Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR ASISTENSI
SOAL
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... v

BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Pengertian Irigasi .................................................................................................... 1
B. Keadaan Dimana Irigasi Diperlukan ....................................................................... 1
C. Keuntungan-Keuntungan Irigasi ............................................................................. 1
D. Kerugian Irigasi ...................................................................................................... 2
E. Tujuan Irigasi .......................................................................................................... 3
BAB II................................................................................................................................. 4
DASAR TEORI .................................................................................................................. 4
A. Tingkat-Tingkat Jaringan Irigasi ............................................................................. 4
a. Jaringan Irigasi Sederhana .................................................................................. 4
b. Jaringan Irigasi Semi Teknis ............................................................................... 5
c. Jaringan Irigasi Teknis ........................................................................................ 5
B. Jaringan Irigasi Umum ............................................................................................ 5
1. Pendahuluan ........................................................................................................ 5
2. Petak Iktiar .......................................................................................................... 5
3. Petak Irigasi ........................................................................................................ 6
C. Bangunan Air dan Jaringan Irigasi.......................................................................... 7
1. Bangunan Utama ................................................................................................. 7
2. Jaringan Irigasi ........................................................................................................ 9
a. Saluran Irigasi ..................................................................................................... 9
b. Saluran Pembuang ............................................................................................ 10
3. Bangunan Bagi dan Sadap ................................................................................ 10
4. Bangunan Pengukur Muka Air ......................................................................... 11
5. Bangunan Pengatur Muka Air........................................................................... 12
6. Bangunan Pembawa .......................................................................................... 12
7. Bangunan Lindung ............................................................................................ 14
8. Jalan dan Jembatan ........................................................................................... 15
9. Bangunan Pelengkap ......................................................................................... 15
D. Tata Nama Pada Petak Irigasi ............................................................................... 16
1. Sistem Suplay.................................................................................................... 16
2. Sistem Drainase ................................................................................................ 18
3. Tata Warna Peta ................................................................................................ 18

BAB III ........................................................................................................... 20


ANALISA PERHITUNGAN ........................................................................... 20
1. Perhitungan luas petak irigasi untuk petak tersier, petak sekunder, dan
petak primer .......................................................................................... 20
2. Perhitungan debit air untuk saluran tersier, saluran sekunder, saluran
primer ................................................................................................... 20
3. Perhitungan Dimensi Saluran pembawa .............................................. 20
4. Perhitungan Dimensi Saluran Pembuang ............................................. 22
5. Perhitungan Tinggi Muka Air .............................................................. 22

LAMPIRAN – LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Irigasi
Irigasi adalah segala usaha yang berhubungan dengan perencanaan dan
pembuatan sarana pertanian untuk penyaluran serta membagi air ke bidang-
bidang tanah pertanian secara teratur, serta pembuangan kelebihan air yang
tidak diperlukan lagi. sebagai suatu ilmu pengetahuan, irigasi tidak hanya
membicarakan dan menyelesaikan metode yang berhubungan dengan
pengambilan air dari bermacam-macam sumber, penampungannya dalam satu
waduk dan menaikan elevasi permukaan dengan menyalurkan dan serta
membagi-bagikan kebidang tanah yang akan diolah, tetapi juga menyangkut
masalah-masalah pengendalian banjir dan segala usaha yang berhubungan
dengan pemeliharaan dan pengembangan sungai irigasi untuk keperluan
pertanian.

B. Keadaan Dimana Irigasi Diperlukan


Tidak semua daerah terdapat usaha-usaha pertanian dan perkebunan
yang memerlukan irigasi. Irigasi biasa diperlukan pada daerah dimana terdapat
satu suatu kombinasi dari keadaan-keadaan berikut :
1. Curah hujan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air.
2. Meskipun hujan cukup, namun tidak terdistribusi sepanjang tahun.
3. Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
pertanian yang dapat dicapai melalui irigasi layak dilaksanakan, baik
ditinjau dari segi teknis, ekonomi maupun social.

