Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Mobilisasi Aktif adalah semua pergerakan dilakukan sendiri tanpa bantuan perawat atau
keluarga. Jenis mobilisasi aktif:
a. Mobilisasi Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh
dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-
hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik
untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilisasi Sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerakdengan
batasan jelan dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada
kasus cidera atau patah tulang dengan kemasan traksi. Pasien paraplegi mengalami
mobilisasi sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan
sensorik. Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Mobilisasi Sebagian Temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang bersifat sementara. Dapat disebabkan oleh trauma reversibel
pada sistem muskoluskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
2) Mobilisasi Sebagian Permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya
sistem saraf irevelsibe, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi
karena cidera tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf
motorik dan sensorik.
2. Mobilisasi Pasif adalah latihan yang dilakukan kepada pasien yang mengalami kelemahan
tulang dan sendi sehingga membutuhkan bantuan perawat atau keluarga. Jenis mobilisasi
pasif:
a. ROM Aktif merupakan latihan gerak isotonis (terjadi kontraksi & pergerakan otot)
yang dilakukan pasien dengan menggerakkan masing- masing persendiannya sesuai
dengan rentang gerak normal. Tujuan:
1) Mempertahankan/meningkatkan kekuatan & kelenturan otot
2) Mempertahankan fungsi kardiorespiratory
3) Mencegah kontaktur & kekakuan pada persendian
b. ROM Pasif merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang
menggerakkan persendian pasien sesuai dengan kemampuan rentang geraknya.
Tujuan:
1) Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian
2) Sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan: ROM aktif dan pasif
Referensi:
1. Posisi Fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk dimana pada bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan.
Tujuan:
a. Membantu mengatasi masalah pernafasan atau kardiovaskular
b. Meningkatkan rasa nyaman
c. Mengurangi komplikasi akibat imobilisasi
Indikasi:
Persiapan alat:
a. Tempat tidur
b. Bantal kecil
c. Gulungan handuk
d. Footboard (papan kaki)
e. Sarung tangan jika perlu
Prosedur pelaksanaan:
Tujuan:
a. Mencegah decubitus
b. Untuk mempermudah pemeriksaan pada area perianal
c. Untuk tindakan pemberian enema
Indikasi:
Persiapan alat:
a. Tempat tidur
b. Bantal kecil
c. Gulungan handuk
d. Footboard ( papan kaki )
e. Sarung tangan jika perlu
Prosedur pelaksanaan:
Tujuan:
a. Klien shock
b. Klien hipotensi
c. Untuk mempelancar peredaran darah ke otak
Indikasi:
Persiapan alat:
Prosedur pelaksanaan:
Tujuan:
a. Untuk memeriksa genetalia seta proses persalinan
b. Meningkatkan kenyamanan klien
c. Untuk perawatan
Indikasi:
Persiapan alat:
Prosedur pelaksanaan:
Tujuan:
a. Untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan dan memasang alat kontrasepsi
b. Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul misalnya vagina dan rectum
Indikasi:
Persiapan alat:
a. Tempat tidur
b. Gulungan handuk
c. Bantal kecil
Prosedur pelaksanaan:
Tujuan:
a. Memfasilitasi penyembuhan pada klien pembedahan
b. Klien dengan kondisi sangat lemah atau koma
Indikasi:
Persiapan alat:
a. Tempat tidur
b. Bantal kecil
c. Gulungan handuk
d. Footboard (papan kaki)
e. Sarung tangan
f. Bantal dan guling
Prosedur pelaksanaan:
Tujuan:
a. Mencegah fleksi dan kontraktur paa pinggang dan lutut
b. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang
Indikasi:
Persiapan alat:
a. Tempat tidur
b. Bantal
c. Gulungan handuk
d. Sarung tangan jika perlu
Prosedur pelaksanaan:
Indikasi:
Persiapan alat:
a. Tempat tidur
b. Bantal
c. Guling
d. Sarung tangan jika perlu
Prosedur pelaksanaan:
Tujuan:
a. Untuk memeriksa daerah sigmoid, rectum, dan vagina
Indikasi:
a. Klien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah sigmoid, rectum, dan vagina
b. Klien hemoroid
Persiapan alat:
a. Tempat tidur
b. Bantal
Prosedur pelaksanaan:
Indikasi:
Persiapan alat:
a. Tempat tidur
b. Bantal
c. Gulungan handuk
d. Sarung tangan
e. Sandaran kursi atau bantal besar
Prosedur pelaksanaan:
Manfaat Mobilisasi
1. Sistem musculoskeletal. Ukuran, bentuk, tonus dan kekuatan rangka dan otot jantung
dapat dipertahankan dengan melakukan latihan yang ringan dan dapat ditingkatkan
dengan melakukan latihan yang berat. Dengan melakukan latihan, tonus otot dan
kemampuan kontraksi otot meningkat. Dengan melakukan latihan atau mobilisasi dapat
meningkatkan fleksibilitas tonus otot dan range of motion.
2. Sistem kardiovaskuler. Dengan melakukan latihan atau mobilisasi yang adekuat dapat
meningkatkan denyut jantung (heart rate), menguatkan kontraksi otot jantung, dan
menyuplai darah ke jantung dan otot. Jumlah darah yang di pompa oleh jantung (cardiac
output) meningkatkan karena aliran balik dari aliran darah. Jumlah darah yang dipompa
oleh jantung (cardiac output) normal adalah 5 liter/menit, dengan mobilisasi dapat
meningkatkan cardiac output sampai 30 liter/menit.
3. Sistem respirasi . Jumlah udara yang dihirup dan dikeluarkan oleh pura (ventilasi)
meningkatkan. Ventilasi normal sekitar 5-6 liter/menit. Pada mobilisasi yang berat,
kebutuhan oksigen meningkat hingga mencapai 20x dari kebutuhan normal. Aktivitas
yang adekuat juga dapat mencegah penumpukan secret pada bronkus dan bronkiolus,
menurunkan usaha pernapasan.
4. Sistem gastrointestinal. Dengan beraktivitas dapat memperbaiki nafasu makan dan
meningkatkan tonus saluran pencernaan, memperbaiki pencernaan dan eliminasi seperti
kembalinya mempercepat pemulihan peristaltic usus dan mencegah terjadinya konstipasi
serta menghilangkan distensi abdomen.
5. Sistem metabolik. Dengan latihan dapat meningkatkan kecepatan metaboliasme, dengan
demikian peningkatan produksi dari panas tubuh dan hasil pembuangan. Selama
melakukan aktivitas berat, kecepatan metabolisme dapat meningkat sampai 20x dari
kecepatan normal. Berbaring di tempat tidur dan makan diit dapat mengeluarkan 1.850
kalori per hari. Dengan beraktivitas juga dapat meningkatkan penggunaan trigliserid dan
asam lemak, sehingga dapat mengurangi tingkat trigliserid serum dan kolesterol dalam
tubuh.
6. Sistem Urinary. Karena aktivitas yang adekuat dapat menaikkan aliran darah, tubuh yang
dapat memisahkan sampah dengan lebih efektif, dengan demikian dapat mencegah
terjadinya statis urinary. Kejadian retensi urin juga dapat di cegah dengan melakukan
aktivitas.
Referensi:
Kozier. 2004. Fundamentals of Nursing Concepts, Process, and Practice. New Jersey:
Pearson Prentise Hall.