Anda di halaman 1dari 88

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj.

Burhati Tprro)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MEMBACA PUISI


DENGAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS IX
SMP NEGERI 3 PANGSID

Hj. Burhati Tprro


Guru SMP Negeri 3 Pangsid

Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang berusaha menuturkan
pemecahana masalah yang ada sekarang berdasarkan data. Sebagai tempat (objek)
penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah kelas X.1 SMA Negeri 1 Segeri. Subjek
penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Segeri yang berjumlah
28 orang, yang terdiri dari 11 laki-laki dan 17 perempuan. Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan peningkatan hasil belajar membaca puisi dengan penerapan metode
demonstrasi pada siswa kelas X.1. Hasil belajar siswa yang diperoleh siswa pada siklus
I dengan metode demonstrasi yakni, rata-rata yang diperoleh adalah 65, modusnya
adalah 65, standar deviasinya adalah 16, nilai maksimum adalah 90 dan nilai
minimum adalah 40, berada pada kategori sangat rendah, serta ketuntasan hasil
belajarnya adalah 50%. Dibandingkan dengan pada siklus II, hasil belajarnya yakni,
untuk rata-rata yang diperoleh adalah 80, mediannya adalah 80, modusnya adalah 90,
standar deviasnya adalah 14, nilai maksimum adalah 100 dan nilai minimum adalah
60. Dari data tersebut peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar membaca puisi
dengan metode demonstrasi pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Segeri terjadi
peningkatan. Faktor yang mendukung meningkatkannya hasil belajar tersebut adalah
disebabkan karena pada siklus I siswa yang menyimak (82%), menjawab (39%) dan
menanyakan yang kurang dimengerti (39%) masih kurang , dan didapatkan masih ada
siswa yang melakukan hal-hal yang tidak relevan. Sedangkan pada siklus II siswa yang
menyimak pengajaran guru (100%) , bekerja sama dengan temannya (100%),
mengajukan pertanyaan (61%) dan menjawab pertanyaan (14%), kemudian pada siklus
II ini tidak ditemukan lagi ada siswa yang melakukan hal-hal yang tidak relevan
dengan pembelajaran.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Membaca Puisi, Metode Demonstrasi

PENDAHULUAN yang baik dan sempurna.


Metode demonstrasi merupakan Metode demonstrasi baik
salah satu metode dalam pembelajaran digunakan untuk mendapatkan
yang pelaksanaanya dilakukan melalui gambaran yang lebih jelas tentang hal-
penyajian bahan pelajaran dengan hal dengan mengatur sesuatu, membuat
memperagakan atau mempertunjukkan sesuatu, bekerja sesuatu, mengerjakan
kepada siswa suatu proses, situasi, atau atau menggunakannya, komponen-
benda tertentu yang sedang dipelajari, komponen yang membentuk sesuatu,
baik dalam bentuk alamiah (asli) membandingkn suatu cara dengan cara
maupun dalam bentuk buatan (tiruan), lain, dan untuk mengetahui atau melihat
melalui metode demonstrasi, proses kebenaran sesuatu.
penerimaan siswa terhadap pelajaran Djamarah (1996) menguraikan
akan lebih berkesan secara mendalam bahwa :
sehingga bentuk membentuk pengertian Metode demonstrasi mempunyai peran,

1
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)

di antaranya dapat membuat pelajaran puisi masih sangat minim.


menjadi lebih jelas dan lebih konkrit Sejalan dengan hal tersebut,
sehingga menghindari verbalisme Arsyad (2002) mengemukakan bahwa :
(pemahaman secara kata-kata atau “kondisi pembelajaran sastra sejauh ini
kalimat), siswa lebih mudah memahami sangatlah kurang memuaskan”. Hal ini
apa yang dipelajari, proses dirasakan oleh banyak kalangan seperti
pembelajaran lebih menarik, siswa sastrawan, kalangan sastra, masyarakat,
dirangsang unuk lebih aktif mengamati, siswa dan bahkan juga sastra
menyesuaikan antara teori dan merupakan suatu sistem, keberhasilan
kenyataan dan mencoba melakukannya dan kegagalan pembelajaran sastra
sendiri. disebabkan oleh banyak faktor, seperti :
Metode demonstrasi dapat kurikulum, sarana dan prasarana,
membantu meningkatkan daya fikir pengadaan buku dan perpustakaan,
anak terutama dalam peningkatan minat baca, dan sebagainya.
kemampuan mengenal, mengingat, Berdasarkan survey awal di SMA
berfikir konvergen dan berfikir Negeri 1 Segeri ditemukan hasil
evaluatif. Demonstrasi merupakan salah perolehan nilai dalam membaca puisi
satu wahana untuk memberikan masih sangat rendah. Ini disebabkan
pengalaman belajar agar anak dapat pembelajaran membaca puisi cenderung
menguasai materi pelajaran dengan dianggap oleh siswa sebagai materi
baik. Melalui demonstrasi, anak yang membosankan. Sebagaimana nilai
dibimbing menggunakan mata dan akhir dari siswa dalam membaca puisi
telinganya secara terpadu, sehingga hanya mencapai 5,75. 50% yang
hasil pengamatan kedua indera tersebut mendapat nilai 5, 22% siswa yang
dapat menambah penguasaan materi mendapat nilai7, dan sisanya 28% siswa
pelajaran yang diberikan. Pengamatan mendapatkan nilai dibawah 6. Prestasi
kedua indera itu akan saling melengkapi siswa tahun tersebut relatif sama dengan
pemahaman anak tentang segala hal siswa tahun-tahun sebelumnya.
yang ditunjukkan, dikerjakan dan Tidak dapat diungkiri pula bahwa
dijelaskan dalam kegiatan demonstrasi di kalangan siswa SMA Negeri 1 Segeri
tersebut. masih banyak siswa yang kurang
Fenomena yang terlihat sekarang berminat mempelajari puisi, terutama
dalam pembelajaran puisi yaitu siswa minat mendeklamasikan puisi. Hal ini
belajar puisi hanya karena tujuan nampak pada pemahaman siswa dalam
mendesak untuk memenuhi tuntutan membaca puisi masih sangat kurang
agar dapat lulus pada ujian akhir. disebabkan keterampilan dan kurang
Pembelajarannya pun dilakukan hanya kepercayaan diri mereka tampil di
dengan mempelajari teori puisi, tanpa depan umum. Hal tersebut terjadi
melibatkan siswa ke dalam kegiatan karena terbatasnya waktu mengajarkan
menikmati sampai pada tahap puisi di sekolah, jarangnya perlombaan
mengapresiasi. Dampaknya, pelajaran deklamasi atau pembacaan puisi, masih
puisi terasa hambar bagai beban dan kurangnya tenaga yang berkompeten
paksaan semata. Siswa juga tidak dapat dalam pembelajaran deklamasi puisi
menghargai nilai-nilai estetis yang dan sebagainya. Di samping itu, dalam
terkandung dalam puisi. Hal tersebut pelaksanaan pembelajaran, guru tidak
menyebabkan tingkat kemampuan siswa memanfaatkan siswa sebagai tutor
saat ini dalam mengapresiasi, sebaya. Berdasarkan permasalahan
memahami, serta menilai karya sastra tersebut, peneliti mengidentifikasi dan

2
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)

menganalisis penyebab masalah penerimaan siswa terhadap pelajaran


kurangnya kemampuan siswa dalam akan lebih berkesan secaran mendalam
membaca puisi yang diberikan. sehingga membentuk pengertian yang
Untuk mengatasi hal tersebut baik dan sempurna.
salah satu metode yang ingin diterapkan Metode demonstrasi baik
dalam meningkatkan minat deklamasi digunakan untuk mendapatkan
puisi siswa adalah dengan gambaran yang lebih jelas tentang hal-
menggunakan metode demonstrasi. hal dengan mangatur sesuatu,
Dengan penggunaan metode ini, mengerjakan atau menggunakannya,
diharapkan pada siswa dapat komponen-komponen yang membentuk
meningkatkan motivasi berlatih dalam sesuatu, membandingkan suatu cara
deklamasi puisi. dengan cara lain, dan untuk mengetahui
Berdasarkan fenomena yang atau melihat kebenaran sesuatu.
terurai di atas memotivasi penulis b. Kelebihan dan kekurangan metode
mengkaji tentang metode dalam demontrasi
pembelajaran deklamasi puisi dengan Djamarah (1996) menguraikan
memilih judul : “Peningkatan Hasil kelebihan dan kekurangan metode
Belajar Membaca Puisi dengan demonstrasi sebagai berikut :
Metode Demonstrasi di Kelas X.1 pada 1) Kelebihan metode demonstrasi :
SMA Negeri 1 Segeri”. Permasalahan a) Dapat membuat pengajaran lebih
ini diangkat untuk menyelesaikan segala jelas dan lebih konkrit sehingga
isu pembelajaran deklamasi puisi. menghindari verbalisme
Melalui metode demonstrasi sebagai (pemahaman secara kata-kata atau
sasaran penelitin ini, dapat ditemukan kalimat).
tentang metode pembelajaran puisi pada b) Siswa mudah memahami apa yang
siswa. dipelajari.
Penelitian ini dilakukan atas dasar c) Proses pengajaran lebih menarik
pemahaman bahwa penelitian tentang 2) Kekurangan metode demonstrasi :
metode demonstrasi dalam a) Metode ini memerlukan
pembelajaran deklamasi puisi masih keterampilan guru secara khusu,
kurang dilakukan oleh peneliti karena tanpa ditunjang hal itu,
sebelumnya. Sedangkan penelitian ini pelaksanaan demonstrasi akan tidak
difokuskan pada metode demonstrasi efektif.
dalam kaitannya dengan peningkatan b) Fasilitas seperti peralatan, tempat,
kemampuan siswa mendeklamasikan dan biaya yang memadai tidak
puisi. terlalu tersedia dengan baik.
c) Demonstrasi memerlukan kesiapan
KAJIAN PUSTAKA dan perencanaan yang matang di
1. Metode Demonstrasi samping memerlukan waktu yang
a. Pengertian demonstrasi cukup panjang sehingga mengambil
Metode demonstrasi adalah cara waktu dari jam pelajaran yang lain.
penyajian bahan pelajaran dengan c. Tujuan dan manfaat metode
memperagakan atau mempertunjukkan demonstrasi
kepada siswa suatu proses, situasi, atau Demonstrasi merupakan salah
benda tertentu yang sedang dipelajari, satu wahana untuk memberikan
baik sebenarnya maupun tiruan, yang pengalaman belajar agar dapat
sering disertai dengan penjelasan lisan. menguasai materi pelajaran dengan
Dengan metode demonstrasi proses lebih baik. Melalui metode demonstrasi,

3
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)

anak dibimbing menggunakan mata dan sesuatu yang telah dilakukan dan
telinganya secara terpadu, sehingga ditunjukkan oleh guru. Guru harus
hasil pengamatan kedua indera itu akan menaruh perhatian kepada anak
saling melengkapi pemahaman anak yang mengalami kesulitan dalam
tentang segala hal yang ditunjukkan, menirukan sesuatu yang
dikerjakan, dan dijelaskan dalam dicontohkan guru.
kegiatan demonstrasi tersebut. Selain uraian di atas,
Untuk menangkap unsur-unsur Moselichhatoen (2004), menambahkan
penting dalam proses pengamatannya, pula manfaat, tujuan dan rancangan
kemungkinan melakukan kesalahan metode demontrasi. Untuk lebih
sangat kecil bila ia menirukan sesuatu jelasnya dapat diuraikan sebagai
yang didemonstrasikan oleh guru berikut:
dibandingkan jika ia melakukan hal 1. Dapat dipergunakan untuk
yang sama hanya berdasarkan memberikan ilustrasi dalam
penjelasan lisan oleh guru. menjelaskan informasi kepada anak.
Dengan demikian, tujuan metode Bagi anak, melihat bagaimana
demonstrasi adalah peniruan terhadap sesuatu peristiwa berlangsung.
model yang dapat dilakukan. Agar dapat Lebih menarik, dan merangsang
meniru contoh perbuatan yang perhatian serta lebih menantang
didemonstrasikan guru, ada beberapa daripada hanya mendengarkan
hal yang penting yang harus penjelasan guru.
diperhatikan oleh guru, antara lain: 2. Metode demonstrasi dapat
1. Sesuatu yang ditunjukkan dan membantu meningkatkan daya pikir
dilakukan oleh guru harus dapat anak terutama dalam peningkatan
diamati secara jelas oleh anak yang kemampuan mengenal, mengingat,
diajar. Bilamana dirasa perlu berpikir konvergen dan berpikir
diulang, maka pengulangan evaluatif.
demonstrasi itu tidak dilakukan Secara umum persiapan guru
secara tergesa-gesa, tetapi dilakukan untuk merancang kegiatan demonstrasi
dengan penuh kesabaran dan adalah
ketenangan agar tidak berdampak 1. Menetapkan rancangan tujuan
negatif terhadap anak. kegiatan demonstrasi. Sebagaimana
2. Dalam pemberian penjelasan, suara telah dikemukakan oleh penggunaan
guru harus dapat didengar dengan demonstrasi antara lain memberikan
jelas. Modulasi suara hendaknya pengalaman belajar melalui
tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu penglihatan dan pendengaran untuk
rendah. Modulasi (alunan) suara mencapai tujuan kegiatan. Dalam
yang terlalu tinggi menyebabkan menetapkan tujuan demonstrasi,
anak lekas lelah, sedangkan guru mengidentifikasi perbuatan-
modulasi suara yang terlalu rendah perbuatan yang akan diajarkan
menjadikan anak lekas bosan. kepada anak dalam pernyataan-
Keadaan semacam itu menyebabkan pernyataan yang spesifik dan
konsentrasi dan perhatian anak operasional. Pernyataan-pernyataan
kepada kegiatan demonstrasi guru operasional mengandung arti dalam
berkurang atau bahkan menjadi bentuk pernyataan tingkah laku
buyar. yang diamati.
3. Demonstrasi itu harus diikuti 2. Menetapkan rancangan bentuk
kegiatan anak untuk menirukan demonstrasi yang dipilih yang

4
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)

dilakukan oleh guru untuk kelas, (3) Diusahakan agar setiap


mengajarkan keterampilan dengan siswa dapat melihat demonstrasi dan
cara menunjukkan, melakukan, mendengar.
menjelaskan secara terapadu. Tiap e. Pelaksanaan demonstrasi
anak mendapatkan kesempatan Adapun bentuk pelaksanaan
untuk memperhatikan sesuatu yang demonstrasi ini adalah sebagai berikut:
ditunjukkan, dikerjakan dan 1. Meciptakan suasana yang baik,
dijelaskan oleh guru agar jelaskan tujuan demonstrasi dan
memperoleh pemahaman yang lebih bangkitkan minat siswa.
tepat dan jelas tentang sesuatu yang 2. Usahakan agas demonstrasi itu
dicontohkan oleh guru itu. sederhana dan hanya mengenal
3. Menetapkan rancangan bahan dan pokok-pokoknya saja yang mudah
alat yang diperlukan untuk dipahami siswa.
demonstrasi. Ada dua macam 3. Tidak menyimpang dari pokok
rancangan bahan dan alat yang bahasan.
diperlukan. Pertama, bahan dan alat 4. Tidak melakukan demonstrasi
yang diperlukan untuk demonstrasi. terburu-buru, diselingi dengan
Kedua, bahan dan alat yang pertanyaan-pertanyaan.
diperlukan untuk menirukan contoh 5. Demonstrasi tidak diperpanjang
yang dibuat oleh guru. sehingga tidak membosankan.
4. Menetapkan rancangan langkah 6. Sambil melakukan demonstrasi,
kegiatan demonstasi. pada saat tertentu hendaklah
5. Menetapkan rancangan penilaian membuat rangkuman apa yang telah
kegiatan demonstrasi. dipertunjukkan.
d. Prinsip-prinsip metode demonstrasi f. Syarat demonstrasi yang baik
Sebagaiman pengertian metode Berikut ini adalah syarat
demonstrasi sebelumnya, maka penulis demonstrasi yang baik, antara lain :
dapat mengambil kesimpulan bahwa 1) Guru telah cukup menyiapkan alat-
dalam metode demonstrasi ada beberapa alat yang telah diperlukan.
prinsip yang dapat diterapkan dalam 2) Siswa semuanya dapat mengikuti
pembelajaran. demonstrasi.
Menurut Paradoppo (1993) 3) Menetapkan Rencana Pelaksanaan
prinsip-prinsip dalam metode Pembelajaran setiap langkah
demonstrasi di antaranya : demonstrasi.
1. Menciptakan hubungan yang baik, 4) Waktunya cukup dengan
menarik perhatian siswa. pertimbangan ada kesempatan pada
2. Mengasah lebih jelas bagi orang siswa untuk mengajukan pertanyaan
sebelumnya yang tidak dan membuat catatan.
memahaminya. 5) Para siswa duduk dengan tenang
3. Dipikirkan pokok inti dari mengamati demonstrasi.
demonstrasi itu agar siswa benar- 6) Menetapkan apa rencana guru
benar memahaminya. sesudah demonstrasi berakhir untuk
4. Mempersiapkan demonstrasi antara menilai hasil pengajaran.
lain : (1) Menguasa cara yang 2. Puisi dalam pembelajaran bahasa
digunakan, sediakan alat yang akan Indonesia
digunakan, (2) Mencoba sendiri a. Pengertian puisi
terlebih dahulu sebagai latihan Puisi salah satu bentuk karangan
sebelum memperlihatkan di muka rekaan yang tak dapat

5
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)

dipertanggungjawabkan kebenarannya, Menurut Pradopo (1993):


karena isi puisi bukan kenyataan Untuk memberikan batasan puisi secara
faktual, bukan kenyataan ruang dan utuh, terlebih dahulu dibedakan antara
waktu, melainkan dunia imajinasi, dunia wujud puisi dengan wujud prosa.
rekaan. Oleh karena itu, walaupun Selanjutnya, sesudah memberikan
dalam puisi ada juga digunakan perbedaan antara keduanya diadakanlah
kenyataan faktual, tetapi bukan itu yang kesepakatan bersama dari berbagai
penting dalam puisi. Misalnya saja, bila pihak terhadap pengertian atau batasan
kita membaca sebuah sajak seperti puisi tersebut.
“Diponegoro” karangan Chairil Anwar, Sehubungan dengan pendapat di
maka tujuan kita bukanlah untuk atas, Slamet Muljana (dalam Pradopo,
mengetahui seluk-beluk perjuangan 1993) mengemukakan perbedaan puisi
Dipenogoro tetapi membaca puisi itu dan prosa, yaitu:
untuk menangkap pikiran, perasaan, 1. Kesatuan-kesatuan korespondensi
khayal, serta semangat pengarangnya prosa yang pokok adalah kesatuan
dan mencoba menghidupkan pada diri si sintaksis, sedangkan kesatuan-
pembaca. Bahwa pengetahuan tentang kesatuan korespondensi puisi secara
tokoh itu mungkin dapat membantu resmi bukanlah kesatuan sintaksis,
usaha kita bila ingin mengenal lebih melainkan kesatuan akuistis.
jauh tentang diri si tokoh tersebut. 2. Di dalam puisi, korespondensi dari
Secara etimologis, kata puisi corak tertentu yang terdiri atas
berasal dari bahasa Yunani yakni kata kesatuan-kesatuan tertentu pula
poeima yang berarti membuat, dan meliputi seluruh puisi dari semula
poetisis yang artinya pembuatan. Dalam hingga akhir. Kesatuan ini disebut
bahasa Inggris puisi diambil dari kata baris dalam sajak.
poem atau poetri. Dengan demikian 3. Di dalam baris sajak ada prioritas
puisi dapat diartikan sebagai membuat dari awal hingga akhir.
atau pembuatan. Untuk memberikan Emerson dalam Situmorang
batasan pada puisi sangat sukar mengartikan puisi sebagai suatu usaha
dilakukan secara pasti. Dari berbagai yang abadi dalam mengapresiasi kan
literatur ditemukan pula beberapa jiwa untuk menggerakkan tubuh yang
pengertian puisi yang dikemukakan oleh kasar dan mencari kehidupan, serta
para ahli. sebab-sebab yang memunculkannya.
Sebagaimana menurut Junaedi Sementara itu, Dalton dalam Pradopo
(1983: 8) bahwa: menyatakan bahwa sebenarnya puisi
Puisi adalah ekspresi penyair yang merupakan pemikiran manusia secara
dilukiskan dalam bahasa konsentratif konkret dan artistik dalam bahasa
dan intensif. Sifat konsentratif dan emosional serta berirama.
intensif inilah yang membedakan antara Dari beberapa pendapat ahli di
puisi dengan karya sastra yang lain.” atas, dapat disimpulkan bahwa puisi
Dan lebih jauh lagi beliau mengatakan adalah ungkapan apresiasi jiwa penyair
bahwa puisi itu dibangun oleh yang merekam kehidupan nyata dengan
rangkaian unsur-unsur. Rangkaian menggunakan bahasa sebagai kekuatan
unsur-unsur dalam sebuah puisi laksana utama.
sebuah mata rantai, yang apabila salah b. Hakikat puisi
satu matanya hilang atau terlepas, maka Richard (dalam Waluyo, 1993:
pada hakekatnya rantainya pun tak 53) mengemukakan bahwa unsur-unsur
terwujud lagi sebagai rantai. puisi adalah sebagai berikut:

6
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)

1) Tema arti (sense) diri, angkuh, atau lain-lain. Hal ini


2) Pokok-pokok Pikiran (subject tergantung pada saat itu serta keadaan
matter) lingkungan masyarakat dan sekitarnya.
3) Rasa (feeling) e. Tujuan (intention)
4) Nada (tone) Intention adalah tujuan penyair
5) Tujuan (intention) menciptakan sebuah puisi. Setiap
6) Amanat aktivitas yang dilakukan orang pasti
a. Tema arti (sense) punya tujuan, walaupun kadang-kadang
Sense adalah sesuatu yang tidak disadari pasti tujuan itu ada meski
diciptakan atau digambarkan oleh ruang lingkupnya kecil.
penyair lewat puisi yang dihadirkannya. f. Amanat
Kehadiran sense dalam puisi pada Penyair disamping
dasarnya akan berhubungan dengan mengemukakan pendapat dan
dunia atau makna puisi secara umum mencurahkan perasaannya, mungkin
yang ingin diungkapkan penyairnya. pula ingin menyampaikan sesuatu
Yang paling penting dalam sebuah puisi amanat kepada para pembaca. Amanat
adalah makna utuh yaitu apa yang itu ada kalanya dikemukakan secara
maksudkan oleh keseluruhan puisi itu. tersurat, tetapi sering pula dikemukakan
Hal ini didasarkan atas prinsip bahwa secara tersirat.
sebuah puisi itu adalah mengandung Dari pemaparan di atas, dapat
satu keseluruhan yang bulat. ditarik kesimpulan bahwa sebuah puisi
b. Pokok-pokok pikiran (subject yang baik harus memenuhi persyaratan-
matter) persyaratan seperti yang telah
Yaitu pokok-pokok pikiran yang dikemukakan di atas. Selain itu, seorang
dikemukakan oleh penyair lewat puisi penyair dalam membuat puisi, perlu
yang diciptakannya. Bila sense baru memperhatikan unsur-unsur berikut:
berhubungan dengan gambaran makna 1) Diksi (diction)
dalam puisi secara umum, maka subject Diksi adalah pemilihan kata-kata
matter berhubungan dengan satuan- dalam puisi yang biasanya diusahakan
satuan pokok pikiran tertentu yang oleh seorang penyair dengan secermat
secara khusus membangun sesuatu yang dan seteliti mungkin. Seorang penyair
diungkap penyair. memilih kata yang benar-benar
c. Rasa (feeling) mengandung arti yang sesuai dengan
Feeling adalah sikap penyair maksud yang diemban puisinya, baik
terhadap pokok pikiran yang dalam arti denotatif maupun dalam arti
ditampilkannya. Terdapatnya pokok konotatif. Pemilihan kata ini selain
pikiran dalam puisi karena setiap sangat penting, juga merupakan bagian
menghadirkan pokok pikiran tertentu dari ciri khas seorang penyair yang
pada umumnya dilatarbelakangi oleh membedakannya dari karya puisi
sikap tertentu pula. penyair-penyair lainnya.
d. Nada (tone) Pengertian diksi (pilihan kata)
Nada adalah sikap penyair jauh luas dari apa yang dipantulkan oleh
terhadap pembaca sejalan dengan jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan
pokok-pokok pikiran yang saja dipergunakan untuk menyatakan
ditampilkannya. Bagaimana sikap kata-kata mana yang mau dipakai untuk
penyair terhadap pembaca, dapat mengungkapkan suatu ide atau gagasan,
dirasakan dari nada penciptaannya. tetapi juga meliputi persoalan
Apakah penyairnya bersikap rendah fraseologi, majas, dan ungkapan.

7
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)

Fraseologi mencakup persoalan kata- Ada berbagai macam majas yang


kata dalam pengelompokan atau kerap digunakan oleh penyair dalam
susunannya, atau yang menyangkut membuat sebuah puisi. Diantaranya
cara-cara yang khusus berbentuk adalah majas perbandingan, majas
ungkapan-ungkapan. Majas sebagai kiasan, majas perlambangan, atau jenis
bagian dari diksi bertalian dengan majas lainnya. Dengan penggunaan
ungkapan-ungkapan yang individual majas itu dapat terlihat secara jelas
atau karakteristik, atau yang memiliki makna atau lukisan yang hendak
nilai artistik yang tinggi. dikemukakan oleh penyair. Hal ini juga
2) Daya bayang (imagi) dilakukan untuk lebih menghidupkan
Akibat pilihan kata yang dan menetapkan apa yang hendak
digunakan oleh penyair, maka dia akan dikemukakannya.
tergugah untuk menggunakan 5) Irama dan sajak/persamaan bunyi
kemampuan melihat, mendengar, dan (rhytm and ritme)
merasakan secara fantasi (imaji) benda- Irama merupakan totalitas dari
benda atau bunyi-bunyian serta tinggi rendahnya suara atau panjang
perasaan-perasaan yang diungkapkan pendeknya suara atau cepat lambatnya
oleh penyair. Dengan demikian, suara waktu membaca atau
pembaca dapat mengalami serta melihat mendeklamasikan sebuah puisi.
sendiri dalam bayangannya apa yang Mengenai rima (persamaan bunyi) dapat
dilukiskan oleh penyair. Dengan jalan dibedakan atas dua bagian, yakni
demikian pula, seorang penyair dapat menurut tempatnya dan menurut
menarik perhatian pembaca, bahkan susunannya.
bisa meyakinkannya terhadap realitas Menurut tempatnya, rima terdiri
yang dilihat atau yang didengarkannya. atas dua jenis yakni rima awal bila
3) Kata-kata konkret perulangan atau persamaan bunyinya
Kata-kata konkret adalah kata terletak pada permulaan setiap
yang dilihat secara denotatif sama, perkataan, sedang rima akhir adalah
tetapi secara konotatif tidak sama persamaan atau perulangan bunyinya
menurut kondisi dan situasi terletak pada akhir setiap kata dalam
pemakaiannya. Penyair memiliki kata- suatu larik. Sedangkan menurut
kata yang konkret untuk melukiskan susunannya, rima meliputi rima
atau menyatakan sesuatu itu dengan berangkai, rima berselang, dan rima
setepat-tepatnya, secermat-cermatnya, berpeluk.
dan sekonkret-konkretnya. Sebab, bila Richard (dalam Pradopo, 1993:
tidak memiliki kata konkret, maka 73) juga berpendapat bahwa sebuah
pembaca sulit memaknai sebuah puisi. puisi hendaknya memiliki tiga
Walau begitu, sebagian kalangan juga komponen yang sangat pokok, yakni:
masih beranggapan bahwa pada a) Rasa; yaitu sikap seorang penyair
hakikatnya puisi yang baik adalah puisi terhadap pokok permasalahan yang
yang susah dimaknai isinya. terkandung dalam puisi yang
4) Majas atau figura bahasa (figurative diciptakannya;
language) b) Nada; yaitu sikap sang penyair
Majas atau figura bahasa adalah terhadap pembacanya atau sikap
cara yang dipergunakan oleh seorang seorang penyair terhadap para
penyair dalam membangkitkan atau penikmat karyanya;
menciptakan imagery dengan c) Amanat; yaitu pesan yang
mempergunakan majas. disampaikan lewat puisinya.

8
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)

Misalnya, kalau penyair itu seorang 50, artinya ada banyak siswa yang hasil
guru, maka puisinya kadang-kadang belajarnya adalah 50. Kemudian hasil
bersifat didaktis. belajar pada siklus I ini berada pada
3. Jenis-jenis puisi kategori sangat rendah. Hal ini
Menurut bentuknya puisi dapat disebabkan karena kurangnya motivasi
dibagi atas dua bahagian, yaitu puisi belajar , sehingga siswa tidak tertarik
lama dan puisi baru. dengan pembelajaran yang diberikan.
Dalam metode demonstrasi ditekankan
Proses penciptaan sastra pada pembelajaran secara unjuk kerja
Sejak lahir, manusia telah dibekali atau penampilan. Namun, dalam siklus I
suatu potensi untuk dapat berpikir dan siswa belu dapat bekerja seefisien
bertindak dalam kehidupannya. Potensi mungkin, dalam berkelompok masih
berpikir dan bertindak tersebut banyak siswa yang memonopoli tugas
merupakan dukungan manusia untuk yang diberikan dan yang bekerja sama
mencipta sesuatu termasuk didalamnya dalam kelompok. Oleh karena itu,
menciptakan karya sastra. Untuk dalam siklus I ini guru lebih banyak
mencipta sebuah karya sastra diperlukan membimbing dan mengarahakn siswa.
imajinasi yang kuat dalam hal ini Faktor lain yang menyebabkan
permainan kata-kata atau bahasa. belum maksimalnya hasil belajar ada
Menurut Suhendar (dalam siklus I, pertama karena masih ada
Pradopo, 1993: 56) terciptanya sebuah siswa yang melakukan aktivitas yang
karya sastra semisal puisi berkat si tidak relevan dengan pembelajaran di
pencipta mempunyai daya cipta, daya antaranya : keluar masuk kelas dan
rasa, dan daya karsa yang terus menganggu temannya. Meskipun
berlangsung dalam hidupnya. Ketiga hal jumlah siswa yang melakukan kegiatan
tersebut saling berkaitan satu sama lain tersebut tidak terlalu signifikan dan
dan tidak dipisah-pisahkan. Sebab, masih terkategori ditoleransi. Namun,
kalau salah satu dari tiga hal tersebut tetap harus menjadi perhatian karena,
tidak ada, mustahil karya sastra yang apabila dibiarkan tanpa korektif akan
baik akan terbentuk. Selanjutnya mengakibatkan orientasi belajar siswa
Paradopo (1993: 57) mengemukakan dapat terganggu sehingga tujuan
bahwa: pembelajaran tidak dapat tercapai.
“Daya cipta berhubungan dengan daya Pada siklus II tidak jauh berbeda
imajinasi yang kuat, sedangkan daya dengan siklus I, siklus II keaktifan
rasa berhubungan dengan hati. Daya siswa sudah nampak, dorongan dan
karsa berhubungan dengan kehendak, minar siswa dalam belajar dapat terlihat
keinginan yang kuat. Kalau ketiganya dari keaktifannya bertanya, bekerja
menyatu, maka terwujudlah sebuah sama dalam kelompok dan hasil
karya sastra yang baik melalui proses. belajarnya. Tes siklus II ini
menunjukkan nilai yang lebih baik dari
PEMBAHASAN siklus I yaitu nilai rata-rata 89,62, nilai
Hasil belajar siswa yang diperoleh tertinggi yang diperoleh adalah 80, nilai
setelah dilakukan tes siklus I dalam tertinggi adalah 100 dan nilai terendah
metode demonstrasi adalah rata-rata adalah 60, nilai mediannya adalah 80,
nilai yang diperoleh adalah 25 dengan nilai standar deviasinya 1. Kemudian
nilai tertinggi 90 dan nilai terendah berada pada kategori sangat tinggi.
adalah 40. Sedangkan nilai mediannya Dengan pendekatan struktural akativitas
adalah 65 dan nilai modusnya adalah siswa dalam kelompok sudah baik,

9
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)

laporan lembar kerja siswa sudah baik, ceramah atau diskusi agar siswa merasa
begitupun dalam demonstrasi sudah santai atau rileks belajar (santai tapi
menunjukkan hasil yang signifikan. serius).
Untuk melihat perbandingan Seorang guru yang baik tak bosan
disribusi frekuensi pada siklus I dan memberikan arahan atau motivasi
siklus II dapat dilihat pada diagram kepada siswa agar giat belajar sehingga
perbandingan berikut. mereka dapat mencapai hasil
pembelajaran yang baik, hingga
akhirnya nanti akan meningkatkan hasil
belajar siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka
Sedangkan untuk melihat penulis mengemukakan kesimpulan
perbandingan ketuntasan siklus I dan sebagai berikut:
siklus II, dapati diketahui melalui 1. Hasil belajar siswa yang diperoleh
diagram perbandingan ketuntasan siklus siswa pada siklus I dengan metode
I dan Siklus II berikut. demonstrasi yakni, rata-rata yang
diperoleh adalah 65, modusnya
adalah 65, standar deviasinya
adalah 16, nilai maksimum adalah
90 dan nilai minimum adalah 40,
berada pada kategori sangat rendah,
serta ketuntasan hasil belajarnya
adalah 50%. Dibandingkan dengan
pada siklus II, hasil belajarnya
Dilihat dari metode pembelajaran yakni, untuk rata-rata yang
bagaimana seorang guru membimbing diperoleh adalah 80, mediannya
dan membina anak didiknya, tentang adalah 80, modusnya adalah 90,
tata cara pembelajaran yang baik dan standar deviasnya adalah 14, nilai
benar serta dilihat dari bibit dan maksimum adalah 100 dan nilai
bobotnya, bagaimana seorang guru minimum adalah 60. Dari data
memberikan motivasi belajar kepada tersebut peneliti menyimpulkan
siswanya agar mereka dapat lebih giat bahwa hasil belajar membaca puisi
lagi belajar. Seorang guru dikatakan dengan metode demonstrasi pada
berhasil mendidik anak didiknya, siswa kelas X.1 SMA Negeri 1
apabila anak tersebut mendapat nilai Segeri terjadi peningkatan.
yang baik atau mencapai hasil yang 2. Faktor yang mendukung
diinginkan seorang guru. meningkatkannya hasil belajar
Metode seorang guru yang baik tersebut adalah disebabkan karena
seharusnya memiliki metode pada siklus I siswa yang menyimak
pembelajaran, bagaimana cara mengajar (82%), menjawab (39%) dan
yang baik agar siswa tidak bosan menanyakan yang kurang
belajar, guru harus memhami situasi di dimengerti (39%) masih kurang ,
dalam kelas agar siswa tidak merasa dan didapatkan masih ada siswa
bisan belajar, misalnya guru yang melakukan hal-hal yang tidak
menggunakan metode tanya jawab, relevan. Sedangkan pada siklus II

10
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Membaca Puisi.... (Hj. Burhati Tprro)

siswa yang menyimak pengajaran Pendidikan Tinggi.


guru (100%) , bekerja sama dengan Zulfahnur, dkk. Apresiasi. Jakarta:
temannya (100%), mengajukan Depdikbud
pertanyaan (61%) dan menjawab
pertanyaan (14%), kemudian pada
siklus II ini tidak ditemukan lagi
ada siswa yang melakukan hal-hal
yang tidak relevan dengan
pembelajaran.

Saran
Dalama upaya peningkatan hasil
belajar membuat puisi, maka penulis
mengemukakan saran sebagai berikut :
1. Menetapkan metode demonstrasi
untuk meningkatkan hasil belajar
membuat puisi.
2. Dalam kegiatan pembelajaran
guru hendaknya memberikan situasu
yang bervariasi sehingga tidak
menyebabkan kejenuhan bagi siswa.
3. Diharapkan para peneliti
bidang pendidikan, agar dapat
melakukan penelitian lebih lanjut
tentang penggunaan metode
demonstrasi.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2008. Prosedur Suatu
Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara
Departemen Pendidikan Nasional.
Standar Nilai Hasil Belajar.
Moeslichatoen. 2004. Metode
Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta
Muchtar, Annaslah, dkk. 1998. Bahasa
Indonesia untuk SLTP Jilid 2.
Malang : IKIP
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Penilaian
Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPPFE
Purwanto. 2004. Prinsip-prinsip dan
Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Sudjarso. 2005. Teori Puisi. Jakarta:
Depdiknas, Direktorat Jenderal

11
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN


CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA
MURID KELAS V SD NEGERI 6 PANGKAJENE

Hj. Mahani
Guru SD Negeri 6 Pangkajene

Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian tinadakan kelas (classroom action research), dengan
mendiskripsikan kemampuan belajar IPA murid kelas V SD Negeri 6 Pangkajene tahun
pelajaran 2017/2018. Adapun sebjek pnelitian tindakan kelas adalah murid kelas V SD
Negeri 6 Pangkajene sebanyak 28 orang yang terdiri dari 10 murid laki-laki dan 18
murid perempuan. Sedangkan Tujuan utama penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui
bagaimana penerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), dalam
pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 6 Pangkajene, dan 2) Untuk meningkatkan
hasil belajar murid dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) dalam pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 6 Pangkajene.
Penerapan pembelajaran pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pada
pelajaran IPA pokok bahasan sistem alat pencernaan manusia. Murid kelas V SD
Negeri 6 Pangkajene dapat meningkat. Hasil analisis siklus I skor rata-rata sebesar
70,35 dari skor ideal 100 yang berada pada kategori cukup, denga standar deviasi
13,46 dan pada siklus II skor rata-rata mencapai sebesar 80,53 dari skor ideal 100
yang barada pada kategori baik, dengan standar deviasi 21,27 Persentase ketuntasan
pada siklus I sebesar 67,85% yaitu 19 dari 28 murid dan pada siklus II persentase
ketuntasan mencapai 85,71% yaitu 24 dan mengalami peningkatan 10,18% pada siklus
I ke siklus II dari 28 murid. Partisifasi dalam pembelajaran dapat meningkat hal ini
dapat dilihat dari observasi aktivitas murid. selain itu, dari hasil respon murid setelah
diterapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagian besar murid
lebih aktif.

Kata Kunci : Hasil Belajar, IPA, Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)

PENDAHULUAN Adapun penelitian ini dilakukan


Rendahnya perolehan hasil peneliti dengan berkolaborasi dengan
belajar mata pelajaran IPA di SD Negeri guru-guru SD Negeri 6 Pangkajene.
6 Pangkajene . Menunjukkan adanya Dengan berkolaborasi ini, diharapkan
indikasi terhadap rendahnya kinerja kemampuan profesional guru dalam
belajar murid dan kemampuan guru merancang model pembelajaran akan
dalam mengelola pembelajaran yang lebih baik lagi dan dapat menerapkan
berkualitas. Untuk mengetahui mengapa model pembelajaran yang lebih
prestasi murid tidak seperti yang bervariatif. Disamping itu, kolaborasi
diharapkan, tentu guru perlu merefleksi ini diharapakan dapat meningkatkan
diri untuk dapat mengetahui faktor- kemampuan guru dalam merefleksi diri
faktor penyebab ketidak berhasilan terhadap kinerja yang telah
murid dalam pelajaran IPA. Sebagai dilakukannya, sehingga dapat
guru yang baik dan profesional, melakukan perubahan dan perbaikan
permasalahan ini tentu perlu kualitas pembelajaran dan mengelola
ditanggulangi dengan segera. proses pembelajaran yang lebih terpusat

12
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)

pada murid. lingkungan alam


Di Sekolah Dasar IPA 6. Meningkatkan kesadaran untuk
merupakan ilmu yang mencari tahu menghargai alam dan segala
tentang alam secara sistematis sehingga keteraturannya sebagai salah satu
IPA bukan hanya penguasaan ciptaan Tuhan
pengetahuan berupa fakta-fakta, 7. Memperoleh bekal pengetahuan,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip konsep dan keterampilan IPA
tetapi juga merupakan suatu proses sebagai dasar untuk melanjutkan
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan pendidikan ke SMP/ MTS.
dapat menjadi wahana bagi murid untuk Berdasarkan kenyataan di atas
mempelajari diri sendiri dan alam perlu dicarikan alternatif pembelajaran
sekitar serta prospek pengembangan sesuai dengan tingkat perkembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya murid, sehingga murid lebih termotivasi
didalam kehidupan sehari-hari. Hal ini untuk mengikuti proses pembelajaan.
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sebagai seorang guru hendaknya dapat
Triyanto (2008:100) mendefinisikan mengembangkan potensi yang dimiliki
IPA sebagai pengetahuan yang murid melalui pemberian kesempatan
sistematis dan tersusun secara teratur kepada murid mengkonstruksi sendiri
berlaku umum (universal) dan berupa pengetahuannya dan mampu
kumpulan data hasil observasi dan menemukan sendiri materi yang
eksperimen. dipelajarinya serta mampu membuat
Dalam kurikulum tingkat satuan hubungan antara materi ajar dengan
pendidikan 2006 (KTSP), dimana di situasi nyata murid. W. Sanjaya
dalam KTSP disini Sains bertujuan agar (2007:117) mengemukakan bahwa
peserta didik memiliki kemampuan pengetahuan anak diperoleh bukan dari
sebagai berikut : informasi yang diberikan orang lain
1. Memperoleh keyakinan terhadap termasuk guru, akan tetapi dari hasil
Tuhan Yang Maha Esa bedasarkan mengkonstruksi dan menemukan
keberadaan, keindahan dan sendiri, maka guru harus menghindari
keteraturan alam ciptaan-Nya mengajaar sebagai proses penyampaian
2. Mengembangkan pengetahuan dan informasi. Salah satu pendekatan
pemahaman konsep-konsep IPA pembelajaran yang dapat memberikan
yang bermanfaat dan dapat kesempatan kepada murid untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari- membangun sendiri pengetahuannya
hari serta dapat menghubungkan antara
3. Mengembangkan rasa ingin tahu materi ajar dengan kehidupan nyata
sikap positif dan kesadaran tentang adalah pendekatan kontekstual atau
adanya hubungan yang saling Contextual Teaching and Learning
mempengaruhi antara IPA (CTL).
lingkungan, teknologi dan Pendekatan kontekstual adalah
masyarakat suatu pendekatan pembelajaran yang
4. Mengembangkan pendekatan berusaha mengaitkan antara materi ajar
kontekstual untuk menyelidiki alam dengan situasi kehidupan nyata. Sanjaya
sekitar, memecahkan masalah dan (2007:225) mengemukakan bahwa
membuat keputusan, pendekatan kontekstual adalah suatu
5. Meningkatkan kesadaran untuk strategi pembelajaran yang menekankan
berperan serta dalam memelihara, pada proses keterlibatan murid secara
menjaga dan melestarikan penuh untuk dapat menemukan materi

13
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)

yang dipelajari dan mampu Triyanto (2008:61) mengatakan


menghubungkannya dengan situasi bahwa; Sains adalah suatu kumpulan
kehidupan nyata sehingga mendorong teori dan berkembang melalui metode
murid untuk dapat menerapkannya ilmiah seperti observasi dan eksperimen
dalam kehidupan sehari-hari serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa
Pembelajaran CTL ingin tahu, terbuka, jujur dan
memungkinkan peserta didik berfikir sebagainya yang sistematis,
kreatif dan menghubungkan antara hal- penerapannya secara umum terbatas
hal yang berbeda yang telah ada, pada gejala-gejala alam, lahir.
Kemudian membandingkan antara Samantowa, 2006:2 menyatakan
fenomena-fenomena yanag ada di bahwa IPA adalah suatu cara atau
lingkungannya sehingga memunculkan metode untuk mengamati alam. Nash
idea atau pandangan yang baru. juga menjelaskan bahwa cara IPA
Pada penjelasan di atas tampak mengamati dunia ini bersifat analisis,
bahwa pendekatan CTL memungkinkan lengkap, cermat serta
murid untuk terlibat secara penuh menghubungkannya antara suatu
didalam proses pembelajaran serta fenomena dengan fenomena lain
mampu menghubungkan antara materi sehingga keseluruhannya membentuk
ajar yang dipelajari dengan kehidupan suatu persfektif yang baru tentang objek
nyata sehingga dapat menguatkan yang diamatinya. IPA membahas
pemahaman murid yang pada akhirnya tentang gejala-gejala alam yang
meningkatkan prestasi belajar murid didasarkan pada hasil percobaan dan
Berdasarkan uraian di atas pengamatan yang dilakukan oleh
penulis merancang sebuah penelitian manusia, hal ini sebagaimana yang
yang berjudul “Peningkatan Hasil diucapkan oleh Powler (Samantowa,
Belajar IPA Melalui Pendekatan 2006: 2) bahwa IPA merupakan ilmu
Contextual Teaching and Learning yang berhubungan dengan gejala-gejala
(CTL) pada murid kelas V SD Negeri 6 alam dan kebendaan yang sistematis
Pangkajene . dan tersusun secara teratur, berlaku
umum yang berupa kumpulan hasil
KAJIAN PUSTAKA eksperimen dan observasi.
Pembelajaran Belajar IPA Jika dicermati ada dua aspek
1. Hakikat IPA penting dari defenisi-defenisi tersebut
Kata Sains yang selanjutnya yakni langkah-langkah yang ditempuh
disebut Ilmu Pengetahuan Alam berasal dalam memahami alam (proses IPA)
dari bahasa inggris natural science yang dan pengetahuan yang dihasilkan
berarti ilmu pengetahuan yang berupa fakta, prinsip, konsep, dan teori
mempelajari alam semesta. Jadi, secara (produk IPA) kedua aspek tersebut
harfiah IPA atau sains adalah ilmu didukung oleh sikap IPA (sikap ilmiah)
pengetahuan tentang alam yang berupa keyakinan akan nilai yang harus
mempelajari peristiwa-peristiwa yang dipertahankan ketika mencari atau
terjadi di alam (bundu, 2007:1). mengembangkan pengetahuan baru.
Menurut Wahyana (Triyanto, 2008:61) Ada dasar pola fikir tersebut
mengatakan bahwa Sains adalah secara garis besar Sains memiliki tiga
kumpulan pengetahuan tersusun secara komponen, Patta Bundu & Kasim,
sistematik, dan dalam penggunaanya 2007:4, sebagai berikut :
secara umum terbatas pada gejala-gejala a. Sains Sebagai Produk
alam. Sains sebagai produk adalah berisi

14
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)

prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan Dasar Sains akan menaruh perhatian


teori-teori yang dapat menjelaskan pada keingintahuan murid tentang
dan memahami alam dan berbagai alam semesta dengan cara:
fenomena yang terjadi didalamnya. a) Mendorong murid untuk menyelidiki
b. Sains Sebagai Proses alam engan teknologi
Sains sebagai proses adalah b) Mengembangkan kemampuan untuk
sejumlah keterampilan untuk murid untuk mengajukan pertanyaan
mengkaji fenomena-fenomena alam tentang alam semesta
dengan berbagai cara tertentu untuk c) Mengembangkan kemampuan murid
memperoleh ilmu dan untuk mengidentifikasi masalah
pengembangan ilmu selanjutnya. pengadaptasian manusia.
c. Sains Sebagai Sikap Ilmiah 2) Mengembangkan keterampilan
Sains sebagai sikap ilmiah mengacu menginvestasi (skill for
pada sejauh mana murid murid investigation)
mengalami perubahan dalam sikap Dasar program Sains akan
dan sistem nilai dalam proses mengembangkan keterampilan
keilmuawan. Sikap ilmiah menginvestigasi alam semesta,
diantaranya hasrat ingin tahu, memecahkan masalah dan membuat
menghargai kenyataan, ingin keputusan.
menerima ketidakpastian, hati-hati, Dasar program Sains akan
tekun, seneitif terhadap lingkungan berusaha mengemabagkan pemahaman
dan mampu bekerjasama dengan murid dan sikap tentang alam,
orang lain. keterbatasan, dan kemungkinan yang
timbul dari Sains dan teknologi. Hal ini
Tujuan Pembelajaran Sains dapat:
Sebagai alat pendidikan yang a) Menjadikan murid mengakui dan
berguna untuk tujuan pendidikan, maka mengaplikasikan ilmu, sikap dan
pendidikan Sains disekolah mempunyai kebiasaan berfikir
tujuan-tujuan tertentu (Triyanto, b) Meningkatkan pemahaman murid
2008:69), yaitu: terhadap sains dan teknologi
a) Memberikan pengetahuan kepada c) Membantu murid lebih sadar
murid tentang dunia tempat hidup terhadap interaksi Sains dan
dan bagaimana bersikap teknologi dengan masyarakat
b) Menanamkan sikap hidup ilmiah d) Membantu murid dalam
c) Memberikan keterampilan untuk penggunaan pengetahuan Sains dan
melakukan pengamatan teknologi, sikap dan keterampilan
d) Mendidik murid untuk mengenal, membuat keputusan
mengetahui cara kerja serta Khaeruddin dan Eko, 2005: 15
menghargai para ilmuawan mengemukakan bahwa mengajarkan
penemunya Sains dikelas dapat :
e) Menggunakan dan menerapkan a) Mengembangkan kognitif murid
metode ilmiah dalam memecahkan b) Mengembangkan afektif murid
masalah c) Mengembangkan psikomotorik
Khaeruddin dan Eko, 2005:11 murid
mengemukakan bahwa pada dasarnya d) Mengemangkan keatifitas murid
tujuan Sains di sekolah dasar adalah : e) Melatih murid berfikir kritis
1) Menambah keingintahuan
(Curiosity)

15
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)

2. Hasil Belajar IPA evaluation (menilai), application


Hasil belajar IPA adalah untuk (menerapkan)
menghantarkan murid menguasai b. Affective: Receiving (sikap
konsep-konsep IPA dan keterkaitannya menerima), responding (memberi
untuk dapat memecahkan masalah respon), valuing (menilai),
dalam kehidupan sehari-hari. Kata organization (organisasi),
menguasai di sini mengisyaratkan characterization (karakterisasi).
bahwa harus menjadikan murid tidak c. Psychomotor: Initiatory level, pre-
sekedar tahu (knowing) dan hafal routine level, routinized level.
(memorizing) tentang konsep-konsep Sedangkan menurut Hopkins,
IPA, melainkan harus menjadikan 1993 hasil belajar merupakan suatu
murid untuk mengerti dan memahami proses di mana suatu organisme
(to understand) konsep-konsep tersebut mengalami perubahan perilaku karena
dan menghubungkan keterkaitan suatu adanya pengalaman dan proses belajar
konsep dengan konsep lain. telah terjadi jika di dalam diri anak telah
Menurut aliran psikologi terjadi perubahan, perubahan tersebut
kognitif memandang hasil belajar diperoleh dari pengalaman sebagai
adalah mengembangkan berbagai interaksi dengan lingkungan.
strategi untuk mencatat dan Sebenarnya hasil belajar
memperoleh informasi, murid harus merupakan realisasi pemekaran dari
aktif menemukan informasi-informasi kecakapan atau kapasitas yang dimiliki
tersebut dan guru menjadi partner murid seseorang. Penguasaan hasil belajar dari
dalam proses penemuan berbagai seseorang dapat dilihat dari perilakunya,
informasi dan makna-makna dari baik perilaku dalam bentuk penguasaan
informasi yang diperolehnya dalam pengetahuan, keterampilan berpikir,
pelajaran yang dibahas dan dikaji maupun keterampilan motorik.
bersama. Dengan menilai hasil belajar
Dari pengertian hasil belajar murid-muridnya sebenarnya guru tidak
yang telah dikemukakan oleh para ahli hanya menilai hasil usaha muridnya saja
maka intinya adalah "perubahan". Oleh tetapi sekaligus juga menilai hasil
karena itu seseorang yang melakukan usahanya sendiri. Menilai hasil belajar
aktivitas belajar dan memperoleh murid berfungsi untuk dapat membantu
perubahan dalam dirinya dengan guru dalam menilai kesiapan anak pada
memperoleh pengalaman baru, maka suatu mata pelajaran, mengetahui status
individu itu dikatakan telah belajar. anak dalam kelas, membantu guru
Hasil belajar menempatkan dalam usaha memperbaiki metode
seseorang dari tingkat abilitas yang satu belajar mengajar. Selain bagi guru
ketingkat abilitas yang lain. Mengenai kegunaan hasil belajar bagi
perubahan tingkat abilitas menurut administrator adalah untuk memberi
Bloom (1976:5), meliputi tiga ranah, laporan kemajuan murid kepada orang
yaitu : tua, memberi ikhtisar mengenai hasil
a. Kognitif : Knowledge (pengetahuan, usaha yang dilakukan oleh suatu
ingatan), comprehension lembaga pendidikan.
(pemahaman, menjelaskan, Hasil belajar IPA murid yang
meringkas), analysis (menguraikan, dimaksud dalam penelitian ini adalah
menentukan hubungan), synthesis pengetahuan yang dicapai murid pada
(mengorganisasikan, merencanakan, mata pelajaran IPA setelah mengalami
membentuk bangunan baru), proses pengajaran di sekolah dari hasil

16
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)

tes atau ujian yang diberikan setelah kontrukstivisme, maka didalam


melewati proses belajar pada akhir pembelajaran kontekstual murid
rumusan tertentu,Dan sebagai suatu dituntut untuk terlibat aktif didalam
hasil usaha yang dicapai setelah proses pembelajaran artinya proses
melakukan kegiatan belajar dan belajar diarahkan pada proses
merupakan kecakapan belajar murid. pengalaman langsung oleh murid.
Bagi murid, hasil belajar merupakan Sedangkan guru lebih banyak berperan
berakhirnya proses bagi guru sendiri sebagai fasilitator pembelajaran.
dengan evaluasi hasil kerja yang tampak Sehubungan dengan itu, E. Mulyasa,
setelah murid mengikuti dengan secara 2008:103 mengungkapkan lima elemen
seksama proses belajar mengajar. Hasil yang harus diperhatikan dalam
belajar murid adalah suatu kemampuan pembelajaran kontekstual, sebagai
yang dicapai seorang murid dalam berikut :
usaha memperoleh nilai atau didapat di a. Pembelajaran harus memperhatikan
sekolah. Oleh karena itu, motivasi atau pengetahuan yang sudah dimiliki
semangat belajar yang sebaik mungkin murid.
sesuai dengan apa yang diharapkan baik b. Pembelajaran dimulai dari
oleh murid, orang tua maupun guru keseluruhan (global) menuju
sebagai tenaga pendidik. bagian-bagiannya secara khusus
(dari umum ke khusus).
Pendekatan Kontekstual c. Pembelajaran harus ditekankan pada
1. Pengertian pendekatan pemahaman, dengan cara :
Contextual Teaching and Learning 1) Menyusun konsep sementara.
(CTL) 2) Melakukan sharing untuk
Pendekatan kontekstual atau memperoleh masukan dan
disebut juga Contextual Teaching and tanggapan dari orang lain.
Learning (CTL) merupakan salah satu 3) Merevisi dan mengembangkan
pendekatan pembelajaran yang banyak konsep.
dibicarakan orang saat ini, pendekatan d. Pembelajaran pada upaya
kontekstual merupakan suatu mempraktekan secara langsung apa
pendekatan pembelajaran yang yang dipelajari.
menekankan keterlibatan murid secara e. Adanya refleksi terhadap strategi
penuh untuk dapat menemukan materi pembelajaran dan pengembangan
yang dipelajari dan menghubungkannya pengetahuan yang dipelajari.
dengan situasi kehidupan nyata 2. Komponen Pembelajaran
sehingga mendorong murid untuk Kontekstual
menerapkannya dalam kehidupan CTL sebagai suatu pendekatan
mereka (Sanjaya, 2007: 225) pembelajaran memiliki tujuh (7) asas
Kunandar, 2008: 295 mengartikan Sanjaya, 2006:265. Asas-asas ini
pembelajaran kontekstual adalah suatu melandasi proses pembelajaran yang
proses pendidikan yang bertujuan menggunakan pendekatan kontekstual.
membantu murid melihat makna dalam Seringkali asas ini disebut sebagai
bahan pelajaran yang mereka pelajari komponen-komponen CTL selanjutnya
dengan cara menghubungkannya ketujuah asas tersebut akan dijelaskan
dengan konteks lingkungan pribadinya, dibawah ini.
sosialnya, dan budayanya. a. Konstruktivisme
Sesuai teori pembelajaran yang Konstruktivisme adalah proses
mendasarinya yaitu teori pembelajaran membangun atau menyusun

17
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)

pengetahuan baru dalam stuktur akan tetapi hasl dari proses menemukan
kognitif murid berdasarkan sendiri. Dengan demikian dalam proses
pengalaman. Menurut konstruktivisme, perencanaan, guru bukanlah
pengetahuan itu memang berasal dari mempersiapkan sejumlah materi yang
luar, akan tetapi dikonsrtuksi oleh dan harus dihapal, Akan tetapi merancang
dari dalam diri sesorang. Kunandar pembelajaran yang memungkinkan
(2007: 305) berpandapat bahwa murid dapat menemukan sendiri materi
konstruktivisme adalah landasan yang harus dipahaminya. Belajar pada
berpikir pembelajaran kontekstual yang dasarnya merupakan proses mental
menyatakan bahwa pengetahuan seseorang yang tidak terjadi secara
dibangun oleh manusia sedikit demi mekanis. Melalui proses mental itulah,
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui diharapkan murid berkembang secara
konteks yang terbatas (sempit) dan tidak utuh baik intelektual, mental,
sekonyong-konyong. Pengetahuan emosional, maupun pribadinya.
bukanlah seperangkat fakta-fakta, Langkah-langkah kegiatan
konsep atau kaidah yang siap diambil inkuiri adalah sebagai berikut :
atau diingat. Manusia harus 1) Merumuskan masalah
mengkonstruksi pengetahuan itu dan 2) Mengamati atau melakukan
memberi makna melalui pengalaman observasi
nyata. 3) Menganalisis dan menyajikan hasil
Dalam konstruktivisme dalam tulisan, gambar, laporan,
pembelajaran harus dikemas menjadi bagan, tabel, dan karya lainnya.
proses “mengkonstruksi” bukan 4) Mengkomunikasikan atau
“menerima” pengetahuan. Dalam proses menyajikan hasil karya pada
pembelajaran murid membangun sendiri pembaca, teman sekelas, guru, atau
pengetahuan mereka melalui audien yang lain.
keterlibatan aktif didalam proses c. Bertanya
pembelajaran. Murid menjadi pusat Belajar pada hakikatnya adalah
kegiatan bukan guru. Dalam pandangan bertanya dan menjawab pertanyaan.
konstruktivisme strategi memperoleh Bertanya dipandang sebagai refleksi
lebih diutamakan dibandingkan dari keingintahuan setiap individu,
seberapa banyak murid memperoleh dan sedangkan menjawab pertanyaan
mengingat pengetahuan. Oleh karena itu mencerminkan kemampuan seseorang
tugas guru adalah memfasilitasi proses dalam berpikir. Dalam pembelajaran
tersebut dengan (1) menjadikan melalui CTL guru tidak menyampaikan
pengetahuan bermakna dan relevan bagi materi begitu saja, tetapi perlu
murid (2) memberikan kesempatan memancing agar murid dapat
kepada murid untuk dan menerapkan menemukan sendiri. Karena itu peran
idenya sendiri; (3) menyadarkan murid bertanya sangat penting, sebab melalui
agar mereka menerapkan strategi pertanyaan-pertanyaan guru dapat
mereka sendiri dalam belajar membimbing dan mengarahkan murid
b. Inkuiri untuk menemukan setiap materi yang
Asas kedua dalam pembelajaran dipelajarinya.
CTL adalah inkuiri. Artinya, proses Dalam sebuah pembelajaran
pembelajaran didasarkan atas pencarian yang produktif kegiatan bertanya
dan penemuan melalui proses berpikir berguna untuk (Triyanto, 2008:31) :
secara sistematis. Pengetahuan 1) Menggali informasi baik
bukanlah fakta dari hasil mengingat, administrasi maupun akademis

18
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)

2) Mengecek pemahaman murid dari guru saja, akan tetapi dapat juga
3) Membangkitkan respon kepada guru memanfaatkan murid yang
murid dianggap memiliki kemampuan.
4) Mengetahui sejauh mana Misalkan, murid yang menjadi juara
keingintahuan murid dalam membaca puisi dapat disuruh
5) Mengetahui hal-hal yang sudah untuk memampilkan kebolehannya
diketahui murid didepan teman-temannya, dengan
6) Memfokuskan perhatian murid demikian murid dapat dianggap sebagai
kepada hal-hal yang diinginkan guru model. Modeling merupakan asas yang
7) Membangkitkan lebih banyak lagi cukup penting dalam pembelajaran
pertanyaan dari murid CTL, sebab melalui modeling murid
8) Menyegarkan kembali pengetahuan dapat terhindar dari pembelajaran yang
murid teoritis-abstrak yang dapat
memungkinkan terjadinya verbalisme.
d. Masyarakat Belajar (Learning f. Refleksi (Reflection)
Community) Refleksi adalah proses
Dalam kelas CTL, penerapan pengendapan pengalaman yang telah
asas masyarakat belajar dapat dilakukan dipelajari yang dilakukan dengan cara
dengan menerapkan pembelajaran mengurutkan kembali kejadian atau
melalui kelompok belajar. Murid dibagi peristiwa-peristiwa pembelajaran yang
kedalam kelompok-kelompok yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi,
anggotanya bersifat heterogen, baik pengalaman belajar itu akan
dilihat dari kemampuan dan kecepatan dimasukkan kedalam struktur kognitif
belajarnya, maupun dilihat dari bakat murid yang pada akhirnya akan menjadi
dan minatnya. Biarkan dalam dari pengetahuan yang dimilikinya.
kelompoknya mereka saling Dalam proses pembelajaran
membelajarkan, yang cepat belajar yang menggunakan CTL, setiap
didorong untuk membantu yang lambat berakhir proses pembelajaran, guru
belajar, yang memiliki kemampuan memberi kesempatan kepada murid
tertentu didorong untuk menularkan untuk merenung atau mengingat
pada yang lain. kembali apa yang dipelajarinya. Biarkan
Masyarakat belajar terjadi secara bebas murid menafsirkan
apabila ada proses komunikasi dua arah. pengalamannya sendiri, sehingga ia
Seorang guru yang mengajari muridnya dapat menyimpulkan tentang
bukan merupakan masyarakat belajar pengalaman belajarnya.
karena komunikasi hanya terjadi satu Adapun realisasi dari kegiatan
arah, yaitu informasi yang datang dari refleksi dapat berupa (Triyanto,2008:
guru kearah murid. Dalam hal ini yang 35) :
belajar hanya murid bukan guru. Dalam 1) Pertanyaan langsung tentang apa-
masyarakat belajar, dua kelompok (atau apa yang diperoleh pada hari itu
lebih) yang terlibat dalam komunikasi 2) Catatan atau jurnal dibuku murid
pembelajaran saling belajar. 3) Kesan dan saran murid mengenai
e. Pemodelan (Modeling) pembelajaran hari itu
Yang dimaksud dengan asas 4) Diskusi
modeling adalah proses pembelajaran 5) Hasil karya
dengan memperagakan sesuatu sebagai g. Penilaian Nyata (Autenthic
contoh yang dapat ditiru oleh setiap Assesment)
murid. Proses modeling tidak terbatas Penilaian nyata adalah proses

19
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)

yang dilakukan guru untuk kontekstual, setiap guru perlu


mengumpulkan informasi tentang memahami tipe belajar dalam dunia
perkembangan belajar murid. Penilaian murid, artinya guru perlu menyesuaikan
ini diperlukan untuk mengetahui apakah gaya mengajar dengan gaya belajar
murid benar-benar belajar atau tidak. murid. Dalam pembelajaran
Apakah pengalaman belajar murid konvensional hal ini sering terlupakan
memiliki pengaruh yang positif sehingga proses pembelajaran tidak
terhadap perkembangan baik intelektual berubahnya sebagai proses pemaksaan
maupun mental murid. Penilaian yang kehendak. Sehubungan dengan hal itu,
autentik dilakukan secara terus-menerus terdapat beberapa hal yang harus
selama kegiatan pembelajaran diperhatikan bagi setiap guru manakala
berlangsung. Oleh sebab itu, menggunakan CTL.
tekanannya diarahkan kepada proses a. Murid didalam pembelajaran
belajar bukanlah kepada hasil belajar. kontekstual dipandang sebagai
Adapun karakteristik penilaian individu yang sedang berkembang.
autentik menurut Triyanto (2008:37) Kemampuan belajar seseorang akan
adalah : dipengaruhi tingkat perkembangan
1) Dilaksanakan selama dan sesudah dan keluasan pengalaman yang
proses pembelajaran berlangsung dimilikinya. Anak bukanlah orang
2) Dapat digunakan untuk kualitatif dewasa dalam bentuk kecil,
maupun kuantitatif melainkan organisme yang berada
3) Yang diukur adalah keterampilan dalam tahap-tahap perkembangan.
dan performasi, bukan mengingat Kemampuan belajar akan sangat
fakta ditentukan oleh tingkat
4) Berkesinambungan perkembangan dan pengalaman
5) Terintegrasi mereka. Dengan demikian, peran
6) Dapat digunakan sebagai feed back guru bukanlah sebagai instruktur
atau “penguasa” yang memaksa
3. Peran guru dalam pembelajaran kehendak melainkan guru adalah
kontekstual pembimbing murid agar mereka
Dalam pembelajaran kontekstual bisa belajar sesuai tahap
tugas guru adalah memberikan perkembannya.
kemudahan belajar kepada murid, b. Setiap murid memiliki
dengan menyediakan berbagai sarana kecenderungan untuk belajar hal-hal
dan sumber belajar yang memadai (E. yang baru dan penuh tantangan.
Mulyasa: 2008:103). Guru tidak hanya Kegemaran anak adalah mencoba
menyampaikan materi yang berupa hal-hal yang dianggap aneh dan
hafalan tetapi mengatur lingkungan baru. Oleh karena itu, belajar bagi
belajar dan strategi pembelajarn yang mereka adalah mencoba
memungkinkan murid belajar. Selain itu memecahkan setiap persoalan yang
didalam pembelajaran kontekstual guru dianggap menantang. Dengan
perlu memahami perbedaan dan demikian, guru berperan dalam
karakteristik setiap murid sehingga memilih bahan-bahan belajar yang
didalam menyajikan materi pelajaran dianggap untuk dipelajari murid.
guru perlu menyesuaikan antara gaya c. Belajar bagi murid adalah proses
mengajar dengan karakteristik dari mencari keterkaitan atau
setiap muridnya. keterhubungan antara hal-hal yang
Dalam proses pembelajaran baru dengan hal-hal yang sudah

20
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)

diketahui. Dengan demikian, peran terkunyah seluruhnya.


guru adalah membantu agar para Secara kimiawi makanan
murid mampu menemukan tercampur dengan kelenjar ludah yang
keterkaitan antara pengalaman baru mengandung ensim amylase (ptyalin).
dengan pengalaman sebelumnya. Enzim ini dihasilkan kelenjar ludah dan
d. Belajar bagi anak adalah proses berfungsi menguraikan pati dalam
menyempurnakan skema yang telah makanan yang menjadi zat gula.
ada (asimilasi) atau proses b. Kerongkongan
pembentukan skema baru Setelah dikunyah dan dicampur
(akomodasi), dengan demikain dengan kelenjar ludah, maka masuk
tugas guru adalah menfasilitasi agar kekorongkongan. Kerongkongan adalah
anak mampu melakukan proses saluran yang menghubungkan rongga
asimilasi dan akomodasi. mulut dan lambung. Didalan
kerongkongan makanan didorong oleh
Sistem Alat Pencernaan Manusia dinding kerongkongan menuju lambung
1. Konsep Alat Pencernaan Manusia oleh gerakan peristaltik, Gerakan
Pencernaan makanan adalah peristaltik adalah gerakan meremas dan
proses melumatkan makanan dari kasar mendorong pada dinding
sampai menjadi halus (Suwarno Utomo kerongkongan.
dkk, 2006:13). Melalui pencernaan c. Lambung
makanan, makanan yang kita makan Lambung manusia berbentuk
dapat dimanfaatkan oleh tubuh. kantong yang dapat membesar kalau
Berdasarkan prosesnya, pencernaan terisi makanan. Lambung terletak di
makanan dapat dibedakan menjadi dua, dilam rongga perut sebelah kiri atas. Di
yaitu : dalam lambung, makanan mengalami
a. Pencernaan secara mekanik, yaitu proses pencernaan secara mekanis dan
pencernaan yang dilakukan oleh alat kimiawi. Secara mekanis makanan
pencernaan dengan bantuan gigi digiling oleh dinding lambung. Secara
(terjadi di mulut) misalnya: gigi kimiawi makanan dicampur dengan
melumatkan makanan. getah lambung yang bersifat asam.
b. Pecernaan secara kimiawi, yaitu Getah lambung mengandung air lendir,
pencernaan yang dilakukan dengan asam lambung, enzim rennin, dan enzim
bantuan enzim (terjadi dimulut, pepsinogen.
lambung, dan usus). d. Usus 12 Jari
2. Susunan Alat Pencernaan Pada Setelah melalui lambung,
Manusia makanan masuk kedalam usus 12 jari.
Saluran pencernaan manusia Di sini, makanan dicerna kembali
terdiri dari : dengan bantuan getah pankreas dan
a. Rongga mulut empedu. Getah pankreas di hasilkan
Pencernaan di mulai ketika oleh kelenjar pankreas, sedangkan
makanan masuk ke dalam rongga empedu dihasilkan oleh hati (hepar).
mulut. Di dalam rongga mulut terdapat e. Usus Halus
gigi, lidah, dan kelenjar ludah. Pada Pada usus halus makanan
rongga mulut terjadi proses pencernaan dicerna kembali dengan bantuan getah-
secara mekanis dan kimiawi. Secara getah usus (enzim). Di dalam usus halus
mekanis makanan dikunyah dan sari-sari diserap melalui dinding-
dilumatkan oleh gigi dibantu oleh lidah dindingnya. Oleh karena itu, peranan
untuk mengaduk makanan agar pembuluh darah sangat besar pada usus

21
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)

bagian ini. Pembuluh darah menyerap kelompok untuk menemukan sendiri


sisa-sisa makanan dan kemudian materi yang sedang dipelajari. Kegiatan
diedarkan keseluruh tubuh yang yang dapat dilakukan guru pada tahap
membutuhkan. Makanan yang tidak ini adalah;
dicerna lagi akan dibuang ke usus besar. a. Membimbing murid untuk
f. Usus besar membangun sendiri
Sisa makanan dari usus halus pengetahuannya berdasarkan
kemudian diteruskan ke usus besar. Di pengetauan awal yang sudah
tempat ini, sisa makanan mengalami dimiliki.
perombakan. Perombakan tersebut b. Membimbing murid untuk
dilakukan dengan bantuan bakteri, yaitu menemukan sendiri materi yang
bakteri E. coli. Dengan bantuan bakteri sedang dipelajari.
ini dihasilkan vitamin K. Usus besar c. Membimbing murid untuk
juga berfungsi untuk mengatur keadaan mengajukan pertanyaan sesuai
air dan sisa-sisa makanan. Jika usus dengan materi yang sedang
besar telah penuh, kita akan merasakan dipelajari.
ingin buang air besar. d. Membagi murid kedalam
g. Anus kelompok-kelompok belajar.
Tahap akhir dari proses e. Membimbing murid untuk
pencernaan makanan adalah melalui menemukan informasi melalui
anus. Di dalam anus sisa-sisa makanan pengamatan yang dilakukan melalui
akan dibuang dalam bentuk tinja gambar sesuai dengan materi yang
(feses). sedang dipelajari.
Kegiatan yang dapat diakukan
3. Pembelajaran Alat Pencernaan pada kegiatan ini adalah :
Manusia Dengan Menggunakan a. Melakukan refleksi terhadap
Pendekatan Kontekstual pemecahan yang dilakukan.
Di dalam proses pembelajaran b. Mengadakan evaluasi terhadap
diharapkan guru dapat menciptakan pemecahan masalah yang dilakukan
suasana belajar yang dapat mendorong murid.
murid agar terlibat aktif dalam proses c. Mengadakan perbaikan terhadap
pembelajaran dan mampu membuat hasil karya yang dilakukan murid.
hubungan antara materi yang dipelajari
murid dengan kehidupan nyata. METODOLOGI PENILITIAN
Pembelajaran kontekstual adalah Jenis Penelitian
pada tahap kegiatan awal guru Penelitian ini adalah penelitian
menjelaskan tujuan pembelajaran yaitu tinadakan kelas (classroom action
murid dapat memahami alat pencernaan research), dengan mendiskripsikan
makanan pada manusia dan kemampuan belajar IPA murid kelas V
menjelaskan urgensi (pentignnya) SD Negeri 6 Pangkajene tahun
mempelajari pokok bahasan ini. pelajaran 2017/2018.
Pada tahap kegiatan inti, guru
memasuki tahap kedua dan ketiga yaitu: Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian
mendorong murid untuk 1. Subjek Penelitian
mengkonstruksi pengetahuan Adapun sebjek pnelitian tindakan
berdasarkan pengetahuan yang telah kelas adalah murid kelas V SD
dimiliki murid serta membimbing murid Negeri 6 Pangkajene sebanyak 28
baik secara individual maupun orang yang terdiri dari 10 murid

22
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)

laki-laki dan 18 murid perempuan. yang dialami dalam pembelajaran,


2. Lokasi Penelitan kemudian dilakukan perencanaan
Penelitian yang akan dilaksanakan tindakan untuk mengatasi permasalahan
di kelas V SD Negeri 6 Pangkajene . tersebut, yang dilanjutkan dengan siklus
3. Waktu Penelitian II yang dimulai dari perencanaan,
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 demikian seterusnya.
(tiga) bulan, mulai dari bulan
Januari sampai dengan bulan Maret Teknik Pengumpulan Data
2017. Penelitian ini dilaksanakan Teknik yang digunakan untuk
pada semester genap dalam dua memperoleh data dalam penelitian ini
siklus, setiap siklus dilaksanakan adalah :
sesuai dengan perubahan yang 1. Observasi
dicapai, seperti yang di desai dalm 2. Tes
faktor yang akan di selidiki. Setiap
akhir siklus diberikan tes hasil Teknik Analisis Data
belajar untuk mengetahui hasil Data yang diperoleh dari teknik
belajar yang telah dicapai pengumpulan data,berupa data kualitatif
dan kuantitatif. Data kuantitatif adalah
Faktor Yang di Selidiki data nilai murid hasil evaluasi setiap
Adapun yang menjadi faktor akhir siklus. Dengan Skor nilai murid
penelitian ini adalah : adalah berkisar antara 0-100.
1. Faktor proses, Untuk melihat
pelaksanaan pembelajaran, Didalam PEMBAHASAN
menerapkan pendekatan Contextual Hasil analisis penelitian yang
Teaching and Learning (CTL). dilakukan murid kelas V SD Negeri 6
2. Faktor output, Untuk melihat hasil Pangkajene pada materi sistem alat
belajar murid pada proses pencernaan pada manusia. Dengan
pembelajaran IPA, Dalam hal sistem menggunakan pendekatan Contextual
alat pencernaan manusia. Teaching and Learning (CTL), baik
hasil belajar murid maupun tingkat
Prosuder Penelitian keaktifan murid dalam mengikuti
Jenis penelitian adalah pelajaran dari pertemuan ke pertemuan
penelitian tindakan kelas (PTK). Secara dan dari siklus 1 ke siklus II pada
garis besar ada empat tahapan yang umumnya dapat meningkat, hal ini
dilalui dalam PTK yaitu perencanaan, terlihat pada hasil belajar murid pada
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi siklus I dengan rata-rata 70,35 standar
(Arikunto, 2008: 16). deviasi 13,46 dan pada siklus II dapat
Penelitian ini menggunakan meningkat dengan rata-rata 80,53,
model yang dikembangkan oleh standar deviasi 12,27. Peningkatan dari
Kemmis dan Taggart yang mana siklus I ke sislus II adalah 10,18% dan
penelitian ini terdiri dari dua siklus dan keduanya dalam kategori tinggi.
setiap siklus terdiri dari empat tahap Selain terjadi peningkatan
yaitu perencanaan, pelaksanaan kualitas belajar terlihat dari segi hasil
tindakan, observasi dan refleksi. terhadap mata pelajaran IPA pada
Pelaksanaan penelitian sistem alat pencernaan pada manusia.
dirancang dalam dua siklus, yaitu siklus Terjadi pula perubahan aktivitas murid
1 dan siklus II. Pelaksanaan penelitian dalam proses pembelajaran. Perubahan
dilakukan karena adanya permasalahan tersebut merupakan data kualitatif yang

23
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)

diperoleh dari lembar observasi pada antara pelajaran dengan kehidupan


setiap pertemuan yang dicatat pada tiap nyata juga mengalami peningkatan
siklus. Adapun perubahan yang dari siklus I yaitu 22,61% menjadi
dimaksud adalah sebagai berikut: 38,09% pada siklus II. Peningkatan
1. Tingkat kehadiran murid pada saat ini menunjukkan bahwa murid
pembelajaran berlangsung dari memahami dengan baik materi yang
siklus I, yaitu 95 % meningkat ke disajikan sehingga mereka bisa
siklus II, yaitu 100%. Hal ini mengaitkan dengan kanyataan
menandakan bahwa metode atau sehari-hari.
cara mengajar juga berpengaruh 7. Murid yang dapat menyimpulkan
langsung terhadap kehadiran belajar materi juga meningkat dari siklus I
murid di sekolah. yaitu 21,42% menjadi 26,19% pada
2. Murid yang memperhatikan materi siklus II. Hal ini tentu disebabkan
yang diajarkan pada siklus I, yaitu oleh karena perhatian murid pada
71,42 meningkat menjadi 82,14%. materi pelajaran cukup paham
Hal ini disebabkan oleh murid sehingga murid dapat
cenderung tertarik pada pokok menyimpulkan materi yang telah
bahasan sistem pencernaan pada dipelajarinya.
manusia. Karena pada pembelajaran 8. Murid Yang dapat mengaplikasikan
ini berkaitan langsung dengan pemahaman dengan sistem
keseharian murid yang dapat pencernaan tentang sebuah karya
merasakan langsung fungsi sistem juga mengalami peningkatan pada
pencernaan yang di miliki oleh siklus I yaitu 19,04% menjadi
setiap manusia, pada saat proses 22,61%. Hal ini menunjukan bahwa
pencernaan makanan. kemampuan murid megaplikasikan
3. Murid yang mengemukakan pemahamanya dengan sebuah karya
pengetahuan awal mengalami dapat terlihat pada saat
peningkatan pada siklus I, yaitu pembelajaran berlangsung.
26,19 menjadi 34,52% pada siklus
II. Hal ini disebabkan karena murid PENUTUP
sudah diberikan kesempatan secara Kesimpulan
langsung untuk menyampaikan apa Berdasarkan data hasil
yang mereka ketahui sebelumnya. penelitian baik data kualitatif maupun
4. Murid yang termotivasi dengan data kuantitatif di simpulkan bahwa
pengetahuan baru pada siklus I, penerapan pembelajaran pendekatan
yaitu 45,23% menjadi 53,57% pada Contextual Teaching and Learning
siklus II. Hal ini berarti sangat (CTL). Pada pelajaran IPA pokok
tertarik dan merasa senang dengan bahasan sistem alat pencernaan
pembelajaran yang disajikan. manusia. Murid kelas V SD Negeri 6
5. Murid yang aktif menjawab Pangkajene dapat meningkat. Hasil
pertanyaan guru tentang materi yang analisis siklus I skor rata-rata sebesar
telah dipelajari meningkat pada 70,35 dari skor ideal 100 yang berada
siklus I yaitu 26,19% menjadi pada kategori cukup, denga standar
33,33% pada siklus II. Ini deviasi 13,46 dan pada siklus II skor
menunjukkan bahwa kemampuan rata-rata mencapai sebesar 80,53 dari
murid terhadap materi cukup skor ideal 100 yang barada pada
dimengerti. kategori baik, dengan standar deviasi
6. Murid yang mampu mengaitkan 21,27 Persentase ketuntasan pada siklus

24
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Contextual and.... (Hj. Maharani)

I sebesar 67,85% yaitu 19 dari 28 murid Pembelajaran Prasekolah dan


dan pada siklus II persentase ketuntasan Sekolah Dasar . Jakarta. PT.
mencapai 85,71% yaitu 24 dan Indeks
mengalami peningkatan 10,18% pada Depdikbud.2006. Kurikulum Tingkat
siklus I ke siklus II dari 28 murid. Satuan Pendidikan (KTSP).
Partisifasi dalam pembelajaran dapat Jakarta Depdiknas
meningkat hal ini dapat dilihat dari Departeman Pendidikan Dalam Fitriani:
observasi aktivitas murid. selain itu, 2004. Penelitian Tindakan
dari hasil respon murid setelah Kelas. Jakarta
diterapkan pendekatan Contextual Depdiknas Direktorat Jenderal
Teaching and Learning (CTL) sebagian Pendidikan Dasar Dan
besar murid lebih aktif. Menengah.
Mulyasa. 2008. Menjadi Guru
Saran-saran Professional. Bandung. PT.
Berdasarkan hasil pembahasan Remaja Rosda Karya
dan kesimpulan yang di peroleh dari Hopkins. 1993. Strategi Belajar
penelitian ini, maka penulis mengajukan mengajar. Bandung: Pustaka
saran sebagai berikut : Martina
1. Untuk meningkatkan hasil belajar Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan
murid diharapkan guru menerapkan Kelas. Jakarta. Rajawali Pers.
pembelajaran Contextual Teaching ________. 2007.Guru Professional.
and Learning (CTL) sesuai dengan Jakarta. Rajawali Pers.
materi yang dianggap cocok Nurhadi. dkk.2003. Pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Kontekstual dan Penerapan
ini. dalam KBK. Malang:
2. Diharapkan kepada pihak sekolah Universitas Negeri Malang.
agar memaksimalkan sarana dan Patta Bundu dan Ratna Kasim. 2007.
prasarana yang dimiliki sekolah Konsep Dasar IPA Modul Untuk
misalnya alat peraga IPA yang akan Guru dan Calon Guru.
membantu dalam proses belajr Makassar.
mengajar. Sanjaya. Wina 2007. Strategi
Pembelajaran. Bandung. PT.
DAFTAR PUSTAKA Remaja Rosda Karya.
Abtokhi. Ahmad. 2008. Sains untuk ___________, 2006. Penelitian dan
PGMI dan PGSD. Malang. UIN Penilaian Pendidikan. Bandung:
Malang Pres. Sinar Baru
Ambo Enre Abdullah 1972. Pendekatan Suwarno Utomo dan Sutrisno Miarjo.
Dalam PROSES belajar 2006. Kuasai Tuntas Sains.
Mengajar.Remaja Rosdakarya Jakarta. Limas.
Bandung. Trianto. 2008. Mendesain
Arikunto. Suharsimi dkk. 2008. Pembelajaran Kontekstual di
Penelitian Tindakan Kelas. Kelas. Jakarta. Cerdas Pustaka
Jakarta. Bumi Aksara Publisher.
Bloom. Benyamin S. 1976. Human
Charakter and School Learning.
New York Mc. Graw Hill
Compani
Conny R. Semiawan. 2008. Belajar dan

25
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)

EFEKTIFITAS MENGGUNAKAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM


UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBACA PERMULAAN
ANAK DIDIK KELOMPOK B DI TK PGRI KULO KAB. SIDRAP

Hj. Rasmi Muhayyang


Guru TK PGRI Kulo

Abstrak
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Jenis penelitian adalah
penelitian tindakan kelas yang mengkaji gambaran penggunaan media kartu bergambar
dalam pembelajaran membaca permulaan, dan kemampuan membaca permulaan anak
didik kelompok B TK TK PGRI Kulo Kab. Sidrap melalui penggunaan media kartu
bergambar. Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok B TK TK PGRI Kulo
Kab. Sidrap sebanyak 16 anak didik. tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan membaca permulaan anak didik
kelompok B TK TK PGRI Kulo Kab. Sidrap melalui penggunaan media kartu
bergambar. Hasil penelitian mengenai penggunaan media kartu bergambar dalam
pembelajaran membaca permulaan anak didik kelompok B TK PGRI Kulo Kab. Sidrap,
disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan membaca permulaan anak didik
kelompok B TK PGRI Kulo Kab. Sidrap melalui penggunaan media kartu bergambar,
ditandai dengan adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan dari segi
kualitatif dan kuantitatif (rata-rata) yaitu: siklus pertama dalam kategori cukup mampu,
siklus kedua meningkat menjadi mampu, dan siklus ketiga menjadi sangat mampu.

Kata Kunci : Efektifitas, Media Kartu, Hasil Belajar, Membaca Permulaan

PENDAHULUAN membaca permulaan, antara lain:


Pembelajaran membaca kesulitan guru dalam mengajar anak
permulaan sangat penting dilakukan didik membaca karena jumlah anak
guru Taman Kanak-kanak secara didik yang banyak yaitu mencapai 40
profesional dengan membuat orang, terbatasnya wakfu pertemuan
perencanaan pembelajaran yang baik, dalam pengembangan kemampuan
melaksanakan proses pembelajaran berbahasa yaitu berdasarkan kurikulum
dengan menggunakan media, metode, berlangsung 2 x 35 menit (70 menit),
dan sumber belajar yang bervariasi, adanya anak didik yang kurang
serta melakukan evaluasi dan tindak termotivasi dan lambat dalam belajar
lanjut sesuai kebutuhan. Walaupun sehingga guru harus mengulang-ulang
kenyataannya dalam pelaksanaan materi pelajaran walaupun dengan
pembelajaran membaca permulaan di keterbatasan waktu pelajaran, tidak ada
Taman Kanak-kanak masih menghadapi media di sekolah, bahkan banyak anak
berbagai fenomena sehingga didik yang sudah kelas tinggi tetapi
mempengaruhi efektivitas pelaksanaan belum bisa membaca dengan lancar.
pembelajaran membaca permulaan. Padahal ketersediaan media tentunya
Demikian halnya anak didik kelompok diharapkan dapat lebih mengefektifkan
B TK PGRI Kulo Kab. Sidrap, di mana kegiatan pembelajaran membaca
berdasarkan survei awal (September permulaan.
2014) ditemukan berbagai Dalam rangka meningkatkan
permasalahan dalam pembelajaran kemampuan anak didik dalam membaca

26
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)

permulaan, maka seharusnya didukung perantara atau pengantar”.


oleh komponen pembelajaran lainnya, Berdasakan pendapat di atas,
di antaranya dukungan media maka media dapat diartikan sebagai
pembelajaran seperti media kartu suatu bentuk perantara yang dipakai
bergambar. Jadi guru pengembangan orang dalam menyebar ide atau
kemampuan berbahasa seharusnya gagasan, sehingga ide atau gagasan itu
dapat mengajarkan materi pelajaran sampai pada penerima yang pada
membaca secara profesional, baik akhirnya akan memperluas kemampuan
dalam pelajaran teori maupun dalam manusia unfuk merasakan, mendengar
praktek membaca yang seharusnya atau melihat dalam batas-batas jarak,
dilakukan satu-persatu agar dapat ruang dan waktu yang hampir tak
mengukur kemampuan setiap anak terbatas lagi.
didik Taman Kanak-kanak dengan Salah satu jenis media yang
dukungan media, seperti kartu digunakan guru di Taman Kanak-kanak
bergambar. sebagai suatu bentuk inovasi dalam
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berupa media kartu
maka penulis mengkaji melalui kajian bergambar. Penggunaan media kartu
empirik melalui penelitian tindakan bergambar khusus digunakan dalam
kelas dengan judul “Efektifitas pembelajaran membaca pennulaan,
Menggunakan Media Kartu karena dalam gambar juga terdapat
Bergambar Dalam Upaya hurul kata, atau kalimat sederhana yang
Meningkatan Hasil Belajar Membaca merupakan penjelasan dari gambar.
Permulaan Anak Didik Kelompok B di Penggunaan media kartu
TK PGRI Kulo Kab. Sidrap”. bergambar sebagai media visual
memiliki kelebihan dan kekurangan
KAJIAN PUSTAKA atau keterbatasan yang terkait dengan
1. Media Kartu Bergambar sifat kartu bergambar, seperti: murah
Kata “media” berasal dari harganya, mudah diperoleh, mudah
bahasa Latin dan merupakan bentuk dijelaskan, lebih realistis, tetapi terdapat
jamak dari kata medium yang secara pula kelemahan yaitu hanya
harfiah berarti perantara atau pengantar. menonjolkan aspek visual sehingga
Menurut Sadiman (1996: 6) "media orang buta tentu tidak efektif digunakan
merupakan perantara atau pengantar media kartu bergambar, dan ukuran
terjadinya pesan dari pengirim ke yang harus tepat sesuai kebutuhan
penerima pesan". Hal ini berarti media sehingga penggunaan dapat efektif
merupakan alat bantu yang digunakan dalam menunjang pembelajaran
sebagai perantara atau pengantar agar membaca permulaan. Jadi, penggunaan
kegiatan berlangsung optimal atau kartu bergambar dalam pembelajaran
mencapai tujuan secara efektif karena harus disesuaikan dengan kebutuhan
adanya media yang digunakan dalam dengan ukuran tertentu sehingga
mendukung proses belajar mengajar. penggunaannya dapat efektif dalam
Sardiman (2001: 6) mendukung kegiatan pembelajaran.
mengemukakan bahwa “media adalah 2. Pembelajaran Membaca
segala bentuk dan saluran yang Permulaan
digunakan orang untuk menyalurkan a. Pengertian Pembelajaran
pesan atau informasi”. Sementara Membaca Permulaan
Djamarah dan Zain (2002: 137) Pembelajaran pada hakikatnya
mengemukakan “media adalah merupakan suatu proses interaksi antara

27
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)

guru sebagai pengajar dan anak didik bisa guru, anak didik orang lain ataupun
sebagai subjek atau pihak yang diajar, penulis buku dan media. Demikian pula
dimana dalam pelaksanaannya kunci pokok pembelajaran ada pada
memerlukan keterlibatan berbagai guru (pengajar), tetapi bukan berarti
komponen, antara lain kurikulum, dalam proses pembelajaran hanya guru
metode, media dan lingkungan yang aktif sedang anak didik pasif.
pembelajaran dalam proses tersebut, Pembelajaran menuntut keaktifan kedua
terdapat kegiatan memilih, menetapkan, belah pihak yang sama-sama menjadi
dan mengembangkan metode untuk subjek pembelajaran. Jadi, jika
mencapai hasil pembelajaran, di mana pembelajaran ditandai oleh keaklifan
kedudukan guru sebagai pembelajar dan guru sedangkan anak didik hanya pasif
anak didik sebagai objek yang diajar. maka pada hakikatnya kegiatan itu
Antara guru dan anak didik dalam hanya disebut mengajar. Demikian pula
pembelajaran harus saling berinteraksi bila pembelajaran di mana anak didik
satu sama lainnya demi optimalnya yang aktif tanpa melibatkan keaktifan
kegiatan pembelajaran di sekolah. guru untuk mengelolanya secara baik
Hamalik (2003: 52) dan terarah” maka hanya disebut
mengemukakan bahwa pembelajaran belajar. Hal ini menunjukkan bahwa
adalah : pembelajaran menuntut keaktifan guru
Suatu kombinasi yang tersusun meliputi dan anak didik, di mana objek
unsur manusiawi, material, fasilitas, pembelajaran dalam kajian ini adalah
perlengkapan, dan prosedur yang saling membaca permulaan sebagai dasar
mempengaruhi mencapai tujuan dalam peningkatan kemampuan
pembelajaran. Manusia terlibat dalam membaca anak didik.
sistem pembelajaran terdiri dari anak Klein (Rahim, 2007:3)
didik, guru, dan tenaga lainnya. mengemukakan pengertian membaca
Material meliputi: buku, papan tulis, yang mencakup: “membaca merupakan
kapur, audio. Fasilitas dan perlengkapan suatu proses, membaca adalah strategis,
berupa: ruangan belajar, perlengkapan, dan membaca merupakan interaktif”.
dan prosedur meliputi:jadwal dan Berdasarkan pendapat di atas,
metode penyampaian informasi, praktik, jelas bahwa membaca merupakan suatu
belajar, ujian, dan sebagainya. proses kegiatan yang melibatkan fisik
Arikunto (1993: 4) dan mental seseorang. Melalui kegiatan
mengemukakan “pembelajaran adalah membaca seseorang dapat mengerti,
bantuan pendidikan kepada anak didik mengamati dan mengingat apa yang ia
agar mencapai kedewasaan di bidang baca. Dalam membaca tidak hanya
pengetahuan, keterampilan dan sikap”. sekadar mengucapkan bahasa tulisan
Dalam Undang-Undang Republik atau lambang bunyi bahasa, melainkan
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang juga menanggapi dan memahami isi
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 bahasa tulisan, sehingga membaca
ayat (20 (2003: 5) dikemukakan bahwa merupakan suatu bentuk komunikasi
“pembelajaran adalah proses interaksi tulis. Namun tingkat kemampuan
anak didik dengan pendidik dan sumber membaca seseorang tentu berbeda
belajar pada suatu lingkungan belajar”. terlebih pada anak didik yang harus
Proses yang akan dituntut kemampuan membaca
dikomunikasikan dalam pembelajaran permulaan.
adalah isi ajaran ataupun didikan yang Tahap membaca permulaan ini
ada dalam kurikulum, sumber pesannya umumnya ada pada saat tibanya masa

28
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)

peka, yaitu anak didik usia lima tahun pembelajaran di sekolah, maka tentunya
atau enam tahun bagi anak didik normal akan terkait dengan komponen-
atau usia tujuh tahun atau sepuluh tahun komponen yang sangat menentukan,
pada anak didik. Pada tahap membaca baik aspek sumber daya manusia, bahan
permulaan ini, penguasaan jumlah kata materi pelajaran, metode, maupun
anak didik masih terbatas dan kegiatan evaluasi atau penilaian
penguasaan pada abjad belum terhadap hasil pembelajaran.
sepenuhnya dikuasai. Jadi masih ada Hamalik (2003: 66)
huruf abjad yang sulit diucapkan dan mengemukakan komponen
sering dibaca salah-salah serta pembelajaran meliputi, anak didik,
kemampuan membuat wacana tidak suatu tujuan dan suatu prosedur kerja
lebih dari tujuh baris. Tahap membaca untuk mencapai tujuan. Sedangkan
permulaan merupakan saat kritis dan komponen pembelajaran menurut
strategis dikembangkan kemampuan Djamarah dan Zain (2002:48) meliputi,
membaca tanpa teks yaitu membaca tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar
dengan cara menceritakan gambar mengajar, metode, alat dan sumber serta
situasional yang tersedia. evaluasi. Komponen-komponen
Pengembangan yang tepat pada tahap pembelajaran tersebut diuraikan sebagai
membaca pemulaan sangat perlu berikut :
diperhatikan seperti membaca sambil 1) Tujuan pembelajaran
berrnain dengan menggunakan Tujuan pembelajaran merupakan
permainan kartu bergambar yang arah yang hendak dicapai oleh setiap
memungkinkan anak didik dapat kegiatan pembelajaran. Tujuan
menumbuhkan motivasi membaca pembelajaran umumnya bersumber dari
dalam dirinya sehingga dapat lebih tujuan kurikuluer (yang terkandung
mudah dalam memahami bacaan. pada setiap mata pelajaran), sedangkan
b. Tahapan Pembelajaran tujuan itu bersumber dari tujuan
Pembelajaran merupakan lembaga yang mengarah kepada tujuan
kegiatan yang dilakukan secara pendidikan nasional yang diharapkan
sistematis yang diawali dengan dapat meningkatkan kualitas hasil
penyusunan rencana pelajaran atau belajar. Hal ini sesuai pendapat Usman
persiapan, proses pembelajaran dan (1994: 29) bahwa hasil belajar yang
diakhiri penilaian atau evaluasi yang dicapai anak didik sangat erat kaitannya
dilakukan guru sebagai pengajar dan dengan rumusan tujuan instruksional
anak didik yang melakukan aktivitas yang direncanakan guru.
belajar atau yang diajar. Tujuan pembelajaran merupakan
Menurut Syah (2000:216) komponen yang dapat mempengaruhi
bahwa tahapan dalam pembelajaran komponen pembelajaran lainnya, seperti
mencakup tiga tahapan yaitu “tahap : bahan pembelajaran, kegiatan belajar
prainsfruksional, yaitu persiapan mengajag pemilihan metode, alat,
sebelum mengajar dimulai, tahap sumber, dan alat evaluasi. Semua
instruksional yaitu saat-saat mengajar, komponen ini harus berkesesuaian dan
dan tahap evaluasi dan tindak lanjut didayagunakan untuk mencapai tujuan
yaitu penilaian atas hasil belajar anak seefektif dan seefisin mungkin. Bila
didik dan penindaklanjutannya”. salah satu komponen tidak sesuai
c. Komponen-komponen tujuan, maka pelaksanaan pembelajaran
Pembelajaran tidak dapat mencapai tujuan yang telah
Demi kesuksesan pelaksanaan ditetapkan secara optimal.

29
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)

Roestiyah (Djamarah dan Zain, kegiatan belajar mengajar, guru dan


2002: 49) mengemukakan “suatu tujuan anak didik terlibat dalam sebuah
pembelajaran adalah deskripsi tentang interaksi dengan bahan pelajaran
penampilan perilaku anak didik yang sebagai mediumnya. Dalam interaksi
kita harapkan”. Setelah mereka itu, anak didiklah yang aktif, bukan
rnempelajari bahan pelajaran yang guru. Guru hanya berperan sebagai
diajarkan, suatu tujuan pembelajaran motivator dan fasilitator. Dalam
sebagai suatu hasil yang diharapkan dari kegiatan belajar mengajar, guru
pembelajaran itu dan bukan sekadar sebaiknya memperhatikan aspek
suatu proses dari pembelajaran itu perbedaan individual anak didik seperti
sendiri. perbedaan intelektual dan psikologis
2) Bahan pelajaran anak didik, karena dapat mempengaruhi
Bahan pelajaran adalah hal-hal kemarnpuan anak didik dalam
atau pokok yang akan disajikan mengikuti pelajaran yang pada
berkaitan dengan usaha pencapaian gilirannya berpengaruh terhadap
tujuan pembelajaran. Bahan tersebut pencapaian tujuan pembelajaran.
bersumber dari masing-masing mata 4) Metode dan teknik mengajar guru
pelajaran. Setiap mata pelajaran Pemilihan dan penggunaan suatu
memiliki sejumlah bahan pelajaran metode dan teknik ditentukan oleh
yang berbeda satu sama lain. Suatu tujuan pembelajaran yang hendak
bahan pelajaran turut menentukan hasil dicapai oleh materi yang hendak
yang akan dicapai lewat progam diajarkan. Bahkan menurut Slameto
pembelajaran, seperti dikemukakan (1995: 65), “penggunaan multi metode
Slameto (1995: 65) bahwa “bahan mengajar dapat membantu
petajaran akan mempengaruhi belajar meningkatkan kegiatan pembelajaran”.
anak didik, sehingga materi pelajaran Dalam kegiatan pembelajaran, guru
yang kurang baik berpengaruh tidak tidak harus terpaku dengan
baik terhadap belajar”. menggunakan satu metode, tetapi guru
Biasanya aktivitas anak didik sebaiknya menggunakan metode yang
akan berkurang bila bahan pelajaran bervariasi agar jalannya pembelajaran
yang guru berikan tidak atau kurang tidak membosankan, tetapi menarik
menarik perhatiannya, disebabkan cara perhatian anak didik. Tetapi juga
mengajar yang mengabaikan prinsip- penggunaan metode yang bervariasi
prinsip mengajar. Guru harus pintar tidak akan menguntungkan kegiatan
menggunakan bahasa yang sesuai belajar mengajar bila penggunaannya
dengan jiwa anak didik demi tidak tepat dan sesuai dengan situasi
kesuksesan kegiatan belajar mengajar. yang mendukungnya dan dengan
Karena itu, lebih baik menyampaikan kondisi psikologis anak didik.
bahan sesuai perkembangan bahasa 5) Alat
anak didik daripada menuruti kehendak Alat dalam pembelajaran pada
pribadi guru. hakikatnya merupakan sesuatu yang
3) Kegiatan belajar mengajar dapat digunakan dalam rangka tujuan
Kegiatan belajar mengajar pembelajaran. Alat bantu tersebut dapat
adalah inti kegiatan dalam pendidikan. berupa: papan tulis, kapur tulis, gambar,
Dalam kegiatan ini, semua komponen diagram, slide, video dan sebagainya.
pembelajaran dilibatkan dan sangat Keberadaan dan kelengkapan alat dalam
menentukan sejauh mana tujuan yang pembelajaran tersebut sangat penting,
telah ditetapkan dapat dicapai. Dalam karena merupakan pendukung dalam

30
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)

kegiatan pembelajaran. Salah satu di keterampilan berbahasa yang sangat


antaranya adalah media kartu penting dimiliki dalam meningkatkan
bergambar. Media kartu bergambar pengetahuan anak didik Taman Kanak-
merupakan media yang terbuat dari kanak. Keterampilan membaca tentunya
kertas atau kafion, di mana pada kertas berkaitan dengan keterampilan
atau karton tersebut terdapat gambar- berbahasa lainnya, seperti keterampilan
gambar dan sekaligus di bawahnya menulis karena kadang-kadang
tertulis huruf, kata atau kalimat dilakukan secara bersamaan. Yaitu
sederhana sehingga anak didik dapat membaca sambil menulis atau menulis
melihat gambar sambil membaca huruf sambil membaca sehingga apa yang
atau kata di bawahnya, karena antara ditulis dan dibaca dapat lebih
gambar dan huruf adalah sama. meningkatkan pemahaman terhadap
6) Sumber pelajaran suatu bacaan atau yang ditulis, berarti
Sumber pelajaran pada berkaitan dengan peningkatan
hakikatnya merupakan sumber bahan kemampuan belajar anak didik di
yang digunakan guru dalam kegiatan Taman Kanak-kanak.
pembelajaran. Sumber-sumber pelajaran Pelajaran membaca permulaan
atau sumber belajar dapat berupa di Taman Kanak-kanak mencakup
manusia, perpustakaan, lingkungan kegiatan persiapan (pramembaca).
sekolah, mus6urn, laboratorium dan Dalam pelajaran membaca permulaan,
berbagai fasilitas lain yang dapat anak didik diajarkan sikap duduk yang
digunakan guru secara kreatif dalam baik, cara meletakkan/menempatkan
kegiatan pembelajaran. Sumber buku di meja, cara memegang buku,
pelajaran harus dikelola oleh guru cara membalik halaman buku yang
secara profesional sehingga tepat, dan melihat atau memperhatikan
keberadaannya dapat dimanfaatkan gambar atau tulisan. Demikian pula
dalam menunjang tercapainya tujuan dalam melafalkan huruf dengan intonasi
pembelajaran secara optimal. kata dan kalimat sederhana dengan cara
7) Evaluasi menirukan guru. Huruf-huruf yang
Evaluasi pada hakikatnya banyak digunakan dalam kata dan
merupakan tindakan atau proses untuk kalimat sederhana yang sudah diketahui
menentukan nilai dari hasil kegiatan anak didik, seperti huruf vokal dan
pembelajaran. Kegiatan evaluasi sangat huruf konsonan dan penggunaan dalam
penting agar dapat digunakan oleh guru kata sederhana.
sebagai umpan balik atas hasil Agar proses pembelajaran
pembelajaran untuk memperbaiki membaca permulaan dapat berlangsung
proses pembelajaran selanjutnya. Oleh efektif, maka guru dapat menggunakan
karena itu, isi evaluasi harus betul-betul media pembelajaran di antaranya media
merupakan hasil dari materi kartu bergambar. Dalam media kartu
pembelajaran yang telah diajarkan guru bergambar, guru menggunakan kertas
sehingga kualitas proses pembelajaran atau karton, di mam pada karton
dapat diukur. tersebut terdapat gambar-gambar dan di
bawahnya terdapat tulisan huruf kata,
3. Penggunaan Media Kartu atau kalimat sederhana yang
Bergambar dalam Pembelajaran menjelaskan tentang isi gambar. Hal ini
Membaca Permulaan di Taman akan sangat efektif digunakan bagi anak
Kanak-kanak didik, karena dapat meningkatkan
Aktivitas membaca merupakan kemampuan membaca anak didik

31
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)

sekaligus merangsang kreativitas dan kemampuan membaca permulaan, yaitu:


motivasi anak didik dalam mengikuti
pelajaran membaca permulaan.
2. Teknik obsenasi
METODOLOGI PENELITIAN Observasi dimaksudkan untuk
Pendekatan dan Desain Penelitian mengamati proses pelaksanaan
Penelitian ini menggunakan pembelajaran membaca permulaan
pendekatan penelitian kualitatif. Jenis dengan menggunakan media kartu
penelitian adalah penelitian tindakan bergambar anak didik kelompok B TK
kelas yang mengkaji gambaran PGRI Kulo Kab. Sidrap , berupa:
penggunaan media kartu bergambar keadaan media kartu bergambar,
dalam pembelajaran membaca perhatian anak didik terhadap pelajaran,
permulaan, dan kemampuan membaca kedisiplinan anak didik dalam ruang
permulaan anak didik kelompok B TK belajar saat mengikuti pelajaran
TK PGRI Kulo Kab. Sidrap melalui membaca permulaan. Pelaksanaan
penggunaan media kartu bergambar. observasi dilaksanakan setiap
pertemuan dalam tindakan kelas, baik
Fokus Penelitian pada tindakan kelas pertama, kedua, dan
Fokus penelitian adalah ketiga.
penggunaan media kartu bergambar 3. Teknik dokumentasi
dalam pembelajaran membaca Teknik dokumentasi merupakan
Permulaan. kegiatan pencatatan banyaknya anak
didik kelompok B TK PGRI Kulo Kab.
Subjek Penelitian Sidrap, dan Rencana Kegiatan Harian
Subjek penelitian ini adalah (RKH) bahasa Indonesia dengan materi
anak didik kelompok B TK TK PGRI membaca permulaan.
Kulo Kab. Sidrap sebanyak 16 anak
didik. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data hasil
Teknik PengumPulan Data penelitian dilakukan dengan
Pengumpulan data penelitian menggunakan analisis deskriptif untuk
menggunakan tes, observasi, dan menggambarkan penggunaan media
dokumentasi. kartu bergambar dalam pembelajaran
1. Teknik tes membaca permulaan, dan mengukur
Tes merupakan instrumen yang kemampuan membaca permulaan anak
digunakan untuk mengukur kemampuan didik kelompok B TK PGRI Kulo Kab.
membaca permulaan anak didik Sidrap dengan menggunakan media
kelompok B TK TK PGRI Kulo Kab. kartu bergambar berdasarkan hasil tes
Sidrap pada setiap tindakan, baik kemampuan membaca permulaan (3
tindakan pertama, kedua, dan ketiga. kali tes), dengan menggunakan
Tes diberikan kepada anak didik dalam distribusi frekuensi dan persentase.
mengukur kemampuan membaca, yaitu: Langkah selanjutnya adalah menghitung
huruf, suku kata, kata, dan kalimat nilai rata-rata berrdasarkan masing-
sederhana. Kemampuan membaca huruf masing hasil tes. Selanjutnya untuk
sebanyak 26 huruf, suku kata sebanyak pengujian hipotesis, bahwa ada
9 suku kata, dan kalimat sederhana peningkatan kemampuan membaca
sebanyak 5 kalimat sederhana dengan permulaan anak didik kelompok B TK
tiga kata.. Cara perhitungan nilai akhir PGRI Kulo Kab. Sidrap melalui
penggunaan media kartu bergambar,

