A. PENGERTIAN
Standar asuhan keperawatan intensif adalah acuan minimal asuhan keperawatan yang
harus diberikan oleh perawat di Unit/Instalasi Perawatan Intensif.
B. PENGKAJIAN
F. EVALUASI
Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan dan merupakan dasar
pertimbangan yang sistematis untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan dan
sekaligus merupakan alat untuk melakukan pengkajian ulang dalam upaya melakukan
modifikasi/revisi diagnosa dan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan setiap akhir
tindakan pemberian asuhan yang disebut sebagai evaluasi proses dan evaluasi hasil
yang dilakukan untuk menilai keadaan kesehatan klien selama dan pada akhir
perawatan. Evaluasi dicatat pada catatan perkembangan klien.
G. DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Adalah catatan yang berisi data pelaksanaan tindakan keperawatan atau respon klien
terhadap tindakan keperawatan sebagai pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan
terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan perawat kepada pasien dan kebijakan.
PENDAHULUAN
Pasien yang memerlukan perawatan di Unit Perawatan Intensif adalah pasien dengan
kondisi kritis. Perawat berperan penting dalam merawat pasien kritis dengan penyakit
tertentu dan atau tindakan pembedahan yang menimbulkan kegagalan fungsi pernafasan.
Penyakit yang dimaksud antara lain gangguan sistem pernafasan, kardiovaskuler,
neurology, gastrointestinal, urinaria dan tindakan pembedahan terutama pembedahan
dengan anestesi umum serta pasien dengan gagal multi organ.
Mengingat banyaknya “Standar Asuhan Keperawatan Intensif”, maka pada tahap awal ini
hanya akan diuraikan asuhan keperawatan pasien dengan penggunaan ventilasi mekanik
dan gangguan hemodinamik. Kesempatan berikutnya akan dilanjutkan dengan uraian
kasus-kasus utama yang dirawat di ruang-ruang intensif berdasarkan survei di beberapa
rumah sakit di seluruh Indonesia. Uraian ini akan dibuat dalam buku edisi tersendiri.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KRITIS DENGAN BANTUAN
VENTILASI MEKANIK
PENGERTIAN
Standar asuhan keperawatan pasien dengan penggunaan ventilasi mekanik adalah standar
asuhan keperawatan pada setiap pasien kritis yang mengalami ketidakmampuan bernafas
spontan/normal dan membutuhkan Alat Bantu Napas (ABN).
PENGKAJIAN
Keadaan Umum : Sesak napas, sering pusing/sakit kepala, sesak napas saat
bicara, sering terbangun malam karena sesak, mudah capek,
sesak napas saat beraktifitas
Status Neurologi : Reflek cahaya menurun, ukuran pupil > 2 mm, penurunan
kesadaran dari apatis sampai koma
Pemeriksaan Penunjang
EKG : Disrytmia
Laboratik : Nilai analisa gas darah: PH < 7,35 atau > 7,45, PaO2 < 60
mmHg, PaCO2 > 55 mmHg, HCO3 < 20 dan BE < -2,5
Spirometri : Obtruksi aliran udara ekspirasi, tidal volume < 10-15 kal.BB
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan, kelemahan otot
pernafasan, penurunan ekspansi paru.
2. Bersihan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya benda asing pada trachea,
batuk tidak efektif produksi sekresi paru meningkat.
8. Tidak efektifnya respon proses penyapihan ABN (Weaning) b/d ketergantungan ABN,
Malnutrisi.
9. Resiko gangguan perfusi cerebral berhubungan dengan adanya oklusi pembuluh darah
cerebral.
10.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, pertahanan primer yang tidak
adekuat.
