PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
1.4.2.2 Bagi penulis agar dapat menambah wawasan mengenai
sistem ketatanegaraan RI menurut Pancasila dan UUD 1945
serta dinamika pelaksanaan UUD 1945.
3
BAB II
ISI
2.1.1 Negara
1. Sifat memaksa
2. Sifat monopoli
a. Negara menetapkan tujuan bersama dari masyarakat.
b. Dalam batas tertentu dan berdasarkan aturan tertentu, negara
dapat menyatakan suatu aliran kepercayaan atau aliran politik
dilarang karena bertentangan dengan pandangan hidup bangsa.
c. Negara mengatasi paham perseorangan dan paham golongan.
4
d. Negara menetapkan mata uang, penetapan pajak,
kewarganegaraan, dan sebagainya.
3. Sifat mencakup semua
a. Kekuasaan mengatur yang dimiliki negara berlaku untuk semua
orang yang termasuk Warga Negara Indonesia, sehingga tidak
ada yang mendapatkan perlakuan khusus atau istimewa.
2. Wilayah
Wilayah adalah daerah teritorial tertentu sebagai tempat kedudukan
suatu negara, dalam mana kekuasaan negara berlaku atas seluruh
penduduk yang bertempat tinggal menetap di dalam daerah
teritorial tersebut. Terdapat tiga batas wilayah laut di Indonesia,
yaitu batas laut teritorial sejauh 12 mil dari garis dasar, batas
landasan kontingen sedalam 200 meter, dan batas zona ekonomi
eksklusif sejauh 200 mil dari garis dasar ke arah laut bebas.
3. Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang mengatur, menyelenggarakan
dan melaksanakan kekuasaan negara. Pemerintah yang berdaulat
bermakna pemerintah yang mempunyai kekuasaan tertinggi kekuasaan
yang tidak berada dibawah kekuasaan lainnya. Terdapat kedaulatan
kedalam yang berarti kekuasaan tertingi untuk mengatur rakyatnya
5
sendiri, dan kedaulatan keluar yang berarti kekuasaan tertinggi yang
harus dihormati oleh negara-negara lain. Kedaulatan sendiri akan
membawakan sifat-sifat seperti: asli atau tidak diturunkan dari
kekuasaan lain, tertinggi yang berarti tidak ada kekuasaan lain yang
lebih tinggi, abadi yang bermakna kekal keberadaannya tetap, dan
tidak dapat dibagi, dimana hanya ada satu kekuasaan tertingi dalam
negara.
4. Pengakuan Internasional
Pengakuan internasional dapat dibedakan menjadi pengakuan secara
de facto dan de jure. Pengakuan de facto adalah pengakuan dari
negara lain akan adanya unsur-unsur negara, sedangkan pengakuan de
jure adalah pengakuan suatu negara secara resmi berdasarkan hukum
dan segala konsekuensinya. Pengakuan de jure bersifat tetap dan
penuh.
Indonesia merupakan sebuah negara kesatuan dilihat dari segi susunannya
yaitu negara yang bersusun tunggal, baik dilihat dari segi penduduknya,
wilayahnya, maupun pemerintahan dan kekuasaannya. Sedangkan
berdasarkan penunjukkan atau pengangkatan kepala negaranya, Indonesia
merupakan Negara Republik yaitu negara yang kepala negaranya ditunjuk
dan atau diangkat berdasarkan pemilihan.