C. Keuntungan-Keuntungan Irigasi
Pada umumnya irigasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan. Meskipun akhir-akhir ini kita banyak mendengar apa yang
dinamakan proyek kemanusiaan yang tidak terlalu memperhitungkan
keuntungan yang dapat dinilai dalam bentuk mata uang. Karena disamping
keuntungan-keuntungan langsung banyak terdapat keuntungan-keuntungan
tidak langsung dari irigasi. Keuntungan-keuntungan tidak langsung tersebut
antara lain :
1. Membantu pengembangan secara umum
2. Meningkatkan daya pengadaan bahan baku
3. Menyediakan lapangan kerja terutama pada waktu pelaksanaan proyek
irigasi
4. Meningkatkan nilai tanah milik
5. Membuka kemungkinan pengusaha jenis tanam isinya yang memberikan
hasil cukup besar
6. Membuka peningkatan kebudayaan masyarakat
7. Pelayaran
8. Penyediaan sumber air bersih

D. Kerugian Irigasi
Disamping keuntungan-keuntungan yang ditimbulkan, irigasi juga
memberikan akibat-akibat yang kurang baik pada daerah yang bersangkutan,
antara lain :
1. Iklim menjadi lebih dingin dan lebih lembab, sehingga menimbulkan
gangguan pada daerah sebelumnya yang sudah dingin dan lembab.
2. Jaringan irigsai perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan kurang baik
akan menimbulkan genangan-genangan air dapat memberikan kesempatan
bagi perkembangan nyamuk yang dapat menjadi sumber panyakit malaria.
3. Irigasi secara berlebihan dapat kejenuhan dan terlalu tinggi pada tanaman
hal mana dapat menimbulkan kerusakan pada daerah-daerah yang
drainasenya kurang baik.

2
E. Tujuan Irigasi
Tujuan irigasi langsung ataupun tidak langsung untuk pertanian adalah :
1. Membasahi tanaman
2. Merabuk dan menambah kesuburan tanah
3. Mengatur suhu tanah
4. Memberantas hama
5. Membersihkan tanah
6. Mempertinggi muka air tanah
7. Khonetasi, yaitu peninggian muka air tanah dengan mengendapkan lumpur
dan air irigasi sehingga dengan demikian diperoleh suatu lapisan permukaan
tanah yang subur.

3
BAB II
DASAR TEORI

A. Tingkat-Tingkat Jaringan Irigasi


Berdasarkan cara pengaturan air dan lengkapnya fasilitas jaringan,
irigasi dapat dibedakan dalam tiga tingkatan yaitu :
1. Jaringan irigasi sederhana
2. Jaringan irigasi semi teknis
3. Jaringan irigasi teknis
Dalam konteks standarisasi ini, hanya irigasi saja yang akan ditinjau.
Bentuk irigasi yang lebih maju ini lebih cocok dipraktekan disebagian besar
proyek irigasi di Indonesia. Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan ada
empat unsur utama yaitu :
 Bangunan-bangunan utama dimana air diambil dari sumbernya umunya
disungai atau waduk
 Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-
petak tersier.
 Petak-petak tersier dengan system pembagian air dan system pembuangan
kolektif, air irigasi dibagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air
ditampung di dalam suatu system pembuangan dipetak tersier.
 System pembuangan yang ada diluar irigasi untuk membuang kelebihan
air ke sungai atau kesaluran-saluran alamiah.

a. Jaringan Irigasi Sederhana


Di dalam proyek-proyek sederhana, pembagian air tidak diukur atau
diatur, air lebih mengalir keselokan pembuang. Para pemakai tergabung
suatu kelompok social yang sama, dan tidak diperlukan keterlibatan
pemerintah dalam organisasi semacam ini, persediaan air biasanya
berlimpah dan kemiringan berkisar sedang sampai curam.

4
b. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Jaringan Irigasi Semi Teknis adalah pemanfaatan air lebih ekonomis
dan biaya pembuatan saluran lebih rendah, karena saluran pembawa lebih
pendek dengan kapasitas yang lebih kecil. Kelemahannnya adalah bahwa
jaringan semacam ini akan lebih sulit diatur dan dieksploitasi.

c. Jaringan Irigasi Teknis


Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah pemisahan
antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini berarti
bahwa baik saluran irigasi maupun pembuang tetap bekerja sesuai dengan
fungsinya masing-masing, dari pangkal hingga ujung. Saluran irigasi
mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan saluran pembuang
mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke saluran pembuang alamiah
yang kemudian akan diteruskan ke laut.

B. Jaringan Irigasi Umum


1. Pendahuluan
Di sini akan diberikan definisi praktis mengenai unit-unit control
irigasi seperti petak primer, petak sekunder, dan petak tersier. Bangunan
dibagi-bagi menurut fungsinya dan akan dijelaskan juga pengukur dan
pengatur, dijelaskan lebih terperinci dalam bagian-bagian criteria
perencanaan lainnya.

2. Petak Iktiar
Petak iktiar adalah cara pembagian berbagai bagian dalam suatu
jaringan irigasi saling dihubung-hubungkan. Petak iktiar irigasi tersebut
memperlihatkan :
 Bangunan-bangunan utama
 Jaringan dan frase saluran pembuang
 Jaringan dan frase saluran irigasi
5
 Petak-petak primer, sekunder dan tersier
 Lokasi pembangunan
 Batas-batas daerah irigasi
 Jaringan dan frase jalan
 Daerah-daerah yang tidak dialiri (Mis : Desa-desa)
 Daaerah-daerah yang tidak dapat dialiri (Mis ; Tanah jelek, terlalu
tinggi)
Petak iktiar pada umumnya dibuat berdasarkan peta topografi yang
dilengkapi dengan garis-garis dan skala 1 : 25000. Petak iktiar detail yang
biasa disebut peta petak, dipakai untuk perencanaan dibuat dengan
skala 1 : 5000. Dan untuk petak tersier 1 : 5000 atau 1 : 2000.

3. Petak Irigasi
Pada petak irigasi terlebih dahulu dibuat petak yang merupakan
dasar untuk menentukan ukuran berbagai pekerjaan yang diperlukan. Dari
petak terlihat saluran daerah yang akan dialiri, batas dan luas petak. Petak
sekunder maupun petak tersier, jaringan saluran pembawa yang berupa
saluran induk, sekunder, tersier dan saluran pembuang. Lokasi
pengambilan air pada irigasi baik berupa bangunan bebas maupun tidak
juga terlihat.
Dalam perencanaan jaringan, saluran pembawa harus diletakkan pada
daerah tinggi, dapat merupakan saluran garis atau garis punggung
sedangkan saluran pembuang berada di lembah-lembah.
 Petak Tersier
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan inti tanah adalah petak
tersier. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada
bangunan sadap (off take) yang menjadi tanggung jawab pemerintah,
bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke seluruh tersier. Di petak
tersier dipembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi
tanggung jawab para petani yang bersangkutan. Di bawah bimbingan
6
pemerintah, ini juga menentukan petak tersier, petak yang perluh
besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi tidak efisien.
Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah petani dalam suatu petak,
jenis tanaman, topografi daerah-daerah yang ditanami padi, luas petak
yang ideal adalah 50-100 ha kadang-kadang 150 ha.

 Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang
kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak
sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder paada umumnya
berupa tanda-tanda topografi yang jelas, seperti misalnya saluran
pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada
situasi daerah.
Saluran sekunder sering terletak di punggung medan mangairi kedua
sisi saluran hingga saluran pembuang yang membatasinya. Saluran
sekunder boleh juga direncana sebagai saluran garis tinggi yang
mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah saja.
 Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang
mengambil air langsung dari saluran primer yang dilayani oleh satu
saluran primer yang mengambil langsung airnya dari sumber air,
biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi ternyata mempunyai dua
saluran primer yang menghasilkan dua petak primer. Daerah
sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan medan
dengan cara menyadap air saluran sekunder.
C. Bangunan Air dan Jaringan Irigasi
1. Bangunan Utama
Bangunan utama (Headwork) dapat didefinisikan sebagai kompleks
bangunan yang direncanakan disepanjang sungai atau aliran untuk
7
membelokan air ke dalam jaringan sungai agar dapat dipakai untuk
keperluan irigasi. Bangunan utama biasa mengurangi kandungan sedimen
yang berlebihan, serta mengukur air yang masuk. Bangunan utama terdiri
dari bangunan-bangunan pengelak dengan peredam energi, satu atau dua
pengambilan utama, pintu gilas, kolam olakan, dan jika diperlukan
kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan-bangunan
pelengkap. Bangunan utama biasa diklasifikasikan kedalam sejumlah
kategori bergantung dari perencanaan. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa kategori :
a. Bendung atau Bendung Gerak
Bendung (weir) atau bendung gerak (Barrage) dipakai untuk
meningkatkan muka air disungai sampai pada ketingggian diperlukan
agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan ppetak tersier. Ketinggian
akan menentukan luas daerah yan dialiri. Bendung gerak adalah
bangunan yan dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka untuk
mengalirkan air pada saat terjadi banjir besar dan ditutup apabila aliran
kecil.
b. Pengambilan Bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai
mengalirkan ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air
di sungai harus lebih tinggi dari daerah yang dialiri dan jumlah air yang
dibelokkan arus dijamin cukup.

c. Pengambilan Waduk
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada
waktu terjadi surplus air sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu
kekurangan air. Jadi fungsi utamanya adalah untuk mengatur aliran
sungai. Waduk yang berukuran besar biasanya mempunyai banyak
fungsi seperti untuk keperluan irigasi, tenaga air pembangkit listrik,

8
pengendali banjir, perikanan dan sebagainya. Waduk yang berukuran
kecil dipakai untuk keperluan irigasi saja.

d. Stasiun Pompa
Irigasi biasa dipertimbangkan apabila secara grafitasi ternyata
tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis. Pada mulanya
irigasi hanya memerlukan model kecil, tetapi biaya ekploitasinya
mahal.

2. Jaringan Irigasi
a. Saluran Irigasi
1) Jaringan Irigasi Utama
Saluran primer membawa air hujan dari jaringan utama ke
saluran sekunder dan petak-petak tersier yang dialiri. Batass ujung
saluran primer adalah pada bangunan, petak-petak tersier yang
dialiri. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi
yang terakhir.
 Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-
petak tersier yang dilayani oleh saluran ssekunder tersebut,
batas ujung saluran ini adalah bangunan sadap akhir.
 Saluran pembawa air irigasi dari sumber lain (bukan sumber
yang member air pada bangunan utama proyek) ke jaringan
irigasi primer.
 Saluran muka tersier membawa air sadap tersier yang terletak
di seberang petak tersier lainnya.
2) Jaringan Saluran Irigasi Tersier
 Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap di jaringan
utama ke dalam petak tersier ke saluran kuarter.

9
 Saluran kuarter membawa air dari boks kuarter melalui
bangunan sadap tersier atau parit-parit sawah ke sawah-sawah.

b. Saluran Pembuang
1) Saluran/ jaringan Pembuang Tersier
Saluran pembuang kuarter menampung air dari jaringan
pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang primer
atau langsung ke jaringan pembuang alamiah dan keluar daerah
irigasi

2) Saluran/ jaringan Pembuang Utama


Saluran pembuang primer mangalirkan air lebih dari saluran
pembuang sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer
sering berupa saluran pembuang alamiah yang mengalirkan
kelebihan air tersebut ke sungai, anak sungai atau laut.

3. Bangunan Bagi dan Sadap


Pada jaringan juga terdapat beberapa bangunan yang terdiri dari :
a. Bangunan bagi adalah bangunan air yang membawa air dari saluran
sekunder sesuai jumlah air yang dibutuhkan dalam tiap petak—petak
sekunder.
b. Bangunan bagi sadap adalah bangunan yang membagi air dari saluran
sekunder dan induk dimana terdapat bangunan sadap untuk satu atau
lebih petak tersier.
c. Bangunan sadap adalah bangunan yang membagi air dari saluran
sekunder ke saluran tersier sesuai jumlah air yang dibutuhkan oleh
petak tersier.

10
4. Bangunan Pengukur Muka Air
Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran
jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier.
Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas
(free overflow) dan bangunan ukur aliran bawah (underflow).
Untuk menyederhanakan operasi dan pemeliharaan, bangunan ukur
yang dipakai di sebuah jaringan irigasi hendaknya tidak terlalu banyak,
dan diharapkan pula pemakaian alat ukur tersebut bisa benar-benar
mengatasi permasalahan yang dihadapi para petani. KP-04 bangunan
memberikan uraian terinci mengenai peralatan ukur dan penggunaannya.
Peralatan berikut dianjurkan pemakaiannya :
 Di hulu saluran primer
Untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai untuk pengukuran
dan pintu sorong atau radial untuk pengatur.
 Di bangunan bagi bangunan sadap sekunder
Pintu Romijin dan pintu Crump-de Gruyter dipakai untuk mengukur
dan mengatur aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur ambang
lebar dengan pintu sorong atau radial bisa dipakai seperti untuk
saluran primer.
 Bangunan sadap tersier
Untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur Romijin atau
jika fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de
Gruyter. Di petak-petak tersier kecil di sepanjang saluran primer
dengan tinggi muka air yang bervariasi dapat dipertimbangkan untuk
memakai bangunan sadap pipa sederhana, di lokasi yang petani tidak
bisa menerima bentuk ambang sebaiknya dipasang alat ukur parshall
atau cut throat flume.

11
5. Bangunan Pengatur Muka Air
Bangunan-bangunan pengatur muka air, mengatur/ mengontrol
muka air di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan
untuk dapat memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap
tersier. Bangunan pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang
dapat distel atau tetap. Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat
distel dianjurkan untuk menggunakan pintu (sorong) radial atau lainnya.
Bangunan-bangunan pengatur diperlukan ditempat-tempat dimana
muka air disalurkan dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring
(chute). Untuk mencegah meninggi atau menurunnya muka air di saluran
dipakai mercu tetap atau celah kontrol trapesium (trapezoidal notch).

6. Bangunan Pembawa
Bangunan-bangunan pembawa air dari arus hulu ke ruas hilir
saluran. Aliran yang melalui bangunan ini dibagi menjadi subkritis atau
superkritis.

a. Bangunan pembawa dengan salurna superkritis


Bangunan pembawa dengan aliran supekritis diperlukan tempat-
tempat dimana lereng medannya lebih curam dari pada kemiringan
maksimum saluran. jika di tempat dimana kemiringan medannya lebih
curam daripada kemiringan dasar saluran, maka bisa terjadi aliran
superkritis yang akan dapat merusak saluran, untuk itu diperlukan
bangunan peredam.
 Bangunan Terjun
Dengan bangunan terjun, menurunnya muka air (dan tinggi
energi) dipusatkan di satu tempat. Bangunan terjun bisa memiliki
terjun tegak atau terjun miring. Jika pernedaan tinggi energi
mencapai beberapa meter, maka konstruksi got miring perluh
dipertimbangkan.
12
 Got Miring
Daerah got miring dibuat apabila trase saluran melewati ruas
medan dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan
tinggi energi yang besar. Got miring berupa potongan saluran yang
diberi pasangan (lining) dengan aliran superkritis, dan umumnya
mengikuti kemiringan medan alamiah.

b. Bangunan pembawa dengan saluran subkritis


 Gorong-gorong
Gorong-gorong dipasang di tempat-tempat dimana lewat
dibawah bangunan (jalan, rel kereta api) arau apabila bangunan
lewat di bawah saluran
 Talang
Talang dipakai uuntuk mengalirkan air irigasi lewat diatas
saluran lainnya, saluran pembuang alamiah atau cekungan lembah-
lembah.
 Sipon
Sipon dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan
menggunakan grafitasi di bawah saluran pembuang, cekungan
anak sungai atau sungai.
 Jembatan Sipon
Jembatan sipon adalah saluran tertutup yang bekerja keras atas
dasar tinggi tekan dan dipakai untuk mengurangi ketinggian
bangunan pendukung diatas lembah yang dalam.
 Flum (Flume)
Ada beberapa tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi
melalui situasi-situasi medan tertentu :
 Flum tumpu (bench flum) untuk mengalirkan air sepanjang
lereng bukit yang curam.

13
 Flum elevasi (elevated flum) untuk menyebrangkan air irigasi
lewat diatas saluran atau jalan lainnya.
 Flum dipakai apabila batas pembebasan tanah (righ of way)
terbatas atas jika bahan tanah tidak cocok untuk membuat
potongan melintang saluran trapezium biasa.
 Saluran Tertutup
Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka melewati
suatu daerah dimana potongan melintang harus dibuat pada galian
yang dalam dengan lereng-lereng tinggi yang tidak stabil. Saluran
tertutup juga dibangun di daerah-daerah permukiman dan di
daerah-daerah pinggiran sungai yang terkena luapan sungai.
 Terowongan
Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi/anggaran
memungkinkan untuk saluran tertutup guna melewatkan air
melewati bukit-bukit dan medan yang tinggi.

