Anda di halaman 1dari 24

i

MAKALAH ABORTUS PADA KEHAMILAN


GADAR MATERNAL DAN NEONATAL
Dosen Pengampu : Nani Surtinah, SSiT., M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Sepfian Ady Utami Putri P27824216003
2. Pramayssela Ramadhani P27824216033
3. Mar’ah Istighfarini P27824216036
4. Akdin Nuraini P27824216038

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
2018

Kata Pengantar
i
ii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Abortus
pada Kehamilan” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Gadar Maternal dan
Neonatal di Prodi DIII Kebidanan Kampus Magetan. Dalam penyusunan makalah
ini penulis mendapat bimbingan dan pengarahan, untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Sulikah, SST., M.Kes, selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Kampus
Magetan
2. Ibu Nani Surtinah, SSiT.,M.Pd, selaku dosen mata kuliah Gadar Maternal

dan Neonatal.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Terimakasih.

Magetan, Maret 2018

Penulis

Daftar Isi
ii
Kata Pengantar...................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
iii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB 2 KONSEP TEORI...................................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Abortus..............................................................................................3
2.1.1 Pengertian..........................................................................................................3
2.1.2 Etiologi..............................................................................................................3
2.1.3 Patofisiologi......................................................................................................4
2.1.4 Klasifikasi.........................................................................................................4
2.1.5 Tanda dan Gejala Klinis....................................................................................7
2.1.6 Komplikasi........................................................................................................9
2.1.7 Penanganan.....................................................................................................10
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEBIDANAN....................................................................14
3.1 Konsep Teori Asuhan Kebidanan Abortus Inkomplet.............................................14
3.1.1 Pengkajian Data..............................................................................................14
3.1.2 Perumusan Diagnosa.......................................................................................18
3.1.3 Perencanaan.....................................................................................................18
3.1.4 Pelaksanaan.....................................................................................................19
3.1.5 Evaluasi...........................................................................................................19
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................................21
4.1 Kesimpulan............................................................................................................21
4.2 Saran......................................................................................................................21
Daftar Pustaka..................................................................................................................22

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi
pada kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat
menyebabkan berakhirnya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut. Secara
klinis, 10-15% kehamilan yang terdiagnosis berakhir dengan abortus
(Wiknjosastro, 2010). Keguguran/abortus merupakan masalah kesehatan
yang terjadi pada ibu hamil juga pada janin di dalam kandungan dimana usia
kehamilan kurang dari 22 minggu atau berat badan janin 1000 gr dan abortus
ini bisa terjadi karena kondisi ibu yang lemah, kehamilan yang tidak
diinginkan dan kehamilan di luar nikah.
Keguguran atau abortus sering terjadi adalah abortus inkompletus, dimana
janin yang dikandungnya sudah keluar sebagian dan sebagian lagi tinggal di
dalam rahim. Bila keguguran ini terjadi harus segera ditangani untuk
mengatasi perdarahan yang banyak yang dapat menyebabkan kematian pada
ibu (Manuaba, 2010). Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran
hasil kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini
janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan,
mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi karena jarangnya
janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup
terus, maka abortus dianggap sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin
mencapai berat 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
Pada periode 2004 sampai dengan 2007 terjadi penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) dari 307 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup. Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab
langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera
setelah pesalinan, yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%),
komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetrik
5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (Saiffudin, 2014).

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian abortus?
2. Apa etiologi terjadinya abortus?
3. Bagimana patofisiologi akibat abortus?
4. Apa saja klasifikasi dari abortus?
5. Bagimana tanda dan gejala abortus?
6. Apa komplikasi yang diakibatkan karena abortus?
7. Bagaimana penanganan dari abortus?
8. Bagaimana konsep teori asuhan kebidanan pada abortus inkomplit?
1.3 Tujuan
Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian abortus.
2. Untuk mengetahui etiologi terjadinya abortus.
3. Untuk mengetahui patofisiologi akibat abortus.
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari abortus.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala abortus.
6. Untuk mengetahui komplikasi yang diakibatkan karena abortus.
7. Untuk mengetahui penanganan dari abortus.
8. Untuk mengetahui konsep teori asuhan kebidanan pada abortus inkomplit.

BAB 2
KONSEP TEORI
3

2.1. Pengertian
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau usia
kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan (Saifuddin, 2014: 145).
2.2. Etiologi
Penyebab keguguran menurut Fraser dan Cooper (2009:274) kebanyakan
tidak diketahui, tetapi dapat meliputi hal berikut :
1. Berkaitan dengan janin. Jika penyebabnya sudah ditentukan, 50%
keguguran berkaitan dengan abnormalitas kromosom pada konseptus.
Abnormalitas structural dan genetic juga dikatakan sebagai penyebab
keguguran kehamilan.
2. Berkaitan dengan ibu. Keguguran spontan di awal kehamilan dapat
disebabkan oleh beberapa faktor maternal berikut ini :
a. Usia maternal : risiko meningkat sejalan dengan bertambahnya uia
ibu.
b. Abnormalitas struktur saluran genital meliputi retroversi uterus,
uterus bikornuat , dan fibroid.
c. Infeksi meliputi rubella, listeria, dan fibroid.
d. Penyakit maternal penatalaksanaan dan kontrol terhadap penyakit,
seperti diabetes, penyakit ginjal, dan disfungsi tiroid dapat
mengurangi risiko keguguran pada ibu yang mendrita penyakit
tersebut. Jika penyakit ini tidak dikontrol dengan baik, risiko
keguguran akan tetap tinggi.
e. Faktor lingkungan : konsumsi kopi dan alcohol yang berlebihan
disertai merokok, termasuk perokok pasif, telah terbukti dapat
meningkatkan risiko keguguran. Pajanan terhadap pelarut organik
meningkat kan kecenderungan terjadinya malformasi janin dan
keguguran.
f. Riwayat obstetrik sebelumnyamerupakan prediktor terjadinya
3
keguguran spontan. Multigravida secara signifikan beresiko lebih
4

besar dibandingkan primigravida, dan keguguran yang terjadi pada


kehamilan sebelumnya merupakan indicator resiko yang utama.
2.3. Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan
fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih
terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung
dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih
tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan
pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan
8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya
selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin
sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding
cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang
banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah
dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian.
Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam
yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri
lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai dengan
adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam. (Saifuddin,
2014)
2.4. Klasifikasi
Dikenal berbagai macam abortus sesuai dengan gejala, tanda dan proses
patologi yang terjadi menurut (Saifuddin, 2014 : 467-473).

1. Abortus Imminens
5

Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,


ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh
mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan
pervaginam. Ostium uterus masih tertutup, besarnya uterus masih sesuai
dengan umur kehamilan dan tes kehamilan urin masih positif. Untuk
menentukan prognosis abortus iminens dapat dilakukan dengan melihat
kadar hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes urin kehamilan
menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10. Denyut
jantung janin dan gerakan janin diperhatikan disamping ada tidaknya
hematoma retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis.
Ciri : perdarahan pervagina, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks
masih tertutup jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan
sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin,
dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan.
2. Abortus Inspisiens
Abortus yang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar
dan ortium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
perdarahan bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur
kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan usia kehamilan dengan
umur kehamilan dengan tes urin kehamilan masih positif. Pada
pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus yang masih sesuai
dengan umur kehamilan, gerak janin dan DJJ masih jelas walaupun sudah
mulai tidak normal, biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau
pembukaannya. Perhatikan pula ada tidaknya pelepasan plasenta dari
dinding rahim.
6

Ciri : perut terasa mulas karena kontraksi yang kuat dan sering,
perdarahan bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur
kehamilan, besar uterus sesuai umur kehamilan, tes urin kehamilan masih
positif, sudah ada pembukaan serviks.
3. Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri pada kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Semua
hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah sedikit. Besar uterus
tidak sesuai dengan umur kehamilan. pemeriksaan USG tidak perlu
dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada
pemeriksaan urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, pstium serviks sudah
menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
4. Abortus lnkomplitus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam
uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka
dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak
atau sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus.
Pasien dapat jatuh dalam keadaan syok hemoragik sebelum sisa jaringan
konsepsi dikeluarkan
Ciri : perdarahan yang banyak disertai kontraksi uterus, serviks terbuka,
sebagian jaringan keluar
5. Missed abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya
masih tertahan dalam kandungan. Pada penderita missed abortion
biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila pada
7