6
2. Eksekutif yaitu menyelenggarkan kekuasaan negara
(dilaksanakan Presiden)
3. Legislatif yaitu membentuk undang-undang (dilaksanakan
Presiden dengan persetujuan DPR )
4. Kontrol yaitu mengawasi tindakan Presiden (dilaksanakan DPR)
5. Yudikatif yaitu menyelenggarakan kekuasaan Kehakiman
(dilaksanakan MA)
6. Auditif atau inspektif yaitu menyelenggarakan pemeriksaan atas
tanggungjawab keuangan negara (dilaksanakan BPK)
2.1.2 Sistem ketatanegaraan berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945
a. Berdasarkan Pancasila
Kata pancasila berasal dari bahasa Sansekerta, yakni bahasa
sansekerta Pancasila mempunyai 2 arti: Panca yang berarti lima, dan
Sila yang berarti sandi, alas, atau dasar atau bisa juga berarti
peraturan, tingkah laku yang penting, baik, dan senonoh. Dengan
kata lain, Pancasila adalah lima nilai luhur yang ada dan
berkembang bersama bangsa Indonesia sekaligus penggerak
perjuangan bangsa pada masa kolonialisme. Hal ini sekaligus
menjadi warna dan sikap pandangan hidup bangsa Indonesia hingga
secara formal pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkan menjadi
Dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila merupakan jiwa
seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, dasar
Negara dan sebagai sistem filsafat. Di samping itu, pancasila
merupakan tujuan hidup bangsa Indonesia. Pancasila juga
merupakan pandangan hidup, kesadaran, cita-cita moral yang
meliputi kejiwaan dan watak yang berurat akar di dalam
kebudayaan bangsa Indonesia. Pancasila sudah merupakan
pandangan hidup dan sebagai dasar Negara yang berakar dalam
kepribadian bangsa maka dia diterima sebagai dasar Negara yang
mengatur ketatanegaraan. Hal ini tampak pada sejarah meskipun
dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam tiga
7
buah UUD yang pernah kita miliki Pancasila selalu dikukuhkan
dalam kehidupan konstitusional. Pancasila selalu menjadi pegangan
bersama pada saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman
eksistensi bangsa kita yang merupakan sejarah bahwa pancasila
memang selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesia. Seperti yang
kita tahu, pada sila keempat yaitu “ Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”
tercermin bahwa Indonesia adalah Negara yang menganut prinsip
demokrasi dalam sistem ketatanegaraan nya, hal ini terlihat dari cara
pemilihan pejabat Negara seperti presiden, gubernur dan pejabat
Negara lainnya.
b. Sistem Ketatanegaraan Menurut Undang- Undang Dasar 1945
8
berada di tangan rakyat. Selain itu terdapat pula sistem Distribution of
Power yaitu pembagian kekuasaan secara vertikal.
9
2. Bagan sesudah amandemen UUD 1945
UUD 1945
MPR
BPK Presiden dan
DPD DPR MA, MK dan KY
Wakil Presiden
Dinamika pelaksanaan UUD 1945 juga terjadi pada masa orde lama. Masa
orde lama berlangsung dari 5 Juli 1959 hingga tangga 11 Maret 1966. Sejak
dikeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, maka UUD 1945
kembali berlaku di Indonesia setelah sebelumnya sempat berganti menjadi
10
UUD RIS dan UUD S 1950. Secara yuridis formal, UUD 1945 berlaku sebagai
hokum dasar tertulis. Namun, dalam pelaksanaannya, ketatanegaraan Indonesia
tidak melaksanakan makna dari UUD 1945 tersebut. Semenjak saat itu, orde lama
dikuasai dengan banyak ideology komunisme dan banyak terjadi penyimpangan
ideologi dalam pelaksanaan kebijaksanaan negara.
Puncak dari kekuasaan orde lama ditandai dengan adanya G30S/PKI yang
dapat digagalkan oleh golongan muda dan melahirkan TRITURA (tri tuntutan
rakyat), yang meliputi:
A. Membubarkan PKI.
B. Membersihkan Kabinet dari unsur – unsur PKI.
C. Menurunkan harga dan memperbaiki ekonomi.
Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat semakin meluas
mengakibatkan Presiden kesulitan untuk mengatasinya. Hal ini yang
melatarbelakangi keluarnya surat yang disebut Supersemar atau Surat Perintah 11
Maret pada tanggal 11 Maret 1996. Surat tersebut diberikan kepada Letnan
Jendral Soeharto dengan harapan Soeharto mampu mengembalikan keamanan
negara.
11
Dinamika pelaksanaan UUD 1945 berlanjut hingga masa orde baru
dibawahi oleh kepemimpinan Soeharto yang memiliki tujuan untuk
mengembalikan keadaan negara setelah pemberontakan PKI. MPRS
mengeluarkan berbagai macam keputusan penting, antara lain :
1. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang
menyatakan agar presiden menugasi pengemban Super Semar,
Jenderal Soeharto untuk segera membentuk kabinet Ampera.
2. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf,
menarik kembali pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi
presiden seumur hidup.
3. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR
mengenai sumber tertib hukum republik Indonesia dan tata urutan
perundang -undangan.
4. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan
kepartaian, keormasan dan kekaryaan.
5. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai
komunis Indonesia dan pernyataan tentang partai tersebut sebagai
partai terlarang di seluruh wilayah Indonesia, dan larangan pada
setiap kegiatan untuk menyebar luaskan atau mengembangkan
paham ajaran komunisme.