Kolaborasi :
1. Lakukan phisioterapi dada sesuai
indikasi: postural drainase, perkusi,
vibrasi
2. Berikan bronkodilator dan sesuai
program
3. Bantu dengan fiberoptic
bronkoskopy jika diindikasikan
2 Pola nafas tidak efektif Mempertahankan 1. Kaji ulang penyebab gagal
berhubungan dengan : pola nafas efektif pernafasan
- Fatique melalui ventilator 2. Observasi pola nafas atau monitor
- Perubahan ratio O2/CO2 dengan kriteria : usaha nafas klien dan bandingkan
- Fatique dengan data pada “patient display”
Data objektif : - Peningkatan kerja 3. Auskultasi dada secara periodik
- Dyspnea pernafasan tidak cacat dan atau tidak ada kualitas
- Peningkatan kerja ada bunyi nafas, wheezing, ekspirasi
pernafasan - Tidak ada memanjang dan juga simetrisitas
- Penggunaan otot bantu penggunaan otot gerakan dada
nafas bantu pernafasan / 4. Pastikan bahwa pernafasan sesuai
- Tampak capek (tired) retraksi dengan ventilator atau tidak ada
- Cianosis - Tidak ada Cianosis perlawanan (fighting)
- Penurunan PaO2 < 60 - Analisis gas darah 5. Isi balon pipa trachea / endotrachea
mmHg dan peningkatan PH : 7,35 - 7,45 sesuai kebutuhan sehingga tidak
PCO2 > 55 mmHg PaCO2 : 35 - 45 bocor
- Peningkatan kegelisahan mmHg 6. Siapkan alat-alat resusitasi dekat
dan ketakutan PaO2: 80-90 mmHg dengan tempat tidur klien dan
SaO2 : 95-100 % lakukan ventilasi manual bila
BE : -2,5 - 2,5 diperlukan
- Nadi : 60-100x/mnt
- TD : 90/60 - 120/90 Kolaborasi :
mmHg 1. Setting ventilator dan sinkronkan /
- RR : 16-22 x / menit sesuaikan dengan pola ventilator
sesuai kondisi klien
2. Observasi konsentrasi O2 (FiO2)
yang diberikan
3. Volume tidak 8-15 cc/kg/BB untuk
pasien PPOK 6-8 ml/kg/BB atau
sesuaikan dengan daya kumbang
paru untuk meminimalkan
terjadinya AUTO PEEP dan cacat
perubahan dari pemberian volume
yang terbaca pada komputer
ventilator tombol “patient display”
4. Cacat tekanan dan monitor
gelombang tekanan jalan nafas
5. Monitor ratio Inspirasi : Ekspirasi
(I:E normal 1:2) untuk PPOK
Ekspirasi diperpanjang 1:3
6. Jamin kelembaban dan temperatur
udara inspirasi dan minimal cek
setiap 4-8 jam
7. Set dan cek alarm ventilator
3 Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas Mandiri :
b.d adekwat : 1. Kaji status pernafasan secara
- Penurunan Kriteria evaluasi : periodik, catat adanya perubahan
pengembangan paru - Tidak menggunakan pada usaha dan tingkatan hipoksia
- Penurunan luas paru otot bantu 2. Perhatikan suara nafas dan adanya
efektif untuk pertukaran pernafasan suara tidak normal, ronkhi, suara
gas - Ronkhi atau crakles nafas menurun
- Pemupukan cairan di berkurang-hilang 3. Kaji sianosis
alveoli - Tanda-tanda vital 4. Observasi penurunan kesadaran,
normal : apatis, tidak ada perhatian, gelisah
Data : RR: 16-24x/mnt bingung, somnolen
- Pernafasan cepat dan Nadi: 60-100x/mnt 5. Auskulatasi irama dan bunyi
dangkal TD: 90/60 mmHg jantung
- Sianosis - AGD normal : 6. Buat klien dapat beristirahat secara
- Suara nafas menurun pH:7,35-7,45 periodik dan jaga ketenangan
- Ronkhi mmHg lingkungan
- Rontgen paru PaCO2 : 35 – 45 7. Posisikan klien fowler atau
- Kadar PaO2 < 60 mmHg mmHg semifowler
PCO2 > 55 mmHg, PaO2: 80 - 100 8. Ajarkan dan motivasi terus untuk
PH < 7,35 mmHg melakukan latihan pernafasan
BE: -2,5 - +2,5 pursed lip
Sat O2: 90-100 % 9. Lakukan balance cairan setiap 1-2
jam kemudian 3-4 jam
10. Monitoring SaO2 dengan “Pulse
Oximetry”
Kolaborasi :
1. Awasi/batasi pemberian cairan baik
oral maupun parenteral
2..Monitor ventilator
3. Observasi FiO2
4. Pastikan humiditas O2 inspirasi
adequate
5. Monitor kadar PO2 dan PCO2
6. Berikan pressure support atau
PEEP sesuai program
7. Pemeriksaan Analisa Gas Darah
(AGD)
8. Monitor rontgen paru secara
berkala
9. Berikan obat-obatan sesuai
program: steroid, antibiotik
4 Gangguan komunikasi Memenuhi kebutuhan 1. Kaji kemampuan komunikasi klien
