Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila adalah idelogi dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila


berasal dari Bahasa Sanseketa yang terdiri dari dua kata, yaitu panca yang berarti
lima dan sila yang berarti asas atau prinsip. Pancasila tercantumkan pada
pembukaan UUD 1945 yang selanjutnya dijabarkan pada pokok – pokok pikiran
yang meliputi suasana kebatinan UUD 1945. Pancasila merupakan landasan dan
dasar yang mengatur seluruh struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam
pemerintahan Indonesia saat ini, masih banyak elemen – elem negara yang
menjalankan fungsinya tidak sejalan dengan nilai – nilai tiap butiran sila
Pancasila. Padahal jika membahas tentang negara dan ketatanegaraan Indonesia,
sangat mengharuskan untuk berpatokan dan memahami betul sejarah perumusan
dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD dan UUD 1945. Dalam perumusan
ketatanegaraan Republik Indonesia tidak boleh ada satupun yang melenceng dari
nilai – nilai Pancasila. Karakter Pancasila harus mencerminkan nilai tiap – tiap
butir sila Pancasila. Jika ada salah satu saja dari elemen ketatanegaraan Republik
Indonesia yang melenceng, maka sistem ketatanegaraan akan berantakan.

Pancasila sangat memegang peranan penting dalam sistem ketatanegaraan


republik Indonesia. Selain sebagai dasar negara, Pancasila juga sebagai sumber
dari segala sumber hukum, oleh karena itu setiap peraturan yang ada di Indonesia
harus berdasarkan dan berpedoman pada nilai nilai pancasila. Pancasila dalam
konteks ketatanegaraan Indonesia karena pancasila merupakan cerminan dari jati
diri bangsa Indonesia.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis berkeinginan untuk mengetahui


secara lebih mendalam mengenai Pancasila dalam Konteks Ketatanegaran
Republik Indonesia. Melalui tulisan ini, penulis mengharapkan agar setiap
mahasiswa mampu mengerti betapa pentingnya Pancasila dalam Konteks
Ketatanegaraan Republik Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Sistem Ketatanegaraan RI berdasarkan Pancasila dan


UUD 1945?

1.2.2 Bagaimana Dinamika Pelaksanaan UUD 1945?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk Mengetahui Sistem Ketatanegaraan RI berdasarkan


Pancasila dan UUD 1945.

1.3.2 Untuk Mengetahui Dinamika Pelaksanaan UUD 1945.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis dari penulisan makalah ini adalah sebagai


berikut:

1.4.1.1 Dapat mengetahui dan memahami sistem ketatanegaraan RI


berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

1.4.1.2 Dadapt mengetahui dan memahami dinamika pelaksanaan


UUD 1945.

1.4.1.3 Dapat digunakan sebagai referensi dalam menulis makalah


selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun maanfaat praktis dari penulisan makalah ini adalah sebagai


berikut:

1.4.2.1 Bagi pembaca agar dapat mengubah pola fikir pembaca


mengenai kebaikan dan keburukan sistem pemerintahan di
Indonesia pada masa awal kemerdekaan, masa orde lama,
maupun masa orde baru.

2
1.4.2.2 Bagi penulis agar dapat menambah wawasan mengenai
sistem ketatanegaraan RI menurut Pancasila dan UUD 1945
serta dinamika pelaksanaan UUD 1945.

3
BAB II

ISI

2.1 Sistem Ketatanegaraan RI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

2.1.1 Negara

Sebelum kita membahas tentang sistem ketatanegaraan, terlebih


dahulu kita harus tahu apa itu negara. Menurut Max Weber, negara
merupakan masyarakat yang terintegrasi dan memiliki wewenang
memaksa pada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari
masyarakat. Sedangkan Logemann berpendapat, negara merupakan
organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan kekuasaannya mengatur
atau mengurus satu masyarakat tertentu, dan menurut International
Encyclopaedia negara merupakan sekumpulan rakyat atau bangsa yang
mendiami suatu wilayah tertentu dan diorganisir dibawah satu
pemerintahan yang biasanya berdaulat kedalam dan keluar.