7. Bangunan Lindung
Bangunan lindung dipergunakan untuk melindungi saluran baik dari
dalam maupun dari luar. Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan
terhadap hempasan air bangunan yang berlebihan dan terhadap aliran
sungai yang berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya
air dari luar saluran.
a. Bangunan Pembuang Silang
Gorong-gorong adalah bangunan pembuang silang yang paling
umum digunakan sebagai pelindung luar, juga bangunan yang
mengenai bangunan pembawa. Sipon dipakai jika saluran irigasi kecil
melintas saluran yang paling besar. Dalam hal ini, biasanyya dipakai
lebih aman dan ekonomis untuk membawa air irigasi dengan sipon
lewat dibawah saluran pembuang tersebut.

14
b. Pelimpah
Ada tiga tipe lindungan umum yang dipakai, yaitu saluran
pelimpah, sipon pelimpah, dan pintu pelimpah otomatis. Pengatur
pelimpah diperlukan tepat di hulu bangunan bagi, di ujung hilir
saluran primer atau sekunder dan tempat-tempat lainnya yang
dianggap perluh demi jaringan keamanan.
c. Bangunan Penguras
Bangunan penguras biasanya dengan pintu yang dioperasikan
dengan tangan, dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas saluran bila
diperlukan untuk mengurangi tingginya biaya. Bangunan ini dapat
digabungkan dengan bangunan pelimpah.
d. Saluran Pembuang Samping
Aliran bangunan biasanya ditampung di saluran terbuka yang
mengalir parallel disebelah atas saluran irigasi. Saluran-saluran ini
membawa air ke bangunan pembuang silang, atau kalau debit relative
kecil dibuang air irigasi ke dalam saluran melalui lubang pembuang.

8. Jalan dan Jembatan


Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi dan pembuang oleh Dinass Pengairan.
Masyarakat boleh menggunakan jalan-jalan inspeksi ini untuk keperluan-
keperluan tertentu saja. Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan
umum di dekatnya maka tidak diperlukan jalan inspeksi di sepanjang sisi
irigasi.
Jembatan dibangun untuk dihubungkan dengan jalan-jalan inspeksi
di seberang saluran irigasi/ pembuang atau untuk menghubungkan jalan
inspeksi dengan jalan umum.

9. Bangunan Pelengkap

15
Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi
terhadap banjir yang berasal dari sungai atau saluran pembuang besar.
Pada umumnya tanggul diperlukan disepanjang saluran primer. Fasilitas-
fasilitas eksploitasi secara efektif secara aman. Fasilitas-fasilitas tersebut
antara lain meliputi, kantor-kantor dilapangan, bengkel, perumahan untuk
staf irigasi, jaringan komunikasi, patok hectometer, papan eksploitasi,
papan duga dan sebagainya.
Bangunan-bangunan pelengkap yang dibuat sewaktu digunakan dan
sepanjang saluran meliputi :
a. Pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna member pengaman
sewaktu terjadi keadaan-keadaan darurat.
b. Tempat-tempat suci, tempat mandi ternak dan sebagainya untuk
mencapai air di saluran tanpa merusak lereng.
c. Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan (sipon)
dan gorong-gorong panjang oleh benda-benda yang hanyut.
d. Jembatan-jembatan untuk penyebrangan bagi penduduk.