verbal berhubungan komunikasi dengan untuk pola komunikasi pengganti
adanya pemasangan kriteria : 2. Kembangkan komunikasi yang
Endrotraheal tube dan 1. Klien dapat mudah dimengerti misalnya kontak
ventilasi mekanik mengungkapkan mata, pertanyaan ya / tidak, kertas
keinginannya / + spidol / pensil, daftar objek atau
Data objektif :
keluhannya isyarat / gerakan
Klien terpasang
2. Hubungan 3. Pertimbangkan bentuk komunikasi
endrotrakheal tube dan
terapeutik perawat- saat memasang klien dapat
ventilasi mekanik
klien, klien menggunakan (lampu / bunyi) dan
keluarga dan teman perawat secepatnya akan
3. Klien kooperatif membantu kebutuhan klien
pada program 4. Berikan bel yang dapat diraih dan
pengobatan dan pastikan klien dapat
perawatan menggunakannya (lampu / bunyi)
dan perawat secepatnya akan
membantu kebutuhan klien
5. Beri tanda bahwa klien mengalami
gangguan komunikasi verbal
6. Beri waktu pada keluarga satu
orang yang dekat dengan klien dan
ajarkan cara-cara komunikasi yang
sudah dipahami klien
5 Resiko / aktual infeksi Infeksi tidak terjadi Mandiri :
(saluran pernafasan) b.d 1. Kaji faktor resiko timbulnya
- Penurunan pertahanan Kriteria : infeksi: intubasi, pemasangan
tubuh primer / sekunder Tanda-tanda vital ventilator (ABN) yang lama,
- Tindakan invasive normal pertahanan tubuh yang lemah,
- Penyakit kronis / - TD 90/60-140/90 malnutrisi, infeksi, prosedur
malnutrisi mmHg invasive
- Aspirasi - Nadi 60-100x/mnt 2. Observasi warna, bau dan
- Pernafasan 12-22 karakteristik sputum, perhatikan
Data :
x/mnt drainase sekitar selang trakeostomi
- TD 120/80 mmHg o
- Suhu 36-37 C jika ada
- N 88x/mnt, suhu 37oC
- Jumlah leukosit 3. Auskultasi bunyi paru secara
PI 5x/mnt tipe assist-
antara 500 – periodik
control
10.000 UI 4. Kurangi resiko terjadinya infeksi
- Jumlah leukosit 9.000 UI
nosokomial dengan cara cuci
- Pasien terpasang alat
tangan yang adekuat, lakukan
invasive, intubasi
pengisapan secret melalui
mekanik, kateter, infuse,
endotracheal / nasotracheal dengan
CVP
prinsip steril ataupun prosedur
invasive lain
5. Lakukan teknik pengisapan secret
pernapasan / suction yang tepat
untuk mencegah secret yang
terkumpul di rongga mulut / trakea
6. Latih nafas dalam dan batuk efektif
7. Lakukan fisiotherapi dada, perkusi,
vibrasi, postural drainase sesuai
program
8. Ajarkan keluarga untuk tidak
menyentuh peralatan invasive,
mencuci tangan sebelum bertemu
klien
9. Ajarkan klien untuk membuang
secret pada tempatnya
10.Siapkan isolasi jika diperlukan
11.Pertahankan asupan cairan yang
adekuat 40-50 cc/kg/BB 24 jam
atau sesuai dengan toleransi tubuh
klien
12.Berikan nutrisi perenteral setiap
kalinya tidak lebih dari 300 cc
13.Posisikan klien semifowler selama
30 mnt setiap kali selesai
memberikan makanan
14.Monitoring penumpukan cairan di
selang ventilator (ABN), buang
secara berkala
Kolaborasi :
1. Lakukan kultur sputum sesuai
program
2. Berikan pengobatan sesuai
program
6 Resiko / actual program Program penyapihan Mandiri :
penyapihan yang dapat optimal 1. Kaji kondisi fisik yang
memanjang b.d mempengaruhi proses penyapihan :
- Gangguan istirahat Kriteria : - Nadi dan irama jantung yang
- Kelemahan umum / - Usaha nafas stabil, TD dan suara nafas
keterbatasan energi adekuat vesikuler, peningkatan suhu
- Nyeri / ketidaknyamanan - Analisa gas darah tubuh
- Penurunan motivasi dalam batas - Pasien sudah ada usaha nafas
- Lingkungan yang tidak normal (terlihat pada trigger sensitivity
mendukung (support / - PH 7,35 - 7,45 ABN)
monitor yang adekuat) - PaO2 80-100 - Status nutrisi dan kekuatan otot
mmHg - Tentukan kesiapan kondisi
Data : - PaO2 35-45 psikologis klien
- Gelisah mmHg 2. Jelaskan pada pasien tentang
- Kekuatan otot - BE =/- 2,5 tujuan, syarat dan cara weaning
