Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar

yang mengandung O2 kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang

bayak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi

keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan

menghembuskan disebut ekspirasi (Price & Wilson, 2005). Terganggunya

sistem pernapasan dapat mengakibatkan gangguan dalam sirkulasi udara

dan proses pertukaran gas, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan

terganggunya proses transportasi makanan kedalam jaringan dan sel-sel

tubuh manusia (Price & Wilson, 2005).

Terdapat beberapa pasien dengan gangguan pernafasan di Rumah

Sakit dr. H. Koesnadi Bondowoso. TB paru dan Asma merupakan

gangguan pernafasan yang dominan yang banyak ditemui. Pasien

terkadang mengeluhkan sesak napas hingga tidak bisa mengeluarkan

sekret secara produktif. Maka dari itu dilakukanlah suatu terapi yakni

terapi inhalasi bronkodilator untuk mengatasi masalah tersebut.

Terapi inhalasi bronkodilator pada dengan penyakit pernafasan

merupakan pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas

melalui penghisapan. Kenyataan di lapangan ada pebedaan dalam prosedur

pemberiannya, dimana ada yang memberikannya dengan pengenceran

NaCl 0,9%, tetapi ada juga yang memberikan tanpa pengenceran. Hal

1|Page
tersebut menimbulkan pertanyaan dan tidak satunya prosedur dalam

pelaksanaanya.

B. Rumusan Masalah

1. Adakah perbedaan antara pemberiaan terapi inhalasi bronkodilator

dengan pengenceran NaCl 0,9% dan tidak menggunakan pengenceran

NaCl 0,9% ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui perbedaan antara pemberiaan terapi inhalasi

bronkodilator dengan pengenceran NaCl 0,9% dan tidak

menggunakan pengenceran NaCl 0,9%

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. RESUME JURNAL

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar

yang mengandung O2 kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang

bayak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar

dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan

disebut ekspirasi (Price & Wilson, 2005).

Terganggunya sistem pernapasan dapat mengakibatkan gangguan

dalam sirkulasi udara dan proses pertukaran gas, yang pada akhirnya dapat

mengakibatkan terganggunya proses transportasi makanan kedalam

jaringan dan sel-sel tubuh manusia (Price & Wilson, 2005).

Asma merupakan salah satu penyakit saluran napas yang banyak

dijumpai, baik pada anak-anak maupun dewasa. Menurut Survei

Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001, penyakit saluran napas

merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia

setelah penyakit gangguan pembuluh darah (Ikawati,2006). Prevalensi

asma di seluruh dunia adalah sebesar 8%-10% pada anak dan 3%-5% pada

dewasa. Di Jepang dilaporkan meningkat 3 kali yaitu 1,2% menjadi 3,14%,

lebih banyak pada usia muda (Dahlan, 1998). Di Amerika, 14-15 juta

orang menderita asma, dan kurang lebih 4,5 juta di antaranya adalah

anakanak(Ikawati, 2006).

3|Page
Terapi inhalasi bronkodilator pada pasien asma merupakan

pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui

penghisapan. Kenyataan di lapangan ada pebedaan dalam prosedur

pemberiannya, dimana ada yang memberikannya dengan pengenceran

NaCl 0,9%, tetapi ada juga yang memberikan tanpa pengenceran. Hal

tersebut menimbulkan pertanyaan dan tidak satunya prosedur dalam

pelaksanaanya. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian

obat bronkodilator inhalasi dengan pengenceran Nacl 0,9% dan tanpa

pengenceran Nacl 0,9% terhadap fungsi paru pasien asma. Desain

penelitian menggunakan Quasy-Eksperiment (Pre-Post Test Control Group

Design). Populasi dalam penelitian adalah semua pasien asma yang

dilakukan pemberian obat bronkodilator inhalasi. Sedangkan tehnik

sampling yang dipakai adalah Accidental Sampling, yaitu seluruh pasien

asma dengan pengobatan nebulizer yang menggunakan obat bronkodilator

Inhalasi pada Bulan Agustus – September 2014, dengan jumlah sampel 60

orang. Analisa data yang digunakan adalah uji T dependen dan uji T

independen Hasil penelitian menunjukan peningkatan fungsi paru (VEP1)

pada pasien asma lebih besar pada pasien yang diberikan terapi inhalasi

bronkodilatior tanpa pengenceran (108,33 ml/detik dengan standar deviasi

18,952 ml/detik) dari pada dengan pengenceran NaCl 0,9% (96,67

ml/detik dengan standar deviasi 12,685 ml/detik). Ada perbedaan rata-rata

nilai VEP1 pada pasien asma yang diberikan inhalasi dengan pengenceran

NaCl 0.9% dengan tanpa pengenceran NaCl 0,9% (p = 0.007). Untuk itu

disarankan agar disusun kembali suatu SOP pemberian bronkodilator

4|Page
inhalasi (nebulizer) yang mengacu pada hasil penelitian ini, yaitu inhalasi

bronkodilator tanpa pengenceran.