Negara memiliki karakteristik, seperti:

1. Sifat memaksa

a. Negara menetapkan peraturan yang bersifat memaksa


mengenai tingkah laku orang yang berada dalam wilayah
kekuasaannya dan harus dipatuhi.

b. Negara mempunyai kekuasaan untuk melaksanakan paksaan


fisik seperti penyitaan atau pemusnahan hak milik agar orang
tunduk pada peraturan negara. Hak negara ini bersifat legal,
dengan tujuan agar tercipta tata tertib dan menghindari
tindakan anarki.

2. Sifat monopoli
a. Negara menetapkan tujuan bersama dari masyarakat.
b. Dalam batas tertentu dan berdasarkan aturan tertentu, negara
dapat menyatakan suatu aliran kepercayaan atau aliran politik
dilarang karena bertentangan dengan pandangan hidup bangsa.
c. Negara mengatasi paham perseorangan dan paham golongan.

4
d. Negara menetapkan mata uang, penetapan pajak,
kewarganegaraan, dan sebagainya.
3. Sifat mencakup semua
a. Kekuasaan mengatur yang dimiliki negara berlaku untuk semua
orang yang termasuk Warga Negara Indonesia, sehingga tidak
ada yang mendapatkan perlakuan khusus atau istimewa.

Adapun unsur-unsur yang ada dalam sebuah negara adalah;


1. Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang pada suatu waktu bertempat
tinggal mendiami wilayah negara tertentu. Penduduk merupakan
bagian dari rakyat yang berarti sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama-sama mendiami
wilayah tertentu. Salah satu bagian dari penduduk adalah warga
negarayang merupakan semua orang yang memiliki ikatan hukum
dengan negara tertentu.

2. Wilayah
Wilayah adalah daerah teritorial tertentu sebagai tempat kedudukan
suatu negara, dalam mana kekuasaan negara berlaku atas seluruh
penduduk yang bertempat tinggal menetap di dalam daerah
teritorial tersebut. Terdapat tiga batas wilayah laut di Indonesia,
yaitu batas laut teritorial sejauh 12 mil dari garis dasar, batas
landasan kontingen sedalam 200 meter, dan batas zona ekonomi
eksklusif sejauh 200 mil dari garis dasar ke arah laut bebas.

3. Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang mengatur, menyelenggarakan
dan melaksanakan kekuasaan negara. Pemerintah yang berdaulat
bermakna pemerintah yang mempunyai kekuasaan tertinggi kekuasaan
yang tidak berada dibawah kekuasaan lainnya. Terdapat kedaulatan
kedalam yang berarti kekuasaan tertingi untuk mengatur rakyatnya

5
sendiri, dan kedaulatan keluar yang berarti kekuasaan tertinggi yang
harus dihormati oleh negara-negara lain. Kedaulatan sendiri akan
membawakan sifat-sifat seperti: asli atau tidak diturunkan dari
kekuasaan lain, tertinggi yang berarti tidak ada kekuasaan lain yang
lebih tinggi, abadi yang bermakna kekal keberadaannya tetap, dan
tidak dapat dibagi, dimana hanya ada satu kekuasaan tertingi dalam
negara.

4. Pengakuan Internasional
Pengakuan internasional dapat dibedakan menjadi pengakuan secara
de facto dan de jure. Pengakuan de facto adalah pengakuan dari
negara lain akan adanya unsur-unsur negara, sedangkan pengakuan de
jure adalah pengakuan suatu negara secara resmi berdasarkan hukum
dan segala konsekuensinya. Pengakuan de jure bersifat tetap dan
penuh.
Indonesia merupakan sebuah negara kesatuan dilihat dari segi susunannya
yaitu negara yang bersusun tunggal, baik dilihat dari segi penduduknya,
wilayahnya, maupun pemerintahan dan kekuasaannya. Sedangkan
berdasarkan penunjukkan atau pengangkatan kepala negaranya, Indonesia
merupakan Negara Republik yaitu negara yang kepala negaranya ditunjuk
dan atau diangkat berdasarkan pemilihan.