- Usaha nafas klien +/- - Sat O2 93-100 % seperti : T Piece, SIMV + Pressure
- Penurunan volume tidak - Pernafasan normal Support, CPAP + pressure support
ada atau minimal dan volume 3. Kontrak dengan pasien akan
>/=5cc/kg/BB adekuat dimulai weaning
- Takipnea tidak ada - Peningkatan energi 4. Berikan istirahat yang optimal fase
- Kegagalan weaning + - Peningkatan tidur yang tidak diganggu dan
kekuatan otot hindari prosedur yang
mencemaskan yang tidak
diperlukan
5. Evaluasi dan dokumentasikan
perkembangan klien. Catat adanya
ketidakmampuan beristirahat,
perubahan TD, nadi, pernafasan,
penggunaan otot, pernafasan
tambahan, ketidaksinkronan
pernafasan dengan ventilator
(ABN) / perubahan pola nafas dan
informasikan hasil observasi
kepada pasien : bila baik
tingkatkan weaning dan bila
kurang baik berikan istirahat /
tunda dulu
6. Informasikan program weaning
kepada keluarga / teman dekat
pasien dan anjurkan supaya
keluarga / teman memberi support
kepada pasien
7. Berikan reinforcement positif atas
keberhasilan pasien akan program
weaning
Kolaborasi :
1. Konsul dengan ahli gizi tentang
kecukupan asupan gizi klien
2. Monitor sel darah putih, albumin
dan prealbumin serum, transfering,
Fe, Na, K, PO4
3. Lakukan rontgen dan AGD
berkala
PENGERTIAN
Asuhan keperawatan pada pasien kritis yang mengalami gangguan hemodinamik seperti
pada kasus kardiogenik syok, hipovolemik syok dan septic syok sebagai contoh akan
diuraikan asuhan keperawatan pasien dengan syok hipovolemik dan kardiogenik.
PENGKAJIAN
Hal yang perlu dikaji pada pasien syok hipovolemik dan kardiogenik adalah :
Pemeriksaan Penunjang
BAB III
KOMPONEN PENGEMBANGAN JENJANG KARIR PROFESIONAL PERAWAT
KLINIK
1. Tanggungjawab Individu
a. Membuat perencanaan karir jangka panjang untuk membantu
mengembangkan karir dirinya melalui evaluasi kekuatan dan kelemahan diri,
penetapan tujuan, kesempatan karir, dan memanfaatkan kegiatan
pengembangan.
b. Memanfaatkan bantuan dalam pembinaan karir jangka panjang.
c. Menjadikan perencanaan karir sebagai suatu proses yang berjalan secara
terus menerus yang dilaksanakan dengan sadar dan teliti.
d. Mempunyai komitmen pengembangan pribadi dan pengembangan karir.
2. Tanggungjawab Institusi Pelayanan Kesehatan
a. Manajer institusi harus menciptakan jalur karir dan kenaikan pangkat,
berupaya mencocokan lowongan kerja dengan orang yang tepat, meliputi
mengkaji kinerja dan potensi karyawan agar dapat memberi bimbingan karir
dan pendidikan serta pelatihan yang paling tepat.
b. Tanggungjawab Pengelola :
1) Mengintegrasikan kebutuhan → keterpaduan → rencana kebutuhan
2) Menetapkan jalur karir
3) Menyebarluaskan informasi karir
4) Menginformasikan lowongan kerja
5) Melakukan pengkajian karyawan
6) Menyediakan penugasan menantang
7) Memberikan dukungan dan dorongan
8) Menyusun kebijakan kepegawaian karyawan
9) Menyediakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
3. Tanggungjawab Institusi Pendidikan
a. Mempersiapkan peserta didik agar mempunyai kompetensi sesuai dengan
yang ditetapkan dalam kurikulum pendidikan.
b. Melakukan survey ke pengguna lulusan untuk mengetahui kesesuaian
kompetensi lulusan dengan kebutuhan masyarakat.
c. Menanamkan tanggungjawab tentang perencanaan karir individu.
d. Mengkoordinasikan antara institusi pendidikan dengan pelayanan.
e. Menanamkan “life long learning” serta pendidikan menyiapkan peserta didik
untuk menghargai / apresiasi profesi.
4. Tanggungjawab Profesi
a. Menetapkan pola karir termasuk system penghargaan, memberlakukan dan
memantau & menilai pelaksanaannya.
b. Menetapkan, memberlakukan, memantau / menilai program sertifikasi
melalui pendidikan berkelanjutan.
c. Memberikan advokasi pengembangan karir.
d. Mendorong iklim kerja yang kondusif untuk pengembangan karir.
e. Menetapkan, memberlakukan serta memantau dan menilai system
remunerasi.