5|Page
B. RIVIEW JURNAL

JUDUL : PENGARUH PEMBERIAN BRONKODILATOR INHALASI DENGAN PENGENCERAN DAN

TANPA PENGECERAN NaCL 0,9% TERHADAP FUNGSI PARU PADA PASIEN ASMA

PENULIS : Tori Rihiantoro

TAHUN TERBIT: 2014

CRITICAL
POINT CRITICAL APPRAISAL YA TIDAK KETERANGAN (URAIKAN)
APPRAISAL
 Penulisan judul memenuhi kaidah
penulisan dibuktikan dengan jumlah kata
Apakah judul memenuhi kaidah penulisan judul
pada judul tidak lebih dari 20 kata dan
terdiri dari variabel x dan variabel y.
 Penulisan judul sudah cukup baik karena
JUDUL
Apakah penulisan judul menggunakan tanda Tanya (?) tidak menggunakan tanda Tanya (?) dan
sesuai dengan kaidah penulisan judul.
 Penulisan judul sudah cukup baik karena
Apakah penulisan judul menggunakan tanda seru (!) tidak menggunakan tanda Tanya (!) dan
sesuai dengan kaidah penulisan judul.
PENULIS  Nama penulis judul dicantumkan di
Apakah nama penulis dicantumkan?
bawah judul, nama Tori Rihiantoro
Apakah asal institusi penulis di cantumkan?  Nama asal institusi penulis dicantumkan
pada jurnal tepat di halaman belakang
yaitu dosen prodi keperawatan poltekes
kemenkes tanjungkarang

6|Page
 Asal institusi penulis sesuai dengan topik
penelitian. Dimana Program Studi
Apakah asal institusi penulis sesuai dengan topik penelitian?
Keperawatan Poltekes kemenkes
tanjungkarang.
 Bidang ilmu yang tercantum dalam judul
Apakah bidang ilmu yang tercantum dalam judul penelitian? penelitian mengarah pada bidang ilmu
keperawatan medikal bedah.
BIDANG  Latar belakang penulis sesuai dengan
ILMU bidang ilmu topik penulisan. Institusi
Apakah latar belakang penulis (institusi tempat bekerja)
tempat bekerja di Program Studi
sesuai dengan bidang ilmu topik penulisan?
Keperawatan Poltekes kemenkes
tanjungkarang.
METODE  Tujuan penelitian disebutkan dalam
PENELITIAN jurnal yaitu untuk menganalisis
perbedaan efektivitas pemberian
Apakah tujuan penelitian disebutkan?
bronkodilator inhalasi pengenceran dan
tanpa pengeceran NaCL 0,9% terhadap
fungsi paru pada pasien asma.
 Jenis penelitian yang digunakan Desain
penelitian yang digunakan adalah quasy-
Apakah desain penelitian yang digunakan? experimental dengan rancangan non
randomized control grouppretest-posttest
design.
 Derajat evidence adalah derajat 3.
Bagaimana level of evidence dari desain penelitian?
Evidence berasal dari studi eksperiment.
Bagaimana pemilihan sampel dalam penelitian tersebut?  Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode Accidental
Sampling

7|Page
 Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
Dalam bentuk apa hasil penelitian disajikan?
tabel distribusi frekuensi.
Uji statistik yang digunakan adalah Uji T
Apakah uji statistik yang digunakan?
dependen dan Uji T Independen.
Apakah hasil penelitian dapat diimplementasikan di  Hasil penelitian ini dapat
keperawatan? diimplementasikan di keperawatan
 Pada jurnal tampak ada rekomendasi
khusus terkait hasil penelitian dengan
diharapkan hasil penelitian ini sebagai
bahan pertimbangan agar perlu di buat
HASIL
SOP pemberian inhalasi bronkodilator
PENELITIAN
Apakah ada rekomendasi khusus terkait hasil penelitian? yang baku sehingga tidak menimbulkan
perbedaan persepsi bagi petugas dalam
memberikan terapi bronkodilator. Dimana
SOP pemberian bronkodilator inhalasi
(nebulizer) diharapkan tanpa pemberian
pengenceran NaCL 0,9%.
 Dari 9 daftara pustaka yang dipakai oleh
Apakah daftar pustaka yang digunakan up to date? peneliti hanya terdapat 4 daftar pustaka
yang out of date.
DAFTAR  Daftar pustaka yang digunakan sesuai
Apakah daftar pustaka yang digunakan sesuai?
PUSTAKA dengan topik penilitian.
 Daftar pustaka yang digunakan dari
Apakah daftar pustaka yang digunakan dari sumber yang
sumber yang terpercaya yaitu buku dan
terpercaya?
jurnal.