Tujuan dari Negara adalah melaksanakan ketertiban (law and


order), menegakkan keadilan, menyelenggarakan pertahanan, dan
mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Sedangkan
tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia atau terciptanya
masyarakat yang adil, makmur, merata materiil spritual. Sedangkan fungsi
negara adalah sebagai berikut:
1. Konsitutif yaitu menyelenggarakan kedaulatan rakyat,
menetapkan UUD dan GBHN (dilaksanakan MPR).

6
2. Eksekutif yaitu menyelenggarkan kekuasaan negara
(dilaksanakan Presiden)
3. Legislatif yaitu membentuk undang-undang (dilaksanakan
Presiden dengan persetujuan DPR )
4. Kontrol yaitu mengawasi tindakan Presiden (dilaksanakan DPR)
5. Yudikatif yaitu menyelenggarakan kekuasaan Kehakiman
(dilaksanakan MA)
6. Auditif atau inspektif yaitu menyelenggarakan pemeriksaan atas
tanggungjawab keuangan negara (dilaksanakan BPK)
2.1.2 Sistem ketatanegaraan berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945
a. Berdasarkan Pancasila
Kata pancasila berasal dari bahasa Sansekerta, yakni bahasa
sansekerta Pancasila mempunyai 2 arti: Panca yang berarti lima, dan
Sila yang berarti sandi, alas, atau dasar atau bisa juga berarti
peraturan, tingkah laku yang penting, baik, dan senonoh. Dengan
kata lain, Pancasila adalah lima nilai luhur yang ada dan
berkembang bersama bangsa Indonesia sekaligus penggerak
perjuangan bangsa pada masa kolonialisme. Hal ini sekaligus
menjadi warna dan sikap pandangan hidup bangsa Indonesia hingga
secara formal pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkan menjadi
Dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila merupakan jiwa
seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, dasar
Negara dan sebagai sistem filsafat. Di samping itu, pancasila
merupakan tujuan hidup bangsa Indonesia. Pancasila juga
merupakan pandangan hidup, kesadaran, cita-cita moral yang
meliputi kejiwaan dan watak yang berurat akar di dalam
kebudayaan bangsa Indonesia. Pancasila sudah merupakan
pandangan hidup dan sebagai dasar Negara yang berakar dalam
kepribadian bangsa maka dia diterima sebagai dasar Negara yang
mengatur ketatanegaraan. Hal ini tampak pada sejarah meskipun
dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam tiga

7
buah UUD yang pernah kita miliki Pancasila selalu dikukuhkan
dalam kehidupan konstitusional. Pancasila selalu menjadi pegangan
bersama pada saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman
eksistensi bangsa kita yang merupakan sejarah bahwa pancasila
memang selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesia. Seperti yang
kita tahu, pada sila keempat yaitu “ Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”
tercermin bahwa Indonesia adalah Negara yang menganut prinsip
demokrasi dalam sistem ketatanegaraan nya, hal ini terlihat dari cara
pemilihan pejabat Negara seperti presiden, gubernur dan pejabat
Negara lainnya.
b. Sistem Ketatanegaraan Menurut Undang- Undang Dasar 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,


atau UUD 45 adalah konstitusi negara Republik Indonesia saat ini.
Sistem ketatanegaraan Indonesia tentunya disusun dengan landasan
hukum tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Ajaran Trias
Politika oleh Mountesquieu adalah ajaran yang dianggap kiblat dari
sistem ketatanegaraan Indonesia dimana pemerintahan dibagi menjadi
tiga kekuasaan, yaitu Kekuasaan Legislatif, Eksekutif dan juga
Yudikatif. Namun kenyataannya Indonesia tidak sepenuhnya menganut
ajaran tersebut, melainkan Indonesia menerapkan sistem pembagian
kekuasaan dalam sistem ketatanegaraan nya. Hal ini dapat dilihat dari
tidak dicantumkan pada pasal dalam UUD 1945 tentang adanya
pembatasan kekuasaan yang mengharuskan suatu lembaga mengurusi
satu bidang kekuasaan saja. Di Indonesia diterapkan sistem check and
balance diantara ketiga lembaga kekuasaan tersebut, sehingga antar
lembaga dapat saling mencampuri urusan lembaga kekuasaan lain yang
nantinya memungkinkan adanya ketumpang tindihan tugas atau
kekuasaan diantara ketiga lembaga tersebut. Dalam Undang-Undang
Dasar 1945 juga tidak dijelaskan bahwa Indonesia hanya membatasi
kekuasaan menjadi tiga bagian saja, dan kekuasaan tertinggi tetap

8
berada di tangan rakyat. Selain itu terdapat pula sistem Distribution of
Power yaitu pembagian kekuasaan secara vertikal.