32
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)

maka dilakukan dengan dengan lafal yang tepat, pada hasil tes
membandingkan nilai rata-rata hasil pertama yaitu dalam kategori cukup
penilaian kemampuan membaca mampu dengan nilai rata-rata 4,90,
permulaan anak didik berdasarkan hasil walaupun masih terdapat pula sebagian
tes antara hasil tes pertama kedua" dan anak didik yang memiliki kemampuan
ketiga. Kategorisasi kemampuan membaca permulaan dalam kategori
membaca permulaan anak didik, yaitu: kurang mampu yang mencapai 32,50
tidak mampu (0 - 2,00), kurang mampu persen. Hal ini menggambarkan
(2,01 - 4,00), cukup mampu (4,01 - walaupun terdapat sebagian anak didik
6,00), mampu (6,01 - 8,00), dan sangat telah memiliki kemampuan membaca
mampu (8,01 - l0). permulaan dalam kategori cukup
mampu, bahkan ada yang mampu, tetapi
PEMBAHASAN masih terdapat pula sebagian anak didik
Hasil penelitian terhadap anak kurang mampu dalam membaca
didik kelompok B TK PGRI Kulo Kab. permulaan. Hal ini dapat disebabkan
Sidrap menunjukkan bahwa yang bersangkutan kurang termotivasi
penggunaan media kartu bergambar atau kurang bersemangat mengikuti
oleh guru dalam mengajar anak didik pelajaran membaca permulaan. Bahkan
membaca permulaan, yaitu dilakukan pada pertemuan pertama hanya sebagian
dengan cara menempel atau memasang kecil yang bertanya kepada guru
kartu bergambar di papan tulis yang sementara anak didik lainnya pasif.
berisi gambar dan tulisan berupa nama Hasil tindakan kedua,
gambar (kata dan kalimat). Sebelum kemampuan permulaan anak didik
guru membaca kata dan kalimat, guru kelompok B TK PGRI Kulo Kab.
terlebih dahulu mengeja huruf vokal Sidrap mengalami peningkatan menjadi
dan konsonan, suku kata, dan kategori mampu dengan rata-rata 6,28.
selanjutnya kata dan kalimat Hal ini berarti secara kualitatif dan
berdasarkan tulisan dan gambar yang kuantitatif, kemampuan membaca
sama. Selanjutnya, anak didik secara permulaan anak didik mengalami
satu-persatu disuruh mengikuti, peningkatanjika dibandingkan dengan
kemudian semua anak didik mengikuti. tindakan atau tes pertama. Demikian
Demikian pula untuk kartu gambar pula hanya sebagian kecil anak didik
berikutnya hingga selesai. Selanjutnya yang termasuk dalam kategori kurang
anak didik diberi kesempatan bertanya mampu dalam membaca permulaan.
jika masih ada huruf, suku kata dan Ditinjau dari segi rnotivasi anak didik
kalimat sederhana yang belum dipahami mengikuti pelajaran sebagian besar anak
anak didik berdasarkan tulisan dan didik sudah cukup termotivasi
gambar yang ditempel guru di papan mengikuti pelajaran membaca
tulis. Dengan cara tersebut anak didik permulaan, dan sudah cukup banyak
diharapkan dapat mengenal huruf vokal anak didik yang aktif mengajukan
dan konsonan, kemudian mengenal pertanyaan atau menjawab pertanyaan
suku kata, kata dan kalimat sederhana. guru.
Kemampuan membaca Selanjutnya pada tes ketiga
permulaan anak didik kelompok B TK kemampuan membaca permulaan anak
TK PGRI Kulo Kab. Sidrap dengan didik kelompok B TK PGRI Kulo Kab.
menggunakan media kartu bergambar, Sidrap mengalami peningkatan secara
kompetensi dasar membaca nyaring kuantitatif menjadi 8,02 dan dari segi
suku kata, kata, dan kalimat sederhana kualitatif menjadi kategori sangat

33
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)

mampu. Pada tindakan ketiga, secara besar dalam meningkatkan


umgm anak didik sudah termotivasi kemampuannya mengenal alau
mengikuti pelajaran membaca membaca permulaan, atau media kartu
permulaan dan sudah semakin aktif bergambar efektif digunakan dalam
dalam mengikuti pelajaran membaca mengajar anak didik membaca
permulaan dengan menggunakan media Permulaan.
kartu bergambar. Hal ini juga
digambarkan dengan pemahaman anak KESIMPULAN DAN SARAN
didik tentang membaca permulaan yang Kesimpulan
sudah cukup dipahami yang Hasil penelitian mengenai
ditunjukkan dengan keseriusan dalam penggunaan media kartu bergambar
mengikuti tes membaca, berupa hurul dalam pembelajaran membaca
kata dan kalimat sederhana. permulaan anak didik kelompok B TK
Ada peningkatan kemampuan PGRI Kulo Kab. Sidrap, disimpulkan
membaca permulaan anak didik bahwa ada peningkatan kemampuan
kelompok B TK PGRI Kulo Kab. membaca permulaan anak didik
Sidrap melalui penggunaan media kartu kelompok B TK PGRI Kulo Kab.
bergambar, ditandai dengan Sidrap melalui penggunaan media kartu
peningkatan kemampuan membaca bergambar, ditandai dengan adanya
permulaan dari segi kualitatif dan peningkatan kemampuan membaca
kuantitatif (rata-rata) yaitu: siklus permulaan dari segi kualitatif dan
pertama pada kategori cukup mampu, kuantitatif (rata-rata) yaitu: siklus
siklus kedua menjadi mampu, dan pertama dalam kategori cukup mampu,
siklus ketiga menjadi sangat mampu. siklus kedua meningkat menjadi
Jadi, media kartu bergambar sangat mampu, dan siklus ketiga menjadi
relevan digunakan dalam mengajar anak sangat mampu.
didik membaca permulaan.
Hasil penelitian di atas relevan Saran
dengan pendapat Djamarah dan Zain Sehubungan dengan kesimpulan
(2002) bahwa proses belajar mengajar penelitian di atas, maka diajukan saran
dengan bantuan media mempertinggi sebagai berikut:
kegiatan belajar anak didik. Itu berarti 1. Guru Taman Kanak-kanak
kegiatan belajar anak didik dengan hendaknya dalam mengajar
bantuan media akan menghasilkan membaca permulaan agar
proses dan hasil belajar yang lebih baik memperhatikan penggunaan media
daripada tanpa bantuan alat peraga. kartu bergambar, karena terbukti
Berdasarkan hasil penelitian dan dalam meningkatkan kemampuan
pendapat di atas, jelas bahwa tingkat anak didik dalam membaca
kemampuan anak didik dalam membaca permulaan, dan mengkombinasikan
permulaan dengan kompetensi dasar dengan metode pembelajaran yang
membaca nyaring suku kata, kata, dan mengedepankan keaktifan anak
kalimat sederhana dengan lafal yang didik dalam pembelajaran, sehingga
tepat akan lebih baik jika dalam proses pembelajaran membaca
kegiatan pembelajaran membaca permulaan dapat lebih efektif.
permulaan digunakan media kartu 2. Anak didik hendaknya
bergambar. Jika anak didik diajar meningkatkan kemampuan
dengan menggunakan media kartu membaca permulaan, baik dalam
bergambar memiliki peluang yang lebih proses pembelajaran di sekolah

34
Efektifitas Menggunakan Media Kartu Bergambar Dalam.... (Hj. Rasmi Muhayyang)

maupun belajar mandiri di rumah, Nomor 20 Tahun 2003 tentang


atau melalui bimbingan membaca Sistem Pendidikan Nasional
dari orang tua sebagai bekal dalam Beserta Penjelasannya.
mengembangkan pengetahuannya. Bandung: Citra Umbara.
Usman, M. U. 1994. Menladi Guru
DAFTAR PUSTAKA Profesional. Bandung: Remaja
Ali, M. 1990. Kamus Lengkap Bahasa Rosdakarya.
Indonesia Modern. Jakarta: Wibawa, B. dan Mukli, F. 1992. Media
Pustaka Amani. Pengajaran. Jakarta:
Arikunto, S. 1993. Manajemen Depdikbud. V
Pengajaran Secara Manusiawi.
Jakarta:Rineka Cipta
Arikunto, Suhardjono, dan Supardi.
2008. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta.
Rineka Cipta dan Depdikbud.
Djamarah, S. B. dan Zain, A.2002.
Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Gie, T. L. 1998. Cara Belajar yang
Efisien. Yogyakarta: PUBIB.
Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hastuti, S. 1996. Strategi Belajar
Mengajar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Depdikbud.
Poerwadarminta, W.J.S. 2001. Kamus
Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Rahim, D-2007. Pengajaran Membaca
di Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Bumi Aksara.
Rohani, A., dan Ahmadi A. 1995.
Pengelolaan Pengajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sadiman, A.S.. 1996. Media
Pendidikan. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, M. 2000. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang Republik Indonesia.

35
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN


KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 10
PANGKAJENE KAB. SIDRAP

Hj. Roskiah Jalil


Guru SD Negeri 10 Pangkajene Kabupaten Sidrap

Abstrak
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan mix kuantitatif dan kualitatif dan jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian
ini dilakukan di SD Negeri 10 Pangkajene Kab. Sidrap. Subjek dalam penelitian ini
adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri 10 Pangkajene Kab. Sidrap pada semester II
tahun pelajaran 2016/2017, di mana jumlah siswa sebanyak 12 orang yang terdiri 6
orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan
dalam dua siklus di kelas V SD Negeri 10 Pangkajene Kab. Sidrap dapat disimpulkan
bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar IPS
siswa kelas V SD Negeri 10 Pangkajene Kab. Sidrap. Hasil penelitian menunjukkan
dengan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar IPS, baik dari
aktivitas mengajar guru maupun aktivitas belajar siswa, dimana pada siklus I
menunjukkan belum mencapai hasil pembelajaran secara optimal atau ketuntasan
belajar siswa berada dalam kategori cukup sedangkan pada siklus II mengalami
peningkatan berada dalam kategori tinggi.

Kata Kunci : Hasil Belajar, IPS, Keterampilan Proses

PENDAHULUAN (Muslich, 2007: 153) menyatakan “guru


bertugas mengalihkan seperangkat
Pelaksanaan sistem pendidikan
pengetahuan yang terorganisasikan
di sekolah, khususnya menyangkut
sehingga pengetahuan tersebut menjadi
proses belajar mengajar telah
bagian dari sistem pengetahuan siswa”.
mengalami kemajuan yang cukup
Guru sangat menentukan sejauh
signifikan dari segi muatan atau materi
mana pencapaian hasil belajar siswa
yang diajarkan. Hal ini ditandai dengan
dari kedalaman dan keluasan materi
semakin berkembangnya materi
pelajaran yang termasuk dalam rencana
pembelajaran yang senantiasa selaras
pelaksanaan pembelajaran. Salah satu
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
faktor yang mempengaruhi keberhasilan
teknologi dewasa ini. Kondisi inilah
guru dalam mengantarkan siswanya
yang menuntut para guru saat ini untuk
meraih hasil belajar yang optimal
selalu meningkatkan keterampilan dan
adalah pendekatan, strategi dan model
profesionalismenya dalam memberikan
pembelajaran yang efektif dan interaktif
pembelajaran.
yang senantiasa digunakan dalam
Guru memiliki posisi yang
pembelajaran.
menentukan keberhasilan pembelajaran,
Pendekatan, strategi dan model
karena fungsi utama guru ialah
pembelajaran yang interaktif akan
merancang, mengelola, dan
mampu merangsang setiap siswa untuk
mengevaluasi pembelajaran. Ausubel
aktif dalam proses belajar mengajar

36
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

sesuai dengan apa yang dituntut dalam masalah dan fenomenanya kurang
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dipahami oleh siswa. Hal ini
maupun Kurikulum Tingkat Satuan ditunjukkan oleh rendahnya hasil
Pendidikan (KTSP). Meskipun yang belajar siswa kelas V pada semester I
tidak boleh dikesampingkan adalah tahun ajaran 2016/2017, di mana
bahwa keberhasilan kegiatan belajar Kriteria Ketuntasan Minimalnya yaitu
murid dipengaruhi banyak faktor. 65, namun jumlah siswa yang
Faktor-faktor tersebut dapat bersifat memenuhi syarat ketuntasan belajar
eksternal atau internal dan kemudian minimal 58% dari 12 orang siswa.
dapat menjadi penghambat atau Kondisi tersebut di atas diduga
penunjang proses belajar mereka. disebabkan oleh dalam proses
Sebagaimana diketahui bersama pembelajaran di kelas selama ini guru
bahwa mutu hasil pendidikan sebagian hanya menggunakan metode ceramah
besar ditentukan oleh mutu kegiatan saja dengan sedikit variasi selain itu
belajar mengajar. Sehubungan dengan juga murid ditempatkan sebagai objek
itu, peningkatan mutu KBM dalam belajar yang berperan sebagai penerima
mempersiapkan anak-anak menghadapi informasi secara pasif dan guru tidak
era globalisasi, merupakan kebutuhan membimbing dan mengarahkan siswa
yang mutlak dan sangat mendesak. pada materi pembelajaran, guru kurang
Salah satu upaya untuk meningkatkan menjelaskan materi pembelajaran dan
mutu kegiatan belajar mengajar, kurang memotivasi siswa dalam
khususnya mutu proses pembelajaran kegiatan belajar mengajar. Situasi
Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) adalah seperti itu dengan mudah dapat
peningkatan mutu guru sehingga menggangu konsentrasi dan
memiliki tingkat profesional yang kemampuan belajar siswa. Penggunaan
memadai. (Sardiman, 2004) metode ceramah ini tidak berdasarkan
menyatakan “Ilmu Pengetahuan Sosial pada analisis kesesuaian antara tipe isi
(IPS) merupakan ilmu dasar yang pelajaran dengan tipe kinerja
sangat penting artinya bagi murid pada (performance) yang menjadi sasaran
tingkat satuan pendidikan dasar, karena belajar. Di samping itu, bahasa yang
materinya berisikan penjelasan, disampaikan kurang komunikatif dan
gambaran, uraian, dan analisis tentang secara umum hampir semua materi yang
fungsi dan peranan manusia, hubungan terdapat dalam buku paket kurang bisa
antara manusia dan masyarakat, baik dipahami secara kontekstual. Oleh
secara individu maupun sosial dalam karena itu, di sinilah perlunya peranan
kehidupan sehari-hari”. Dengan guru sebagai salah satu unsur penting
demikian dalam proses dalam proses pembelajaran menguasai
pembelajarannya memerlukan berbagai keterampilan mengajar dalam
keterampilan-keterampilan tingkat dasar sebuah model pembelajaran yang
(basic skills) guna memecahkan dirancang sebelumnya. Untuk itu
masalah atau fenomena-fenomena yang diperlukan model pembelajaran yang
terjadi dalam kehidupan murid sehari- tepat, yang berorientasi dan berpusat
hari. pada siswa, bukan lagi pembelajaran
Berdasarkan observasi awal di yang berpusat pada guru yakni
SD Negeri 10 Pangkajene Kab. Sidrap pendekatan keterampilan proses.
kelemahan selama ini dalam Beberapa penelitian menunjukkan
pembelajaran IPS adalah materi atau bahwa pendekatan keterampilan proses
konsep ilmu pengetahuan sosial berikut dapat meningkatkan hasil pembelajaran.

37
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

Menurut Adel (2009: 46) “pendekatan sikap, serta menerapkannya dalam


keterampilan proses dapat kehidupan sehari-hari.
meningkatkan hasil pembelajaran kelas Dalam pengertian yang
IV” selain itu pendekatan tersebut dikemukakan di atas, termasuk di
bertujuan agar mampu merangsang antaranya keterlibatan fisik, mental, dan
siswa untuk berpartisipasi aktif secara sosial peserta didik dalam proses
langsung dalam proses pembelajaran pembelajaran untuk mencapai suatu
dan terwujud suasana yang interaktif tujuan.
antara guru dengan siswa atau Selanjutnya Dimyati, dkk.
sebaliknya, siswa dengan siswa, dan (Mappasoro, 2000: 59) mengemukakan
antara guru-materi-siswa dan sumber- pendekatan keterampilan proses yaitu :
sumber belajar lainnya. Di samping itu, 1) Akan memberikan kepada siswa
pendekatan keterampilan proses akan pengertian yang tepat tentang
mendorong kadar keaktifan siswa lebih hakikat ilmu pengetahuan. Siswa
besar, sehingga siswa yang memiliki dapat mengalami rangsangan
tingkat keaktifan yang lebih besar akan ilmu pengetahuan dan dapat lebih
dapat meningkatkan pencapaian hasil baik dalam memahami fakta dan
belajar atau prestasi belajar mereka. konsep ilmu pengetahuan.
Berdasarkan hal tersebut, 2) Mengarahkan proses belajar yang
kaitannya dengan permasalahan berlangsung dengan memberi
pendidikan khususnya di SD Negeri 10 kesempatan kepada siswa untuk
Pangkajene Kab. Sidrap dalam hal bekerja dengan ilmu pengetahuan
rendahnya partisipasi aktif siswa dalam dan tidak sekadar cerita atau
pembelajaran sehingga berujung pada penjelasan guru mengenai suatu
rendahnya hasil belajar siswa, maka ilmu pengetahuan.
penulis tertarik untuk melakukan 3) Menghantarkan siswa untuk
penelitian tindakan kelas dengan belajar ilmu pengetahuan, baik
menjadikan pendekatan keterampilan sebagai proses ataupun sebagai
proses sebagai alternatif pembelajaran produk ilmu pengetahuan.
yang efektif dan interaktif di kelas. Dari penjelasan tersebut,
nampak bahwa keterampilan proses
KAJIAN PUSTAKA mengajarkan kepada siswa untuk
1. Pendekatan Keterampilan Proses terlibat secara optimal dalam proses
a. Pengertian Pendekatan pembelajaran. Hal ini erat kaitannya
Keterampilan Proses dengan cara belajar siswa aktif (CBSA)
Pendekatan keterampilan proses karena mengandung unsur interaktif
merupakan wahana pengembangan atau timbal balik, sehingga pendekatan
keterampilan-keterampilan intelektual, keterampilan proses dikatakan sebagai
sosial, dan fisik yang bersumber dari perwujudan dari cara belajar siswa aktif
kemampuan dasar yang pada prinsipnya (CBSA). Adapun menurut
telah ada dalam diri siswa. Menurut Abdurrahman (1993:152)
Mulyasa (2007: 99) Keterampilan “Keterampilan proses adalah
proses kemampuan-kemampuan potensial fisik
Merupakan pendekatan dan mental serta sosial siswa untuk
pembelajaran yang menekankan pada memproses perolehan dari pengalaman
proses belajar, aktivitas dan kreativitas belajarnya”.
peserta didik dalam memperoleh Berdasarkan para ahli tersebut,
pengetahuan, keterampilan, nilai dan maka dapat disimpulkan bahwa

38
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

pendekatan keterampilan proses adalah nampak adanya hubungan kausalitas


pembelajaran yang menekankan pada antara kemampuan kognitif dengan
proses belajar, aktivitas dan kreativitas afektif dan psikomotorik.
peserta didik dalam memperoleh Hal tersebut mungkin terjadi
pengetahuan, keterampilan, nilai dan bilamana pelajaran yang disajikan oleh
sikap, serta menerapkannya dalam guru cukup menantang, merangsang dan
kehidupan sehari-hari. Selain itu menggugah kemampuan dan aktivitas
pendekatan keterampilan proses siswa. Untuk itu, guru harus
bertujuan untuk merangsang pemikiran mempunyai kemampuan dan
siswa dalam memahami fakta dan keterampilan untuk menetapkan model
konsep ilmu pengetahuan serta memberi mengajar yang relevan yakni
kesempatan pada siswa untuk bekerja pendekatan keterampilan proses.
dengan ilmu pengetahuan dan tidak Selanjutnya Mulyasa (2007:100-
sekedar cerita atau penjelasan guru 101) pendekatan keterampilan proses
mengenai suatu ilmu pengetahuan. perlu memperhatikan hal-hal sebagai
b. Karakteristik Pendekatan berikut:
Keterampilan Proses 1) Keaktifan peserta didik di
Pendekatan keterampilan proses dorong oleh kemauan untuk
bertolak dari suatu pandangan bahwa belajar karena adanya tujuan
setiap peserta didik memiliki potensi yang ingin dicapai (asas
yang sama, yang berbeda hanya derajat motivasi).
dan kualitasnya dan dalam situasi yang 2) Keaktifan peserta didik akan
normal, mereka dapat mengembangkan berkembang jika dilandasi
potensinya secara optimal. Oleh karena dengan pendayagunaan potensi
itu, tugas guru adalah memberikan yang dimilikinya.
kemudahan kepada peserta didik dengan 3) Suasana kelas dapat mendorong
menciptakan lingkungan yang kondusif atau mengurangi aktivitas
agar semua peserta didik dapat peserta didik. Suasana kelas
berkembang secara optimal. harus dikelola agar dapat
Penyajian konsep berupa materi merangsang aktivitas dan
pelajaran oleh guru akan memberikan kreativitas belajar peserta didik.
pengalaman belajar bagi siswa. Dengan 4) Dalam kegiatan pembelajaran,
pengalaman belajar itu, siswa tugas guru adalah memberikan
mengembangkan kemampuan- kemudahan belajar melalui
kemampuan intelektualnya (kognitif) bimbingan dan motivasi untuk
yang menghasilkan terbentuknya sikap mencapai tujuan. Kegiatan-
dan nilai (afektif) pada siswa sebagai kegiatan yang dapat dilakukan
hasil pengalaman belajarnya. Dengan untuk mendorong aktivitas dan
hasil belajar tersebut, siswa kreativitas peserta didik dalam
mendapatkan kemampuan fisik, mental pembelajaran antara lain:
dan sosial untuk memproses lebih lanjut diskusi, pengamatan, penelitian,
hasil belajarnya tersebut dengan praktikum, dan kegiatan-
keterampilan proses dan sekaligus kegiatan lain yang dapat
menjadi penggerak bagi pengembangan menunjang tercapainya tujuan
kemampuan-kemampuan yang lebih pembelajaran.
tinggi (psikomotorik) untuk
mengapersepsi konsep-konsep baru
yang ditawarkan kepadanya. Di sini

39
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

c. Jenis Keterampilan dalam prinsip ilmu pengetahuan, seperti:


Pendekatan Keterampilan Proses mendiskusikan suatu masalah,
Pendekatan keterampilan proses mengekspresikan, membuat laporan,
dalam pelaksanaannya memuat unsur- dan membuat peta dan kegiatan lain
unsur keterampilan yang secara garis yang sejenis.
besar dikategorikan dalam d) Mengukur
keterampilan-keterampilan dasar (basic Mengukur adalah suatu kegiatan
skills). Menurut Mulyasa (2007: 100) untuk mendapatkan data kuantitatif
“keterampilan-keterampilan dasar tentang obyek yang diukur. Tujuannya
meliputi: mengamati, agar sejak awal setiap siswa memiliki
mengklasifikasikan, kemampuan dalam mengukur.
mengkomunikasikan, mengukur, e) Memprediksi
memprediksi, dan menyimpulkan”. Memprediksi adalah
1) Keterampilan-Keterampilan Dasar keterampilan yang dimiliki setiap siswa
(Basic Skills) dalam memperkirakan, mengantisipasi
a) Mengamati atau membuat ramalan tentang berbagai
Mengamati merupakan hal yang terjadi di masa akan datang
keterampilan paling dasar yang harus berdasarkan perkiraan pada pola atau
dikembangkan dalam pembelajaran. kecenderungan tertentu atau hubungan
Kegiatan mengamati lingkungan sekitar antara fakta, konsep dan prinsip ilmu
(berbagai obyek dan fenomena alam) pengetahuan. Untuk dapat membuat
dilakukan melalui panca indera suatu prediksi yang dapat dipercaya
penglihatan, pendengaran, dan tentang suatu obyek dan peristiwa maka
sebagainya. Pengamatan yang dapat dilakukan dengan
dilakukan baik bersifat kuantitatif, memperhitungkan penentuan secara
seperti: mengamati peninggalan tepat perilaku terhadap lingkungan kita..
bersejarah yang bercorak hindu. f) Menyimpulkan
b) Mengklasifikasikan Menyimpulkan adalah suatu
Mengklasifikasikan mengarah keterampilan untuk memutuskan suatu
pada keterampilan siswa dalam memilih keadaan atau objek atau peristiwa
atau menggolongkan berbagai obyek, berdasarkan fakta, peristiwa, konsep,
peristiwa, gejala dan segala sesuatu dan prinsip yang diketahui. Kegiatan
yang ada di sekitar siswa berdasarkan yang termasuk dalam keterampilan
persamaan, perbedaan dan hubungan menyimpulkan antara lain berdasarkan
antara obyek sehingga proses dalam pengamatan, sebagai contoh: api lilin
kegiatan ini diharapkan dapat dilakukan padam setelah ditutup dengan gelas
setiap siswa agar bermanfaat atau rapat-rapat, siswa dapat menyimpulkan
bernilai bagi dirinya. bahwa lilin menyala apabila ada
c) Mengkomunikasikan oksigen.
Keterampilan dalam Dalam penelitian ini yang menjadi
mengkomunikasikan suatu pesan, baik fokus pengamatan (observasi) selama
verbal (lisan dan tulisan) maupun non- pembelajaran dengan pendekatan
verbal (bahasa tubuh) adalah keterampilan proses adalah tujuh
keterampilan dasar yang sangat penting indikator yang dikemukakan Tyler
untuk dikuasai oleh setiap orang. (Muhiria, 2008:34) yakni kemampuan
Komunikasi diarahkan pada kegiatan Mengamati, Menggolongkan
menyampaikan dan menerima pesan (mengklasifikasikan),
yang bersifat fakta, ide, konsep dan Menginterprestasikan (menafsirkan),

40
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

Meramalkan, Menerapkan, proses merupakan serangkaian strategi


Merencanakan penelitian dan kegiatan belajar mengajar di kelas
Mengkomunikasikan melalui tiga tahap yang diawali dari
d. Pendekatan Keterampilan Proses tahap eksplorasi, tahap penanaman
untuk Meningkatkan Hasil Belajar konsep dan tahap aplikasi konsep.
IPS pada Siswa di Sekolah Dasar Melalui tiga tahap tersebut, siswa
Pendekatan keterampilan proses dibimbing untuk membentuk diri agar
dalam pembelajaran IPS merupakan hal memperoleh pemahaman terhadap apa
yang wajar dan harus dilaksanakan oleh yang telah dipelajarinya.
setiap guru dalam pembelajarannya. Berdasarkan pendapat di atas
Untuk dapat menerapkan pendekatan maka langkah dalam pelaksanaan
keterampilan proses dalam pendekatan keterampilan proses adalah
pembelajaran, kita perlu sebagai berikut:
mempertimbangkan dan memperhatikan 1. Tahap eksplorasi
karakteristik bidang studi. Selain itu, Pada tahap eksplorasi, guru
kita perlu menyadari bahwa dalam suatu dapat melakukan tanya jawab yang
kegiatan pembelajaran dapat terjadi berkaitan dengan materi pelajaran yang
pengembangan lebih dari satu macam akan dipelajari. Hal ini dapat dilakukan
keterampilan proses. Untuk itu secara tertulis dan lisan. Misalnya
pembelajaran di sekolah dasar perlu memberikan pertanyaan mengenai
dirancang dan dikelola dengan baik materi yang akan diajarkan. Ini
yang berorientasi pada pengembangan bertujuan untuk menggali pengetahuan
potensi peserta didik. Guru dituntut awal siswa melalui pertanyaan yang
bertanggung jawab untuk menjadi sesuai dengan pengalaman lingkungan
fasilitator dan pembimbing dalam anak.
kegiatan belajar mengajar untuk 2. Tahap penanaman konsep
memberikan kemudahan bagi peserta Pada tahap penanaman konsep,
didik untuk mengkondisikan dirinya siswa dihadapkan pada kegiatan kerja
kearah yang lebih baik dalam kelompok. Pada kegiatan ini guru
memahami sebuah konsep yang akan menjelaskan tentang materi pelajaran.
diajarkan. Selanjutnya guru mengelompokkan
Sehubungan dengan hal itu, siswa yang masing-masing terdiri dari 4
maka selanjutnya perlu diketahui orang setiap kelompok, dan setiap
bagaimana skenario atau penerapan kelompok dibagikan lembar kerja siswa
dalam pembelajaran materi IPS dengan (LKS) menugaskan siswa untuk
menggunakan pendekatan keterampilan menyiapkan alat dan bahan yang akan
proses. Adapun kegiatan yang akan digunakan pada eksperimen tentang
direncanakan dibagi kedalam tiga materi pelajaran.
kegiatan yakni: (a) kegiatan awal, (b) Pada tahap ini guru dapat
kegiatan inti yang terdiri dari tahap menerapkan ketujuh indikator
eksplorasi, pemahaman konsep, tahap pendekatan keterampilan proses yaitu:
aplikasi konsep serta, (c) kegiatan akhir. a. Mengamati
Kegiatan ini dipilih untuk Mengamati masalah yaitu guru
mengoptimalkan interaksi semua unsur membimbing siswa untuk
setiap pelajaran. mengumpulkan data atau informasi
Menurut pendapat Tyler yang sesuai dengan materi.
(Muhiria, 2008:34) bahwa: b. Menggolongkan
Pembelajaran pendekatan keterampilan (mengklasifikasikan)

41
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

Menggolongkan Selanjutnya siswa diberikan tugas


(mengklasifikasikan) yaitu guru lanjutan meyelesaikan soal-soal sesuai
membimbing siswa menggolong- dengan materi. Disinilah guru akan
golongkan atau mengklasifikasikan melakukan refleksi terhadap
masalah berdasarkan data dan pemahaman siswa melalui percoban.
informasi awal yang telah ditentukan Apabila masih banyak yang belum
untuk memecahkan masalah. menguasai materi tersebut maka guru
c. Menginterprestasikan (menafsirkan) selanjutnya melakukan remedial untuk
Menafsirkan (menginterprestasikan) perbaikan.
yaitu guru mengemukakan Dari ketiga tahap di atas,
pemahaman sementara terhadap keteribatan guru dalam memberikan
materi yang terkumpul berdasarkan arahan, bimbingan dan bantuan
data dan informasi awal, kemudian diminimalkan apabila siswa
menghubungkan dengan kenyataan membutuhkan. Kegiatan tersebut
yang ada di lingkungan siswa. bertujuan untuk mengetahui tingkat
d. Meramalkan pemahaman siswa terhadap materi yang
Meramalkan yaitu guru membimbing sedang dipeajari. Sedangkan guru dapat
siswa untuk meramalkan atau membimbing siswa untuk melakukan
menyimpulkan kemungkinan yang percobaan, mengajukan pertanyaan atau
akan terjadi dari kegiatan memberikan kesempatan untuk
menafsirkan yang telah dilakukan, mengungkapkan ide atau pendapat serta
yaitu berupa pemahaman terhadap menemukan jawaban.
materi. 2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
e. Menerapkan Sosial di Sekolah Dasar
Menerapkan yaitu guru membimbing a. Pengertian Ilmu Pengetahuan
siswa untuk menerapkan konsep Sosial
yang telah dipelajari dalam situasi Secara etimologi, sosial berasal
baru. dari kata socious yang berarti lebih dari
f. Merencanakan penelitian satu, penemanan, bergaul atau
Merencanakan penelitian yaitu guru pergaulan sedangkan ilmu berasal dari
membimbing siswa untuk kata logos yang berarti ilmu atau
menyelidiki masalah dengan pengetahuan. Menurut Soekanto (1990:
melakukan eksperimen untuk 4) bahwa:
menguatkan pemahaman awal siswa Ilmu sosial adalah ilmu yang bersifat
terhadap masalah. tidak pasti (inexact) karena menyangkut
g. Mengkomunikasikan hakekat, fungsi, dan kedudukan
Mengkomunikasi yaitu guru manusia dalam kehidupannya baik
membimbing siswa untuk secara individu maupun sebagai
mengaplikasikan pemahamannya makhluk sosial (homo socious) yang
dalam kegiatan bertanya, senantiasa berubah-ubah.
menjelaskan, serta laporan. Sementara itu Poerwadarminta
3. Tahap aplikasi konsep (1986: 287) mengemukakan bahwa
Pada tahap aplikasi konsep, guru “ilmu pengetahuan sosial adalah suatu
memberikan kesempatan kepada siswa ilmu yang memiliki karakter tersendiri
untuk memantapkan konsep dengan yang berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya
menarik kesimpulan berdasarkan hasil karena karakteristik dan perpaduan dari
eksperimen dengan membacakan hasil beberapa konsep antara lain, geografi,
eksperimen tiap-tiap kelompok. ekonomi, sosial, dan sejarah”.