8|Page
C. Standar Operasional Pelaksanaan

1. Alat dan Bahan

a. Bronkodilator

b. Obat pengencer berupa combivent

c. NaCl 0.9%

d. Stop Kontak

e. Handscoon

f. Masker untuk terapi inhalasi

2. Pelaksanaan

a. Memberikan inform concent dengan pasien

b. Jika pasien setuju cuci tangan enam langkah

c. Jaga privasi pasien

d. Siapkan stop kontak dan bronkodilator

e. Masker dihubungkan dengan bronkodilator

f. Masukkan obat berupa combivent ke masker dan masukkan campuran NaCl

0,9%

g. Pasang masker dan idupkan bronkodilator

h. Tunggu hingga kurang lebih 15 menit

i. Setelah selesai rapikan alat dan pasien

j. Beritahu kepada pasien jika ada keluhan lain segera menghubungi petugas

kesehatan

D. Hasil Pelaksanaan
9|Page
1. Hari pertama tanggal 25 Desember 2017

a. Pasien Ny. M

Ny. M mengalami gangguan pernafasan berupa sesak nafas dan terkadang nyeri

di dada, pasien menggunakan nasal kanul dengan 3 lpm. Pasien Ny. M mendapat

terapi inhalasi bronkodilator 3x/hari dengan tanpa pengenceran NaCl 0,9%.

Setelah dilakukan terapi inhalasi bronkodilator ketika di evaluasi Ny. M

mengatakan bahwa sesaknya berkurang dan bisa bernafas dengan lega.

b. Pasien Tn. M

Tn. M mengalami gangguan pernafasan berupa sesak nafas yang berat dan

terkadang nyeri di dada, terpasang nasal kanul 3 lpm. Pasien Tn. M mendapat

terapi inhalasi bronkodilator 3x/hari dengan pengenceran NaCl 0,9%. Setelah

dilakukan terapi inhalasi bronkodilator ketika di evaluasi Tn. M mengatakan

bahwa masih merasa sesak sedikit dan belum bisa bernafas lega.

c. Pasien Ny. N

Ny. N mengalami gangguan pernafasan berupa sesak nafas dan tidak bisa

mengeluarkan sekret, terpasang masker NRB 5 lpm. Pasien Ny. N mendapat

terapi inhalasi bronkodilator 3x/hari dengan pengenceran NaCl 0,9%. Setelah

dilakukan terapi inhalasi bronkodilator ketika di evaluasi Ny. N mengatakan

bahwa masih merasa sesak namun bisa mengeluarkan sekret sedikit.

d. Pasien Tn. S

Tn. S mengalami gangguan pernafasan berupa tidak bisa mengeluarkan sekret.

Pasien Tn. S mendapat terapi inhalasi bronkodilator 3x/hari dengan tanpa

pengenceran NaCl 0,9%. Setelah dilakukan terapi inhalasi bronkodilator ketika

di evaluasi Tn. S mengatakan bahwa bisamengeluarkan sekret.

2. Hari kedua tanggal 26 Desember 2017

10 | P a g e
a. Pasien Ny. M

Ny. M mengalami gangguan pernafasan berupa sesak nafas dan terkadang

nyeri di dada, pasien menggunakan nasal kanul dengan 3 lpm. Pasien Ny. M

mendapat terapi inhalasi bronkodilator 3x/hari dengan tanpa pengenceran

NaCl 0,9%. Setelah dilakukan terapi inhalasi bronkodilator ketika di evaluasi

Ny. M mengatakan bahwa sesaknya berkurang dan sudah lepas pasang nasal

kanul yang digunakan.

b. Pasien Tn. M

Tn. M mengalami gangguan pernafasan berupa sesak nafas yang berat dan

terkadang nyeri di dada, terpasang nasal kanul 3 lpm. Pasien Tn. M mendapat

terapi inhalasi bronkodilator 3x/hari dengan pengenceran NaCl 0,9%. Setelah

dilakukan terapi inhalasi bronkodilator ketika di evaluasi Tn. M mengatakan

bahwa masih merasa sesak sedikit dan bernafas sudah mulai lega.

c. Pasien Ny. N

Ny. N mengalami gangguan pernafasan berupa sesak nafas dan tidak bisa

mengeluarkan sekret, terpasang masker NRB 5 lpm. Pasien Ny. N mendapat

terapi inhalasi bronkodilator 3x/hari dengan pengenceran NaCl 0,9%. Setelah

dilakukan terapi inhalasi bronkodilator ketika di evaluasi Ny. N mengatakan

bahwa sudah tidak merasa sesak dan bisa mengeluarkan sekret.

d. Pasien Tn. S

Tn. S mengalami gangguan pernafasan berupa tidak bisa mengeluarkan sekret.