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan


atau amandemen terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD
1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan
MPR dan di tangan rakyat, kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya
pasal-pasal yang terlalu dapat menimbulkan multitafsir, serta kenyataan
rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum
cukup didukung ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan


dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan,
eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai
dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Setelah amandemen,
sistem ketatanegaraan sempat mengalami perubahan yang signifikan.

Perbedaan tersebut dapat dilihat pada bagan berikut:

1. Bagan sebelum amandemen UUD 1945

9
2. Bagan sesudah amandemen UUD 1945

UUD 1945

MPR
BPK Presiden dan
DPD DPR MA, MK dan KY
Wakil Presiden

Sesuai dengan tuntutan reformasi, setelah dilakukan amandemen


kedudukan MPR menjadi setara dengan lembaga-lembaga lain, sementara
kekuasaan tertinggi terdapat pada UUD 1945 dan kedaulatan tertinggi tetap
berada di tangan rakyat. Sehingga hal tersebut tidak menyimpang dari sistem
pemerintahan yang telah tercantum dalam UUD 1945.

2.2 Dinamika Pelaksanaan UUD 1945

Dinamika pelaksanaan UUD 1945 sudah terjadi sejak masa awal


kemerdekaan. Masa kemerdekaan dimulai pada tahun 1945-1949. Saat masa awal
kemerdekaan, UUD 1945 belum dapat dilaksanakan dengan baik karena masih
terjadi banyak gangguan seperti sekutu yang datang bersama dengan Belanda,
pemberontakan oleh PKI Madiun 1948, pemberontakan PRRI Permesta, dan
gerakan DI/TII. Saat masa kemerdekaan, terjadi penyimpangan dalam sistem
pemerintahan yang semula Indonesia menganut sistem pemerintahan Presidensial
menjadi sistem pemerintahan parlementer. Hal ini terjadi karena Negara Kesatuan
Republik Indonesia berubah menjadi Republik Indonesia Serikat karena
keputusan dari Konferensi Meja Bundar di Den Haag yang dilaksanakan pada
tangga 23 Agustus sampai 2 November 1949. Karena terjadi perubahan sistem
pemerintahan Indonesia, maka otomatis konstitusi yang berlaku di Indonesia juga
berubah, dari Undang-undang Dasar 1945 berubah menjadi UUD RIS 1949.

Dinamika pelaksanaan UUD 1945 juga terjadi pada masa orde lama. Masa
orde lama berlangsung dari 5 Juli 1959 hingga tangga 11 Maret 1966. Sejak
dikeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, maka UUD 1945
kembali berlaku di Indonesia setelah sebelumnya sempat berganti menjadi

10
UUD RIS dan UUD S 1950. Secara yuridis formal, UUD 1945 berlaku sebagai
hokum dasar tertulis. Namun, dalam pelaksanaannya, ketatanegaraan Indonesia
tidak melaksanakan makna dari UUD 1945 tersebut. Semenjak saat itu, orde lama
dikuasai dengan banyak ideology komunisme dan banyak terjadi penyimpangan
ideologi dalam pelaksanaan kebijaksanaan negara.

Penyimpangan yang terjadi pada masa orde lama seperti:

1. Demokrasi di Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin yang


dipimpin oleh seorang presiden sehingga praktis bersifat otoriter

2. Presiden memiliki wewenang yang melebihi sebagaimana yang sudah


di tentukan oleh Undang-Undang Dasar 1945 seperti membuat
peraturan yang setingkat undang-undang tanpa disetujui oleh DPR

3. Presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1955 karena Rancangan


Pendapatan dan Belanja yang di ajukan tidak disetujui serta
membentuk DPR baru yang diberi nama DPR Gotong Royong

4. Ketidakstabilan dalam bidang politik seperti menteri negara yang


bertugas sebagai pembantu presiden berasal dari pimpinan lembaga
tertinggi dan lembaga tinggi negara.

Puncak dari kekuasaan orde lama ditandai dengan adanya G30S/PKI yang
dapat digagalkan oleh golongan muda dan melahirkan TRITURA (tri tuntutan
rakyat), yang meliputi:

A. Membubarkan PKI.
B. Membersihkan Kabinet dari unsur – unsur PKI.
C. Menurunkan harga dan memperbaiki ekonomi.
Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat semakin meluas
mengakibatkan Presiden kesulitan untuk mengatasinya. Hal ini yang
melatarbelakangi keluarnya surat yang disebut Supersemar atau Surat Perintah 11
Maret pada tanggal 11 Maret 1996. Surat tersebut diberikan kepada Letnan
Jendral Soeharto dengan harapan Soeharto mampu mengembalikan keamanan
negara.

11
Dinamika pelaksanaan UUD 1945 berlanjut hingga masa orde baru
dibawahi oleh kepemimpinan Soeharto yang memiliki tujuan untuk
mengembalikan keadaan negara setelah pemberontakan PKI. MPRS
mengeluarkan berbagai macam keputusan penting, antara lain :
1. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang
menyatakan agar presiden menugasi pengemban Super Semar,
Jenderal Soeharto untuk segera membentuk kabinet Ampera.
2. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf,
menarik kembali pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi
presiden seumur hidup.
3. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR
mengenai sumber tertib hukum republik Indonesia dan tata urutan
perundang -undangan.
4. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan
kepartaian, keormasan dan kekaryaan.
5. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai
komunis Indonesia dan pernyataan tentang partai tersebut sebagai
partai terlarang di seluruh wilayah Indonesia, dan larangan pada
setiap kegiatan untuk menyebar luaskan atau mengembangkan
paham ajaran komunisme.

Saat masa orde baru, bangsa Indonesia berada dalam keadaan yang belum
stabil dalam hal politik, ekonomi maupun keamanan. Hal ini yang menyebabkan
DPR GR memberi solusi untuk mengadakan sidang istimewa yang dilaksanakan
oleh MPR(S) pada bulan Maret 1967 yang menghasilkan keputusan sebagai
berikut:
1. Presiden Soekarno tidak dapat memenuhi tanggung jawab
konstitusional dan tidak menjalankan GBHN sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Dasar 1945.
2. Berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang pemilihan/ penunjukan
wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat presiden dan
mengangkat Jenderal Soeharto. Pengembangan Tap. No. 6

12
IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal 8
Undang-Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya presiden oleh MPR
hasil pemilihan umum.
Pada awal kekuasaan Orde Baru, terlihat usaha untuk memperbaiki bangsa
Indonesia. Dalam bidang politik, dibuat peraturan mengenai pemilu yang
dituangkan dalam Undang-Undang No.15 tahun 1969 tentang pemilu umum,
Undang-Undang No.16 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD.
Berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut, pemerintah Orde Baru berhasil
mengadakan pemilu untuk yang pertama kalinya.
Di awal perjalanannya orde baru, bangsa Indonesia merasakan
peningkatan nasib bangsa di berbagai bidang. Namun, seiring berjalannya waktu,
mulai terungkap bahwa program-program yang ada bukan diperuntukkan kepada
rakyat, melainkan untuk kekuasaan. Kekuasaan pada masa orde baru berubah
menjadi kekuasaan otoriter yang seolah-olah dilaksanakan secara demokratis.
Penerapan pasal Undang-undang Dasar 1945 tidak dijalankan sesuai
dengan mestinya sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Undang-Undang
Dasar melainkan dimanipulasi dengan kekuasaan. Pancasila juga kerap kali
diperalat demi kekuasaan dan tindakan presiden. Hal ini terbukti dengan adanya
ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang P-4 yang dalam kenyataannya
digunakan sebagai media propaganda kekuasaan orde baru.
Dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde baru membuat
pemerintah Indonesia tidak melaksanakan nilai demokrasi seperti yang
diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Pemerintah banyak yang melakukan
KKN sehingga rakyat Indonesia menjadi menderita karena krisis moneter. Hal ini
menciptakan gerakan-gerakan masyarakat yang dipelopori oleh generasi muda
dan menuntut adanya reformasi di segala bidang.
Keberhasilan masa reformasi ditandai dengan lengser nya presiden
Soeharto dari jabatan presiden dan digantikan oleh Prof. B.J Habibie pada tanggal
21 Mei 1998. Bangsa Indonesia menyadari UUD 1945 yang berlaku di Orde Baru
masih banyak memiliki kekurangan sehingga perlu diadakan amandemen.
Terdapat peraturan perundang-undangan yang dihasilkan dalam reformasi hukum
antara lain UU. Politik Tahun 1999, yaitu UU. No.2 tahun 1999, tentang partai