kehamilan diatas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru


merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan
sekunder pada payudara mulai menghilang.
Ciri : biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang
kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
6. Abortus Habitualis
Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Penyebab
abortus habitualis selain faktor anatomis banyak yang mengkaitkannya
dengan reaksi imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen
lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Bila reaksi terhadap
antigen ini rendah atau tidak ada, maka akan terjadi abortus. Salah satu
penyebab yang sering dijumpai ialah inkompetensia serviks yaiu keadaan
dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap bertahan
menutup setelah kehamilan melewati TM I, dimana ostium serviks akan
membuka (inkompeten) tanpa disertai rasa mulas / kontraksi rahim dan
akhirnya terjadi pengeluaran janin. Hal ini disebabkan oleh trauma
serviks yang berlebihan, robekan serviks yang luas sebingga diameter
kanalis servikalis sudah melebar
7. Abortus Infeksious, Abortus Septik
Abortus infeksiosus ialah abostus ang disertai infeksi pada genetalia.
Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada
peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau pritonitis).
Diagnosa ditegakkan dengan anamnesis yang cermat tentang upaya
tindakan abortus yang tidak menggunakan peralatan yang asepsis denga
didapat gejala dan tanda panas tinggi, tampak sakit dan lelah, takikardi,
perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar dan lembut
serta nyeri tekan.

2.5. Tanda dan Gejala Klinis


Menurut Manuaba (2012) beberapa macam abortus dan manifestasi klinis :
1. Abortus imminens
8

a. Terasa nyeri / kram ringan pada abdomen


b. Disertai perdarahan ringan, encer
c. Perdarahan bercak, dan sedang
d. Pemeriksaan dalam/spekulum:
1) Servik tertutup
2) Hegar
e. Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
f. Hasil konsepsi masih dalam uterus
g. Tes kehamilan positif
2. Abortus Insipien
a. Terasa nyeri / kram berat
b. Perdarahan banyak bahkan disertai gumpalan
c. Pemeriksaan dalam :
1) Servik membuka
2) Ketuban menonjol
3) Terasa kontraksi uterus berlanjut
d. Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
e. Belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi
f. Tes kehamilan mungkin masih positif
3. Abortus Inkomplit
a. Nyeri hebat
b. Perdarahan banyak
c. Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian
masih berada di dalam uterus
d. Pemeriksaan dalam :
1) Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa
2) Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam
e. Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
f. Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat
dipertahankan.
4. Abortus komplit
a. Nyeri perut sedikit
9

b. Ekspulsi total jaringan hasil konsepsi


c. Perdarahan sedikit
d. Pemeriksaan dalam
1) Servik terbuka sedikit terkadang sudah menutup
2) Jaringan kosong
3) Perdarahan minimal
e. Uterus besarnya kecil dari usia kehamilan
f. Tidak ada lagi gejala kehamilan dan tes kehamilan negatif
5. Abortus Tertunda (Missed Abortion)
a. Janin sudah meninggal dalam rahim tetapi tidak dikeluarkan selama 8
minggu atau lebih.
b. Tanpa ada rasa nyeri
c. Perdarahan bisa ada, bisa tidak
d. Payudara terasa mengecil
e. Hilangnya tanda – tanda kehamilan
f. Berat badan ibu menurun
g. Besar uterus lebih kecil dari umur kehamilan
2.6. Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi
dan syok, sebagai berikut (Walsh, 2008) :
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian tranfuse darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
2. Perforasi
Perfotasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperrentrofleksi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus
tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat
dengan suatu abortus yang tidak aman.
4. Syok
10

Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat.
2.7. Penanganan
Menurut Saifuddin (2014: 149-151) penatalaksaan pada pasien abortus
sebagai berikut :
1. Abortus Imminens
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang
mekanik berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan 2x sehari bila pasien tidak panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif mungkin janin
sudah mati. Pemeriksaan USG dilakukan untuk menentukan apakah
janin masih hidup.
d. Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3x30 mg. berikan

preparat hematinik misalnya Sulfas ferosus 600-1000 mg.