5. Tanggungjawab Pemerintah (Pusat / Daerah)
a. Mensahkan pemberlakuan pola karir yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
b. Mengkoordinasikan advokasi, konsultasi, asisten pola karir dan sistem
penghargaan.
c. Melakukan bimbingan dan evaluasi
B. MEKANISME PENGEMBANGAN KARIR PROFESIONAL PERAWAT
KLINIK
Individu Penerapan
Perawat Promosi
Institusi Pola
Pendidikan Karir Sertifikat Remedial (
Upaya
Perbaikan)
Pemerintah Mengesahkan
Pola Karir
Uji Ulang
3 kali
Promosi Sesuai
Jenjang Karir
Tidak
Lulus
Tk. PK
Tetap
D. REMUNERASI
Agar jenjang karir dapat dilaksanakan secara optimal harus didukung oleh sistem
remunerasi. Setiap kenaikan dari satu jenjang karir ke jenjang yang lebih tinggi perlu
diikuti dengan pemberian remunerasi sesuai dengan kinerja pada setiap jenjang.
Imbalan yang terkait dengan jenjang karir ini perlu direncanakan secara mantap dan
terakreditasi dalam sistem pelayanan kesehatan secara menyentuh khususnya dalam
sub sistem penghargaan. Sistem penghargaan atau pemberian imbalan ini dalam
perencanaan dan dasar penyusunan besarnya nominal/imbalan jasa perawat dapat
mengacu pada komponen-komponen yang ada pada pola tarif pelayanan kesehatan.
Pelaksanaannya perlu memperhatikan kemampuan institusi, kemampuan daerah yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat.
Jenjang karir professional perawat klinik harus dievaluasi secara konsisten dan
terstruktur dan mencakup beberapa komponen yang meliputi :
1. Evaluasi Kompetensi Asuhan Keperawatan
2. Evaluasi Penampilan Kerja
3. Evaluasi Pengetahuan Profesional
4. Evaluasi Komunikasi dan Koordinasi
5. Evaluasi Kompetensi Manajemen
6. Evaluasi Manajemen Riset
Selanjutnya evaluasi pengembangan sistem jenjang karir professional perawat klinik
akan dilakukan oleh lembaga yang terakreditasi atau ditetapkan berdasarkan
kebijakan.
BAB IV
MASA PERALIHAN
Bagi lulusan SPK hingga tahun kelulusan 1998, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Lulusan dengan pengalaman < 10 tahun adalah PK I, dan > 10 tahun PK II.
Challenge test :
a. Lulus
b. Tidak lulus (diulang 3x) dan bila tidak berhasil maka tidak masuk dalam PK
2. Memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal bagi yang mau dan
mampu untuk memasuki jenjang PK yang lebih tinggi.
BAB V
Penyusunan kompetensi perawat klinik didasarkan pada tiga ranah kompetensi yang
mencakup :
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
adalah kemampuan perawat untuk melaksanakan tindakan keperawatan sesuai standar
profesi keperawatan, berdasarkan kode etik keperawatan, mentaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta memperhatikan budaya dan adat istiadat
klien / pasien.
2. Manajemen dan pemberian asuhan keperawatan
adalah serangkaian kemampuan dalam mengelola dan memberikan asuhan
keperawatan kepada klien / pasien.
3. Pengembangan profesional
adalah kemampuan perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diri
serta keilmuan keperawatan.
Pengelompokan perawat klinik dibagi dalam lima kategori, yaitu Perawat Klinik I (PK I);
Perawat Klinik II (PK II); Perawat Klinik III (PK III); Perawat Klinik IV (PK IV);
Perawat Klinik V (PK V). Secara umum PK I sampai dengan PK II disetarakan dengan
kompetensi perawat generalis (umum). Perbedaan dari PK I dan PK II didasarkan pada
tingkat kedalaman dari ketiga ranah kompetensi. Sedangkan PK III memiliki kemampuan
ketrampilan khusus (sertifikasi). Kompetensi PK IV setara dengan perawat spesialis I
(Sp 1) dan PK V setara dengan perawat spesialis II (Sp 2).
PENUTUP
Sebagai tindak lanjut pedoman ini diperlukan beberapa hal untuk segera dikembangkan
oleh pihak-pihak yang terkait, meliputi: 1). Program sertifikasi, 2). Standar kompetensi,
3). Sistem uji kompetensi, 4). Pola imbal jasa, dan 5). Mekanisme penataan jenjang karir
di masa transisi / peralihan.