42
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

Adapun Samlawi dan Maftuh terpilih dari ilmu-ilmu sosial dan


(1999: 1) menyatakan bahwa: humaniora untuk tujuan pembinaan
Ilmu pengetahuan sosial merupakan warga negara yang baik. Melalui mata
mata pelajaran yang memadukan pelajaran IPS di Sekolah Dasar para
konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu siswa diharapkan dapat memiliki
sosial yang disusun melalui pendekatan pengetahuan dan wawasan tentang
pendidikan dan psikologis serta konsep-konsep ilmu sosial dan
kelayakan dan kebermaknaannya bagi humaniora, memiliki kepekaan dan
siswa dan kehidupannya. kesadaran terhadap masalah sosial di
Berdasarkan beberapa lingkungannya, serta memiliki
pengertian tentang IPS di atas, maka keterampilan mengkaji dan
dapat disimpulkan bahwa IPS adalah memecahkan masalah-masalah sosial
ilmu yang bersifat tidak pasti (inexact) tersebut.
karena menyangkut hakekat, fungsi, dan Menurut Achmad (2005: 2)
kedudukan manusia dalam kajian ilmu pengetahuan sosial
kehidupannya baik secara individu dikembangkan dengan menggunakan
maupun sebagai makhluk sosial (homo pendekatan, yaitu:
socious) yang senantiasa berubah-ubah. 1) IPS sebagai pendidikan nilai (value
b. Karakteristik dan Pendekatan education), yakni:
Ilmu Pengetahuan Sosial - Mendidikkan nilai-nilai yang baik
Setiap ilmu pengetahuan atau yang merupakan norma-norma
mata pelajaran memiliki karakteristik keluarga dan masyarakat;
tersendiri, tidak terkecuali mata - Memberikan klarifikasi nilai-nilai
pelajaran ilmu pengetahuan sosial yang yang sudah dimiliki siswa;
diajarkan di tingkat sekolah dasar. Ilmu - Nilai-nilai inti/utama (core
pengetahuan sosial merupakan values) seperti menghormati hak-
perpaduan atau gabungan dari berbagai hak perorangan, kesetaraan, etos
disiplin ilmu-ilmu sosial antara lain: kerja, dan martabat manusia (the
ilmu sejarah, geografi, ilmu ekonomi, dignity of man and work) sebagai
politik, pemerintahan, sosiologi, upaya membangun kelas yang
antropologi, dan psikologi sosial. demokratis.
Materi ilmu pengetahuan sosial 2) IPS SD sebagai pendidikan
terdiri atas konsep, prinsip dan analisis multikultural (multicultural
yang erat kaitannya dengan perihal eduacation), yakni:
kehidupan manusia baik sebagai - Mendidik siswa bahwa perbedaan
makhluk individu maupun sebagai itu wajar;
makhluk sosial. Menurut Samlawi dan - Menghormati perbedaan etnik,
Maftuh (1999: 4) bahwa “Struktur Ilmu budaya, agama, yang menjadikan
Pengetahuan Sosial tersusun dalam tiga kekayaan budaya bangsa;
tingkatan dari yang paling sempit ke - Persamaan dan keadilan dalam
yang paling luas, yaitu (1) fakta, (2) perlakuan terhadap kelompok
konsep, dan (3) generalisasi”. Ketiga etnik atau minoritas.
hal inilah yang membangun materi 3) IPS SD sebagai pendidikan global
ilmu-ilmu sosial. (global education), yakni :
Di samping itu, ilmu - Mendidik siswa akan kebhinekaan
pengetahuan sosial merupakan suatu bangsa, budaya, dan peradaban di
materi pengajaran yang dunia;
mengintegrasikan konsep-konsep - Menanamkan kesadaran

43
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

ketergantungan antar bangsa; 2) Memiliki kemampuan dasar untuk


- Menanamkan kesadaran semakin berpikir logis dan kritis, rasa ingin
terbukanya komunikasi dan tahu, inkuiri, memecahkan masalah,
transportasi antar bangsa di dunia; dan keterampilan dalam kehidupan
- Mengurangi kemiskinan, sosial.
kebodohan dan perusakan 3) Memiliki komitmen dan kesadaran
lingkungan. terhadap nilai-nilai sosial dan
c. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran kemanusiaan.
Ilmu Pengetahuan Sosial 4) Memiliki kemampuan
Ilmu pengetahuan sosial berkomunikasi, bekerjasama, dan
berfungsi mengembangkan kemampuan berkompetisi dalam masyarakat
setiap peserta didik untuk memahami yang majemuk, di tingkat lokal,
fenomena sosial dan lingkungan nasional, maupun global.
sekitarnya sebagai bentuk proses d. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan
pembelajaran yang berbasis Sosial (IPS) di Sekolah Dasar
kompetensi. Pembelajaran IPS SD akan Menurut Etin Solihatin
dimulai dengan pengenalan diri (self), (2007:15) konsep dasar IPS antara lain:
kemudian keluarga, tetangga, Interaksi, saling ketergantungan,
lingkungan RT, RW, kelurahan/desa, kesinambungan, dan perubahan,
kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, keberagaman/kesamaan/perbedaan,
negara, negara tetangga, kemudian konflik dan konsensus, nilai
dunia. kepercayaan dan budaya. Berikut akan
Menurut Achmad (2005: 2) diuraikan hal-hal yang menjadi konsep
sasaran yang hendak dicapai dalam IPS pada tingkat sekolah dasar sebagai
pembelajaran IPS dengan pendekatan berikut:
keterampilan proses diarahkan pada: 1. Interaksi
1) Melatih cara berpikir siswa Interaksi merupakan salah satu
dalam memecahkan masalah yang diajarkan pada murid sekolah
melalui penyelidikan, kebutuhan dasar manusia, sehingga
pengkajian dan percobaan. manusia harus mampu melakukan
2) Pengembangan aktivita kreatif hubungan dengan orang/pihak lain di
yang melibatkan imajinasi, lingkungan sekitarnya. Menurut Etin
intuisi dan penemuan dengan Solihatin (2007:15) di dalam interaksi
mengembangkan pemikiran harus memiliki setidak-tidaknya 3 (tiga)
divergen, orisinil dan rasa ingin unsur yaitu : komunikator (orang yang
tahu. melakukan komunikasi), komunikan
3) Mengembangkan kemampuan (orang yang dijadikan sasaran atau
menyampaikan informasi objek, dan informasi(bahan yang
melalui pembicaraan lisam, dijadikan komunikasi atau iteraksi).
cetakan, grafik, peta dan 2. Saling ketergantungan
diagram dalam penjelasan Murid sekolah dasar diajarkan
gagasan/ide. materi tentang konsep saling
Adapun tujuan pembelajaran IPS ketergantungan yang memberikan
sebagaimana dikemukakan Achmad pemahaman bahwa sebabai makhluk
(2005: 2): social setiap murid dapat dipastikan
1) Mengenal konsep-konsep yang memerlukan orang lain, meskipun
berkaitan dengan kehidupan hanya untuk berinteraksi sejenak. Oleh
masyarakat dan lingkungannya. karena itu, konsep IPS membicarakan

44
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

tentang konsep saling ketergantungan kepentingan umum, sehingga konflik


antara manusia satu dengan lainnya yang terjadi tidak sampai pada tingkat
dalam kehidupan bermasyarakat akan perpecahan.
memerlukan bantuan orang lain, 6. Nilai kepercayaan
termasuk murid sekolah dasar. Konsep Ilmu Pengetahuan sosial
3. Kesinambungan dan perubahan (IPS) adalah adanya nilai-nilai
Murid sekolah dasar diajarkan kepercayaan. Menurut Etin Solihatin
materi tentang adanya konsep (2007:17) “Nilai, symbol, dan lambang
kesinambungan dan perubahan. adalah suatu yang berharga dan
Menurut Etik Solihatin (2007:16) memiliki karakteristik tertentu, nilai
“Kesinambungan kehidupan dalam merupakan keyakinan yang dipegang
suatu masyarakat terjadi karena adanya dan dilaksanakan dari generasi ke
lembaga perkawinan”. Lembaga generasi secara turun temurun
perkawinan sebagai upaya manusia dipelihara”. Dengan demikian, nilai
untuk melanjutkan generasi atau adalah sesuatu yang menjadi ciri atau
keturunan yang kemudian melakukan karakteristik suatu masyarakat. Jika
perkawinan mbicarakan pula. suatu masyarakat tidak memiliki nilai
Kesinambungan ini terjadi dalam maka masyarakat tersebut tidak akan
berbagai aspek kehidupan masyarakat berharga di mata orang lain.
baik individu, kelompok, dan 7. Budaya
masyarakat mengalami perubahan. Konsep Ilmu Pengetahuan
4. Keragaman/kesamaan/perbedaan Sosial (IPS) adalah adanya budaya yang
Konsep Ilmu Pengetahuan dihasilkan dari masyarakat. Menurut
Sosial (IPS) adalah adanya Etin Solihatin (2007:17) “Kata Budaya
keberagaman, kesamaan dan perbedaan. berasal dari kata budhi dan daya, artinya
Terjadinya keragaman, perbedaan, dan segala sesuatu yang dihasilkan manusia
kesamaan adalah karena setiap individu adalah bentuk budaya”. Budaya
menginginkan keberadaan dirinya. selayaknya kepercayaan harus
Dengan demikian, IPS membicarakan dipertahankan, jika budaya itu
tentang konsep keberagaman, kesamaan merupakan hal yang baik. Sebaliknya,
dan perbedaan yang dialami baik oleh budaya yang menyimpang dan
individu maupun secara kelompok. bertentangan dengan perkembangan
5. Konflik dan konsensus zaman haruslah dilupakan. Dengan
Konsep Ilmu Pengetahuan demikian, dalam pembelajaran IPS
Sosial (IPS) adalah adanya konflik dan disamping mempelajari budaya-budaya
konsensus. Di dalam masyarakat yang tercipta dari adanya hubungan
senantiasa ada konflik yang ditimbulkan interaksi dari individu yang satu dengan
oleh berbagai sebab. Demikian pula yang lain.
halnya dengan konsensus, dapat muncul
setelah adanya konflik atau bahkan 3. Hasil Belajar
sebaliknya karena satu pihak tertentu a. Pengertian Hasil Belajar
melakukan konsensus, maka pihak Hasil belajar merupakan
ketiga justru menimbulkan konflik. Ada terminologi dengan cakupan yang
bebagai cara untuk mencapai cukup luas, yang pada hakekatnya
konsensus, seperti melalui dialog, adalah perubahan tingkah laku sebagai
pemecahan masalah, perundingan, akibat belajar yang mencakup aspek
saling menolong, serta pengorbanan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal
kepentingan diri demi untuk tersebut sebagaimana dikemukakan

45
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

Winkel (1996:244) bahwa “berdasarkan (intelektual) siswa tidak terlepas dari


taksonomi Bloom, aspek belajar yang proses pembelajaran di kelas dan
harus di ukur keberhasilannya adalah berbagai bentuk interaksi belajar
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik lainnya. Menurut Mappasoro (2006: 1-
sehingga dapat menggambarkan tingkah 2) bahwa hasil belajar adalah “sejumlah
laku menyeluruh sebagai hasil belajar perubahan yang terjadi pada diri
siswa”. Ketiga aspek tersebut tidak seseorang yang disebabkan oleh faktor
berdiri sendiri, melainkan merupakan lain di luar belajar seperti perubahan
satu kesatuan yang tidak dapat karena kematangan, perubahan karena
dipisahkan. kelelahan fisik, dan sebagainya”.
Dalam interaksi edukatif ada Berdasarkan beberapa pengertian yang
harapan yang bersifat timbal balik telah diuraikan di atas, maka dapat
antara siswa dengan guru, guru disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
mengharapkan agar siswanya berhasil hasil yang telah dicapai setiap individu
dalam bentuk pencapaian prestasi setelah melaksanakan usaha untuk
belajar yang ideal, sedangkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan
mengharapkan hasil dari dirinya sendiri dan perilaku melalui pengalaman dan
sebagai efek profesionalisme gurunya interaksi edukatif.
dalam memberikan interaksi edukatif. b. Kategori Hasil Belajar
Harapan yang dikemukakan kedua Horward Kingsley (Sudjana,
pihak dalam konteks belajar-mengajar 1995: 22) menyatakan bahwa “hasil
sering dikenal dengan istilah prestasi belajar dapat diklasifikasikan dalam tiga
belajar. kategori, yakni: 1) keterampilan dan
Hasil belajar dan prestasi belajar kebiasaan, 2) pengetahuan dan
ibarat dua sisi mata uang yang tidak pengertian, dan 3) sikap dan cita-cita”.
dapat dipisahkan. Oleh karena itu, Masing-masing jenis hasil belajar
berbicara hasil belajar maka tersebut dapat diisi dengan bahan yang
orientasinya adalah berbicara prestasi telah ditetapkan dalam kurikulum.
belajar yang diukur dengan nilai Selanjutnya Gagne (Sudjana, 1995: 22)
tertentu. Hal ini dibuktikan pula dengan membagi “lima kategori hasil belajar,
sejumlah pengertian yang dikemukakan yakni: 1) informasi verbal, 2)
para ahli, diantaranya menurut Al Barry keterampilan intelektual, 3) strategi
(1994: 534), prestasi didefinisikan kognitif, 4) sikap, dan 5) keterampilan
sebagai “Hasil yang telah dicapai”, motoris”.
sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Namun dalam sistem pendidikan
Indonesia yang disusun oleh nasional, rumusan tujuan pendidikan
Poerwadarminta (1986: 624), prestasi baik tujuan kurikuler maupun tujuan
belajar diartikan sebagai “Hasil yang instruksional menggunakan klasifikasi
telah dicapai seseorang setelah hasil belajar dari Benyamin Bloom yang
melakukan kegiatan tertentu atau dikenal dengan istilah Taksonomi
dengan kata lain prestasi adalah hasil Bloom. Menurut Sudjana (1995: 22)
yang telah dicapai berdasarkan tinggi bahwa “secara garis besar taksonomi
atau rendahnya nilai hasil belajar”. Bloom terdiri atas tiga ranah dan
Pencapaian hasil belajar dapat mencakup beberapa jenjang, yaitu:
diukur dengan melihat prestasi belajar 1) Ranah kognitif adalah
yang diperoleh maupun pada proses kemampuan intelektual yang
pembelajaran. Prestasi belajar sebagai mencakup jenjang: pengetahuan,
tolok ukur kemampuan kognitif pemahaman, penerapan, analisis,

46
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

sintesis dan evaluasi. Mempengaruhi Hasil Belajar


2) Ranah afektif adalah perasaan Hasil belajar juga sering disebut
emosi atau nilai. Afektif prestasi belajar yang diperoleh dari
memiliki jenjang, yakni: proses belajar yang terungkap melalui
penerimaan, tanggapan, evaluasi belajar. Dalam proses
penilaian, pengorganisasian, dan pembelajaran di sekolah, guru selalu
pemeran. mengharapkan agar siswa-siswanya
3) Ranah psikomotorik adalah dapat mencapai hasil yang maksimal.
kemampuan yang Namun dalam kenyataannya tidak
mengutamakan gerak perilaku semua siswa dapat seperti yang
yang melibatkan pemahaman diharapkan, sebab ada beberapa faktor
yang dimiliki. Aspek yang mempengaruhinya.
psikomotorik memiliki jenjang, Hadinoto (Darmadji, 2007: 28)
yakni: persepsi, kesiapan, menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
respon, mekanisme, respon mempengaruhi hasil belajar ada dua
kompleks, penyesuaian dan macam, yaitu:
kreativitas. 1) Faktor biologis, misalnya anak
Berdasarkan hal tersebut, maka yang lemah atau sering sakit,
hasil belajar yang dimaksudkan dalam tentu tidak dapat belajar dengan
penelitian ini adalah prestasi belajar baik. Siswa yang bersangkutan
yang diperoleh dari kegiatan belajar tidak dapat berkonsentrasi dalam
mengajar. Dengan demikian, jika proses belajar mengajar
standar kompetensi dan kompetensi sehingga hasil atau prestasi
dasar dipandang sebagai suatu harapan belajarnya akan berkurang.
yang akan diperoleh siswa setelah Begitupun dengan siswa yang
mengikuti kegiatan belajar mengajar, lemah fisik atau cacat jasmani
maka prestasi belajar dalam penelitian yang lain, misalnya pendengaran
ini adalah seberapa besar standar kurang jelas, penglihatan kurang
kompetensi dan kompetensi dasar terang dan lain-lain.
tersebut tercapai. Hal ini sebagaimana 2) Faktor psikologi yang turut
dikemukakan Muslich (2007: 22) mempengaruhi hasil belajar atau
bahwa “hasil belajar siswa dirumuskan prestasi belajar siswa, antara
sebagai standar kompetensi dan lain: a) intelegensi, b) bakat, c)
kompetensi dasar yang dinyatakan minat, d) perhatian, dan e)
dalam bentuk yang lebih spesifik dan konstelasi psikis yang lain.
merupakan komponen dari tujuan Menurut Tabrani ( Darmadji,
umum bidang studi”. 2007: 31) bahwa faktor-faktor yang
Dalam penelitian ini hasil mempengaruhi suksesnya belajar
belajar IPS, hanya dibatasi pada adalah:
penguasaan bahan ajar kelas V yang 1) Faktor internal, yang terdiri atas:
diberikan dengan mengacu pada a) faktor jasmani, b) faktor
indikator pembelajaran yang telah psikologis (intelektual dan non-
disusun pada rencana pelaksanaan intelektual, c) faktor kematangan
pembelajaran (RPP), yaitu skor hasil tes psikis dan fisik.
belajar siswa setelah mengikuti kegiatan 2) Faktor eksternal, yang meliputi:
belajar mengajar yang menggunakan a) faktor sosial (keluarga,
pendekatan keterampilan proses. sekolah dan masyarakat), b)
c. Faktor-faktor yang faktor budaya (seni, ilmu dan

47
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

teknologi), c) faktor lingkungan yaitu :


spiritual atau keagamaan. 1. Guru, melihat kemampuan guru
Ahmadi (Darmadji, 2007: 32) dalam menerapkan pendekatan
mengemukakan bahwa faktor-faktor keterampilan proses dalam
yang mempengaruhi prestasi belajar, pembelajaran IPS yang meliputi
antara lain: tahap eksplorasi, Tahap penanaman
1) Faktor endogen, yakni faktor konsep, dan tahap aplikasi konsep.
yang datang dari diri sendiri. 2. Siswa, melihat hasil belajar IPS
Faktor ini meliputi: faktor siswa setelah diterapkan pendekatan
biologis (faktor yang bersifat keterampilan proses.
jasmaniah) di antaranya
kesehatan dan cacat badan. Prosedur Tindakan
Faktor psikologis berupa Sesuai dengan jenis penelitian
intelegensi, perhatian, minat, yang dilakukan yakni penelitian
bakat, dan emosi. tindakan kelas, maka rencana tindakan
2) Faktor eksogen, yakni faktor yang akan dilakukan terdiri atas dua
yang datang dari luar diri. Faktor siklus. Setiap siklus dilaksanakan
ini meliputi: lingkungan sebanyak dua kali pertemuan. Prosedur
keluarga (orang tua, suasana kegiatan dalam setiap siklus meliputi
rumah dan ekonomi keluarga). perencanaan, tindakan, observasi atau
Di samping itu ada juga faktor evaluasi dan refleksi.
lingkungan masyarakat (media
dan teman bergaul, corak Teknik Pengumpulan Data
kehidupan tetangga, 1. Observasi
kegiatan/kebiasaan yang berlaku Observasi dilakukan untuk
dalam masyarakat). Faktor mengamati indikator-indikator
eksogen yang lain adalah keterampilan proses, di antaranya:
lingkungan sekolah yang keterampilan mengidentifikasi,
meliputi pembelajaran yang mengamati, mengklasifi-kasikan,
kurang baik, hubungan guru dan memprediksi, mengkomunikasikan dan
siswa yang kurang harmonis, menyimpulkan dari subtopik dan
bahan pelajaran yang terlalu lembar kerja siswa yang diberikan
tinggi, alat peraga yang tidak kepada tiap kelompok. Format
lengkap, jam pelajaran yang observasi yang digunakan
tidak efektif serta pendekatan menggunakan format observasi model
metode pembelajaran yang tidak checklist (√).
tepat.
Menurut Sudjana (Darmadji, 2. Tes
2007: 33) bahwa “hasil belajar dalam Untuk mengukur hasil belajar
suatu bidang studi tergantung pada siswa diperoleh dengan menggunakan
kesempatan untuk belajar dan relatif tes pada akhir siklus. Tes yang
terhadap bakat. Di samping itu diberikan dalam bentuk tes isian dan
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: uraian yang berjumlah 5 soal. Sehingga
minat, sikap, perhatian dan motivasi”. nilai akhir hasil tes diperoleh dengan
cara
METODE PENELITIAN Nilai yang diperoleh
= x 100
Fokus Penelitian total skor
Fokus penelitian ini ada dua

48
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

Teknik Analisis Data memahami materi belum sesuai dengan


Teknik analisis data yang yang diharapkan, sebagaimana dilihat
digunakan adalah kuantitatif dan pada setiap siswa dalam
kualitatif. Data yang diperoleh berupa mengemukakan jawabannya dari soal
nilai hasil tes belajar diolah dengan yang diberikan secara tulisan, belum
menggunakan kuantitatif , namun sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
terlebih dahulu diskoring dan ditetapkan peneliti memperoleh kriteria
ditabulasikan kemudian dihitung keberhasilan 80% dengan nilai paling
frekuensi, rata-rata dan persentasenya rendah 65. Pada tindakan siklus 1
menjadi acuan untuk melakukan pertemuan I tingkat hasil belajar siswa
deskripsi. dalam mengemukakan jawaban secara
Pengukuran hasil belajar siswa tulisan yang ada pada tes hasil belajar
apakah telah memenuhi Kriteria secara klasikal mencapai rata-rata 55,
Ketuntasan Minimal ( KKM ) diketahui ketuntasan belajar 25% dan
dengan membandingkan nilai akhir tes ketidaktuntasannya adalah 75%.
yang diperoleh siswa dengan standar Pada tindakan siklus I
KKM yang berlaku di sekolah. Khusus pertemuan II, proses pembelajaran juga
untuk SD Negeri 10 Pangkajene Kab. belum mencapai hasil yang optimal
Sidrap nilai KKM sebesar 65. karena rencana pembelajaran masih
belum sepenuhnya dilaksanakan dengan
PEMBAHASAN baik oleh guru. Berdasarkan hasil
Hasil penelitian tentang obesrvasi pengamat tercatat bahwa
peningkatan hasil belajar siswa pada masih ada 3 indikator pembelajaran
materi peninggalan-peninggalan sejarah yang belum dilaksanakan oleh guru dan
kerajaan Hindu-Budha dan Islam di siswa. Tentunya keadaan tersebut juga
Indonesia dari siklus ke siklus dengan berpengaruh terhadap peningkatan hasil
menggunakan pendekatan keterampilan belajar siswa. Hal tersebut tidak sejalan
proses yaitu mengamati, dengan pendapat Semiawan (1992:14)
menggolongkan, menafsirkan, yang menyatakan bahwa Pendekatan
meramalkan, menerapkan, keterampilan proses pada hakikatnya
merencanakan penelitian, dan adalah suatu pengelolaan kegiatan
mengkomunikasikan mengalami belajar-mengajar yang berfokus pada
peningkatan yang signifikan. pelibatan siswa secara aktif dan kreatif
Pada tindakan siklus I dalam proses pemerolehan hasil belajar.
pertemuan I, pembelajaran dengan Data hasil formatif II siklus I
materi peninggalan sejarah kerajaan menunjukkan bahwa secara klasikal
Hindu-Budha belum mencapai hasil tingkat penguasaan siswa rata-rata
yang direncanakan. Guru belum mampu mencapai 60,14, ketuntasan belajar
melaksanakan pembelajaran secara 41,67% dan persen ketidaktuntasannya
optimal, ini dikarenakan guru dalam adalah 58,33%. Data hasil belajar siswa
menerapkan pembelajaran belum belum pada pertemuan II siklus I belum
sepenuhnya mengaplikasikan langkah- sesuai dengan indikator keberhasilan.
langkah pendekatan ketarampilan Pada tindakan siklus II
proses dalam pembelajaran. Hasil pertemuan I, proses kegiatan belajar
observasi menunjukkan ada 4 indikator mengajar telah mengalami kemajuan
pembelajaran yang belum dilaksanakan namun dalam pelaksanaannya masih
oleh guru dan siswa. Hal tersebut terdapat 2 indikator pembelajaran
berdampak pada siswa dalam pendekatan keterampilan proses yang

49
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

belum terlaksana. Hal ini tentunya hasil pembelajaran secara optimal atau
masih membutuhkan perbaikan. ketuntasan belajar siswa berada dalam
Kekurangan tersebut juga berindikasi kategori cukup sedangkan pada siklus II
terhadap hasil belajar siswa yang belum mengalami peningkatan berada dalam
maksimal. Pada pertemuan I siklus II, kategori tinggi.
hasil belajar siswa mencapai rata-rata
66,25, ketuntasan belajar 75% dan Saran
persen ketidaktuntasannya adalah 25%. Berdasarkan hasil penelitian
Pada tindakan siklus II yang dikemukakan diatas maka
pertemuan II, keberhasilan sudah disarankan sebagai berikut :
mencapai target yang diinginkan karena 1. Guru sekolah dasar perlu
pada kegiatan pembelajaran menerapkan pendekatan
peninggalan sejarah kerajaan Islam di keterampilan proses sebagai salah
Indonesia, guru dan siswa sudah satu alternatif dalam upaya
mampu melaksanakan semuan peningkatan hasil belajar IPS di
indikator-indikator keterampilan proses Sekolah Dasar.
dengan baik. Hal ini menunjukan bahwa 2. Bagi lembaga pendidikan lainnya
siswa telah memahami betul langkah- yang tertarik untuk menerapkan
langkah pembelajaran pendekatan bentuk pembelajaran ini, perlu
keterampilan proses. memperhatikan dan menelaah
Tindakan siklus II Pertemuan II kegiatan-kegiatan dalam tahapan
ini, tingkat hasil belajar siswa secara pembelajaran keterampilan proses
tulisan yang ada pada tes formatif II dengan baik sehingga tujuan yang
siklus II secara klasikal mencapai rata- ingin dicapai dalam pembelajaran
rata 70,41, ketuntasan 91,67% dapat tercapai dengan baik.
sedangkan ketidaktuntasan 8,33%.
Berdasarkan data hasil belajar DAFTAR PUSTAKA
siklus II pertemuan II, maka penelitian Al Barry, MD. 1994. Kamus Modern
meningkatakan hasil belajar siswa kelas Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
V SD Negeri 10 Pangkajene Kab. Arkola.
Sidrap telah berhasil. Farris, P.J. & Cooper, S.M. 1994.
Elementary Social Studies.
KESIMPULAN DAN SARA USA: Brown Communications,
Kesimpulan Inc.
Dari hasil penelitian tindakan Mangkuatmodjo, S. 1997. Pengantar
kelas yang dilakukan dalam dua siklus Statistika. Jakarta: Rineka Cipta.
di kelas V SD Negeri 10 Pangkajene Mappasoro. 2006. Belajar dan
Kab. Sidrap dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran. Makassar: FIP
penerapan pendekatan keterampilan UNM.
proses dapat meningkatkan hasil belajar Mulyasa, 2007. Menjadi Guru
IPS siswa kelas V SD Negeri 10 Profesional; Menciptakan
Pangkajene Kab. Sidrap. Hasil Pembelajaran Kreatif dan
penelitian menunjukkan dengan Menyenangkan. Bandung:
pendekatan keterampilan proses dapat Rosdakarya.
meningkatkan hasil belajar IPS, baik Muslich, M. 2007. KTSP Pembelajaran
dari aktivitas mengajar guru maupun Berbasis Kompetensi dan
aktivitas belajar siswa, dimana pada Kontekstual. Jakarta: Bumi
siklus I menunjukkan belum mencapai Aksara.

50
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Keterampilan.... (Hj. Roskiah Jalil)

Sardiman, D.S., dkk. 2004.


Pengetahuan Sosial. Jakarta:
Depdiknas.
Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Rajawali
Press.
Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung:
Alfabeta.
Tiro, M.A. 2007. Menulis Karya Ilmiah
untuk Pengembangan Profesi
Guru. Makassar: Andira
Publisher.
Umar, A. 2007. Statistika Jilid 1:
Pengantar Ke Dalam
Pemahaman Konsep dan
Aplikasi. Makassar: Badan
Penerbit UNM.
Umar, A. dan Kaco, N. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas: Pengantar Ke
Dalam Pemahaman Konsep dan
Aplikasi. Makassar: Badan
Penerbit UNM.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi
Pengajaran. Jakarta: PT.
Grasindo

51
Peningkatan Kemampuan Berdeklamasi Melalui Metode.... (Martini Asraka)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERDEKLAMASI MELALUI METODE


DEMONSTRASI LANGSUNG PADA SISWAKELAS VIIA
SMP NEGERI 6 PALOPO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Martini Asraka
Guru SMP Negeri 6 Palopo

Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode
demonstrasi langsung dengan cara mendeklamasikan puisi dapat meningkatkan
ketrampilan berbicara siswa kelas VIIA SMP Negeri 6 Palopo Tahun Pelajaran
2016/2017. Adapun teori-teori yang dipakai acuan dalam penelitian ini adalah: (1)
pengertian puisi, (2) jenis-jenis puisi, (3) tujuan pengajaran puisi, (4) pengertian
deklamasi, (5) tujuan deklamasi, (6) langkah-langkah persiapan deklamasi, dan (7)
pengertian metode demonstrasi. Jenis penelitian ini menggunakan prosedur yang terdiri
dari; (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, evaluasi dan (4) refleksi. Subjek
penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa-siswa kelas VIIA SMP Negeri 6
Palopo Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 30 orang terdiri dari 15 orang
perempuan dan 15 orang laki-laki. Metode pengumpulan data yang dipergunakan pada
penelitian ini adalah: (1) metode observasi, (2) metode tes. Data-data yang terkumpul
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Betitik tolak dari hasil
penyajian penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan metode demonstrasi
melalui berdeklamasi dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas VIIA
SMP Negeri 6 Palopo Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan peningkatan nilai rata-rata dari tes awal, siklus I, siklus II, siklus III,
dengan rincian sebagai berikut: pada tes awal diperoleh nilai 40, pada siklus I diperoleh
nilai 50, pada siklus II menjadi 60, dan meningkat menjadi 79 pada siklus III. Pada
siklus III menunjukkan pencapaian KKM 75 telah terpenuhi dan tingkat ketuntasan
100% telah tercapai, dan (2) dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat dalam
penerapan metode demonstrasi langsung, maka terjadi peningkatan pada nilai rata-rata
siswa.

Kata kunci: Metode Demonstrasi Langsung, Berdeklamasi.

PENDAHULUAN memungkinkan kita bisa membina dan


Pengajaran bahasa dan sastra mengembangkan kebudayaan nasional
Indonesia merupakan bagian dari sehingga memiliki ciri-ciri dan identitas
program pengajaran bahasa yang sendiri yang dapat membedakan dari
memiliki peran penting dalam kebudayaan daerah (Badudu, 1979 : 8).
meningkatkan kemampuan peserta didik Dalam pengajaran ketrampilan
untuk berkomunikasi dalam bahasa berbahasa, berbicara merupakan salah
Indonesia yang baik dan benar, baik satu ketrampilan yang sangat penting
secara lisan maupun tertulis. Bahasa untuk dikuasai oleh siswa. Pada
memiliki peran sentral dalam hakekatnya, ketrampilan berbicara
pengembangan kebudayaan nasional, merupakan kemampuan yang produktif,
ilmu pengetahuan dan teknologi. Di seperti halnya ketrampilan menulis.
dalam hubungan ini bahasa Indonesia Pada proses belajar mengajar, guru
adalah satu-satunya alat yang kurang memvariasikan metode yang

52
Peningkatan Kemampuan Berdeklamasi Melalui Metode.... (Martini Asraka)

digunakan sehingga terlihat menoton. pelajaran 2016/2017?


Guru seharusnya menggunakan Secara umum penelitian ini
beberapa metode atau strategi yang bertujuan untuk mengembangkan
tepat dalam pembelajaran berdeklamasi. ketrampilan berbahasa Indonesia
Untuk pembelajaran berdeklamasi, khususnya dalam ketrampilan berbicara
metode demonstrasi ini sederhana dan (berdeklamasi) untuk memberikan
dapat menunjukkan ketrampilan fisik sumbangan pemikiran pendidikan yang
atau mampu dicontohkan oleh guru besar manfaatnya bagi pengguna bahasa
maupun seorang model untuk Indonesia dan pengembangan
mendeklamasikan puisi. pengajaran dalam bidang bahasa
Apabila dilihat dari hasil Indonesia. Secara khusus penelitian ini
kemampuan siswa dalam berbicara bertujuan: (1) Untuk mendapatkan data
masih sangat kurang, berarti hasil tes yang akurat dan objektif, dapatkah
yang mereka peroleh belum memenuhi Metode Demonstrasi Meningkatkan
standar kriteria ketuntasan minimal Kemampuan Berdeklamasi Pada Siswa
(KKM) yang ditetapkan oleh sekolah Kelas VIIA SMP Negeri 6 Palopo
masing-masing. Dalam hal ini siswa Tahun Pelajaran 2016/2017. (2)
memperoleh nilai 60, sedangkan nilai Menemukan langkah-langkah Metode
KKM yang ditetapkan adalah 75. Demonstrasi yang tepat dalam
Berarti siswa belum mampu dalam hal pembelajaran memahami puisi pada
menguasai materi pelajaran khususnya siswa kelas VIIA SMP Negeri 6 Palopo
dalam ketrampilan berbicara tahun pelajaran 2016/2017.
(berdeklamasi).
Untuk itu perlu dilakukan METODE PENELITIAN
langkah-langkah pembelajaran yang Jenis penelitian yang digunakan
lebih baik untuk dapat meningkatkan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
keaktifan siswa dalam proses belajar yang pelaksanaannya berupa latihan
mengajar khususnya dalam yang dilakukan di dalam kelas.
pembelajaran ketrampilan berbicara. Penelitian Tindakan Kelas ini memiliki
Dari permasalahan tersebut, peneliti tujuan untuk memperbaiki kualitas
tertarik untuk mengadakan penelitian pembelajaran. (Carr dan Kemmis dalam
dengan judul ”Meningkatkan Wardani, 2003 : 13), menyatakan
Kemampuan Berdeklamasi Melalui bahwa penelitian tindakan kelas adalah
Metode Demonstrasi Langsung Pada penelitian yang dilakukan oleh guru
Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 6 dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
Palopo Tahun Pelajaran 2016/2017. diri dengan tujuan untuk memperbaiki
Berdasarkan latar belakang di kinerja sebagai guru, sehingga hasil
atas, maka dapat dirumuskan beberapa belajar menjadi meningkat.
masalah dalam penelitian, yakni: (1) Rancangan prosedur penelitian
Apakah Metode Demonstrasi Langsung bersiklus, tiap siklusnya terdiri atas
Dapat Meningkatkan Kemampuan empat tahap (Kinayati, 2000 : 154)
Berdeklamasi Siswa Kelas VIIA SMP yaitu: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan
Negeri 6 Palopo tahun pelajaran tindakan, (c) observasi, dan (d) refleksi.
2016/2017? (2) Bagaimanakah langkah- Subjek dalam penelitian ini
langkah Metode Demonstrasi Langsung adalah siswa kelas VII SMP Negeri 6
untuk Meningkatkan Kemampuan Palopo Tahun Pelajaran 2016/2017,
Berdeklamasi Siswa Pada Siswa Kelas akan tetapi karena siswa terlalu banyak,
VIIA SMP Negeri 6 Palopo tahun maka peneliti hanya menggunakan satu

53
Peningkatan Kemampuan Berdeklamasi Melalui Metode.... (Martini Asraka)

kelas saja yaitu kelas VIIA dengan tindakan yang terencana untuk
jumlah siswa 30 orang yang terdiri dari memperbaiki dan meningkatkan apa
15 orang siswa perempuan dan 15 orang yang menjadi kendala yang dialami oleh
siswa laki-laki. Yang menjadi objek siswa. Sebelum melaksanakan tindakan
penelitian ini yaitu Meningkatkan ada beberapa hal yang perlu
Kemampuan Berdeklamasi Melalui diperhatikan dalam perencanaan
Metode Demonstrasi Langsung Pada penelitian ini yaitu: (a) mepersiapkan
Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 6 rencana pelaksanaan pembelajaran
Palopo Tahun Pelajaran 2016/2017. (RPP), (b) mempersiapkan buku ajar,
Tempat penelitian ini dilaksanakan di (c) mempersiapkan alat peraga, dan (d)
SMP Negeri 6 Palopo, Kecamatan mempersiapkan tes.
Kediri, Kabupaten Tabanan. Pelaksanaan tindakan yang akan
Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk meningkatkan
digunakan metode tes. Metode tes kemampuan berdeklamasi siswa pada
merupakan metode utama dalam siswa kelas VIIA SMP Negeri 6 Palopo
pengumpulan data penelitian. Data yang adalah dengan teknik demonstrasi
dikumpulkan adalah data mengenai langsung. Pelaksanaan tindakan ini
kemampuan siswa dalam berdeklamasi. harus dilakukan dengan hati-hati dan
Data yang dianalisis adalah data harus dilakukan sesuai dengan
yang didapat dari hasil observasi dan tes perencanaan.
yaitu mengenai aktifitas berbicaraa Observasi merupakan kegiatan
siswa dalam proses belajar mengajar. memperhatikan suatu objek dengan
Analisis data merupakan data yang menggunakan seluruh alat indera dan
dikumpulkan pada setiap kegiatan dilakukan untuk mengetahui
observasi dari pelaksanaan siklus kemampuan berdeklamasi siswa selama
penelitian tindakan kelas yang dianalisis proses belajar-mengajar berlangsung.
secara deskriptif kualitatif yaitu Refleksi merupakan upaya untuk
merupakan sebuah analisis yang melihat dan mempertimbangkan hasil
dilakukan dengan menggunakan tindakan yang telah diberikan dengan
paparan yang berkaitan dengan angka. melakukan perbaikan terhadap rencana
Analisis yang pertama, dilaksanakan awal yang telah diberikan. Hasil refleksi
untuk pelaksanaan tindakan, apakah pada siklus 1 digunakan sebagai dasar
pelaksanaannya sesuai atau tidak untuk menyempurnakan langkah-
dengan yang telah direncanakan. Kedua, langkah tindakan pada siklus
analisis terhadap kemampuan dalam selanjutnya hingga siklus ke-n. Melalui
mendeklamasikan puisi melalui refleksi, peneliti berupaya memperbaiki
pemodelan secara langsung. proses pembelajaran secara
Refleksi awal dilakukan dengan berkelanjutan, tetapi masih perlu adanya
observasi untuk mengamati siswa dan tindakan lanjut dari masalah-masalah
melihat kelemahan yang dialami oleh yang dihadapi oleh siswa sehingga
siswa dalam pembelajaran berbicara dan penelitian yang dilakukan diharapkan
melakukan pre tes untuk mengetahui dapat mengalami peningkatan.
kemampuan dasar yang dimiliki oleh
siswa, kemudian hasil pre tes ini HASIL PENELITIAN DAN
dijadikan titik tolak untuk menentukan PEMBAHASAN
kemajuan yang dicapai pada Hasil Tindakan Awal
pelaksanaan penelitian. Berdasarkan hasil tes awal
Perencanaan adalah serangkaian dalam mendeklamasikan puisi yang

54
Peningkatan Kemampuan Berdeklamasi Melalui Metode.... (Martini Asraka)

diikuti oleh 30 orang siswa dapat dilihat dapat diketahui bahwa siswa yang
nilai rata-rata siswa adalah 4,23 dengan memperoleh nilai 9 sebanyak 3 orang
rincian siswa yang memperoleh nilai 6 (10%), siswa yang memperoleh nilai 8
sebanyak 3 orang (10%), siswa yang sebanyak 23 orang (76,66%), dan siswa
memperoleh nilai 5 sebanyak 5 orang yang memperoleh nilai 7 sebanyak 4
(16,66%), siswa yang memperoleh nilai orang (13,33%). Rata-rata nilai yang
4 sebanyak 14 orang (46,66%), dan dicapai kelas pada siklus III adalah
siswa yang memperoleh nilai 3 7,96. Maka dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 8 orang (26,66%) sehingga kemampuan siswa dalam
kemampuan siswa dalam mendeklamasikan puisi, khususnya
mendeklamasikan puisi pada tes awal siswa kelas VIIA SMP Negeri 6 Palopo
dikelompokan dengan kategori kurang. pada siklus III sudah menunjukkan
Oleh karena itu, perlu dilakukan target yang diinginkan atau sudah
peningkatan hasil belajar dengan mengalami peningkatan. Oleh karena
melanjutkan ketahap berikutnya. itu, penelitian ini hanya dilaksanakan
Hasil Tindakan Siklus 1 sampai siklus III saja.
Berdasarkan hasil tes siklus I, Dari hasil yang diperoleh pada
maka nilai rata kelas adalah 5,33 penilaian, hasil tes awal sampai siklus
dengan rincian siswa yang memperoleh III semua siswa yang mengikuti tes
nilai 7 sebanyak 4 orang (13,33%), kemampuan mendeklamasikan puisi
siswa yang memperoleh nilai 6 mengalami peningkatan. Peningkatan
sebanyak 7 orang (23,33%), siswa yang yang diperoleh siswa dilihat dari hasil
memperoleh nilai 5 sebanyak 14 orang perbaikan langkah-langkah yang
(46,66%), dan siswa yang memperoleh dilakukan peneliti selama penelitian
nilai 4 sebanyak 5 orang (16,66%), berlangsung serta pemberian bimbingan
sehingga kemampuan siswa dalam yang rutin kepada siswa.
mendeklamasikan puisi pada siklus 1 Berdasarkan pada observasi
dikelompokkan dengan kategori hampir siswa selama mengikuti pembelajaran
cukup. Oleh karena itu, kategori hampir mendeklamasikan puisi di dalam kelas
cukup mengalami sedikit peningkatan dari tes awal sampai siklus III
hasil belajar dan harus melanjutkan menunjukkan peningkatan antara lain;
ketahap berikutnya. (1) siswa aktif dalam proses
Hasil Tindakan Siklus II pembelajaran, (2) semua siswa
Berdasarkan hasil tes siklus II, mendengarkan penjelasan guru, (3)
maka dapat diketahui nilai rata-rata semua siswa mengikuti kegiatan
adalah 6,36 dengan rincian yaitu siswa pembelajaran dengan tekun, (4) adanya
yang memperoleh nilai 8 sebanyak 4 keberanian siswa untuk bertanya, (5)
orang (13,33%), siswa yang siswa termotivasi untuk melibatkan diri
memperoleh nilai 7 sebanyak 7 orang menjadi model dalam deklamasi puisi,
(23,33%), siswa yang memperoleh nilai (6) keaktifan siswa dalam
6 sebanyak 15 orang (50%), dan siswa mendeklamasikan puisi semakin ada
yang memperoleh nilai 5 sebanyak 4 peningkatan, hal ini terbukti penilaian
orang (13,33%), sehingga kemampuan siswa dalam mendeklamasikan puisi
siswa dalam mendeklamasikan puisi dari tes awal sampai siklus III
pada siklus II dikelompokan dengan mengalami peningkatan nilai rata-rata.
kategori cukup. Dari data di atas menunjukkan bahwa
Hasil Tindakan Siklus III pembelajaran melalui metode
Dari hasil tes siklus III maka demonstrasi langsung dapat

55
Peningkatan Kemampuan Berdeklamasi Melalui Metode.... (Martini Asraka)

meningkatkan kemampuan siswa dalam tentang cara-cara mendeklamasikan


mendeklamasikan puisi. puisi sesuai dengan aturan yang ada, (9)
Pada tahap ini, guru mengetes dan
memberikan nilai terhadap hasil siswa
dalam mendeklamasikan puisi, (10)
Memberikan tugas kepada siswa agar
berlatih mendeklamasikan puisi di
rumah, (11) Guru bersama siswa
menyimpulkan hasil kegiatan
pembelajaran dan mengadakan refleksi
Grafik 01. Grafik Tentang Hasil Belajar terhadap kegiatan pembelajaran
Mendeklamasikan Puisi Melalui mendeklamasikan puisi yang telah
Metode Demonstrasi Langsung Pada dilaksanakan, dan (12) Menutup
Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 6 pembelajaran dengan salam penutup.
Palopo Tahun Pelajaran 2016/2017
Pada Tahap Hasil Tes Awal, Siklus I, PENUTUP
Siklus II, dan Siklus III. Simpulan
Berdasarkan grafik di atas dapat Adapun simpulan yang dapat
dilihat bahwa hasil belajar siswa dalam ditarik dari hasil penelitian ini adalah
kemampuan mendeklamasikan puisi sebagai berikut:
melalui metode demonstrasi mengalami 1. Bahwa pembelajaran melalui
peningkatan. Di mana pada hasil dari Metode Demonstrasi Langsung
tes awal nilai rata-rata yang diperoleh Dapat Meningkatkan Kemampuan
siswa adalah 4,23 mengalami Berdeklamasi Pada Siswa Kelas
peningkatan pada siklus I menjadi 5,33 VIIA SMP Negeri 6 Palopo Tahun
kemudian mengalami peningkatan pada Pelajaran 2016/2017.
siklus II menjadi 6,36 dan mengalami 2. Ada beberapa langkah penerapan
peningkatan yang lebih baik pada siklus metode demonstrasi langsung untuk
III dengan nilai rata-rata yang diperoleh meningkatkan aktivitas belajar
siswa adalah 7,96. siswa dalam mendeklamasikan
Adapun langkah-langkah puisi, yaitu: (a) Dengan memberikan
penerapan metode demonstrasi adalah: penjelasan secara rinci mengenai
(1) Membuka dan mengabsen kehadiran berdeklamasi; (b) Memberikan
siswa, (2) Menginformasikan rencana penjelasan tentang cara-cara
pelajaran pada hari tersebut, (3) mendeklamasikan puisi sesuai
Menyampaikan tujuan pelajaran dan dengan aturan yang ada; (c)
KKM yang ingin dicapai setelah proses Memberikan contoh secara konkret
pembelajaran berakhir, (4) Guru kepada siswa di depan kelas; serta
menjelaskan pengertian puisi dan (d) Memberikan kesempatan kepada
memberi contoh cara mendeklamasikan siswa untuk berlatih berdeklamasi
puisi secara langsung, (5) Menggali secara terus-menerus.
kemampuan siswa tentang 3. Terjadinya peningkatan prestasi
mendeklamasikan puisi, (6) Guru belajar pada kelas VIIA SMP
menyuruh siswa mendeklamasikan puisi Negeri 6 Palopo tahun pelajaran
ke depan kelas, (7) Memberikan 2016/2017 dalam pembelajaran
kesempatan kepada siswa untuk berdeklamasi melalui metode
bertanya apabila ada yang belum demonstrasi langsung. Hal ini
dipahami, (8) Memberikan penjelasan ditunjukkan dengan persentase

56
Peningkatan Kemampuan Berdeklamasi Melalui Metode.... (Martini Asraka)

peningkatan rata-rata dari tes awal, Denpasar : CV Kayu Mas.


siklus I, siklus II, dan siklus III Arikunto, S. dkk. (2008). Penelitian
adalah sebesar 4,23%, 5,33%, Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
6,36%, dan 7,96%. Aksara.
Badudu. (1979). Membina Bahasa
Saran Indonesia. Bandung: Pustaka
Berdasarkan hasil penelitian Prima.
yang dilakukan maka penulis Dimyati, dkk. (1993). Strategi Belajar
mengemukakan beberapa saran sebagai Mengajar. Jakarta : Depdikbud.
berikut: Netra, I. B. (1974). Statistik Inferensial.
1. Dalam proses belajar-mengajar, Surabaya: Usaha Nasional.
guru hendaknya dapat memilih Nurkancana, W. & S. (1986). Evaluasi
metode yang tepat khususnya Pendidikan. Surabaya: Usaha
metode demonstrasi sehingga tujuan Nasional.
pembelajaran dapat dicapai secara Roestiyah. (2001). Strategi Belajar
maksimal. Mengajar. Jakarta: Rineka
2. Penggunaan metode demonstrasi Cipta.
dalam mendeklamasikan puisi Situmorang, B. P. (1983). Puisi dan
diharapkan agar dapat dipergunakan Metodelogi Pengajaran. Ende
oleh guru sebagai materi tambahan Flores: Nusa Indah.
ketika pembelajaran puisi Sumantri, M., dkk. (1998/1999).
berlangsung. Strategi Belajar Mengajar.
3. Bagi siswa-siswi diharapkan lebih Jakarta: Depdikbud.
banyak belajar mandiri, karena Tarigan, H. G. (2000). Membaca Suatu
waktu belajar di sekolah sangat Ketrampilan Berbahasa.
terbatas. Oleh karena itu, maka Bandung: Angkasa.
pergunakanlah waktu di rumah Wardani. (2003). Metodologi
dengan maksimal untuk belajar. Penelitian. Depdikbud:
4. Siswa hendaknya lebih sering Yogyakarta.
diberikan latihan membaca puisi, Waluyo, H. J. (1986). Teori dan
untuk melatih mental dan Apresiasi Puisi. Jakarta:
pengetahuan yang dimiliki oleh Erlangga.
siswa sehingga menambah wawasan
serta dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
5. Perlu diadakan pembinaan khusus
terhadap pengajaran sastra
khususnya dalam mendeklamasikan
puisi.

DAFTAR PUSTAKA
Aftarudin, P. (1983). Pengantar
Apresiasi Puisi. Bandung :
Angkasa.
Aminudin. (1995). Pengantar Apresiasi
Puisi. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Antara, I. G. P. (1985). Apresiasi Puisi.

57
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI NILAI-NILAI


EDUKATIF DALAM CERPEN MELALUI MODEL CIRC (COOPERATIVE
INTEGRATED READING AND COMPOSITION) SISWA KELAS XI IPS1 DI
SMA NEGERI 7 SIDRAP

Syamsuddin Bado
Guru SMA Negeri 7 Sidrap

Abstrak
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan mendeskripsikan (1) aktivitas belajar
siswa selama penerapan model pembelajaran CIRC berlangsung, (2) respons siswa
terhadap penerapan model pembelajaran CIRC, (3) peningkatan hasil belajar siswa
hingga tercapainya tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada kegiatan memahami
nilai-nilai edukatif dalam cerpen dengan penerapan model pembelajaran CIRC, (4)
langkah-langkah yang ditempuh dalam menerapkan model CIRC. Subjek penelitian ini
adalah guru dan siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Sidrap yang berjumlah 40 orang.
Objek penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa, peningkatan hasil, respons dan
langkah-langkah pembelajaran dalam penerapan model pembelajaran CIRC. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, metode
observasi, wawancara dan metode angket/kuesioner. Data dianalisis dengan
menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini
adalah, (1) siswa terlihat aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, (2) siswa
memberikan tanggapan sangat positif terhadap penerapan model pembelajaran CIRC
dalam pembelajaran cerpen (3) tercapainya ketuntasan hasil belajar memahami nilai-
nilai edukatif dalam cerpen siswa berkat diterapkannya model pembelajaran CIRC,
yakni pada pratindakan skor rata-rata klasikal 68, siklus I memperoleh skor rata-rata
klasikal 77, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata klasikal siswa menjadi 90 dan (4)
terdapat beberapa langkah penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan
aktivitas dan tercapainya ketuntasan hasil belajar memahami nilai-nilai edukatif dalam
cerpen. Langkah-langkah tersebut menekankan pada pembelajaran sastra khususnya
cerpen yang sebelumnya diajak untuk membaca tanpa adanya pemahaman yang
intensif menjadi lebih baik dengan diterapkan model CIRC yang menekankan siswa
untuk belajar secara berkelompok dan mengintegrasikan membaca dan menulis sebagai
acuan pemahaman terhadap sastra. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti lain
disarankan untuk menerapkan model pembelajaran CIRC, sebagai salah satu model
pembelajaran inovatif, pada mata pelajaran bahasa yang lain pada umumnya dan pada
pelajaran Bahasa Indonesia, pada khususnya.

Kata kunci: pembelajaran CIRC, kemampuan memahami, nilai-nilai edukatif

PENDAHULUAN pendidikan nasional serta kesesuaian


Kurikulum adalah seperangkat dengan kekhasan, kondisi dan potensi
rencana dan pengaturan mengenai daerah, satuan pendidikan dan peserta
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta didik. Oleh sebab itu, kurikulum
cara yang digunakan sebagai pedoman disusun oleh satuan pendidikan untuk
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memungkinkan penyesuaian program
untuk mencapai tujuan pendidikan. pendidikan dengan kebutuhan dan
Tujuan tersebut meliputi tujuan potensi yang ada di daerah (BSNP,

58
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

2006). atau lambat, hal itu akan ditemukan


Pengembangan Kurikulum oleh pembaca "pintar", sehingga nilai
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) edukatif tersebut sebagai petunjuk
yang beragam mengacu pada standar eksistensi budaya tertentu di dalam
nasional pendidikan untuk menjamin suatu tatanan masyarakat. Di sisi lain,
pencapaian tujuan pendidikan nasional. nilai edukatif tersebut bisa juga
Standar nasional pendidikan terdiri atas berpengaruh pada masa berikutnya
standar isi, proses, kompetensi lulusan, sebagai suatu pijakan yang positif
tenaga kependidikan, sarana dan dalam mempertahankan atau
prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan menciptakan budaya baru yang lebih
penilaian pendidikan. Dua dari delapan baik. Hal itu bisa dilihat dalam berbagai
standar nasional pendidikan tersebut, karya sastra tulis, seperti puisi, cerpen,
yaitu Standar Isi (SI) dan Standar dan novel.
Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan Nilai-nilai edukatif merupakan
acuan utama bagi satuan pendidikan nilai-nilai pendidikan yang di dalamnya
dalam mengembangkan kurikulum. mencakup sikap individu dalam
Sastra merupakan salah satu kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
bagian dalam materi pelajaran Bahasa dan kehidupan yang berhubungan
Indonesia yang bisa memerhatikan dengan Tuhan. Berbagai penanaman
karakteristik sosial budaya masyarakat nilai edukatif melalui pendekatan moral
setempat dan mempertahankan dilakukan dengan berbagai cara, baik
keragaman budaya yaitu melalui formal maupun nonformal. Karya sastra
pembelajaran sastra. Sastra khususnya pun dapat dijadikan sebagai sarana
cerpen mengajak siswa untuk peka dan penanaman nilai edukatif yang dapat
kritis dalam menilai sesuatu secara utuh dimanfaatkan oleh pembaca, karena
yang terjadi dalam kehidupan sehari- karya sastra merupakan refleksi
hari. Apalagi, pembelajaran sastra permasalahan kehidupan yang
muncul dua kali di sekolah-sekolah diungkapkan kembali oleh pengarang
tingkat SMA, yaitu pada kelas X melalui tokoh-tokoh cerita. Dengan
semester 1 dan kelas XI semester 2. Hal demikian penggalian nilai-nilai edukatif
ini menunjukkan sastra cerpen karya sastra perlu dilakukan mengingat
memegang peran dalam menciptakan penyampaian nilai edukatif dalam sastra
adanya pemikiran kritis dan peka pada tidak selalu secara langsung.
kreativitas siswa dalam memahami, Cerpen merupakan salah satu
menilai dan mengaitkan makna sastra karya sastra yang ditunjuk pengaranag
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. sebagai perantara refleksi permasalahan
Pada dasarnya, tidak ada karya kehidupan. Cerpen merupakan cerita
sastra yang lahir begitu saja dalam suatu yang pendek. Akan tetapi, ukuran
situasi, kecuali di dalamnya ada panjang pendek itu memang tidak ada
percikan-percikan dari situasi yang telah aturannya, tak ada satu kesepakatan di
lewat, yang tengah berjalan, ataupun antara para pengarang dan para ahli.
harapan terhadap suatu kebudayaan Menurut Edgar Allan Poe (dalam
yang akan datang. Serta di dalam Jassin,1961:72) mengungkapkan cerpen
kebudayaan tersebut terkandung nilai- adalah sebuah cerita yang selesai dibaca
nilai edukatif yang positif. Hal tersebut dalam sekali duduk yang kira-kira
bisa disadari atau tidak oleh para berkisar antara setengah sampai dua jam
pencetus, penulis, ataupun dan itu merupakan suatu hal yang
pengarangnya. Namun, secara cepat kiranya tak mungkin dilakukan untuk

59
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

sebuah novel. Cerpen bukan hanya hasil belajar mereka menjadi rendah dan
untuk dibaca tetapi juga perlu dipahami tidak terlihat peningkatan.
unsur yang terdapat di dalamnya Dengan adanya permasalahan
terutama nilai-nilai edukatif yang tersebut, maka harus ada upaya
mampu memengaruhi tingkat pemecahan yang tepat. Untuk
pemahaman pembaca terhadap meningkatkan kemampuan memahami
aplikasinya dalam kehidupan nyata. nilai-nilai edukatif dalam cerpen
Berdasarkan observasi awal dan diperlukan penerapan ataupun model
wawancara dengan salah seorang guru pembelajaran yang tepat, efektif dan
bahasa Indonesia, I Putu Cahya menarik. Upaya untuk mengoptimalkan
Mahardika, S.Pd. di SMA Negeri 7 pembelajaran sastra ini sebagai salah
Sidrap diperoleh fakta bahwa satu bentuk pembelajaran membaca dan
kemampuan memahami nilai-nilai yan menulis serta kemampuan berbahasa di
terkandung dalam cerpen di kelas XI SMA adalah menggunakan model CIRC
IPS1 masih sangat rendah. Data awal Pembelajaran CIRC
yang penulis peroleh dari hasil dikembangkan oleh Stevans, Madden,
pembelajaran sastra cerpen di kelas XI Slavin dan Farnish. Pembelajaran
IPS1 menunjukkan bahwa di dalam kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa
mengikuti pembelajaran sastra, para dapat diartikan sebagai suatu model
siswa sebagian besar memeroleh nilai di pembelajaran kooperatif yang
bawah rata-rata KKM yang telah mengintegrasikan suatu bacaan secara
ditentukan yakni 72. Dari 40 siswa yang menyeluruh kemudian
mengikuti pelajaran, hanya 17 siswa mengkomposisikannya menjadi bagian-
yang mampu memeroleh nilai di atas bagian yang penting. Model
KKM, sedangkan 27 orang siswa tidak pembelajaran ini sangat menyenangkan
mampu mencapai nilai yang telah dan sudah teruji di dalam pembelajaran
ditentukan. Selain fakta tersebut, dilihat guna meningkatkankan keberhasilan
dari proses belajar mengajar di kelas, siswa dalam belajar.
siswa terlihat kurang aktif dan jenuh di Model pembelajaran CIRC
dalam kelas. Tidak ada yang membuat menurut Slavin dalam Suyitno (2005: 3-
mereka tertarik untuk mengikuti 4) memiliki delapan komponen.
pelajaran. Hal- hal tersebut disebabkan Kedelapan komponen tersebut antara
oleh beberapa faktor (1) metode yang lain: (1). Teams, yaitu pembentukan
digunakan dalam pembelajaran bahasa kelompok heterogen yang terdiri atas 4
Indonesia, khususnya pembelajaran atau 5 siswa; (2). Placement test,
sastra bisa dikatakan kurang bervariasi misalnya diperoleh dari rata-rata nilai
dan kurang inovatif. Metode yang biasa ulangan harian sebelumnya atau
digunakan oleh guru dalam berdasarkan nilai rapor agar guru
pembelajaran bahasa Indonesia, mengetahui kelebihan dan kelemahan
khususnya membaca sastra adalah siswa pada bidang tertentu; (3).. Student
metode ceramah dan penugasan. (2) creative, melaksanakan tugas dalam
Minimnya penggunaan media dalam suatu kelompok dengan menciptakan
pembelajaran sastra. Media yang biasa situasi dimana keberhasilan individu
digunakan dalam pembelajaran sastra ditentukan atau dipengaruhi oleh
adalah LKS bahasa Indonesia kelas XI. keberhasilan kelompoknya; (4). Team
(3) Kurangnya interaksi antara siswa study, yaitu tahapan tindakan belajar
dan siswa serta antara siswa dan guru. yang harus dilaksanakan oleh kelompok
Sehingga hal tersebut memengaruhi dan guru memberikan bantuan kepada

60
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

kelompok yang membutuhkannya; (5). memecahkan masalah terdiri atas


Team scorer and team recognition, beberapa siklus dan dilaksanakan secara
yaitu pemberian skor terhadap hasil partisipasif dan kalaboratif. Di samping
kerja kelompok dan memberikan itu, peneliti menggunakan pendekatan
kriteria penghargaan terhadap kelompok deskriptif-kuantitatif dan deskriptif-
yang berhasil secara cemerlang dan kualitatif dalam merepresentasikan
kelompok yang dipandang kurang tindakan yang peneliti lakukan.
berhasil dalam menyelesaikan tugas; Subjek penelitian dalam
(6). Teaching group, yakni memberikan penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS
materi secara singkat dari guru 1 SMA Negeri 7 Sidrap dan guru mata
menjelang pemberian tugas kelompok; pelajaran di kelas tersebut. Objek dalam
(7). Facts test, yaitu pelaksanaan test penelitian ini adalah kemampuan
atau ulangan berdasarkan fakta yang memahami nilai-nilai edukatif dalam
diperoleh siswa; (8). Whole-class units, cerpen.
yaitu pemberian rangkuman materi oleh Prosedur penelitian ini dimulai
guru di akhir waktu pembelajaran dari analisis masalah. Setelah
dengan strategi pemecahan masalah. menemukan masalah kemudian
Sejauh ini, penelitian penerapan dilakukan refleksi. Maksud
model CIRC menggunakan media dilakukannya refleksi awal adalah untuk
cerpen belum pernah dilakukan di mengidentifikasi permasalahan-
SMA, terutama kelas XI IPS SMA permasalahan baik yang dihadapi guru
Negeri 7 Sidrap. Penelitian yang terkait maupun siswa dalam proses
erat dengan kemampuan memahami pembelajaran. Sebelum tindakan
cerpen telah dilakukan oleh peneliti dilaksanakan, membuat suatu rencana
terdahulu adalah penelitian yang pembelajaran sangat diperlukan.
dilakukan oleh I Putu Alex Sudiartana Rencana tindakan tersebut akan menjadi
(2011) dengan judul “Penerapan Model sebuah pedoman dalam melaksanakan
Pembelajaran CIRC Berbantuan Kartu tindakan. Setelah membuat rencana
Kerja Untuk Meningkatkan tindakan yang matang, kemudian
Kemampuan Pemecahan Masalah dilanjutkan dengan pelaksanaan
Matematika Siswa Kelas VIIIC di SMP tindakan. Pelaksanaan tindakan ini
N 2 Singaraja.” harus disesuaikan dengan rencana yang
telah dibuat. Setelah pelaksanaan
METODE PENELITIAN tindakan, dilanjutkan dengan refleksi
Penelitian ini menggunakan tindakan. Hal ini sangat diperlukan,
rancangan penelitian tindakan kelas karena dengan melakukan refleksi
(PTK), karena peneliti melakukan suatu tindakan akan dapat mengetahui
tindakan baru dalam rangka kendala-kendala yang ditemui ketika
memecahkan masalah dan pelaksanakan tindakan. Prosedur ini
meningkatkan kualitas pembelajaran di akan dilakukan berulang-ulang sampai
kelas. Wendra (2007:45) dalam data yang didapat menunjukkan hasil
bukunya mengatakan bahwa penelitian terbaik atau telah memenuhi kriteria
tindakan kelas merupakan penelitian keberhasilan yang telah ditentukan.
yang dilakukan di kelas melalui Diakhir prosedur ini adalah dengan
tindakan tertentu dalam rangka menarik kesimpulan.
memecahkan masalah yang sedang Sesuai dengan karakteristik
dihadapi oleh guru dalam pembelajaran. PTK, penelitian ini terdiri atas beberapa
Tindakan yang peneliti lakukan untuk siklus. Siklus tersebut dilaksanakan

61
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

secara berulang-ulang atau terus- diperoleh ketika pelaksanaan tindakan


menerus sampai memperoleh hasil yang serta respons siswa terhadap
terbaik. Tujuan melaksanakan beberapa pembelajaran.
siklus adalah untuk menemukan Teknik wawancara yang
tindakan yang terbaik sehingga digunakan adalah teknik wawancara tak
permasalahan yang ditemukan dapat terstruktur, yaitu bebas. Dalam hal ini
diatasi. peneliti tidak menggunakan pedoman
Pengumpulan data dalam wawancara yang telah tersusun secara
penelitian ini dilaksanakan dengan sistematis dan lengkap untuk
metode observasi, tes, dan wawancara. pengumpulan data, tetapi pedoman
Metode observasi atau metode wawancara yang digunakan hanya
pengamatan merupakan metode yang berupa garis-garis besar permasalahan
sangat tepat digunakan untuk yang ditanyakan (Sugiyono, 2009:320).
mengamati tindakan dan benda-benda Peneliti bertanya lebih dalam lagi jika
yang digunakan oleh masyarakat. jawaban yang diperoleh belum
Metode observasi peneliti gunakan menjawab permasalahan dalam
untuk mengumpulkan data tentang penelitian ini sehingga data yang
aktivitas siswa dan guru selama proses diperoleh benar-benar akurat.
belajar mengajar berlangsung. Teknik Metode yang peneliti gunakan
observasi yang digunakan adalah teknik untuk mengukur keberhasilan siswa
observasi partisipasi pasif. Observasi dalam kemampuan memahami nilai-
partisipasi pasif adalah kegiatan nilai edukatif dalam cerpen adalah
pengamatan yang dilakukan oleh metode tes. Instrumen yang digunakan
peneliti sendiri dengan jalan menghadiri adalah tes. Tes yang dijadikan
kegiatan bersangkutan, akan tetapi instrumen adalah tes yang dibuat
peneliti tersebut tidak berinteraksi dengan menyesuaikan pada tema/topik
dengan subjek penelitian. Peneliti juga yang sedang dibahas.
menggunakan kertas kosong sebagai Dari pedoman penilaian pada
alat untuk mencatat kegiatan masing-masing aspek kemampuan
pembelajaran yang mungkin muncul di memahami nilai-nilai edukatif dalam
luar panduan tertulis. Dengan kata lain, cerpen dikatakan berhasil bila secara
catatan lapangan tersebut peneliti individu dari 40 orang siswa
gunakan untuk mengecek efek memperoleh nilai minimal 72 (Nilai
pelaksanaan skenario pembelajaran. minimal ketuntasan), apabila 75% dari
Contoh panduan observasi aktivitas jumlah siswa di kelas memperoleh nilai
siswa dan guru terlampir Metode minimal 72 tindakan dapat dihentikan.
wawancara digunakan untuk Kriteria penerapan model
memperoleh data yang tidak teramati pembelajaran CIRC dalam
saat observasi. Dalam hal ini, teknik meningkatkan kemampuan memahami
wawancara sangat diperlukan untuk nilai-nilai edukatif dilihat dari empat
memperoleh data tentang kendala- aspek yaitu, (1) observasi aktivitas
kendala yang dialami siswa ataupun belajar siswa, (2) respons siswa
guru ketika pelaksanaan tindakan. terhadap pembelajaran yang
Teknik wawancara ini juga dilakukan dilaksanakan, (3) tes kemampuan
untuk mencari respons siswa terhadap memahami nilai-nilai edukatif dan (4)
pelaksanaan pembelajaran yang observasi langkah-langkah
diterapkan. Dengan wawancara akan pembelajaran oleh guru.
didapatkan kendala-kendala yang Setelah data terkumpul, langkah

62
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

yang peneliti lakukan selanjutnya belajar, (2) siswa memberikan respons


adalah menganalisis data atau mengolah positif terhadap penerapan model
data. Adapun teknik yang digunakan pembelajaran CIRC, (3) tercapainya
dalam menganalisis data adalah teknik peningkatan dan ketuntasan hasil belajar
analisis deskriptif kualitatif dan siswa dalam memahami nilai-nilai
deskriptif kuantitatif. edukatif pada cerpen dengan penerapan
Teknik deskriptif kualitatif model pembelajaran CIRC (4) terdapat
digunakan untuk menganalisis data beberapa langkah penerapan model
dengan cara menginterpretasikan data pembelajaran CIRC untuk
yang diperoleh dengan menggunakan meningkatkan aktivitas dan tercapainya
kata-kata. Data yang diperoleh dari hasil ketuntasan hasil belajar kemampuan
observasi dan wawancara dianalisis memahami nilai-nilai edukatif dalam
dengan teknik deskriptif kualitatif. cerpen.
Teknik deskriptif kuantitatif digunakan Temuan pertama berdasarkan
untuk menganalisis data dengan cara analisis data pada siklus I, aktivitas
menginterpretasikan data yang belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA
diperoleh dengan menggunakan angka- Negeri 7 Sidrap selama penerapan
angka. Data mengenai respons siswa model pembelajaran CIRC berlangsung
tidak dianalisis secara kuantitatif, terlihat lebih aktif dibandingkan saat
melainkan secara kualitatif. Data hasil mengikuti pembelajaran tanpa
respons siswa ditentukan dari data hasil penerapan model pembelajaran CIRC.
observasi dan hasil wawancara. Data Hal ini dapat ditunjukkan oleh nilai
yang diperoleh dari hasil penelitian rata-rata aktivitas siswa sebelum
keterampilan mengungkapkan pendapat mengikuti pembelajaran dengan model
siswa, berupa skor dianalisis dengan pembelajaran CIRC, yaitu secara
teknik deskriptif kuantatif. klasikal mencapai 3,42. Namun setelah
Pengolahan seluruh data yang diterapkannya model pembelajaran
diperoleh dilakukan setelah tindakan CIRC dalam pembelajaran siklus I
selesai dilaksanakan, sehingga diperoleh mengalami perubahan. Rata-rata
gambaran yang jelas mengenai aktivitas belajar siswa secara klasikal
kekurangan atau kelebihan tindakan mencapai 3,6. Ini berarti dari sebelum
yang telah dilaksanakan. Dalam diadakannya tindakan sampai tindakan
menganalisis seluruh data hasil siklus I mengalami peningkatan sebesar
penelitian, peneliti menggunakan cara 0,18.
berpikir deduktif. “Dalam logika Penerapan model pembelajaran
deduktif, menarik suatu simpulan CIRC pada pembelajaran memahami
dimulai dari pernyataan umum menuju nilai-nilai dalam cerpen siswa ternyata
pernyataan-pernyataan khusus dengan menumbuhkan respons positif siswa
menggunakan penalaran atau rasio terhadap pelajaran bahasa Indonesia.
(berpikir rasional)” (Wendra, 2007:3). Sebagian besar siswa memberikan
respons yang positif terhadap tindakan
PEMBAHASAN yang dilakukan dalam pembelajaran.
Hasil penelitian ini menyatakan Pada siklus I nilai rata-rata respons
bahwa (1) pembelajaran memahami siswa adalah 48 (positif).
nilai-nilai edukatif dalam cerpen dengan Selanjutnya peningkatan hasil
menerapkan model pembelajaran CIRC belajar siswa hingga tercapainya tingkat
mampu meningkatkan aktivitas belajar ketuntasan hasil belajar siswa pada
yang berupa interaksi antarwarga kegiatan memahami nilai-nilai edukatif

63
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

dalam cerpen siswa kelas XI IPS 1 dari banyaknya siswa yang


SMA Negeri 7 Sidrap dengan mengacungkan tangan dan bertanya.
penerapan model pembelajaran CIRC Ketertiban siswa juga sudah tampak
terlihat pada perolehan skor tes pada sesi tanya-jawab semua siswa
memahami nilai-nilai edukatif dalam tampaknya sangat aktif dan antusias
cerpen siswa pada siklus I yang menjawab pertanyaan yang diberikan
mengalami banyak peningkatan dan oleh guru. Bahkan ada siswa yang
mencapai KKM, yaitu 72. antusias untuk mencoba menjawab
Langkah-langkah yang ditempuh pertanyaan walaupun tidak ditunjuk
dengan menerapkan model oleh guru.
pembelajaran CIRC dalam Penerapan model pembelajaran
meningkatkan kemampuan di dalam CIRC pada pembelajaran memahami
memahami nilai-nilai edukatif dalam nilai-nilai dalam cerpen siswa ternyata
cerpen sangat efektif dalam menumbuhkan respons sangat positif
meningkatkan pemahaman siswa siswa terhadap pelajaran bahasa
terhadap karya sastra. Langkah-langkah Indonesia. Sebagian besar siswa
yang dilakukan oleh guru harus sesuai memberikan respons yang positif
dengan RPP yang dibuat dan mencakup terhadap tindakan yang dilakukan dalam
8 komponen model pembelajaran CIRC pembelajaran. Pada siklus I nilai rata-
yakni : (1) Teams, (2) Placement test, rata respons siswa adalah 49 (sangat
(3) Student creative, (4) Team study, (5) positif). Siswa merasa senang
Team scorer and team recognition, (6) melakukan kegiatan pembelajaran ini
Teaching group, (7) Facts test, (8) karena diterapkan dengan model
Whole-class unit. pembelajaran CIRC
Dari kendala-kendala yang Peningkatan hasil belajar siswa
dialami guru dan siswa tersebut, maka hingga tercapainya tingkat ketuntasan
guru pun mencari jalan keluar dan hasil belajar siswa pada kegiatan
mengatasi permasalahan-permasalahan memahami nilai-nilai edukatif dalam
yang dialami dan itu semua dilakukan cerpen siswa kelas XI IPS 1 SMA
pada perencanaan tindakan pada siklus Negeri 7 Sidrap dengan penerapan
II. Pada perencanaan ini, guru memulai model pembelajaran CIRC terlihat pada
dengan memperbaiki cara mengajar di perolehan skor tes memahami nilai-nilai
kelas, mengubah suasana kelas sehingga edukatif dalam cerpen siswa pada siklus
menjadi lebih tertib dan tenang, I dan II yang mengalami peningkatan
memperbaiki cara siswa belajar dan dan mencapai KKM, yaitu 72. Pada
memberikan kesempatan untuk siswa setiap tahap pembelajaran skor siswa
untuk lebih banyak berkreasi dalam selalu mengalami peningkatan, baik dari
kelompok dengan berdiskusi secara refleksi awal, siklus I, dan siklus II.
terbuka dan mengajarkan siswa untuk Perolehan skor rata-rata yang dicapai
lebih berani bertanya mengenai masalah siswa pada refleksi awal adalah 68, skor
yang dialami dalam kelompok. rata-rata yang dicapai siswa pada siklus
Selanjutnya pada analisis data I adalah 77, dan perolehan skor pada
siklus II, aktivitas belajar siswa pada siklus II adalah 90.
siklus II dapat diamati dari keantusiasan Langkah-langkah yang ditempuh
siswa dalam kegiatan pembelajaran jika dalam menerapkan model pembelajaran
dibandingkan dengan siklus I. Ketika CIRC dalam meningkatkan kemampuan
siswa diberikan kesempatan bertanya, di dalam memahami nilai-nilai edukatif
siswa sangat aktif. Hal ini diindikasikan dalam cerpen sangat efektif dalam

64
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

meningkatkan pemahaman siswa telah diperoleh dari kehidupan sehari-


terhadap karya sastra. Langkah-langkah hari.
pada siklus II ini hampir sama dengan Temuan keempat, beberapa
langkah-langkah pada siklus I, tetapi keunggulan model pembelajaran
guru lebih menekankan dalam siklus II kooperatif tipe CIRC tersebut didukung
pembelajaran dalam kelompok dengan oleh beberapa hasil penelitian yakni Ega
diskusi dilakukan dengan intensif Kemalayanti (2011) melakukan
melalui tanya jawab yang intensif dari penelitian tindakan kelas mengenai
sebelumnya. pengaruh model pembelajaran
Temuan kedua yakni secara kooperatif tipe CIRC terhadap hasil
teoretis, model pembelajaran kooperatif belajar fisika. Hasil penelitiannya
tipe CIRC pada umumnya dapat menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
dipahami sebagai pembelajaran yang yang dicapai dengan menggunakan
terjadi dalam kelompok-kelompok kecil model CIRC berbeda dengan siswa
dimana setiap siswa memiliki hak untuk yang belajar menggunakan model
mengungkapkan idenya dan bekerja pembelajaran konvensional. Secara
sama untuk menyelesaikan tugas yang deskriptif, kelompok yang belajar
diberikan. Model pembelajaran dengan menggunakan model CIRC
kooperatif tipe CIRC memberikan memiliki rata-rata yang lebih tinggi
kesempatan untuk menyampaikan dibandingkan dengan pembelajaran
gagasan atau ide, bertanya, melakukan konvensional.
diskusi pendapat dengan anggota Implikasi temuan-temuan
kelompoknya sehingga mengurangi penelitian tersebut adalah pembelajaran
heterogenitas dari kelompok. Melalui memahami nilai-nilai edukatif dalam
kegiatan yang dilakukan siswa mampu cerpen dengan menggunakan model
membangun atau mengkonstruksi CIRC dapat meningkatkan hasil belajar
pengetahuannya sendiri dengan guru yang optimal jika implementasi
sebagai mediator dan fasilitator. pembelajaran didasarkan pada model
Temuan ketiga, sejalan dengan kooperatif yakni salah satu model
Suyitno (2005), kekuatan model CIRC pembelajaran dimana dalam kegiatan
adalah muncul pembelajaran aktif , belajar mengajar antara konsep yang
kreatif dan efektif serta menyenangkan, dipelajari dikaitkan dengan
melatih siswa untuk bekerja secara penerapannya sehingga akan
berkelompok, melatih keharmonisan memberikan peluang yang cukup besar
dalam hidup bersama atas dasar saling dalam proses pembelajaran bahasa
menghargai (life together). Kelebihan Indonesia khususnya sastra yang lebih
model pembelajaran kooperatif tipe bermakna dan siswa akan membangun
CIRC terletak pada proses perencanaan pengetahuannya sendiri melalui proses
dan pengkonstruksian pengetahuan aktif dalam pembelajaran berdasarkan
sehingga guru berperan sebagai pengetahuan awal yang dimiliki siswa.
evaluator, fasilitator dan mediator. Guru Selain itu, model pembelajaran CIRC
tidak perlu mentransfer semua tidak hanya mementingkan aktivitas
pengetahuan kepada siswa untuk siswa secara individu, tetapi juga
berpikir dan mencari jawaban sendiri kontribusi terhadap anggota kelompok
atas permasalahan yang diberikan oleh sehingga mengoptimalkan kerja sama
guru maupun siswa itu sendiri melalui antar anggota kelompok. Hal ini dapat
diskusi kelas maupun diskusi kelompok melatih siswa untuk lebih bertanggung
berdasarkan pengalaman mereka yang jawab terhada tugas yang diberikan

65
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

dalam kelompoknya. Model aktif dan antusias menjawab pertanyaan


pembelajaran CIRC dapat diunggulkan yang diberikan oleh guru. Bahkan ada
dalam rangka meningkatkan hasil siswa yang antusias untuk mencoba
belajar siswa dalam bidang sastra. Hal menjawab pertanyaan walaupun tidak
ini juga didukung oleh tanggapan positif ditunjuk oleh guru. Pada siklus II ini,
siswa terhadap pembelajaran yang siswa juga lebih serius memerhatikan
dilakukan. Dengan kata lain penelitian penjelasan guru jika dibandingkan pada
tindakan kelas yang dilaksanakan siklus I. Penerapan model pembelajaran
berhasil. CIRC pada pemebelajaran memahami
nilai-nilai dalam cerpen siswa ternyata
SIMPULAN menumbuhkan respons positif siswa
Berdasarkan hasil penelitian dan terhadap pelajaran bahasa Indonesia.
pembahasan yang telah disampaikan Sebagian besar siswa memberikan
pada Bab IV, dapat ditarik simpulan respons yang positif terhadap tindakan
sebagai berikut. yang dilakukan dalam pembelajaran.
Aktivitas belajar siswa kelas XI Pada siklus I nilai rata-rata respons
IPS 1 SMA Negeri 7 Sidrap selama siswa adalah 48 (positif), kemudian
penerapan model pembelajaran CIRC nilai rata-rata respons siswa meningkat
berlangsung terlihat lebih aktif menjadi 49 ( sangat positif) pada siklus
dibandingkan saat mengikuti II. Siswa merasa senang melakukan
pembelajaran tanpa penerapan model kegiatan pembelajaran ini karena
pembelajaran CIRC. Hal ini dapat diterapkan dengan model pembelajaran
ditunjukkan, bahwa nilai rata-rata CIRC.
aktivitas siswa sebelum mengikuti Peningkatan hasil belajar siswa
pembelajaran dengan model hingga tercapainya tingkat ketuntasan
pembelajaran CIRC, yaitu secara hasil belajar siswa pada kegiatan
klasikal mencapai 3,42. Namun setelah memahami nilai-nilai edukatif dalam
diterapkannya model pembelajaran cerpen siswa kelas XI IPS 1 SMA
CIRC dalam pembelajaran siklus I Negeri 7 Sidrap dengan penerapan
mengalami perubahan. Rata-rata model pembelajaran CIRC terlihat pada
aktivitas belajar siswa secara klasikal perolehan skor tes memahami cerpen
mencapai 3,6. Ini berarti dari sebelum siswa pada siklus I dan II yang
diadakannya tindakan sampai tindakan mengalami peningkatan dan mencapai
siklus I mengalami peningkatan sebesar KKM, yaitu 72. Pada setiap tahap
0,18. Pada siklus II rata-rata aktivitas pembelajaran skor siswa selalu
belajar siswa juga mengalami mengalami peningkatan, baik dari
peningkatan sebesar 1,2 sehingga refleksi awal, siklus I, dan siklus II.
menjadi 4,8. Perbedaan aktivitas belajar Perolehan skor rata-rata yang dicapai
siswa pada siklus II dapat diamati dari siswa pada refleksi awal adalah 68, skor
keantusiasan siswa dalam kegiatan rata-rata yang dicapai siswa pada siklus
pembelajaran jika dibandingkan dengan I adalah 77, dan perolehan skor pada
siklus I. Ketika siswa diberikan siklus II adalah 90. Pada siklus I,
kesempatan bertanya, siswa sangat tingkat penguasaan siswa terhadap
aktif. Hal ini diindikasikan dari cerpen pada aspek nilai religius 80%,
banyaknya siswa yang mengacungkan nilai moral 84%, nilai sosial 80%, dan
tangan dan bertanya. Ketertiban siswa nilai budaya 68%. Pada siklus II, tingkat
juga sudah tampak pada sesi tanya- penguasaan siswa terhadap keempat
jawab semua siswa tampaknya sangat aspek ini mengalami peningkatan, yaitu

66
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

pada aspek nilai religius 92%, nilai Siswa pada Pembelajaran TIK”.
moral 92%, nilai sosial 88%, dan nilai Kumpulan Skripsi Pendidikan
budaya 88% Ilkom UPI (tidak diterbitkan).
Langkah-langkah yang ditempuh Tersedia pada
dalam menerapkan model pembelajaran Badan Standar Nasional Pendidikan.
CIRC dalam meningkatkan kemampuan 2006. Panduan Penyusunan
di dalam memahami nilai-nilai edukatif Kurikulum Tingkat Satuan
dalam cerpen sangat efektif dalam Pendidikan Jenjang Pendidikan
meningkatkan pemahaman siswa Dasar dan Menengah.
terhadap karya sastra. Ada 8 komponen Depdiknas. 2003. Kamus Besar
langkah-langkah pembelajaran yang ada Bahasa Indonesia . Jakarta:
dalam model pembelajaran CIRC; Balai Pustaka.
(1)Teaching Group, (2) Teams, Gunatama, Gede. 2005. Puisi
(3)Student Creative, (4) Teams Study, (teori,apresiasi dan pemaknaan).
(5)Teams Scorer and Team Buku Ajar (tidak diterbitkan).
Recognition, (6)Whole Class Unite, Singaraja: Undiksha.
(7)Task, (8)Placement Test. Indriani, Sri Made. 2008. Modul
Keterampilan Membaca.
DAFTAR PUSTAKA Singaraja: Undiksha.
Alex, Sudiartana I Putu. 2011. Jabrohim. 1994. Pengajaran Sastra.
“Penerapan Model Pembelajaran Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
CIRC Berbantuan Kartu Kerja Jassin, H.B. 1961. Sastra Indonesia
untuk Meningkatkan sebagai Warga Sastra Dunia.
Kemampuan Pemecahan Jakarta: Gramedia.
Masalah Matematika Siswa Muslimat. 2008. ”Memahami
Kelas VIIIC SMPN 2 Pergeseran Nilai Sastra untuk
Singaraja.” Skripsi (tidak Pengayaan Pengajaran Sastra”.
diterbitkan). Jurusan Pendidikan Makalah(tidak diterbitkan).
Matematika. Undiksha. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori
Alwi, Hasan,dkk. 2003. Tata Bahasa Pengkajian Fiksi. Gadjah Mada
Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: University Press: Yoryakarta.
Balai Pustaka. Pradopo, Rachmat Djoko. 2002.
Aminuddin. 2005. Pengantar Apresiasi Beberapa Teori Sastra, Metode
Karya Sastra. Bandung: Sinar Kritik dan Penerapannya.
Baru Algensindo. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Antara, I.G.P. 1986. Dasar-Dasar offset.
Anatomi Sastra. Buku Ajar Ratna, I Nyoman Kutha. 2006.
(tidak diterbitkan). Singaraja: Paradigma Sosiologi Sastra.
Undiksha Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Santosa, Wijaya Heru dan Sri
Penelitian (suatu pendekatan Wahyuningtyas. 2010.
praktik). Jakarta: PT. Rineka Pengantar Apresiasi Prosa.
Cipta Surakarta: Yuma Pustaka.
Awalani, I, Sutarno, H. dan Nurdin, E. Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan
A. 2010. “Penerapan Model Motivasi Belajar Mengajar.
Pembelajaran Cooperative CIRC Jakarta: PT. Raya Grafindo
Berbasis Komputer untuk Persada.
Meningkatkan Hasil Belajar Sudiana, I Nyoman.2007. Membaca.

67
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

Malang: IKIP Malang.


Sudiara, Seloka. 2005. Kritik Sastra.
Modul (tidak diterbitkan).
Singaraja: Undiksha.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sumardjo, Jakob. 1999. Konteks Sosial
Novel Indonesia 1920-1977.
Bandung: Alumni. Suroto. 1989.
Teori dan Bimbingan: Apresiasi
Sastra Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Sutresna, Ida Bagus. 2006. Prosa Fiksi.
Singaraja: Undiksha.
Suryaman, Maman. 2010. Diktat Mata
Kuliah Strategi Pembelajaran
Sastra. Yogyakarta: Jurusan
PBSI. FBS.UNY
Suwondo, Tirto. 2004. Studi Sastra.
Yogyakarta: PT Hanindita
Graha Widya.
Suyitno, Amin. 2005. Mengadopsi
Pembelajaran CIRC dalam
Meningkatkan Keterampilan
Siswa Menyelesaikan Soal
Cerita. Seminar Nasional
F.MIPA UNNES
Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian
Sastra. Yogayakarta: Pustaka
Book Publisher.
Zulfahnur,Z.F,dkk. 1997. Teori Sastra.
Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.

68
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

PERSEPSI GURU TENTANG PERANAN KEPALA SEKOLAH SELAKU


SUPERVISOR DALAM PENYUSUNAN PERENCANAAN PENGAJARAN
DI SMP NEGERI SATAP LABAE KEC. CITTA KAB. SOPPENG

H. Arafah
SMP Negeri Satap Labae Kec. Citta Kab. Soppeng

Abstrak
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Penelitian
deskriptif ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yakni suatu bentuk jenis penelitian
yang menggambarkan fenomena yang diteliti dalam bentuk persentase. Penelitian ini
mendeskripsikan peranan kepala sekolah dalam penyusunan perencanaan pengajaran
guru pada SMP. Sedangkan Tujuan Penelitian ini adalah Untuk mendapatkan data
mengenai persepsi guru tentang peranan kepala sekolah selaku supervisor dengan
penyusunan perencanaan pengajaran di SMP Negeri Satap Labae Kec. Citta Kab.
Soppeng.
Persepsi guru tentang peranan kepala sekolah selaku supervisor dalam
penyusunan perencanaan pengajaran di SMP, termasuk dalam kategori sangat tinggi
dengan skor 76,61 persen. Dengan skor tersebut memperlihatkan bahwa guru SMP
mempunyai persepsi yang positif.

Kata Kunci : Peranan Kepala Sekolah, Penyusunan Perencanaan Pengajaran.

PENDAHULUAN Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004


Kepala sekolah bertanggung tentang Otonomi Daerah dan peraturan
jawab atas manajemen pendidikan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000
secara mikro, yang secara langsung tentang pembagian kewenangan antara
berkaitan dengan proses pembelajaran pemerintah pusat dan daerah serta
di sekolah. Sebagaimana dikemukan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
oleh Slamet (2001: 4) bahwa: tentang sistem pendidikan nasional,
“Dalam pendidikan yang berskala mikri maka sistem pendidikan sentralistik
(sekolah), proses yang dimaksud berubah menjadi desentralistik.
adalah: (1) proses pengambilan Berkaitan dengan pergeseran paradigma
keputusan, (2) proses pengelolaan itu, maka pemerintah daerah
kelembagaan, (3) proses pengelolaan memerlukan tenaga-tenaga professional
program, (4) proses pemotivasian staf, yang mampu menjadi manajer
(5) proses pengkoordinasian, (6) proses pendidikan untuk menjawab tantangan
belajar mengajar, dan (7) proses yang muncul di lapangan sebagai
monitoring dan evaluasi”. implementasi dari kebijaksanaan
Oleh karena itu untuk pemerintah tersebut.
mendukung upaya desentralisasi SMP sebagai salah satu
pengelolaan pendidikan perlu sebuah lembaga pendidikan di dan merupakan
model pengelolaan sistem pendidikan bagian yang integral dengan sistem
yang mampu mendukung pemerintah pendidikan nasional adalah satu sistem
daerah mengoptimalkan berbagai kehidupan yang lahir dan di besarkan
potensi yang tersedia di daerah masing- dalam masyarakat telah mencerminkan
masing. proses demokrasi sebagai realisasi dari
Seiring dengan pelaksanaan pelaksanaan Undang-undang No. 32

69
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. 1. Membangkitkan dan merangsang


Hal ini relevan dengan visi bangsa guru-guru serta pegawai sekolah di
Indonesia yaitu: dalam menjalankan tugasnya
Terwujudnya masyarakat Indonesia masing-masing dengan baik.
yang damai, demokratis, berkeadilan, 2. Mempersiapkan sarana dan
berdaya saing, maju dan sejahtera dalam prasarana pengajaran.
wadah Negara kesatuan RI yang 3. Membimbing guru-guru dalam
didukung oleh manusia Indonesia yang menyusun program semster dan
sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, tahunan.
berakhlak mulia, cinta tanah air, 4. Membantu dan membimbing guru-
berdasarkan hukum dan lingkungan, guru dalam menyusun satuan
menguasai ilmu pengetahuan, dan pelajaran dengan dan program
teknologi, memiliki etos kerja yang pembelajaran.
tinggi serta berdisplin. Visi ini Berdasarkan hasil pengamatan
dijabarkan dalam misi nomor (8) dan penulis di lapangan ternyata ada
(9) yakni: Perwujudan otonomi daerah sebagian guru di SMP berpersepsi
dalam rangka pembangunan daerah dan negatif terhadap Kepala Sekolah,
pemerataan pertumbuhan dalam dimana kepala sekolah selaku
wilayah Negra Kesatuan Republik supervisor yang seharusnya
Indonesia, dan perwujudan membimbing dan membantu guru
kesejahteraan rakyat yang dilandasi oleh dalam penyusunan perencanaan
meningkatnya kualitas kehidupan yang pengajaran, terkesan hanya mencari-cari
layak dan bermanfaat serta memberi kesalahan atau bersifat infeksi. Lebih
perhatian utama pada terwujudnya fatal lagi karena masih ada guru yang
kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, tidak menyusun perencanaan
papan, kesehatan, pendidikan dan pengajaran. Hal ini disebabkan karena
lapangan kerja. (GBHN, 1999 – 2004: kepala sekolah tidak berani memberi
4). sanksi kepada guru yang tidak
Demokratisasi pendidikan mengikuti petunjuk dan arahan dari
memberikan wewenang yang lebih kepala sekolah khususnya penyusunan
banyak kepada pihak pelaksana perencanaan pengajaran.
pendidikan di lingkungan sekolah, Kepemimpina kepala sekolah
walaupun tetap berpedoman pada dalam melaksanakan tugas dan
peraturan-peraturan yang ditetapkan fungsinya sebagai perencana,
secara nasional oleh pemerintah. pengorganisasian, penyusunan,
Keputusan bersama Menteri pengarahan dan pengawasan sumber
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala daya, terutama sumber daya manusia
BAKN Nomor: 0433/P/1993 dan untuk mencapai tujuan yang telah
Nomor: 25 Tahun 1993 tentang ditentukan. Peran kepala sekolah
petunjuk pelaksanaan jabatan sebagai pemimpin dalam kehidupan
fungsional guru dan angka kreditnya, sekolah harus bertindak arif, bijaksana,
tanggal 24 Desember 1993. Tugas dan adil dan tidak pilih kasih, serta dapat
tanggung jawab kepala sekolah sebagai menciptakan rasa aman di dalam
tenaga supervisor adalah kepala sekolah lingkungan sekolah, harus menjadi
wajib membantu guru meningkatkan integritas penampilan, terpercaya, dan
kapasitasnya membelajarkan murid dihormati baik (sikap, perilaku, maupun
secara optimal. Tugas dan tanggung perbuatannya).
jawab tersebut adalah sebagai berikut: Berdasarkan realita yang ada

70
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

masih banyak diantara kepala sekolah perhtiannya.


yang tidak begitu paham akan tugas dan
fungsi serta kewajiban yang harus dia 2. Pengertian Kepala Sekolah
dilaksanakan dalam mengemban Suatu hal yang sudah umum
amanah yang diberikan kepadanya. ditemui bahwa pada setiap organisasi
apapun nama dengan Anda bentuknya
TINJAUAN PUSTAKA selalu diangkat seseorang untuk
1. Pengertian Persepsi memimpin dan bertanggung jawab,
Pengertian “persepsi” telah apakah dalam penangkatan itu ia
dikemukakan oleh beberapa ahli, dinyatakan dengan sebutan ketua,
diantaranya adalah Levit (A. Mappicara, kepala, pemimpin, dan sebagainya.
1995:) mengemukakan pengertian Yang jelas sebutan-sebutan tersebut
persepsi secara sempit dan dalam arti tergantung dimana seseorang itu
luas. Pengertian persepsi secara sempit bertugas. Di sekolah-sekolah pada
adalah penglihatan, bagaimana umumnya baik sekolah dasar sampai ke
seseorang melihat sesuatu. Dalam arti tingkat sekolah menempuh dipakai
luas persepsi adalah pandangan atau sebutan atau istilah kepala.
pengertian, yaitu bagaimana seseorang Berkenaan dengan itu, maka
memandang atau mengartikan sesuatu. pemimpin pada sekolah tingkat dasar
Ghory seperti yang dikutip oleh Ansyar adalah kepala atau lebih lengkapnya
(1981:), mengartikan persepsi sebagai kepala sekolah. Untuk itu di bawah ini
suatu pendapat, penilaian atau kita akan melihat pengertian “kepala”
pandangan langsung tentang lingkungan dan “sekolah” secara terpisah.
atau praktek-praktek pendidikan yang Merujuk pada pengertian di atas,
dialami oleh subjek melalui indera atau dapat diterangkan bahwa kepala pada
sistem konseptualnya. Pendapat lain hakekatnya adalah seseorang yang
mengatakan bahwa persepsi adalah diberikan kuasa untuk memimpin suatu
proses pemberian arti terhadap wadah, organisasi, kelompok, atau
lingkungan oleh individu (Gibson, perkumpulan dengan jalan
Ivancevich & Donelly, 1992). Syahrun memprakarsai tingkah laku sosial
dkk, (1991) mengemukakan bahwa dengan mengatur, menunjukkan,
persepsi ialah tanggapan seseorang mengorganisir upaya bawahannya agar
terhadap suatu objek perhatiannya. mampu bekerjasama dalam mencapai
Hardy dan Heyes (1988) tujuan yang diinginkan.
mengungkapkan bahwa persepsi Sedang sekolah pada hakekatnya
dipengaruhi oleh pengalaman dan merupakan suatu lingkungan/tempat
bawaan (genetic). Makin dewasa menyelenggarakan kegiatan pendidikan
seseorang maka faktor bawaan makin untuk mengajarkan berbagai
berkurang. Sebaliknya faktor pengetahuan kepada anak yang sedang
pengalaman makin berperan dalam dalam perkembangan.
membentuk pengorganisasian persepsi Bila kata, kepala, dan sekolah
yang pada akhirnya akan melahirkan digantungkan akan lahirlah istilah
reaksi seseorang terhadap suatu objek kepala sekolah berkenaan dengan hal ini
yang menjadi perhatiannya. Dan B. Suryo Subroto (1984:6) menyatakan
persepsi yang dikemukakan maka dapat bahwa: “Kepala sekolah adalah jabatan
disimpulkan sebagai tanggapan, tertinggi di sekolah, sehingga berperan
penilaian, pandangan seseorang sebagai pemimpin sekolah dan dalam
terhadap suatu objek yang menjadi struktur organisasi sekolah ia

71
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

ditempatkan pada empat paling tinggi. serta wawasan yang luas. Kesemua ini
Dari pengertian di atas, dapat diperuntukkan agar disaat pelaksanaan
diterangkan bahwa kepala sekolah tugas dan tanggung jawabnya kepala
adalah pemimpin pendidikan di sekolah sekolah dapat melaksanakan sebaik-
yang menduduki puncak pemimpin baiknya.
tertinggi, diangkat secara resmi oleh 3. Peranan Kepala Sekolah sebagai
atasan dengan surat keputusan. Supervisor
Berkenaan dengan hal ini, Kepala sekolah sebagai
sebagai pemimpin yang resmi Soewadji supervisor dibebani peranan dan
Lazaruth (1988:20) menyatakan bahwa: taggung jawab untuk memperbaiki
“Seorang kepala sekolah menduduki proses belajar mengajar di kelas atau di
jabatannya karena ditetapkan oleh sekolah. Tanggung jawab ini sangat
atasan, dalam hal ini Kepala Kantor penting dan menentukan dalam
Depdikbud atau yayasan. pelaksanaan pendidikan. Sebagai unsur
Lebih lanjut kepala sekolah pimpinan dalam sistem persekolahan,
selaku pemimpin yang memiliki kepala sekolah berhadapan langsung
peranan penting oleh Ngalim Purwanto dengan pelaksana proses belajar
(1991: 101) dinyatakan bahwa: mengajar, yaitu guru (Lasut, 1989).
Kepala sekolah merupakan pemimpin Konsep supervisi sebagai proses
pendidikan yang sangat penting kalau membantu guru guna memperbaiki dan
tidak dapat dikatakan terpenting. meningkatkan pembelajaran dan
Dikatakan sangat penting karena lebih kurikulum (Olivia, 1984) terkandung
dekat dan langsung berhubungan makna bahwa kepala sekolah adalah
dengan pelaksanaan program petugas pimpinan atau supervisor yang
pendidikan di setiap sekolah. Dapat membantu guru, secara individual atau
dilaksanakan program pendidikan di kelompok untuk memperbaiki
setiap sekolah. Dapat di laksanakan atau pengajaran dan kurikulum. Melihat
tidaknya suatu program pendidikan dan ruang lingkup tugas dan peranan
tercapai tidaknya tujuan pendidikan itu, supervisor sesuai konsep supervisi
sangat bergantung pada kecakapan dan tersebut, maka kepala sekolah harus
kebijaksanaan kepala sekolah sebagai menguasai dengan baik perangkat
pemimpin pendidikan. kemampuan guru serta dilengkapi
Dari kedua pendapat terkhir di dengan kemampuan yang diperoleh
atas, lebih memperjelas bahwa melalui pendidikan atau latihan tertentu,
kedudukan kepala sekolah di samping agar siap menjalankan peranan dan
sebagai pemimpin resmi ia juga tanggung jawabnya dengan sebaik-
merupakan pemimpin pendidikan yang baiknya, pengetahuan, keterampilan dan
sangat penting karena kepala sekolah pengalaman yang dimiliki oleh
memiliki tanggung jawab penuh supervisor melalui beberapa usaha
terhadap kelancaran program pendidikan dan latihan ini merupakan
pendidikan di sekolah. Sehingga modal utama baginya dalam
konsekuensi atas kedudukan tersebut melaksanakan peranan, tugas dan
maka pada prinsipnya jabatan kepala tanggung jawab yang telh dibebankan
sekolah adalah cukup berat. Dengan kepadanya. Pada umumnya kepala
demikian secara implisit dalam diri sekolah dipandang sebagai supervisor
pribadi kepala sekolah ada tuntutan pengajaran di sekolahnya, karena dialah
untuk melengkapi diri dengan berbagai yang bertanggung awab untuk
perangkat pengetahuan, kecakapan, mengkoordinasikan semua program

72
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

pengajaran. Karena itu, para guru kegiatan belajar mengajar. Ayat 8


berharap agar kepala sekolah berbunyi: Analisis hasil evaluasi belajar
menggunakan sebagian besar waktunya atau praktik adalah kegiatan mengolah
untuk perbaikan dan peningkatan dan menafsirkan informasi proses dan
pengajaran. hasil belajar untuk mengetahui tingkat
Supervisi adalah suat aktifitas keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
pembinaan yang direncanakan untuk Ayat 9 berbunyi: Penyusunan dan
membantu para guru dan pegawai pelaksanaan program perbaikan dan
sekolah lainnya dalam melakukan pengayaan adalah upaya yang dilakukan
pekerjaannya agar berhasil secara guru untuk memperbaiki sebagian atau
efektif. seluruh kesulitan yang dihadapi oleh
4. Perencanaan Pengajaran peserta didik yang belum mencapai
a. Pengertian Perencanaan Pengajaran tingkat penguasaan yang diharapkan
Dalam Keputusan bersama dan bagi peserta didik yang sudah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mencapai tingkat penguasaan yang
dan Kepala Badan Administrasi diharapkan, diberi kesempatan untuk
Kepegawaian Negara Nomor: mendalami materi pengajaran tertentu.
0433/P/1993 dan Nomor : 25 Tahun Pada ayat 5 di atas
1993 tanggal 24 Desember tentang caturwulan/semester, yang sebenarnya
petunjuk pelaksanaan jabatan menggunakan caturwulan, berhubung
fungsional guru dan angka kreditnya, dengan adanya lampiran keputusan
kawasan tugas pokok mengajar guru Menteri Pendidikan Nasional Republik
meliputi: menyusun program Indonesia Indonesia No. 118/Ui2002
pengajaran, menyajikan program tanggal 22 Juli 2002 penyesuaian GBPP
pengajaran, melakukan evaluasi belajar, dan penilaian pada sistem semester.
melakukan analisis hasil evaluasi Dengan terbitnya lampiran keputusan
belajar dan menyusun program ini maka sistem caturwulan dengan
perbaikan dan pengayaan. sendirinya berubah menjadi sistem
Berdasarkan tugas pokok semeser. Dalam Alat Penelitian
mengajar guru tersebut, maka dipat Kemampuan Guru (APKG) yang
dilihat secara berurutan pada Bab. 1 disusun oleh Proyek Pengembangan
ayat 5, 6, 7, 8 dan 9 Pendidikan Guru (Depdikbud,
Pada ayat 5 berbunyi: Penyusunan 1982/1983) dikelompokkan kedalam
program pengajaran atau praktek adalah tiga aspek pokok mengajar guru, yakni
perencanaan kegiatan belajar mengajar rencana pengajaran, prosedur mengajar
yang meliputi: perencanaan yang dan hubungan antar pribadi. Arikunto
dituangkan dalam bentuk persiapan (1990) mengemukakan bahwa “terdapat
mengajar atau praktik. Ayat 6 berbunyi: bukti yang menunjukkan bahwa untuk
Penyajian persiapan mengajar atau memperoleh pembelajaran yang
praktik adalah pelaksanaan kegiatan berkualitas haruslah melalui proses
belajar mengajar atau kegiatan praktik belajar mengajar yang berkualitas pula”.
berdasarkan rencana yang tertuang Hal ini berarti perlunya diperhatikan
dalam persiapan praktik. Ayat 7 unsur-unsur yang secara langsung
berbunyi: Evaluasi mengajar atau berkaitan dengan proses belajar
praktik adalah penilaian proses dari mengajar, seperti guru, siswa,
belajar dalam rangka memperoleh kurikulum dan sarana. Namun unsur-
informasi proses dan hasil belajar untuk unsur tersebut tidak dapat menunjukkan
mengetahu tingkat keberhasilan peranan berbeda tanpa ada yang

73
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

mengubah posisinya. Unsur yang dapat merupakan persiapan mengajar guru


mengubah posisi unsur-unsur tersebut untuk tiap pertemuan. Komponen utama
hanyalah peranan guru dapat pula rencana pengajaran adalah: tujuan
dilihat dalam kurikulum, baik pembelajaran khusus, materi pelajaran,
kurikulum 1994 maupun kurikulum kegiatan pembelajaran, dan alat
2004. Standar Kompetensi, lama penilaian. Rencana pengajaran inilah
dengan yang terdapat dalam Keputusan yang disajikan oleh guru dalam proses
bersama Menteri Pendidikan dan belajar mengajar. Untuk rencana
Kebudayaan dan Kepala BAKN pengajaran pada kurikulum 1994,
Nomor: 0433/P/1993 dan Nomor 25 digunakan desain pembelajaran pada
Tahun 1993 yang telah dikemukakan. kurikulum 2004. Pada kurikulum lama
Dalam kurikulum 1994 dan kurikulum menggunakan TTU/TPU sedangkan
2004 aspek penyusunan program pada kurikulum TTK /TPK berubah
pengajaran dibagi atas program menjadi Kompetensi Dasar (KD).
tahunan, caturwulan/semester, satuan Ulangan harian adalah tes yang
pelajaran dan rencana pengajaran. dilakukan pada akhir satuan pelajaran
Kurikulum ini merinci aspek-aspek Ulangan harian ini berfungsi untuk
program pengajaran tersebut sebagai mendapatkan umpan balik tentang
berikut: Program tahunan mempunyai tingkat daya serap siswa terhadap
komponen utama, yaitu pokok bahasan materi pelajaran untuk satu satuan
dan alokasi waktu selama satu tahun, bahasa, baik secara perorangan maupun
dan program tersebut berfungsi sebagai secara kelompok. Pada kurikulum baru
acuan dalam menyusun program ulangan harian menjadi ulangan blok.
semester. Program semester juga Dalam penelitian ini diikuti sistem
mempunyai dua komponen utama penglompokan yang terdapat dalam
yakni, pokok bahasan dan aloasi waktu, APKG karena di dalamnya telah
akan tetapi jangka waktunya adalah dicantumkan secara jelas indikator-
setiap semester. Program semster ini indikator penampilan mengajar guru.
berfungsi sebagai acuan dalam Disamping itu sifat indikator-indikator
menyusun program satuan pelajaran. penampilan mengajar guru dalam
Program satuan pelajaran memuat APKG adalah umum, yakni seyogyanya
satuan bahasa untuk disajikan dalam dilakukan oleh setiap guru dari mata
beberapa kali pertemuan. Komponen pelajaran manapun, dan esensial, yaitu
utama program satuan pelajaran yakni; memang penting ditampilkan guru
tujuan, materi, kegiatan belajar dalam setiap proses belajar mengajar.
mengajar dan penilaian. Komponen ini Berikut ini dikemukakan
dapat dikembangkan sendiri oleh guru- indikator-indikator aspek rencana
guru. Program satuan pelajaran pengajaran guru yang terdapat dalam
dianggap baik jika terdapat keselarasan APKG yang disusun oleh Proyek
antara tujaun, materi dan alat penilaian; pengembangan Pendidikan Guru
materi dan tujuan mengacu pada GBPP; Depdikbud, 1982:983) adalah sebagai
dan proses belajar mengajar menunjang berikut:
pembelajaran aktif. Program satuan a. Merencanakan pengorganisasian
pelajaran berfungdi sebagai acuan bahan pengajaran.
dalam penyusunan rencana pengajaran. b. Merencanakan pengelolaan kegiatan
Program tahunan, semster, dan satuan belajar mengajar.
pelajaran dianjurkan disusun oleh tim c. Merencanakan pengelolaan kelas.
MGMP. Rencana pengajaran d. Merencanakan penggunaan media

74
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

pengajaran. pengorganisasian bahan pengajaran.


e. Merencanakan penilaian 2. Persepsi terhadap rencana
Uraian tersebut di atas pengelolaan kelas.
menunjukkan bahwa betapa besar 3. Persepsi terhadap rencana
peranan guru dalam upaya mencapai penggunan media pengajaran
efektifitas proses belajar mengajar. 4. Persepsi terhadap rencana penilaian.
b. Karakteristik Perencanaan Peranan kepala sekolah dalam
Pengajaran penyusunan perencanaan pengajaran
Pengertian yang lebih jelas sangat ditentukan oleh persepsi guru
tentang perencanaan pengajaran dapat dalam melaksanakan tugasnya. Jika
diperoleh dengan memperhatikan persepsi guru positif terhadap peranan
karakteristiknya. R.A. Kaufan (1996), kepala sekolah selaku supervisor dalam
suatu perencanaan pengajaran yang baik penyusunan perencaan pengajaran guru,
memiliki karakteristik sebagai berikut: maka guru dalam melaksanakan tugas
1) Prosedur ilmiah. mempunyai loyalitas yang tinggi.
2) Spesifikasi hasil belajar. Faktor-faktor yang
3) Spesifikasi lingkungan. mempengaruhi persepsi: Thoha (1983)
4) Spesifikasi operasional, dan mengungkapkan bahwa pada pokoknya
5) Kriteria hasil. terdapat dua faktor yang dipengaruhi
c. Fungsi Perencanaan Pengajaran proses pemilihan persepsi seseorang,
Secara terinci S.S. Chauhan yakni faktor dari luar dari dalam diri
(1979), mengemukakan fungsi sendiri. Faktor-faktor yang berasal dari
perencanaan pengajaran sebagai luar diri orang adalah intensitas, ukuran,
berikut: kontras, pengulangan, gerakan dan
1) Sebagai rambu-rambu. objek tersebut baru atau sudah dikenal.
2) Sebagai pengembangan kurikulum. Di antara faktor-faktor tersebut di atas
3) Pengkhususan materi pelajaran. yang sangat penting diperhatikan oleh
4) Meningkatkan proses belajar. kepala sekolah atau supervisor dalam
Makin dewasa seseorang maka rangka membina guru-guru untuk
faktor bawaan makin berkurang. menyusun perencanaan pengajaran
Sebaliknya faktor penglaman makin dalam rangka meningkatkan proses
berperan dalam membentuk belajar mengajar. Kepala sekolah dan
pengorganisasian persepsinya. supervisornya seyogyanya tidak jemu-
Berdasarkan uraian tentang jemunya memberikan penjelasan
“persepsi” seperti telah dikemukakan, kepada para guru mengenai peranan
maka pengertian persepsi guru tentang kepala sekolah, agar lebih paham
peranan kepala sekolah selaku mengenai namanya tersebut, yang pada
supervisor dalam penyusunan gilirannya diharapkan guru dapat
perencanaan pengajaran dapat mempersepsinya secar positif.
dirumuskan sebagai tanggapan, Selanjutnya faktor yang berasal dari
pendapat, penilaian, pandangan atau dalam diri sendiri yang mempengaruhi
reaksi guru terhadap penyusunan proses pemilihan persepsi adalah proses
perencanaan pengajaran. belajar, motivasi, dan kepribadian
Dengan demikian ruang lingkup seseorang. Kedua faktor tersebut adalah
persepsi guru mengenai peranan kepala penting diperhatikan oleh kepala
sekolah dalam penyusunan rencanan sekolah atau supervisor lainnya ataupun
pengajaran adalah sebagai berikut: guru-guru dalam rangka membentuk
1. Persepsi terhadap rencana persepsi guru yang positif terhadap