e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari minimal dengan antiseptic
untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan
coklat.
2. Abortus Insipiens
a. Jika usia kehamilan kurang dari usia 16 minggu, lakukan evakuasi
uterus dengan Aspirasi Vakum Manual (AVM). Jika evakuasi tidak
dapat segera dilakuakan :
1) Berikan Ergometrin 0,2mg secara IM (dapat diulang sesudah 15
menit jika perlu) atau Misoprostol 400mcg peroral (dapat diulang
sesudah 4 jam jika perlu)
2) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus.
b. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu :
1) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-
sisa hasil konsepsi.
2) Jika perlu, lakukan infuse 20 unit Oksitosin dalam 500ml cairan IV
(garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40
tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
11

3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.


3. Abortus Inkomplit
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam
ovum untuk mengeluarkan hail konsepsi yang keluar melalui serviks.
Jika perdarahan berhenti, beri Ergometrin 0,2mg secara IM atau
Misoprostol 400mcg peroral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan
kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan :
1) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan metode evakuasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan
jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
2) Jika evakuasi elum dapat dilakukan segera beri Ergometrin 0,2mg
secara IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau Misoprostol
400mcg peroral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
1) Berikan infuse Oksitosin 20 unit 500ml cairan IV. (garam
fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes
per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
2) Jika perlu berikan Misoprostol 200mcg pervaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800mcg).
3) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Abortus Komplit
a. Tidak perlu evakuasi lagi.
b. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi iu setelah penanganan.
d. Apabila terdapat anemia sedang, berika tablet sulfas ferrosus 600mg
perhari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfuse darah.
e. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
5. Missed Abortion
12

a. Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi


dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam
b. Bila kadar fibrinogen rendah, berika fibrinogen kering atau segar
sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks
dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi
serviks dengan dalatator hegar kemudian hasil konsepsi diambil
dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
d. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berika dietilstilbestrol 3 x 5 mg
lalu infuse oksitosin 10 IU dalam dektrose 5 % sebanyak 500 ml
mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi
uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila
tidak berhasil ulang infuse oksitosin seteah pasien sitirahat satu hari.
e. Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi
dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui
dinding perut.
6. Abortus Infeksiosa
a. Kasus ini berisiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila fasilitas
kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk
pasien ke rumah sakit.
b. Sebelum merujuk pasien lakukan restorsi cairan yang hilang dengan
NS atau RL melalui infus dan berikan antibiotika (misalnya :
Ampisilin 1 gr dan Metronidazole 500 mg)
c. Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT
d. Pada fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan
antibiotika berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi
pasien memadai, dapat dilakukan pengosongan uterus sesegera
mungkin (lakukan secara hati-hati karena tingginya kejadian
perforasi pada kondisi ini).
13

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN

3.1. Pengkajian Data


1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Umur
Usia seorang ibu nampaknya memiliki peranan yang penting dalam
terjadinya abortus. Semakin tinggi usia maka risiko terjadinya abortus
semakin tinggi pula. Hal ini seiring dengan naiknya kejadian kelainan
kromosom pada ibu yang berusia diatas 35 tahun. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah kejadian tumor leiomioma uteri pada ibu dengan usia
lebih tinggi dan lebih banyak sehingga dapat menambah risiko terjadinya
abortus(Fraser dan Cooper, 2009 : 274).
2) Pekerjaan
Ibu hamil yang bekerja sebagai petani, buruh pabrik, ahli di laboratorium,
kru maskapai penerbangan, polisi lalu lintas, tentara, juru masak, bahkan
pekerjaan sebagai karyawan atau sekertaris seringkali memiliki resiko
apabila yang bersangkutan harus duduk selama berjam-jam. Selain itu
stress juga berbahaya bagi kehamilan, karena bisa melemahkan kondisi
fisik dan mengganggu perkembangan janin (Fraser dan Cooper, 2009 :
274).
b. Keluhan utama
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid, sering
terdapat pula, raa mules, kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukan
kehamilan muda (Wiknjosastro, 2010: 304). Abortus memiliki gejala seperti
perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis (Saifuddin, 2014: 148).

14
14

c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan ibu
Ibu hamil dengan usia muda yang menderita penyakit seperti pneumonia,
typhus abdominalis, malaria, sifilis dapat menyebabkan abortus. Selain
itu ibu hamil yang menderita penyakit menahun seperti DM, hipertensi,
anemia dan kelainan anatomik dari uterus juga dapat menyebabkan
abortus(Manuaba, 2012:681).
2) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang diderita anggota keluarga baik dari pihak ayah maupun ibu
seperti penyakit infeksi dan menahun dapat menyebabkan ibu menjadi
karier sehingga berpotensi mengalami abortus (Manuaba, 2012:681 ).
d. Riwayat kebidanan
1) Haid
Gejala dari abortus yaitu didapat amenorea, sakit perut dan mules-mules,
perdarahan sedikit atau banyak. HPHT untuk menentukan usia kehamilan
(Mochtar, 2011).
2) Riwayat kehamilan
Setelah satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami
keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resiko meningkatnya 25%
(Saifuddin, 2014)
e. Pola kebiasaan
1) Nutrisi
Faktor-faktor yag menyebabkan terjadinya abortus yaitu malnutrisi,
avitaminosis, kekurangan vitamin A, C dan E (Mochtar, 2011).
2) Aktifitas
Olahraga mutlak dikurangi bila dijumpai sering mengalami keguguran,
persalinan belum cukup bulan, pada mereka yang memiliki riwayat
persalinan sulit, pada kasus infertilitas, usia saat hamil relatif tua, hamil
dengan perdarahan dan mengeluarkan cairan (Manuaba, 2012: 121).
15

3) Hubungan Seksual
Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan bila terdapat tanda
infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri atau panas, terjadi
perdarahan saat hubungan seksual, terdapat pengeluaran cairan (air) yang
mendadak, hentikan hubungan seksual pada mereka yang sering
mengalami keguguran, persalinan sebelum waktunya, mengalami
kematian dalam kandungan, sekitar 2 minggu menjelang persalinan
(Manuaba, 2012)
4) Psikososial
Biasanya pasien akan merasa kurang enak, pusing, nafsu makan
berkurang. Morning sickness, mual muntah. Emesis gravidarum-
hiperemesis gravidarum. (Manuaba, 2012: 681)
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Pada pasien dengan abortus keadaan umumnya masih baik dan biasanya
dapat beradaptasi dengan rasa nyeri perut. Pasien yang mengalami syok
wajah tampak pucat, berkeringat hingga mengalami pingsan. Pada
umumnya TTV pada pasien abortus normal. Sedangkan pada pasien yang
mengalami syok tekanan darah sistolik < 90mmHg, Nadi < 112 x/menit
(Saifuddin, 2014 : 148)
b. Pemeriksaan fisik
1) Muka
Normal, tidak sembab, ada cloasma gravidarum. Tidak pucat sampai
pucat. (Manuaba, 2012: 683)
2) Mata
Membran mukosa pucat menandakan anemia (Walsh, 2012:114)
3) Abdomen
TFU sesuai usia kehamilan (Manuaba, 2012 : 683).
4) Genetalia
Pada pemeriksaan inspeksi terdapat perdarahan pervaginam atau flek-
flek. Terdapat hasil konsepsi bila mengalami abortus komplet dan
inkomplet. (Manuaba, 2012: 683)
c. Pemeriksaan khusus
16

1) Pemeriksaan inspekulo
Pada pemeriksaan inspekulo terdapat perdarahan dari cavum uteri,
osteum uteri terbuka atau sudahtertutup. Ada atau tidak jaringan keluar
dari ostium. Ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium. Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
(Walsh, 2012:115)
2) Bimanual
Tanda hamil muda : tanda hegar dan tanda piskacek. (Manuaba, 2012:
683)
d. Pemeriksaan penunjang
Menurut Manuaba (2012:683) pemeriksaan penunjang yang dilakukan
sebgai berikut:
a) Pemeriksaan Ultrasonografi : menentukan kantong gestase, fetal plate
(pool) dan DJJ.
b) Pemeriksaan laboraturium rutin : darah lengkap, golongan darah,
pemeriksaan lain jika perlu.
c) Tes kehamilan berdasarkan peningkatan betha human
coriogonadothropin.
e. USG
Pemeriksaan USG dilakukan bila ragu dengan diagnosa klinik (Saifuddin,
2014:241).
3. Analisa Data
Setelah diperoleh data yang akurat langkah selanjutnya yaitu analisa data.
Analisa data menurut Kepmenkes No. 938/2007 merupakan hasil dari
pengumpulan semua informasi yang akurat, relevan, dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisis klien. Bidan menganalisa data yang
diperoleh pada pengkajian, menginterprestasikannya secara akurat dan logis
untuk menengakkan diagnosa dan masalah yang tepat.
17

3.2. Perumusan Diagnosa


Diagnosa : G… P… UK... Minggu dengan abortus inkomplet.
Dengan masalah potensial :
1. Anemia akibat perdarahan.
2. Infeksi
3.3. Perencanaan
Diagnosa : G….P…. UK…. Minggu dengan abortus inkomplet.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan fetus
sudah dapat dikeluarkan dan tidak terjadi komplikasi.
Kriteri hasil :
1. Fetus sudah dapat dikeluarkan
2. Tidak ada komplikasi
3. Tidak terjadi perdarahan
4. TTV dalam batas normal
Intervensi menurut Saifuddin (2014) adalah :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum
untuk mengeluarkan hail konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika
perdarahan berhenti, beri Ergometrin 0,2mg secara IM atau Misoprostol
400 mcg peroral.
Rasional : Merangsang kontraksi uterus
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan

kurangdari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi.


Rasional : Mengidentifikasi keadaan janin
3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Berikan infuse Oksitosin 20 unit 500ml cairan IV. (garam fisiologik
atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit
R/ membantu ekspulsi hasil konsepsi.
b. Jika perlu berikan Misoprostol 200mcg pervaginam setiap 4 jam
sampaiterjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800mcg).
R/ membantu ekspulsi hasil konsepsi
c. Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
R/ Mencegah perdarahan
18

d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.


R/ Mengobservasi keadaan ibu
3.4. Pelaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011), Bidan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien, dan aman berdasarkan
evidance based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi,
dan rujukan.
Kriteria pelaksanaan rencana asuhan kebidanan adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural
2. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan
atau keluarganya (inform consent)
3. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4. Melibatkan klien atau pasangan dalam setiap tindakan
5. Menjaga privasi klien/pasien
6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7. Mengikuti perkembangan kondisi klien
8. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9. Melakukan tidakan sesuai standar
10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
3.5. Evaluasi
Menurut Kemenkes RI (2011), evaluasi ditulis dalam bentuk catatan
perkembangan SOAP, yaitu:
S: adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O: adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A: adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P:adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi/follow up dan rujukan.
19

Petugas,
TTD
(Nama terang)
20

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus dapat meningkatkan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia.
Penyebab terjadinya abortus dari ibu adalah faktor usia ibu, abnormalitas
saluran genital, penyakit maternal, dan faktor lingkungan, sedangkan dari
janin disebabkan oleh abnormalitas struktur dan genetiknya.
4.2 Saran
Ibu hamil seharusnya melakukan ANC teratur untuk mendeteksi apabila ada
kelainan pada kehamilannya dapat segera ditangani secara dini. Bidan harus
memberikan asuhan sesuai dengan kewenagannya untuk itu manajemen
kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang mendasar bagi
bidan untuk memecahkan masalah klien dalam berrbagai kasus.

21
21

DAFTAR PUSTAKA

Fraser dan Cooper. 2009. Buku Ajar Bidan Myles Edisi 14 (Sri Rahayu). Jakarta:
EGC.

Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan RI No


928/Menkes/SK/VIII/2007. Tentang Standart Asuhan Kebidanan. Jakarta:
Kemenkes

Manuaba. Ida Bagus. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi.Jakarta : EGC

Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Walsh, Linda V. 2012. Buku Ajar KebidananKomunitas. Jakarta EGC

Wiknjosastro H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono


Prawirohardjo.

22

Anda mungkin juga menyukai