Saat masa orde baru, bangsa Indonesia berada dalam keadaan yang belum
stabil dalam hal politik, ekonomi maupun keamanan. Hal ini yang menyebabkan
DPR GR memberi solusi untuk mengadakan sidang istimewa yang dilaksanakan
oleh MPR(S) pada bulan Maret 1967 yang menghasilkan keputusan sebagai
berikut:
1. Presiden Soekarno tidak dapat memenuhi tanggung jawab
konstitusional dan tidak menjalankan GBHN sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Dasar 1945.
2. Berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang pemilihan/ penunjukan
wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat presiden dan
mengangkat Jenderal Soeharto. Pengembangan Tap. No. 6
12
IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal 8
Undang-Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya presiden oleh MPR
hasil pemilihan umum.
Pada awal kekuasaan Orde Baru, terlihat usaha untuk memperbaiki bangsa
Indonesia. Dalam bidang politik, dibuat peraturan mengenai pemilu yang
dituangkan dalam Undang-Undang No.15 tahun 1969 tentang pemilu umum,
Undang-Undang No.16 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD.
Berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut, pemerintah Orde Baru berhasil
mengadakan pemilu untuk yang pertama kalinya.
Di awal perjalanannya orde baru, bangsa Indonesia merasakan
peningkatan nasib bangsa di berbagai bidang. Namun, seiring berjalannya waktu,
mulai terungkap bahwa program-program yang ada bukan diperuntukkan kepada
rakyat, melainkan untuk kekuasaan. Kekuasaan pada masa orde baru berubah
menjadi kekuasaan otoriter yang seolah-olah dilaksanakan secara demokratis.
Penerapan pasal Undang-undang Dasar 1945 tidak dijalankan sesuai
dengan mestinya sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Undang-Undang
Dasar melainkan dimanipulasi dengan kekuasaan. Pancasila juga kerap kali
diperalat demi kekuasaan dan tindakan presiden. Hal ini terbukti dengan adanya
ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang P-4 yang dalam kenyataannya
digunakan sebagai media propaganda kekuasaan orde baru.
Dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde baru membuat
pemerintah Indonesia tidak melaksanakan nilai demokrasi seperti yang
diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Pemerintah banyak yang melakukan
KKN sehingga rakyat Indonesia menjadi menderita karena krisis moneter. Hal ini
menciptakan gerakan-gerakan masyarakat yang dipelopori oleh generasi muda
dan menuntut adanya reformasi di segala bidang.
Keberhasilan masa reformasi ditandai dengan lengser nya presiden
Soeharto dari jabatan presiden dan digantikan oleh Prof. B.J Habibie pada tanggal
21 Mei 1998. Bangsa Indonesia menyadari UUD 1945 yang berlaku di Orde Baru
masih banyak memiliki kekurangan sehingga perlu diadakan amandemen.
Terdapat peraturan perundang-undangan yang dihasilkan dalam reformasi hukum
antara lain UU. Politik Tahun 1999, yaitu UU. No.2 tahun 1999, tentang partai
13
politik, UU. No.3 tahun 1999, tentang pemilihan umum dan UU. No. 4 tahun
1999 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; UU otonomi
daerah, yaitu meliputi UU. No.25 tahun 1999. Tentang pemerintahan daerah, UU.
No.25 tahun 1999, tentang pertimbangan keuangan antar pemerintahan pusat dan
daerah dan UU. No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih
dan bebas dari KKN. Berdasarkan reformasi tersebut bangsa Indonesia sudah
mampu melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan MPR, DPR dan
DPRD hasil aspirasi rakyat secara demokratis.
Kelebihan yang terdapat pada masa reformasi seperti munculnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya reformasi bagi bangsa Indonesia,
masyarkat bebas untuk berpendapat, menjamin Hak Asasi Manusia, sosial politik
Indonesia menjadi terbuka, dan mulai banyak terdapat partai politik. Sedangkan
kekurangan pada masa reformasi adalah adanya perpecahan persepsi antara
mahasiswa dan kelompok masyarakat mengenai pengangkatan B.J Habibie
sebagai presiden, tidak adanya pemberian subsidi terhadap masyarakat,
pemerintah hanya terfokus pada perbaikan ekonomi, posisi militer tidak mendapat
tempat yang cukup baik di hati masyarakat dan kurangnya minat para pembaca
pada karya sastra angkatan reformasi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
15
3.2 Saran
16
17