13
politik, UU. No.3 tahun 1999, tentang pemilihan umum dan UU. No. 4 tahun
1999 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; UU otonomi
daerah, yaitu meliputi UU. No.25 tahun 1999. Tentang pemerintahan daerah, UU.
No.25 tahun 1999, tentang pertimbangan keuangan antar pemerintahan pusat dan
daerah dan UU. No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih
dan bebas dari KKN. Berdasarkan reformasi tersebut bangsa Indonesia sudah
mampu melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan MPR, DPR dan
DPRD hasil aspirasi rakyat secara demokratis.
Kelebihan yang terdapat pada masa reformasi seperti munculnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya reformasi bagi bangsa Indonesia,
masyarkat bebas untuk berpendapat, menjamin Hak Asasi Manusia, sosial politik
Indonesia menjadi terbuka, dan mulai banyak terdapat partai politik. Sedangkan
kekurangan pada masa reformasi adalah adanya perpecahan persepsi antara
mahasiswa dan kelompok masyarakat mengenai pengangkatan B.J Habibie
sebagai presiden, tidak adanya pemberian subsidi terhadap masyarakat,
pemerintah hanya terfokus pada perbaikan ekonomi, posisi militer tidak mendapat
tempat yang cukup baik di hati masyarakat dan kurangnya minat para pembaca
pada karya sastra angkatan reformasi.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Negara merupakan masyarakat yang terintegrasi dan memiliki wewenang


memaksa pada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat.
Negara memiliki karakteristik sifat memaksa, monopoli dan mencakup semua.
Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik. Tujuan
negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan asas Pancasila yang


merupakan dasar Negara, pandangan hidup, kesadaran, cita-cita moral yang
meliputi kejiwaan dan watak yang berurat akar di dalam kebudayaan bangsa
Indonesia. Selain berdasarkan Pancasila, ketatanegaraan Republik Indonesia juga
disusun berdasarkan landasan hukum tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945.
Ajaran Trias Politika oleh Mountesquieu yang dianggap sebagai pedoman dari
sistem ketatanegaraan Indonesia membagi pemerintahan menjadi tiga kekuasaan
yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Dinamika pelaksanaan Undang-Undang dasar 1945 terjadi di Indonesia


sejak awal kemerdekaan. Saat awal kemerdekaan Undang-Undang Dasar 1945
belum dapat berjalan optimal, banyak terjadi penyimpangan dan perubahan.
Perubahan terjadi dimulai dari UUD 1945 diganti dengan Undang-Undang RIS,
UUD Sementara dan kembali menggunakan Undang-Undang Dasar 1945. Tidak
berhenti di sana dinamika pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 juga terjadi
pada orde lama, orde baru hingga pada sampai pada masa reformasi. Tujuan
perubahan UUD 1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kepentingan bangsa dan negara.

15
3.2 Saran

Kepada pembaca disarankan untuk lebih banyak lagi membaca referensi


terkait Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia untuk
menambah wawasan dan menumbuhkan kesadaran nasionalisme pada masing-
masing individu untuk menjaga kesatuan dan persatuan berbangsa dan bernegar

16
17

Anda mungkin juga menyukai