Asraka
Guru SMP Negeri 6 Palopo
Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode
demonstrasi langsung dengan cara mendeklamasikan puisi dapat meningkatkan
ketrampilan berbicara siswa kelas VIIA SMP Negeri 6 Palopo Tahun Pelajaran
2016/2017. Adapun teori-teori yang dipakai acuan dalam penelitian ini adalah: (1)
pengertian puisi, (2) jenis-jenis puisi, (3) tujuan pengajaran puisi, (4) pengertian
deklamasi, (5) tujuan deklamasi, (6) langkah-langkah persiapan deklamasi, dan (7)
pengertian metode demonstrasi. Jenis penelitian ini menggunakan prosedur yang terdiri
dari; (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, evaluasi dan (4) refleksi. Subjek
penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa-siswa kelas VIIA SMP Negeri 6
Palopo Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 30 orang terdiri dari 15 orang
perempuan dan 15 orang laki-laki. Metode pengumpulan data yang dipergunakan pada
penelitian ini adalah: (1) metode observasi, (2) metode tes. Data-data yang terkumpul
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Betitik tolak dari hasil
penyajian penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan metode demonstrasi
melalui berdeklamasi dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas VIIA
SMP Negeri 6 Palopo Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan peningkatan nilai rata-rata dari tes awal, siklus I, siklus II, siklus III,
dengan rincian sebagai berikut: pada tes awal diperoleh nilai 40, pada siklus I diperoleh
nilai 50, pada siklus II menjadi 60, dan meningkat menjadi 79 pada siklus III. Pada
siklus III menunjukkan pencapaian KKM 75 telah terpenuhi dan tingkat ketuntasan
100% telah tercapai, dan (2) dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat dalam
penerapan metode demonstrasi langsung, maka terjadi peningkatan pada nilai rata-rata
siswa.
52
Peningkatan Kemampuan Berdeklamasi Melalui Metode.... (Martini Asraka)
53
Peningkatan Kemampuan Berdeklamasi Melalui Metode.... (Martini Asraka)
kelas saja yaitu kelas VIIA dengan tindakan yang terencana untuk
jumlah siswa 30 orang yang terdiri dari memperbaiki dan meningkatkan apa
15 orang siswa perempuan dan 15 orang yang menjadi kendala yang dialami oleh
siswa laki-laki. Yang menjadi objek siswa. Sebelum melaksanakan tindakan
penelitian ini yaitu Meningkatkan ada beberapa hal yang perlu
Kemampuan Berdeklamasi Melalui diperhatikan dalam perencanaan
Metode Demonstrasi Langsung Pada penelitian ini yaitu: (a) mepersiapkan
Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 6 rencana pelaksanaan pembelajaran
Palopo Tahun Pelajaran 2016/2017. (RPP), (b) mempersiapkan buku ajar,
Tempat penelitian ini dilaksanakan di (c) mempersiapkan alat peraga, dan (d)
SMP Negeri 6 Palopo, Kecamatan mempersiapkan tes.
Kediri, Kabupaten Tabanan. Pelaksanaan tindakan yang akan
Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk meningkatkan
digunakan metode tes. Metode tes kemampuan berdeklamasi siswa pada
merupakan metode utama dalam siswa kelas VIIA SMP Negeri 6 Palopo
pengumpulan data penelitian. Data yang adalah dengan teknik demonstrasi
dikumpulkan adalah data mengenai langsung. Pelaksanaan tindakan ini
kemampuan siswa dalam berdeklamasi. harus dilakukan dengan hati-hati dan
Data yang dianalisis adalah data harus dilakukan sesuai dengan
yang didapat dari hasil observasi dan tes perencanaan.
yaitu mengenai aktifitas berbicaraa Observasi merupakan kegiatan
siswa dalam proses belajar mengajar. memperhatikan suatu objek dengan
Analisis data merupakan data yang menggunakan seluruh alat indera dan
dikumpulkan pada setiap kegiatan dilakukan untuk mengetahui
observasi dari pelaksanaan siklus kemampuan berdeklamasi siswa selama
penelitian tindakan kelas yang dianalisis proses belajar-mengajar berlangsung.
secara deskriptif kualitatif yaitu Refleksi merupakan upaya untuk
merupakan sebuah analisis yang melihat dan mempertimbangkan hasil
dilakukan dengan menggunakan tindakan yang telah diberikan dengan
paparan yang berkaitan dengan angka. melakukan perbaikan terhadap rencana
Analisis yang pertama, dilaksanakan awal yang telah diberikan. Hasil refleksi
untuk pelaksanaan tindakan, apakah pada siklus 1 digunakan sebagai dasar
pelaksanaannya sesuai atau tidak untuk menyempurnakan langkah-
dengan yang telah direncanakan. Kedua, langkah tindakan pada siklus
analisis terhadap kemampuan dalam selanjutnya hingga siklus ke-n. Melalui
mendeklamasikan puisi melalui refleksi, peneliti berupaya memperbaiki
pemodelan secara langsung. proses pembelajaran secara
Refleksi awal dilakukan dengan berkelanjutan, tetapi masih perlu adanya
observasi untuk mengamati siswa dan tindakan lanjut dari masalah-masalah
melihat kelemahan yang dialami oleh yang dihadapi oleh siswa sehingga
siswa dalam pembelajaran berbicara dan penelitian yang dilakukan diharapkan
melakukan pre tes untuk mengetahui dapat mengalami peningkatan.
kemampuan dasar yang dimiliki oleh
siswa, kemudian hasil pre tes ini HASIL PENELITIAN DAN
dijadikan titik tolak untuk menentukan PEMBAHASAN
kemajuan yang dicapai pada Hasil Tindakan Awal
pelaksanaan penelitian. Berdasarkan hasil tes awal
Perencanaan adalah serangkaian dalam mendeklamasikan puisi yang
54
Peningkatan Kemampuan Berdeklamasi Melalui Metode.... (Martini Asraka)
diikuti oleh 30 orang siswa dapat dilihat dapat diketahui bahwa siswa yang
nilai rata-rata siswa adalah 4,23 dengan memperoleh nilai 9 sebanyak 3 orang
rincian siswa yang memperoleh nilai 6 (10%), siswa yang memperoleh nilai 8
sebanyak 3 orang (10%), siswa yang sebanyak 23 orang (76,66%), dan siswa
memperoleh nilai 5 sebanyak 5 orang yang memperoleh nilai 7 sebanyak 4
(16,66%), siswa yang memperoleh nilai orang (13,33%). Rata-rata nilai yang
4 sebanyak 14 orang (46,66%), dan dicapai kelas pada siklus III adalah
siswa yang memperoleh nilai 3 7,96. Maka dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 8 orang (26,66%) sehingga kemampuan siswa dalam
kemampuan siswa dalam mendeklamasikan puisi, khususnya
mendeklamasikan puisi pada tes awal siswa kelas VIIA SMP Negeri 6 Palopo
dikelompokan dengan kategori kurang. pada siklus III sudah menunjukkan
Oleh karena itu, perlu dilakukan target yang diinginkan atau sudah
peningkatan hasil belajar dengan mengalami peningkatan. Oleh karena
melanjutkan ketahap berikutnya. itu, penelitian ini hanya dilaksanakan
Hasil Tindakan Siklus 1 sampai siklus III saja.
Berdasarkan hasil tes siklus I, Dari hasil yang diperoleh pada
maka nilai rata kelas adalah 5,33 penilaian, hasil tes awal sampai siklus
dengan rincian siswa yang memperoleh III semua siswa yang mengikuti tes
nilai 7 sebanyak 4 orang (13,33%), kemampuan mendeklamasikan puisi
siswa yang memperoleh nilai 6 mengalami peningkatan. Peningkatan
sebanyak 7 orang (23,33%), siswa yang yang diperoleh siswa dilihat dari hasil
memperoleh nilai 5 sebanyak 14 orang perbaikan langkah-langkah yang
(46,66%), dan siswa yang memperoleh dilakukan peneliti selama penelitian
nilai 4 sebanyak 5 orang (16,66%), berlangsung serta pemberian bimbingan
sehingga kemampuan siswa dalam yang rutin kepada siswa.
mendeklamasikan puisi pada siklus 1 Berdasarkan pada observasi
dikelompokkan dengan kategori hampir siswa selama mengikuti pembelajaran
cukup. Oleh karena itu, kategori hampir mendeklamasikan puisi di dalam kelas
cukup mengalami sedikit peningkatan dari tes awal sampai siklus III
hasil belajar dan harus melanjutkan menunjukkan peningkatan antara lain;
ketahap berikutnya. (1) siswa aktif dalam proses
Hasil Tindakan Siklus II pembelajaran, (2) semua siswa
Berdasarkan hasil tes siklus II, mendengarkan penjelasan guru, (3)
maka dapat diketahui nilai rata-rata semua siswa mengikuti kegiatan
adalah 6,36 dengan rincian yaitu siswa pembelajaran dengan tekun, (4) adanya
yang memperoleh nilai 8 sebanyak 4 keberanian siswa untuk bertanya, (5)
orang (13,33%), siswa yang siswa termotivasi untuk melibatkan diri
memperoleh nilai 7 sebanyak 7 orang menjadi model dalam deklamasi puisi,
(23,33%), siswa yang memperoleh nilai (6) keaktifan siswa dalam
6 sebanyak 15 orang (50%), dan siswa mendeklamasikan puisi semakin ada
yang memperoleh nilai 5 sebanyak 4 peningkatan, hal ini terbukti penilaian
orang (13,33%), sehingga kemampuan siswa dalam mendeklamasikan puisi
siswa dalam mendeklamasikan puisi dari tes awal sampai siklus III
pada siklus II dikelompokan dengan mengalami peningkatan nilai rata-rata.
kategori cukup. Dari data di atas menunjukkan bahwa
Hasil Tindakan Siklus III pembelajaran melalui metode
Dari hasil tes siklus III maka demonstrasi langsung dapat
55
Peningkatan Kemampuan Berdeklamasi Melalui Metode.... (Martini Asraka)
56
Peningkatan Kemampuan Berdeklamasi Melalui Metode.... (Martini Asraka)
DAFTAR PUSTAKA
Aftarudin, P. (1983). Pengantar
Apresiasi Puisi. Bandung :
Angkasa.
Aminudin. (1995). Pengantar Apresiasi
Puisi. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Antara, I. G. P. (1985). Apresiasi Puisi.
57
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
Syamsuddin Bado
Guru SMA Negeri 7 Sidrap
Abstrak
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan mendeskripsikan (1) aktivitas belajar
siswa selama penerapan model pembelajaran CIRC berlangsung, (2) respons siswa
terhadap penerapan model pembelajaran CIRC, (3) peningkatan hasil belajar siswa
hingga tercapainya tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada kegiatan memahami
nilai-nilai edukatif dalam cerpen dengan penerapan model pembelajaran CIRC, (4)
langkah-langkah yang ditempuh dalam menerapkan model CIRC. Subjek penelitian ini
adalah guru dan siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Sidrap yang berjumlah 40 orang.
Objek penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa, peningkatan hasil, respons dan
langkah-langkah pembelajaran dalam penerapan model pembelajaran CIRC. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, metode
observasi, wawancara dan metode angket/kuesioner. Data dianalisis dengan
menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini
adalah, (1) siswa terlihat aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, (2) siswa
memberikan tanggapan sangat positif terhadap penerapan model pembelajaran CIRC
dalam pembelajaran cerpen (3) tercapainya ketuntasan hasil belajar memahami nilai-
nilai edukatif dalam cerpen siswa berkat diterapkannya model pembelajaran CIRC,
yakni pada pratindakan skor rata-rata klasikal 68, siklus I memperoleh skor rata-rata
klasikal 77, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata klasikal siswa menjadi 90 dan (4)
terdapat beberapa langkah penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan
aktivitas dan tercapainya ketuntasan hasil belajar memahami nilai-nilai edukatif dalam
cerpen. Langkah-langkah tersebut menekankan pada pembelajaran sastra khususnya
cerpen yang sebelumnya diajak untuk membaca tanpa adanya pemahaman yang
intensif menjadi lebih baik dengan diterapkan model CIRC yang menekankan siswa
untuk belajar secara berkelompok dan mengintegrasikan membaca dan menulis sebagai
acuan pemahaman terhadap sastra. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti lain
disarankan untuk menerapkan model pembelajaran CIRC, sebagai salah satu model
pembelajaran inovatif, pada mata pelajaran bahasa yang lain pada umumnya dan pada
pelajaran Bahasa Indonesia, pada khususnya.
58
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
59
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
sebuah novel. Cerpen bukan hanya hasil belajar mereka menjadi rendah dan
untuk dibaca tetapi juga perlu dipahami tidak terlihat peningkatan.
unsur yang terdapat di dalamnya Dengan adanya permasalahan
terutama nilai-nilai edukatif yang tersebut, maka harus ada upaya
mampu memengaruhi tingkat pemecahan yang tepat. Untuk
pemahaman pembaca terhadap meningkatkan kemampuan memahami
aplikasinya dalam kehidupan nyata. nilai-nilai edukatif dalam cerpen
Berdasarkan observasi awal dan diperlukan penerapan ataupun model
wawancara dengan salah seorang guru pembelajaran yang tepat, efektif dan
bahasa Indonesia, I Putu Cahya menarik. Upaya untuk mengoptimalkan
Mahardika, S.Pd. di SMA Negeri 7 pembelajaran sastra ini sebagai salah
Sidrap diperoleh fakta bahwa satu bentuk pembelajaran membaca dan
kemampuan memahami nilai-nilai yan menulis serta kemampuan berbahasa di
terkandung dalam cerpen di kelas XI SMA adalah menggunakan model CIRC
IPS1 masih sangat rendah. Data awal Pembelajaran CIRC
yang penulis peroleh dari hasil dikembangkan oleh Stevans, Madden,
pembelajaran sastra cerpen di kelas XI Slavin dan Farnish. Pembelajaran
IPS1 menunjukkan bahwa di dalam kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa
mengikuti pembelajaran sastra, para dapat diartikan sebagai suatu model
siswa sebagian besar memeroleh nilai di pembelajaran kooperatif yang
bawah rata-rata KKM yang telah mengintegrasikan suatu bacaan secara
ditentukan yakni 72. Dari 40 siswa yang menyeluruh kemudian
mengikuti pelajaran, hanya 17 siswa mengkomposisikannya menjadi bagian-
yang mampu memeroleh nilai di atas bagian yang penting. Model
KKM, sedangkan 27 orang siswa tidak pembelajaran ini sangat menyenangkan
mampu mencapai nilai yang telah dan sudah teruji di dalam pembelajaran
ditentukan. Selain fakta tersebut, dilihat guna meningkatkankan keberhasilan
dari proses belajar mengajar di kelas, siswa dalam belajar.
siswa terlihat kurang aktif dan jenuh di Model pembelajaran CIRC
dalam kelas. Tidak ada yang membuat menurut Slavin dalam Suyitno (2005: 3-
mereka tertarik untuk mengikuti 4) memiliki delapan komponen.
pelajaran. Hal- hal tersebut disebabkan Kedelapan komponen tersebut antara
oleh beberapa faktor (1) metode yang lain: (1). Teams, yaitu pembentukan
digunakan dalam pembelajaran bahasa kelompok heterogen yang terdiri atas 4
Indonesia, khususnya pembelajaran atau 5 siswa; (2). Placement test,
sastra bisa dikatakan kurang bervariasi misalnya diperoleh dari rata-rata nilai
dan kurang inovatif. Metode yang biasa ulangan harian sebelumnya atau
digunakan oleh guru dalam berdasarkan nilai rapor agar guru
pembelajaran bahasa Indonesia, mengetahui kelebihan dan kelemahan
khususnya membaca sastra adalah siswa pada bidang tertentu; (3).. Student
metode ceramah dan penugasan. (2) creative, melaksanakan tugas dalam
Minimnya penggunaan media dalam suatu kelompok dengan menciptakan
pembelajaran sastra. Media yang biasa situasi dimana keberhasilan individu
digunakan dalam pembelajaran sastra ditentukan atau dipengaruhi oleh
adalah LKS bahasa Indonesia kelas XI. keberhasilan kelompoknya; (4). Team
(3) Kurangnya interaksi antara siswa study, yaitu tahapan tindakan belajar
dan siswa serta antara siswa dan guru. yang harus dilaksanakan oleh kelompok
Sehingga hal tersebut memengaruhi dan guru memberikan bantuan kepada
60
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
61
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
62
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
63
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
64
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
65
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
66
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
pada aspek nilai religius 92%, nilai Siswa pada Pembelajaran TIK”.
moral 92%, nilai sosial 88%, dan nilai Kumpulan Skripsi Pendidikan
budaya 88% Ilkom UPI (tidak diterbitkan).
Langkah-langkah yang ditempuh Tersedia pada
dalam menerapkan model pembelajaran Badan Standar Nasional Pendidikan.
CIRC dalam meningkatkan kemampuan 2006. Panduan Penyusunan
di dalam memahami nilai-nilai edukatif Kurikulum Tingkat Satuan
dalam cerpen sangat efektif dalam Pendidikan Jenjang Pendidikan
meningkatkan pemahaman siswa Dasar dan Menengah.
terhadap karya sastra. Ada 8 komponen Depdiknas. 2003. Kamus Besar
langkah-langkah pembelajaran yang ada Bahasa Indonesia . Jakarta:
dalam model pembelajaran CIRC; Balai Pustaka.
(1)Teaching Group, (2) Teams, Gunatama, Gede. 2005. Puisi
(3)Student Creative, (4) Teams Study, (teori,apresiasi dan pemaknaan).
(5)Teams Scorer and Team Buku Ajar (tidak diterbitkan).
Recognition, (6)Whole Class Unite, Singaraja: Undiksha.
(7)Task, (8)Placement Test. Indriani, Sri Made. 2008. Modul
Keterampilan Membaca.
DAFTAR PUSTAKA Singaraja: Undiksha.
Alex, Sudiartana I Putu. 2011. Jabrohim. 1994. Pengajaran Sastra.
“Penerapan Model Pembelajaran Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
CIRC Berbantuan Kartu Kerja Jassin, H.B. 1961. Sastra Indonesia
untuk Meningkatkan sebagai Warga Sastra Dunia.
Kemampuan Pemecahan Jakarta: Gramedia.
Masalah Matematika Siswa Muslimat. 2008. ”Memahami
Kelas VIIIC SMPN 2 Pergeseran Nilai Sastra untuk
Singaraja.” Skripsi (tidak Pengayaan Pengajaran Sastra”.
diterbitkan). Jurusan Pendidikan Makalah(tidak diterbitkan).
Matematika. Undiksha. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori
Alwi, Hasan,dkk. 2003. Tata Bahasa Pengkajian Fiksi. Gadjah Mada
Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: University Press: Yoryakarta.
Balai Pustaka. Pradopo, Rachmat Djoko. 2002.
Aminuddin. 2005. Pengantar Apresiasi Beberapa Teori Sastra, Metode
Karya Sastra. Bandung: Sinar Kritik dan Penerapannya.
Baru Algensindo. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Antara, I.G.P. 1986. Dasar-Dasar offset.
Anatomi Sastra. Buku Ajar Ratna, I Nyoman Kutha. 2006.
(tidak diterbitkan). Singaraja: Paradigma Sosiologi Sastra.
Undiksha Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Santosa, Wijaya Heru dan Sri
Penelitian (suatu pendekatan Wahyuningtyas. 2010.
praktik). Jakarta: PT. Rineka Pengantar Apresiasi Prosa.
Cipta Surakarta: Yuma Pustaka.
Awalani, I, Sutarno, H. dan Nurdin, E. Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan
A. 2010. “Penerapan Model Motivasi Belajar Mengajar.
Pembelajaran Cooperative CIRC Jakarta: PT. Raya Grafindo
Berbasis Komputer untuk Persada.
Meningkatkan Hasil Belajar Sudiana, I Nyoman.2007. Membaca.
67
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
68
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
H. Arafah
SMP Negeri Satap Labae Kec. Citta Kab. Soppeng
Abstrak
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Penelitian
deskriptif ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yakni suatu bentuk jenis penelitian
yang menggambarkan fenomena yang diteliti dalam bentuk persentase. Penelitian ini
mendeskripsikan peranan kepala sekolah dalam penyusunan perencanaan pengajaran
guru pada SMP. Sedangkan Tujuan Penelitian ini adalah Untuk mendapatkan data
mengenai persepsi guru tentang peranan kepala sekolah selaku supervisor dengan
penyusunan perencanaan pengajaran di SMP Negeri Satap Labae Kec. Citta Kab.
Soppeng.
Persepsi guru tentang peranan kepala sekolah selaku supervisor dalam
penyusunan perencanaan pengajaran di SMP, termasuk dalam kategori sangat tinggi
dengan skor 76,61 persen. Dengan skor tersebut memperlihatkan bahwa guru SMP
mempunyai persepsi yang positif.
69
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
70
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
71
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
ditempatkan pada empat paling tinggi. serta wawasan yang luas. Kesemua ini
Dari pengertian di atas, dapat diperuntukkan agar disaat pelaksanaan
diterangkan bahwa kepala sekolah tugas dan tanggung jawabnya kepala
adalah pemimpin pendidikan di sekolah sekolah dapat melaksanakan sebaik-
yang menduduki puncak pemimpin baiknya.
tertinggi, diangkat secara resmi oleh 3. Peranan Kepala Sekolah sebagai
atasan dengan surat keputusan. Supervisor
Berkenaan dengan hal ini, Kepala sekolah sebagai
sebagai pemimpin yang resmi Soewadji supervisor dibebani peranan dan
Lazaruth (1988:20) menyatakan bahwa: taggung jawab untuk memperbaiki
“Seorang kepala sekolah menduduki proses belajar mengajar di kelas atau di
jabatannya karena ditetapkan oleh sekolah. Tanggung jawab ini sangat
atasan, dalam hal ini Kepala Kantor penting dan menentukan dalam
Depdikbud atau yayasan. pelaksanaan pendidikan. Sebagai unsur
Lebih lanjut kepala sekolah pimpinan dalam sistem persekolahan,
selaku pemimpin yang memiliki kepala sekolah berhadapan langsung
peranan penting oleh Ngalim Purwanto dengan pelaksana proses belajar
(1991: 101) dinyatakan bahwa: mengajar, yaitu guru (Lasut, 1989).