D. Tata Nama Pada Petak Irigasi


1. Sistem Suplay
Saluran-saluran dan bangunan-bangunan suatu jaringan nama
saperti pemberian nama tersebut dengan prinsip bahwa : nama-nama harus
logis sederhana tapi mampu memberi petunjuk terhadap letak-letak
bangunan, saluran pemberi, saluran drainase, maupun petak-petak dalam
satu daerah irigasi.
Pemberian nama perluh memperhatikan kemungkinan adanya
tambahan bangunan dikemudian hari, sehingga dengan adanya bangunan-
bangunan baru tersebut system pemberian nama yang telah ada tidak
perluh diubah. Salah satu contohnya adalah :
a. Saluran primer diberi nama menurut nama sungai tempat mengalir,
tetapi juga diberi nama dengan cara lain misalnya menurut daerah

16
yang dilayani. Misalnya saluran primer mangalir dari sungai. Bila
melayani daerah Anabanua, maka saluran dapat dari sungai bila
melayani saluran Anabanua.
b. Saluran sekunder diberi nama desa yang dekat dengan permulaan
saluran. Misalnya saluran sekunder Tugu, berarti saluran sekunder
tersebut permulaan dekat dengan desa Tugu.
c. Suatu saluran dibagi menjadi bagian-bagian atau ruas. Misalnya suatu
nama mempunyai RS 2, berarti ruas itu terletak diantara BS 1 dan BS
2
d. Bangunan pembagi diberi nama seperti pada suatu ruas tetapi R yang
berarti ruas huruf diganti dengan B (BS 1) yang berarti bangunan pada
akhir RS 1
e. Nama bangunan-bangunan antara bangunan pembagi diberi nama
sesuai nama tersier itu menerima air, dan huruf B yang berarti
bangunan pembagi di sebelah hilirnya, kemudian di tambah huruf
kecil berturut-turut dari hulu sampai hilir. Misalnya BS 1a, BS 2b, BS
1c, dan seterusnya.
f. Saluran tersier diberi nama menurut bangunan bagi dimana sesuai
nama tersier itu menerima air. Dan huruf B yang berarti bangunan
dihilangkan diberi tambahan indikasi yang memperjelas posisi
saluran. Misalnya untuk menunjukkan arah kanan diberi indikasi Ka,
tengah dengan ta, dan kiri dengan ki. Sebagai contoh adalah saluran
tersier S2 ka, ini berarti saluran tersier menerima dari BS 2 dan arah
aliran pada saluran tersier itu ke sebelah sisi kanan saluran.
g. Nama suatu unit tersier misalnya :
 Unit saluran ini di layani seluruh saluran tersier S1 ki
 Luas tersier 90 ha
 Kebutuhan air saat terendam 120 liter/detik.

17
Sistem Drainase
Salah satu contoh system pemberian nama adalah sebagai berikut :
a. Saluran drainase diberi tanda dengan huruf besar dan nama dimulai
dari hilir hingga ke hulu. Misalnya A, B, C, D, bagian-bagian yang
diberi nama dengan huruf besar dibatasi oleh pertemuan antara dus
saluran drainase, kecuali pada bagian awal batasannya adalah ujung
saluran dan pertemuan antara dua saluran tersebut diatas.
b. Saluran drainase juga dibagi menjadi ruas-ruas, misalnya saluran
drainase C dibagi menjadi empat ruas maka nama ruas-ruas tersebut
adalah C1, C2, C3 dan C4
c. Simbol yang memberi tanda bangunan pada saluran drainase C dibagi
empat ruas maka nama ruas, symbol memberi tanda bangunan pada
saluran drainase adalah huruf d (huruf kecil) dan urutan nama
bangunan dimulai dari hilir ke arah hulu, misalnya 3bB2 ini beararti
bangunan ketiga pada saluran drainase B ruas yang kedua.

2. Tata Warna Peta


Tata warna standar yang akan digunakan untuk menunjukan
berbagai tampakkan irigasi pada petak. Warna-warna yang akan dipakai
adalah :
 Biru untuk jaringan irigasi, garis penuh untuk jaringan irigasi yang
sedang direncanakan.
 Merah untuk jaringan pembuang dan sungai, garis penuh untuk
jaringan yang sudah ada dan garis putus-putus untuk jaringan yang
direncanakan.
 Coklat untuk jaringan jalan
 Kuning untuk daerah yang tidak dialiri
 Hijau untuk pembatas kabupaten, kecamatan, desa dan kampong
 Merah untuk tata nama bangunan
 Hitam untuk jalan kereta api
18
 Warna bayangan yang akan dipakai untuk warna batas petak dipakai
untuk batas petak sekunder, batas-batas petak tersier akan diarsir
dengan warna yang lebih mudah dari warna yang sama.

19

Anda mungkin juga menyukai