75
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

peranan kepala sekolah selaku bantuan yang diberikan kepada staf


supervisor dalam penyusunan sekolah untuk mengembangkan situasi
perencanaan pengajaran dan proses belajar mengajar yang lebih baik Pidarta
belajar mengajar. (1992) menyimpulkan bahwa ada tiga
5. Persepsi Guru Mengenai unsur pokok yang terkandung dalam
Supervisi Pengajaran Kepala pengertian supervisi, yaitu pertaa unsur
Sekolah Terhadap Penyusunan proses pengarahan, bantuan atau
Perencanaan Pengajaran pertolongan dari pihak atasan atau pihak
Pada bagian terdahulu telah yang lebih memahami. Kedua, unsur
dikemukakan pengertian persepsi, oleh guru-guru sebagai pihak yang diberi
karena itu pada bagian ini akan pertolongan. Ketiga, unsur proses
dikemukakan pengertian supervisi, dan belajar mengajar atau situasi belajar
selanjutnya akan di kemukakan, mengajar sebagai objek yang akan
persepsi guru mengenai supervisi diperbaiki. Dia lebih lanjut
kepala sekolah. menjelaskan, bahwa hakekat supervisi
Alfonso, Firth, dan Neville adalah suatu proses pembimbingan dari
(1991:11) pihak atasan kepada guru-guru yang
“Instructional supervision is here ini langsung menangani proses belajar
defined as behavior officially mengajar, untuk memperbaiki situasi
designated by the organization that belajar mengajar agar para siswa dapat
directly affect teacher behavior in such belajar secara efektif dengan prestasi
away as to, facilitate pupil learning ana belajar yang makin meningkat. Orang
achieve the goals of the organization”. yang memberikan supervisi tersebut
Defenisi tersebut di atas mengacu kepada usaha yang bersifat
mengandung tiga hal pokok, pertama, manusiawi, tidak otoriter. Pengertian
supervisi yang akan dilakukan harus atasan dalam hal ini disamping dalam
direncanakan terlebih dahulu, dengan arti hirarki, juga dalam arti kewenangan
demikian jelas kapan dimulai dan kapan atau kompetensi yang harus dimiliki
diakhiri suatu program tertentu. oleh supervisor. Memperbaiki situasi
Rencana tersebut terwujud dalam belajar mengajar yang efektif
program supervisi yang mengarah pada terkandung makna di dalamnya belajar
suatu tujuan tertentu, oleh karena guru- secara berdisiplin, bertanggung jawab,
gurulah yang paling mengetahui dan memenuhi akuntabilitas.
masalah yang dialaminya, maka Berdasarkan uraian tersebut di
sebaiknya supervisor melibatkan guru- atas, maka dapat disimpulkan bahwa,
guru dalam penyuunan program supervisi ialah pemberian bantuan
supervisi. secara terencana oleh pihak yang
Kedua, supervisi yang diberikan berwenang dan berkompetensi kepada
kepada guru-guru harus secara langsung guru-guru dalam rangka memperbaiki
mempengaruhi dan mengembangkan proses belajar mengajar agar siswa
prilaku guru dalam mengelola proses dapat belajar secara efektif. Dengan
belajar mengajar. Dan ketiga, tujuan demikian dapatlah dirumuskan bahwa
akhir supervisi yang diberikan kepada persepsi guru tentang peranan kepala
guru-guru diharapkan mereka makin sekolah selaku supervisor dalam
mampu memberikan fasilitas belajar penyusunan perencanaan pengajaran
bagi peserta didik. adalah tanggapan, pendapat, penilaian,
Menurut kurikulum SLTP 1994 pandangan atau reaksi guru terhadap
(Depdikbud, 1994) supervisi ialah proses pemberian bantuan kepada

76
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

mereka, yang dilakukan oleh kepala responden memilih jawaban SS (Sangat


sekolah dalam fungsinya sebagai Setuju) memperoleh skor 4, untuk
supervisor. responden yang memilih alternatif S
(Setuju) memperoleh skor 3, responden
METODE PENELITIAN yang memilih jawaban KS (Kurang
Populasi Setuju) memperoleh skor 1.
Guna menjawab permasalahan b) Uji Validitas Angket
dalam penelitian ini, diperlukan data Sebelum angket digunakan
dari berbagai sumber utamanya yang terlebih dahulu diuji terhadap 30 orang
relevan dengan penelitian. Dengan guru PNS pada SMP. Untuk lebih
demikian populasi dalam suatu jelasnya mengenai data uji coba
penelitian untuk sebagai sarana persepsi guru tentang peranan kepala
penelitian. Pengumpulan data atau sekolah selaku supervisor dalam
informasi dapat dilakukan dengan penyusunan perencanaan pengajaran
meneliti tiap individual atau sebagainya dapat dilihat pada lampiran 1 karya tulis
saja. ilmiah ini. Hasil uji realibilitas dan
Menurut Sugiono (1993: 53) validitas persepsi guru tentang peranan
bahwa; “Populasi adalah wilayah kepala sekolah selaku supervisor dalam
generalisasi yang terdiri atas: penyusunan perencanaan pengajaran
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dapat dilihat pada lampiran 2 Penelitian
dan karakteristik tertentu yang Tindakan Sekolah ini.
ditetapkan oleh penelitian untuk 2. Teknik dokumentasi
mempelajari dan kemudian ditarik Teknik dokumentasi digunakan
kesimpulannya”. untuk mendapatkan data-data yang
diperoleh melalui angket, yaitu data
Teknik Pengumpulan Data yang didokumentasikan di sekolah
Untuk mengumpulkan data berupa pencatatan tentang jumlah guru,
dalam penelitian yang diperlukan model perencanaan pengajaran dan lain-
instrumen penelitian berupa: angket dan lain yang terdapat pada SMP.
dokumentasi.
1. Teknik angket Teknik Analisis Data
Yaitu suatu alat pengumpulan Setelah data terkumpul, maka
data dengan pengajuan daftar data tersebut selanjutnya diolah.
pertanyaan kepada responden dengan Pengolahan data dilakukan dengan
secara tertulis menyangkut persepsi menggunakan analisis persentase.
guru tentang peranan kepala sekolah Menggunakan analisis
selaku supervisor dalam penyusunan persentase dimana data yang diperoleh,
perencanaan pengajaran, yang diolah dengan analisis persentase
ditunjukkan kepada kepala sekolah dan dengan menggunakan rumus:
semua guru-guru di SMP. n
a) Konstruksi Angket P x 100
N
Angket ini disusun dalam model Keterangan rumus :
skala Likert dengan sedikit motifasi P = Persentase
dalam empat pilihan yaitu SS (Sangat n = Nilai yang diperoleh
Setuju), S (setuju), KS (Kurang Setuju), N = Jumlah seluruh nilai
TS (tidak Setuju). Pembobotan angket
tergatung pada butir pertanyaannya.
Untuk butir angket yang positif, apabila

77
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

PEMBAHASAN HASIL sangat tinggi.


PENELITIAN 3. Persepsi guru mengenai peranan
Desentralisasi pendidikan yang kepala sekolah dalam pelaksanaan
kita laksanakan, membawa fenomena program supervisi dengan skor
tesendiri bagi lembaga pendidikan di 77,93 persen termasuk dalam
mana lembaga-lembaga pendidikan kategori sangat tinggi.
yang ada lebih memiliki kewenangan Dari pembahasan tersebut maka
dalam mengelola sekolahnya sendiri, persepsi guru tentang peranan kepala
terutama peranan kepala sekolah selaku sekolah selaku supervisor dalam
supervisor untuk meningkatkan persepsi penyusunan perencanaan pengajaran di
guru, secara positif. Setelah SMP dengan skor 76,61 persen
menggambarkan bagaimana persepsi termasuk dalam kategori sangat tinggi.
guru mengenai peranan kepala sekolah Berdasarkan apa yang
dalam penyusunan perencanaan ditemukan dilapangan dapat lahir
pengajaran di SMP terlihat hanya sebuah asumsi bahwa Kegiatan belajar
beberapa item pertanyaan yang melibatkan beberaoa komponen atau
menunjukkan kategori tinggi, namun unsur yaitu siswa, guru, materi
jika dilihat dari aspek menunjukkan pelajaran, metode mengajar yang
sangat tinggi dengan skor 76,49 persen. digunakan, media pembelajaran yang
Namun demikian baik sesuai untuk digunakan, dan evaluasi
penyusunan perencanaan pengajaran kemajuan belajar siswa. Semua
yang mengacu pada kurikulum 1994 komponen ini berinteraksi dalam proses
maupun kurikulum 2004 keduanya pembelajaran yang terakhir pada tujuan
masih berpedoman pada Keputusan pembelajaran.
Menpan Nomor 85/1993 tanggal 24 Dilihat dari sudut institusional
Desember 1993, di perkuat lagi dengan sekolah, dalam hal mendukung
Keputusan bersama Menteri Pendidikan kelancaran aktivitas pembelajaran,
dan Kebudayaan dan Kepala BAKN kepala sekolah memegang peranan yang
Nomor: 0433/P/1993 dan Nomor: 25 cukup penting, karena berkonstribusi
Tahun 1993 tanggal 24 Desember 1993 yang signifikan terhadap perolehan
tentang petunjuk pelaksanaan jabatan mutu hasil belajar. Pelaksanaan
fungsional guru dan angka kreditnya. supervisi pengajaran berupa pemberian
Berdasarkan hasil analisis data bantuan atau bimbingan kepada guru
tersebut di atas, maka persepsi guru untuk menghasilkan perbaikan atau
tentang peranan kepala sekolah selaku peningkatan kinerja guru dalam proses
supervisor dalam penyusunan pembelajaran, yang kemudian ditransfer
perencanaan pengajaran sebagai ke dalam prilaku mengajar sehingga
berikut: tercipta situasi belajar yang lebih baik,
1. Persepsi guru mengenai peranan yang akhirnya juga meningkatkan
kepala sekolah dalam penyusunan prestasi belajar siswa.
program supervisi dengan skor Dengan melihat pernyataan di
75,41 persen termasuk dalam atas maka dapat dinyatakan bahwa
kategori tinggi. peranan kepala sekolah sebagai
2. Persepsi guru mengenai peranan supervisor dalam penyusunan
kepala sekolah selaku supervisor perencanaan pengajaran merupakan
dalam penyusunan rencana faktor yang berpengaruh dalam
pengajaran dengan skor 76,47 menentukan peningkatan kualitas
persen termasuk dalam kategori peserta didik. Oleh karena itu tugas

78
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

kepala sekolah untuk melaksanakan prinsip-prinsip supervisi, teknik-


supervisi dengan sebaik-baiknya. Agar teknik supervisi dan tujuan supervisi
proses pembelajaran di sekolah dapat sehingga dapat meningkatkan
berjalan dengan baik. kinerja guru dalam proses
pembelajaran.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil analisis data Agus Dharma, 2004, Manajemen
seperti pada bab IV, maka dapat ditarik Supervisi, Jakarta, PT Raja
kesimpulan sebagai berikut: Grafindo Persada.
Persepsi guru tentang peranan Ali, Muhammad. 1985, Peneliti
kepala sekolah selaku supervisor dalam Pendidikan, Prosedur dan
penyusunan perencanaan pengajaran di Strategi, Bandung. Penerbit
SMP, termasuk dalam kategori sangat Aksara.
tinggi dengan skor 76,61 persen. Arikunto, S, 1999, Prosedur Penelitian
Dengan skor tersebut memperlihatkan Suatu Pendekatan Praktis,
bahwa guru SMP mempunyai persepsi Jakarta, Rineka Cipta.
yang positif. Arismunandar, 2000, Makalah
Tantangan Manajemen Dengan
Saran Pelaksanaan Otonomi Daerah,
Berkaita dengan kesimpulan Makassar, FIP Universitas
tersebut, maka penulis mengajukan Negeri Makassar.
saran-saran sebagai berikut: Djumberansyah Indar, H.M, 1995,
1. Agar kepala sekolah selalu Perencanaan Pendidikan,
memberikan motivasi kepda guru– Surabaya, Karya Abditama.
guru untuk meningkatkan motivasi Harjanto, 1996, Perencanaan
dan prestasi kerjanya. Hal tersebut Pengajaran, Solo, Rineka Cipta.
dapat dilaksanakan dengan Ibrahim R, Nana Saodih S,
perhatian yang lebih besar lagi 1992, Perencanaan Pengajaran,
terhadap usaha yang telah dilakukan Jakarta.
para guru dan mengadakan Idrus Abustam, H.M dkk, 1996,
pembinaan secara berkala dan Pedoman Praktis Penelitian &
berkesinambungan. Penulisan Karya Tulis Ilmiah,
2. Kepada guru sepatutnya mempunyai Ujung Pandang
rasa percaya diri yang kuat, Kaufman, R.A, 1996, Perencanaan
sehingga apa yang mereka lakukan Pengajaran, Jakarta, Rineka
bukanlah merupakan sesuatu yang Cipta.
sia-sia. Sikap ini pada akhirnya akan Mantja. W, 2005, Manajemen
bermuara pada perbaikan pandangan Pendidikan dan Supervisi
terhadap peran-peran yang guru Pengajaran, Malang, Wineka
lakukan yang pada gilirannya akan Media.
meningkatkan prestasi dalam Mappincara A, 1995, Penampilan
menjalankan tugas proses belajar Mengajar Guru Suatu Studi pada
mengajar. SMP di Kota Madya Padang,
3. Penulis berharap, hendaknya kepala Padang: Program Paska Sarjana
sekolah dapat meningkatkan IKIP Jakarta.
kualitas supervisi pengajaran kepada Mulyasa, E. 2003, Menjadi Kepala
guru-guru dengan memperhatikan Sekolah Profesional. Cet I.

79
Persepsi Guru Tentang Peranan Kepala Sekolah Selaku Supervisor.... (H. Arafah)

Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Setijadi, 1997, Desain Instruksional,
Jakarta, PAU-PPAI Universitas
Terbuka. Soewarso
Ilardjosoedarmo, 1996, Total
Quality Management,
Yogyakarta, Andi.
Umaedi, 1999, Pengelolaan
Pembelajaran yang efektif,
Jakarta, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat
Pendidikan Menengah Umum.
UU No. 22 Tahun 1999, Tentang
Pemerintahan Daerah, Jakarta:
Sinar Grafika.
UU No. 20 Tahun 2003, Tentang
Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Sinar Grafika.
Wahjosumidjo, 2002, Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Jakarta, P.T.
Raja Grafindo Persada.
Winkel. W.S, 1987, Psikologi
Pengajaran, Jakarta, PT.
Gramedia.

80
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)

PENERAPAN METODE LATIHAN BERSTRUKTUR DALAM UPAYA


PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA
MURID KELAS V SD NEGERI 4 BILA

Soalihin
Guru SD Negeri 4 Bila

Abstrak
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diamati yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas adalah metode latihan berstrukrut berbasis
prasyarat, sedangkan variabel terikat adalah prestasi belajar murid kelas V SD Negeri 4
Bila. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)
yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar murid melalui penerapan metode
latihan berstruktur berbasis prasyarat pada materi pokok pesawat sederhana. Adapun
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar
murid kelas V SD Negeri 4 Bila pada materi pokok pesawat sederhana melalui
penerapan metode latihan berstruktur berbasis prasyarat. Berdasarkan hasil yang
diperoleh setelah melakukan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
"Penerapan metode latihan berstruktur dapat meningkatkan prestasi belajar murid kelas
V SD Negeri 4 Bila."

Kata Kunci: Metode Latihan Berstruktur, Prestasi Belajar, IPA

PENDAHULUAN berpengaruh dalam proses pembelajaran


Guru sebagai seorang guru dan adalah metode mengajar yang berisi
sebagai orang yang memberi ilmu prosedur baku untuk melakukan
pengetahuan kepada anak didik harus penyajian materi pelajaran. Beberapa
betul-betul memahami kebijakan- metode mengajar yang sering
kebijakan pendidikan. Dengan digunakan dalam proses pembelajaran
pemahaman itu guru memiliki landasan- adalah metode ceramah, tanya jawab,
landasan berpijak dalam melaksanakan diskusi, demonstrasi, latihan,
tugas di bidang pendidikan. Namun eksperimen, dan sebagainya. Suatu
perlu dipahami bahwa guru memang metode biasanya divariasikan dengan
bukanlah satu-satunya sumber belajar, metode lainnya agar pembelajaran tidak
walaupun tugas, peranan dan fungsinya monoton seperti ceramah, tanya jawab,
dalam proses belajar mengajar sangat dan latihan.
penting (Sadiman, 2002). Prestasi yang Guru sebagai salah satu sumber
dicapai anak didik diantaranya adalah belajar berkewajiban memilih dan
merangsang pola belajar murid, dalam menentukan metode mengajar yang
hal ini adalah menghilangkan sifat tepat agar tujuan dari pembelajaran
abstrak dari materi yang diajarkan dapat tercapai. Menurut Suryosubroto
kepada murid, selain itu dapat melihat (1997) bahwa dalam pemilihan metode
murid dalam mengamati suatu objek mengajar harus memperhatikan
yang dipelajari. Komponen penggunaan beberapa faktor antara lain tujuan yang
metode pembelajaran dapat merangsang ingin dicapai, murid, situasi, dan
minat anak untuk lebih kreatif dan aktif fasilitas yang diperlukan dalam
dalam proses belajar mengajar. pembelajaran tersebut. Apabila guru
Komponen yang sangat dalam proses pembelajaran

81
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)

menggunakan metode yang tepat meningkatkan prestasi murid dalam hal


dengan tetap memperhatikan situasi dari ini, sesuai dengan bunyi hukum latihan
murid maupun lingkungan belajar yang (law of exercise) yang dikemukakan
mendukung, selain itu juga ditunjang oleh Hilgard dan Bower dalam (Syah:
dengan fasilitas yang lengkap maka 2004) bahwa “semakin sering sebuah
akan meningkatkan prestasi belajar perilaku dilatih atau digunakan maka
murid. semakin mantap eksistensi pelaku
Mata pelajaran IPA terpadu tersebut.”
memiliki sejumlah materi yang cukup Rumansyah (2004)
padat dengan alokasi waktu penyajian mengatakan bahwa “metode latihan
yang terbatas, salah satu diantaranya berstruktur merupakan salah satu
adalah pesawat sederhana. Apalagi strategi pembelajaran yang tepat untuk
didukung dengan kurangnya diterapkan pada materi pelajaran yang
pengetahuan prasyarat yang dimiliki dianggap sulit oleh murid.” Strategi
murid. Pengetahuan prasyarat disini pembelajaran ini melatih murid untuk
adalah syarat-syarat pengetahuan yang berfikir kreatif dan ilmiah dalam
harus dimiliki murid sebagai modal menghadapi permasalahan yang serupa.
dasar untuk mempelajari materi inti Banyaknya jumlah pelajaran
dalam pembelajaran. Apabila murid pada kurikulum yang diberlakukan
sudah menguasai pengetahuan prasyarat sekarang yaitu kurikulum tingkat satuan
dari suatu materi maka materi tersebut pendidikan menyebabkan hal ini
akan lebih mudah dikuasai murid. berdampak negatif terhadap prestasi
Seperti halnya hasil observasi belajar murid. Berdasarkan hasil
penulis pada SD Negeri 4 Bila, yaitu pengamatan dan observasi, diperoleh
rendahnya nilai rata-rata untuk nilai bahwa prestasi belajar murid khususnya
mata pelajaran khususnya mata mata pelajaran IPA masih tergolong
pelajaran IPA dan ini bisa dilihat dari rendah.
nilai rata-rata kelas untuk ulangan Berdasarkan uraian di atas,
semester murid yaitu Bahasa Indonesia penulis mencoba menyusun suatu
8,00, matematika 7,50, IPA 5,25 dan penelitian pada murid kelas V SD
PKn 8,00. Ini disebabkan karena banyak Negeri 4 Bila untuk Penerapan Metode
hal di antaranya yaitu kurangnya Latihan Berstruktur dalam Upaya
pemahaman konsep dasar IPA Peningkatan Prestasi Belajar IPA Murid
utamanya pada materi pesawat Kelas V SD Negeri 4 Bila.
sederhana dan kurang aktifnya murid
dalam proses pembelajaran. TINJAUAN PUSTAKA
Materi pesawat sederhana 1. Tinjauan Umum tentang Metode
cukup kompleks untuk dikuasai murid Latihan Berstruktur
mulai dari menghapal, memahami, a. Pengertian Metode Latihan
menganalisis, menerapkan, dan Berstruktur
mengaplikasikannya dalam kehidupan Metode adalah suatu cara
sehari-hari. Adanya asumsi bahwa digunakan untuk mencapai tujuan yang
materi ini cukup sulit dikuasai murid, telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar
sehingga diperlukan suatu metode yang mengajar, metode diperlukan oleh guru
tepat untuk meningkatkan prestasi dan pengunaannya bervariasi sesuai
belajar murid terutama dalam dengan tujuan yang ingin dicapai
menyelesaikan soal-soalnya. Metode setelah pengajaran berakhir (Djamarah:
latihan berstruktur dipandang mampu 1996).

82
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)

Pemilihan metode yang alat.


digunakan diharapkan dapat 2. Mengembangkan kecakapan intelek,
memudahkan murid memahami materi seperti mengali, membagi,
yang disampaikan sehingga tingkat menjumlahkan, mengurang.
daya serap murid lebih baik dan metode Mengenal benda dalam pelajaran
mengajar yang diterapkan dalam matematika, ilmu pasti, ilmu kimia.
pengajaran diharapkan efektif dan 3. Memiliki kemampuan
efisien. Adapun metode yang dipilih menghubungkan antara sesuatu
adalah metode latihan berstruktur keadaan dengan hal lain.
berbasis prasyarat.
Metode latihan berstruktur c. Langkah-langkah Metode
(drill) adalah suatu cara mengajar Latihan Berstruktur
dimana murid melaksanakan kegiatan- Penggunaan metode ini cukup
kegiatan agar murid memiliki luas, seperti latihan pemecahan soal,
ketangkasan atau keterampilan yang kesenian, keterampilan mengarang,
lebih tinggi dari yang telah dipelajari bekerja dan sebagainya. Pada umumnya
(Roestiyah: 2001). metode ini berisi kegiatan mengulang
Pendapat lain dikemukakan suatu perbuatan sampai perbuatan
oleh Sriyono dkk., (1992) memberikan tersebut dikuasai.
pengertian bahwa: Adapun langkah-langkah yang
Drill adalah latihan dengan praktek harus diperhatikan dalam pelaksanaan
yang dilakukan berulang kali atau metode ini antara lain:
kontinyu untuk mendapatkan 1) Menggunakan latihan ini hanya
keterampilan atau ketangkasan praktis untuk pelajaran atau tindakan yang
tentang pengetahuan yang telah dilakukan tanpa menggunakan
dipelajari. Lebih dari itu diharapkan pemikiran dan pertimbangan yang
agar pengetahuan atau keterampilan mendalam tetapi dapat dilakukan
yang telah dipelajari itu menjadi dengan cepat seperti menghitung,
permanen, mantap dan dapat menghapal dan sebagainya.
dipergunakan setiap saat oleh yang 2) Guru harus memilih latihan yang
bersangkutan. mempunyai arti luas yang dapat
Berdasarkan kedua pengertian menanamkan pengertian,
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman akan makna dan tujuan
inti dari metode latihan berstruktur latihan sebelum mereka melakukan.
adalah latihan yang dilakukan secara 3) Di dalam latihan pendahuluan guru
berulang-ulang untuk mata pelajaran harus lebih menekankan pada
yang telah dipelajari sehingga diagnosa, karena latihan permulaan
pengetahuan atau keterampilan dapat itu kita belum bisa mengharapkan
berkembang dan semakin mantap. murid dapat menghasilkan
keterampilan yang sempurna. Pada
b. Tujuan Metode Latihan latihan berikutnya guru perlu
Berstruktur meneliti atau menentukan latihan
Roestiyah (2001) berpendapat mana yang perlu diperbaiki.
bahwa teknik mengajar latihan biasanya Kemudian guru menunjukkan
digunakan dengan tujuan agar murid: kepada murid tanggapan yang telah
1. Memiliki keterampilan benar dan memperbaiki tanggapan
motoris/gerak; seperti menghapal yang salah. Kalau perlu guru
kata-kata, menulis, mempergunakan mengadakan variasi latihan dengan

83
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)

mengubah situasi dan kondisi pengurangan, dan pembagian.


latihan, sehingga timbul tanggapan c) Memperoleh kecakapan dalam
atau respon yang berbeda untuk bentuk asosiasi yang dibuat,
peningkatan dan penyempurnaan seperti penggunaan simbol,
kecakapan atau keterampilan. hubungan huruf-huruf dalam
4) Perlu mengutamakan ketepatan, ejaan.
agar murid melakukan latihan secara d) Pembentukan kebiasaan yang
tepat, kemudian diperhatikan dilakukan dan menambah
kecepatan, agar murid dapat ketepatan serta kecakapan
melakukan kecepatan atau pelaksanaan
keterampilan menurut waktu yang e) Pemanfaatan kebiasaan
telah ditentukan; juga perlu membuat gerakan-gerakan yang
diperhatikan pula apakah respon kompleks, rumit, dan menjadi
murid telah dilakukan dengan cepat lebih otomatis.
dan tepat. 2) Kekurangan Metode Latihan
5) Guru memperhitungkan waktu Berstruktur
latihan yang singkat agar tidak a) Menghambat bakat dan inisiatif
meletihkan dan membosankan, bila murid, karena lebih banyak
perlu mengubah situasi dan kondisi dibawa kepada penyesuaian dan
sehinga menimbulkan optimisme diarahkan jauh dari pengertian.
pada murid. b) Menimbulkan penyesuaian
6) Guru dan murid perlu memikirkan secara statis kepada lingkungan.
dan mengutamakan proses-proses c) Kadang-kadang latihan yang
yang pokok/inti sehingga tidak dilakukan secara berulang-ulang
tenggelam pada hal-hal yang kurang merupakan hal yang monoton
diperlukan. dan mudah membosankan.
7) Guru perlu memperhatikan d) Membentuk kebiasaan yang
perbedaan individual murid, kaku, karena bersifat otomatis.
sehingga kemampuan dan e) Dapat menimbulkan verbalisme.
kebutuhan murid dapat 3) Cara Mengatasi Kelemahan-
tersalurkan/dikembangkan. Kelemahan Metode Latihan
Untuk dapat menggunakan Berstruktur
metode latihan berstruktur, terlebih Ada beberapa cara yang dapat
dahulu harus diketahui kelebihan dan dilakukan untuk mengatasi kelemahan-
kekurangan dari metode ini (Djamarah: kelemahan metode latihan berstruktur
1996). menurut Sagala (2003) antara lain:
1) Metode latihan berstruktur hanya
d. Kelebihan dan Kekurangan untuk bahan atau tindakan yang
Metode Latihan Berstruktur bersifat otomatis.
1) Kelebihan Metode Latihan 2) Latihan harus memiliki arti luas,
Berstruktur karenanya:
a) Memperoleh kecakapan motoris, (a) Dijelaskan terlebih dahulu
seperti menulis, melafalkan tujauan agar murid dapat
huruf, kata-kata atau kalimat, memahami manfaat latihan itu
membuat, dan menggunakan bagi kehidupannya.
alat. (b) Murid perlu mempunyai sikap
b) Memperoleh kecakapan mental bahwa latihan ini diperlukan
seperti perkalian, penjumlahan, untuk melengkapi belajar.

84
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)

3) Masa latihan relatif harus singkat, maupun eksternal. Menurut Mulyasa


tetapi harus sering dilakukan pada (2004), faktor-faktor yang
waktu-waktu tertentu. mempengaruhi proses dan hasil belajar
4) Latihan harus menarik, gembira dan dapat digolongkan menjadi empat yaitu:
tidak membosankan. Untuk itu 1. Bahan atau materi yang dipelajari
perlu dilakukan: 2. Lingkungan
(a) Dibandingkan minat instrinsik, 3. Faktor instrumental
(b) Tiap-tiap kemajuan yang 4. Kondisi peserta didik.
dicapai murid harus jelas. Faktor-faktor tersebut baik
(c) Hasil latihan terbaik dengan secara terpisah maupun bersama-sama
sedikit menggunakan emosi, memberikan konstribusi tertentu
5) Proses latihan dan kebutuhan- terhadap prestasi belajar murid.
kebutuhan harus disesuaikan Dalam keseluruhan proses
dengan proses perbedaan pendidikan, kegiatan belajar merupakan
individual; kegiatan yang paling pokok. Hal ini
(a) Tingkat kecakapan yang dikarenakan berhasil tidaknya tujuan
diterima antara satu dengan pendidikan banyak tergantung pada
yang lain tidak perlu sama, bagaimana proses belajar yang dialami
(b) Perlu diberikan perorangan murid sebagai anak didik.
dalam rangka menambah Jadi, belajar merupakan proses
latihan kelompok. perubahan dalam arti seseorang yang
Dalam praktiknya, metode menyangkut perubahan afektif, kognitif
latihan bersturktur berbasis prasyarat dan psikomotor. Perubahan tersebut
tidak bisa berdiri sendiri namun terjadi sebagai akibat dari belajar.
divariasikan dengan metode ceramah, Setelah dikemukakan arti belajar,
sebagaimana dijelaskan Djamarah selanjutnya dikemukakan pengertian
(1996) bahwa metode latihan umumnya prestasi.
digunakan untuk memperoleh suatu b. Faktor-faktor yang
ketangkasan atau keterampilan dari Mempengaruhi Prestasi Belajar
bahan yang dipelajarinya. Karena itu Menurut Roestiyah (1986: 151-
ceramah untuk memberikan penjelasan 155), faktor-faktor yang mempengaruhi
kepada murid mengenai bentuk prestasi belajar murid terdiri atas:
keterampilan tertentu yang 1) Faktor internal, ialah faktor yang
dilakukannya. timbul dari dalam anak itu sendiri
seperti; kesehatan, rasa aman,
2. Prestasi Belajar kemampuan, minat, dan sebagainya.
a. Pengertian 2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang
Belajar pada hakekatnya datang dari luar diri anak seperti;
merupakan usaha sadar yang dilakukan kebersihan rumah, udara yang
oleh setiap individu untuk memenuhi panas, lingkungan, dan sebagainya.
kebutuhan. Berdasarkan pengertian
prestasi dan belajar di atas, maka METODE PENELITIAN
prestasi belajar dapat diartikan sebagai Pendekatan Dan Jenis Penelitian
hasil yang diperoleh individu setelah Dalam penelitian ini terdapat dua
melalui suatu kegiatan dalam hal ini variabel yang diamati yaitu variabel
adalah proses belajar. bebas dan variabel terikat. Variabel
Prestasi belajar merupakan hasil bebas adalah metode latihan berstrukrut
interaksi berbagai faktor, baik internal berbasis prasyarat, sedangkan variabel

85
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)

terikat adalah prestasi belajar murid dilibatkan dalam proses penelitian


kelas V SD Negeri 4 Bila. dilakukan untuk memastikan layak
Penelitian ini merupakan tidaknya sekolah tersebut untuk
penelitian tindakan kelas (Classroom dilakukan penelitian, khususnya dari
Action Research) yang bertujuan untuk penelitian pihak sekolah yang terkait
meningkatkan prestasi belajar murid secara langsung dalam kegiatan
melalui penerapan metode latihan penelitian karena setidak-tidaknya
berstruktur berbasis prasyarat pada kegiatan penelitian khususnya saat
materi pokok pesawat sederhana. pemberian tes dan perlakuan berupa
pembelajaran akan mempengaruhi
Fokus Penelitian proses pembelajaran yang sebenarnya.
Penelitian ini dilaksanakan dalam Kegiatan observasi tersebut sekaligus
dua siklus yaitu: siklus I berlangsung memastikan pihak-pihak yang terkait
selama 3 kali pertemuan atau 6 x 35 secara langsung dalam kegiatan
menit dan siklus II berlangsung selama penelitian ini.
3 kali pertemuan atau 6 x 45 menit. Data tentang keaktifan murid
Masing-masing siklus terdiri atas berdasarkan hasil observasi
empat tahap yaitu tahap perencanaan, dikumpulkan melalui pengamatan pada
tindakan, observasi dan refleksi. saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
3. Teknik dokumentasi
Setting Penelitian Teknik dokumentasi dimaksudkan
Setting penelitian adalah murid untuk memperoleh data tentang jumlah
kelas V SD Negeri 4 Bila tahun ajaran murid kelas V SD Negeri 4 Bila pada
2016/2017 semester genap yang terdiri tahun ajaran 2016/2017.
atas 15 orang, yaitu 5 orang laki-laki
dan 10 orang perempuan. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis
Teknik Pengumpulan Data deskriptif yang dilakukan maka hasil
1. Teknik tes penelitian ini mengungkapkan bahwa
Langkah yang ditempuh dalam murid yang semula memiliki skor hasil
keseluruhan proses penelitian adalah; belajar IPA yang berada pada kategori
observasi dan pengurusan izin, `rendah' dapat ditingkatkan dengan
menentukan kelompok eksperimen dan pembelajaran melalui metode latihan
kelompok kontrol, memberikan pretest, berstruktur. Skor rata-rata yang
memberikan perlakuan berupa kegiatan diperoleh murid mengalami peningkatan
pembelajaran pada kelompok kontrol sebesar 59,42 pada siklus I dan 70,19
dan kelompok eksperimen dengan pada siklus II. Berdasarkan hasil
menggunakan media pembelajaran pada tersebut pula hasil belajar IPA murid
mata pelajaran matematika dengan meningkat di mana pada siklus I murid
pokok bahasan tertentu sesuai yang berada pada kategori tuntas hanya
kurikulum yang sedang dipelajari murid 33,33% dan yang tidak tuntas 66,67%.
saat penelitian, dan langkah terakhir Sedangkan pada siklus II murid yang
adalah postest. berada pada kategori tuntas mencapai
Data prestasi belajar murid yang 66,68% dan yang tidak tuntas 13,33%.
dikumpulkan dengan menggunakan tes Pembelajaran melalui metode
pada setiap akhir siklus. latihan berstruktur dapat meningkatkan
2. Observasi keaktifan murid karena murid dituntut
Observasi di sekolah yang akan untuk memperkuat konsep dan

86
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)

menemukan konsep baru serta KESIMPULAN DAN SARAN


pengaplikasiannya dalam kehidupan Kesimpulan
sehari-hari yang masing-masing Berdasarkan hasil yang diperoleh
berlangsung dalam tahap-tahap siklus setelah melakukan penelitian, maka
belajar. Karena adanya penerapan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
metode latihan berstruktur yang "Penerapan metode latihan berstruktur
mencoba menggali pengetahuan murid dapat meningkatkan prestasi belajar
dan memancing murid untuk berpikir murid kelas V SD Negeri 4 Bila."
dan menemukan konsep baru, murid
memiliki rasa ingin tahu yang pada Saran
akhimya merasa tertantang untuk Berdasarkan hasil pembahasan
terpaku dengan cara belajar yang dan kesimpulan yang diperoleh dari
mencatat dan mendengarkan penjelasan. penelitian ini, maka Penulis
Setelah melakukan observasi dan mengajukan beberapa saran sebagai
refleksi untuk perbaikan pada siklus II berikut:
selanjutnya keaktifan dan hasil belajar 1. Guru diharapkan dapat menjadikan
IPA murid semakin meningkat. pembelajaran melalui metode
Peningkatan terjadi karena pada latihan berstruktur sebagai suatu
siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan alternatif dalam mata pelajaran IPA
itu berupa: (1) guru lebih banyak untuk meningkatkan hasil belajar
memberikan pertanyaan-pertanyaan murid serta mengaktifkan murid
yang menimbulkan rasa ingin tahu dalam proses pembelajaran
murid seputar masalah yang diberikan 2. Kepada peneliti berikutnya yang
yang berhubungan dengan kehidupan berminat mengkaji rumusan yang
sehari-hari (2) Memberikan sanksi serupa diharapkan dapat
kepada murid yang masih melakukan mengembangkan penelitian ini
aktifitas lain pada saat pembahasan dengan mengkaji pembelajaran
materi pelajaran (3) lebih intensif metode latihan berstruktur secara
membimbing murid ataupun kelompok lebih mendalam lagi.
yang masih kurang baik dalam melak-
sanakan tugas yang diberikan maupun DAFTAR PUSTAKA
dalam melakukan penyelidikan (4) Guru Ali Mohammad, 1992. Konsep dan
memberikan penghargaan bagi murid Penerapan CBSA dalam
yang memberikan respon positif Pengajaran. Bandung: P.T.
termasuk mengajukan pertanyaan, atau Sarana Panca Karya.
menjawab pertanyaan. Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain
Dari hasil analisis observasi dan Aswan. 2002. Strategi Belajar
analisis hasil belajar IPA murid pada Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
siklus I dan siklus II menunjukkan Mulyasa, E. 2005. Implementasi
peningkatan hasil belajar IPA murid dan Kurikulum 2004. Bandung:
keaktifan murid dalam proses belajar Remaja Rosdakarya.
mengajar. Peningkatan hasil belajar Poerwadarminta, W. J. S.. 1996. Kamus
murid ditunjukkan dengan Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
meningkatnya skor yang diperoleh Balai Pustaka.
murid pada tes siklus II. Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sadiman, A. S.. 1984. Media
Pengajaran. Surabaya: Rajawali.

87
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dalam Upaya.... (Soalihin)

Sagala, Saiful. 2003. Konsep dan


Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Sudjana, Nana. 2002. Cara Belajar
Murid Aktif dan Proses Belajar-
Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar
Mengajar CBSA. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suryosubroto, B. 1997. Proses
Pembelajaran di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Undang-undang RI. Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Beserta Penjelasannya.
Bandung: Citra Umbara.

88

Anda mungkin juga menyukai