Kepala sekolah merupakan pemimpin Konsep supervisi sebagai proses
pendidikan yang sangat penting kalau membantu guru guna memperbaiki dan
tidak dapat dikatakan terpenting. meningkatkan pembelajaran dan
Dikatakan sangat penting karena lebih kurikulum (Olivia, 1984) terkandung
dekat dan langsung berhubungan makna bahwa kepala sekolah adalah
dengan pelaksanaan program petugas pimpinan atau supervisor yang
pendidikan di setiap sekolah. Dapat membantu guru, secara individual atau
dilaksanakan program pendidikan di kelompok untuk memperbaiki
setiap sekolah. Dapat di laksanakan atau pengajaran dan kurikulum. Melihat
tidaknya suatu program pendidikan dan ruang lingkup tugas dan peranan
tercapai tidaknya tujuan pendidikan itu, supervisor sesuai konsep supervisi
sangat bergantung pada kecakapan dan tersebut, maka kepala sekolah harus
kebijaksanaan kepala sekolah sebagai menguasai dengan baik perangkat
pemimpin pendidikan. kemampuan guru serta dilengkapi
Dari kedua pendapat terkhir di dengan kemampuan yang diperoleh
atas, lebih memperjelas bahwa melalui pendidikan atau latihan tertentu,
kedudukan kepala sekolah di samping agar siap menjalankan peranan dan
sebagai pemimpin resmi ia juga tanggung jawabnya dengan sebaik-
merupakan pemimpin pendidikan yang baiknya, pengetahuan, keterampilan dan
sangat penting karena kepala sekolah pengalaman yang dimiliki oleh
memiliki tanggung jawab penuh supervisor melalui beberapa usaha
terhadap kelancaran program pendidikan dan latihan ini merupakan
pendidikan di sekolah. Sehingga modal utama baginya dalam
konsekuensi atas kedudukan tersebut melaksanakan peranan, tugas dan
maka pada prinsipnya jabatan kepala tanggung jawab yang telh dibebankan
sekolah adalah cukup berat. Dengan kepadanya. Pada umumnya kepala
demikian secara implisit dalam diri sekolah dipandang sebagai supervisor
pribadi kepala sekolah ada tuntutan pengajaran di sekolahnya, karena dialah
untuk melengkapi diri dengan berbagai yang bertanggung awab untuk
perangkat pengetahuan, kecakapan, mengkoordinasikan semua program
72
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
73
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
74
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
75
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
76
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
77
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
78
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
79
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)
Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Setijadi, 1997, Desain Instruksional,
Jakarta, PAU-PPAI Universitas
Terbuka. Soewarso
Ilardjosoedarmo, 1996, Total
Quality Management,
Yogyakarta, Andi.
Umaedi, 1999, Pengelolaan
Pembelajaran yang efektif,
Jakarta, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat
Pendidikan Menengah Umum.
UU No. 22 Tahun 1999, Tentang
Pemerintahan Daerah, Jakarta:
Sinar Grafika.
UU No. 20 Tahun 2003, Tentang
Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Sinar Grafika.
Wahjosumidjo, 2002, Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Jakarta, P.T.
Raja Grafindo Persada.
Winkel. W.S, 1987, Psikologi
Pengajaran, Jakarta, PT.
Gramedia.
80
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)
Soalihin
Guru SD Negeri 4 Bila
Abstrak
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diamati yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas adalah metode latihan berstrukrut berbasis
prasyarat, sedangkan variabel terikat adalah prestasi belajar murid kelas V SD Negeri 4
Bila. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)
yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar murid melalui penerapan metode
latihan berstruktur berbasis prasyarat pada materi pokok pesawat sederhana. Adapun
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar
murid kelas V SD Negeri 4 Bila pada materi pokok pesawat sederhana melalui
penerapan metode latihan berstruktur berbasis prasyarat. Berdasarkan hasil yang
diperoleh setelah melakukan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
"Penerapan metode latihan berstruktur dapat meningkatkan prestasi belajar murid kelas
V SD Negeri 4 Bila."
81
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)
82
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)
83
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)
84
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)
85
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)
86
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)
87
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)
88