Pasien Tn. S mendapat terapi inhalasi bronkodilator 3x/hari dengan tanpa

pengenceran NaCl 0,9%. Setelah dilakukan terapi inhalasi bronkodilator ketika

di evaluasi Tn. S mengatakan bahwa bisa mengeluarkan sekret.

3. Hari ketiga tanggal 27 Desember 2017

11 | P a g e
a. Pasien Ny. M

Ny. M mengalami gangguan pernafasan berupa sesak nafas dan terkadang

nyeri di dada, pasien menggunakan nasal kanul dengan 3 lpm. Pasien Ny. M

mendapat terapi inhalasi bronkodilator 3x/hari dengan tanpa pengenceran

NaCl 0,9%. Setelah dilakukan terapi inhalasi bronkodilator ketika di evaluasi

Ny. M mengatakan bahwa sudah tidak sesak dan sepenuhnya lepas dari

penggunaan nasal kanul.

b. Pasien Tn. M

Tn. M mengalami gangguan pernafasan berupa sesak nafas yang berat dan

terkadang nyeri di dada, terpasang nasal kanul 3 lpm. Pasien Tn. M mendapat

terapi inhalasi bronkodilator 3x/hari dengan pengenceran NaCl 0,9%. Setelah

dilakukan terapi inhalasi bronkodilator ketika di evaluasi Tn. M mengatakan

bahwa masih merasa sesak sedikit.

c. Pasien Ny. N

Ny. N mengalami gangguan pernafasan berupa sesak nafas dan tidak bisa

mengeluarkan sekret, terpasang masker NRB 5 lpm. Pasien Ny. N mendapat

terapi inhalasi bronkodilator 3x/hari dengan pengenceran NaCl 0,9%. Setelah

dilakukan terapi inhalasi bronkodilator ketika di evaluasi Ny. N mengatakan

bahwa sudah tidak merasa sesak dan bisa mengelarkan sekret.

d. Pasien Tn. S

Tn. S mengalami gangguan pernafasan berupa tidak bisa mengeluarkan sekret.

Pasien Tn. S mendapat terapi inhalasi bronkodilator 3 x/hari dengan tanpa

pengenceran NaCl 0,9%. Setelah dilakukan terapi inhalasi bronkodilator ketika di

evaluasi Tn. S mengatakan bahwa bisa mengeluarkan sekret.

No Nama 25 Desember 2017 26 Desember 2017 27 Desember 2017

12 | P a g e
Rata-
P S M P S M P S M
rata
Ny. M

Non
1 80% 80% 80% 80% 85% 90% 90% 90% 95% 85,5%
NaCl

0,9%
Tn. M

2 NaCl 65% 65% 70% 70% 75% 80% 80% 85% 90% 75,5%

0,9%
Tn. S

Non
3 75% 75% 80% 80% 85% 90% 90% 95% 98% 85,3%
NaCl

0,9%
Ny. N

4 NaCl 70% 70% 75% 75% 75% 80% 80% 80% 85% 76,6%

0,9%
Keterangan :

Non NaCl 0,9% : Terapi tanpa pengenceran NaCl 0,9%

NaCl 0,9% : Terapi dengan pengeneran NaCl 0,9%

P : Terapi pada pagi hari

S : Terapi pada siang hari

M : Terapi pada malam hari

BAB III

PENUTUP

13 | P a g e
A. KESIMPULAN

Terjadi peningkatan fungsi paru pada pasien dengan gangguan pernafasan yang

dilakukan terapi inhalasi bronkodilator dengan tanpa pengenceran NaCl 0,9%.

Dimana terdapat 4 orang pasien dilakuakn selama 3 hari yakni 2 orang pasien

menggunakan terapi inhalasi dengan tanpa pengenceran NaCl 0.9% dan 2 orang

pasien dengan pengenceran NaCl 0,9%. Sehingga disimpulkan bahwa peningkatan

fungsi paru (VEP1) pada pasien gangguan pernafasan yang diberikan inhalasi tanpa

pengenceran NaCl 0,9% lebih besar daripada yang diberikan dengan pengenceran

NaCl 0,9%.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka perlu dibuat Standar Prosedur

Operasional pemberian Terapi Inhalasi Bronkodilator yang baku sehingga tidak

menimbulkan perbedaan persepsi bagi petugas dalam memberikan Terapi Inhalasi

Bronkodilator. Dimana SOP pemberian bronkodilator inhalasi (nebulizer) diarahkan

pada inhalasi tanpa pengenceran NaCl 0.9%

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai